• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Coping Remaja Perempuan Yang Meng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Coping Remaja Perempuan Yang Meng"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Alvian Tika Pratiwi everyday life can be categorized as deviant behavior. The purpose of this research is to find out how coping with teenage women who have become pregnant out of wedlock. The methods used in this research is qualitative research methods to approach the subject of Phenomenology, examined a pregnant teenage women who are outside of marriage, using coding and data collection method is done with the interview, and to check the correctness of data that has been retrieved is used triangular method. The study also examines how Emotional Focused Coping and Problem Focused Coping with teenage women who do become pregnant outside of marriage. From the results of the research show the findings that coping with adolescent women who become pregnant outside of marriage are largely an abortion and continuing education with or without the knowledge of the parents.

Keywords: Teenage, Coping, Premarital Pregnancy

Abstrak

Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana coping remaja perempuan yang mengalami hamil diluar nikah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, subyek yang diteliti adalah remaja perempuan yang hamil diluar nikah, dengan menggunakan coding dan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, sedangkan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh digunakan metode trianggulasi. Penelitian ini juga meneliti bagaimana Emotional Focused Coping dan Problem Focused Coping yang dilakukan remaja perempuan yang hamil diluar nikah. Hasil penelitian menunjukan temuan bahwa coping remaja perempuan yang hamil diluar nikah sebagian besar melakukan aborsi dan melanjutkan pendidikan dengan atau tanpa sepengetahuan orang tua.

Kata Kunci : Remaja, Coping, Kehamilan Pranikah

(2)

LATAR BELAKANG

Kehamilan bagi seorang perempuan adalah anugrah terindah yang diberikan

Tuhan. Banyak perempuan menginginkan kehamilan dan memiliki keturunan untuk

generasi penerusnya. Kehamilan setelah menikah merupakan harapan dari seorang

perempuan karena memiliki kesiapan yang matang untuk merawat anaknya kelak.

Berbeda halnya dengan kehamilan yang dialami remaja perempuan sebelum adanya

ikatan pernikah, ini merupakan suatu masalah yang tidak diharapkan oleh mereka.

Srijauhari (2008) mengungkapkan remaja perempuan yang hamil diluar nikah belum

memiliki kesiapan untuk melahirkan dan merawat anaknya dengan baik.

Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja

dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang

(Sarwono, 2005). Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena

dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena

kurangnya kesadaran remaja akan kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian

orang tua, pendidikan agama, pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan

remaja akan meningkatkan angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan

membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya.

Hall (Santrock,2007), mengungkapkan bahwa masa remaja berlangsung antara

umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Remaja ditandai oleh perubahan yang besar, diantaranya kebutuhan

untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis. Pencarian identitas dan

membentuk hubungan baru termasuk mengekspresikan perasaan seksual.

Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.

(3)

dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik yang terjadi hingga strukturnya

semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Deswita, 2006).

Awal masa remaja, tercakup kesadaran seksual pada remaja seperti tuntutan sosial

dan pendidikan. Meninggalkan masa kanak-kanak, remaja mengalami kebebasan dalam

pilihannya dibandingkan saat mereka masih membutuhkan pemeliharaan khusus,

perlindungan, bantuan, dan bimbingan penuh dari orang tua mereka. Tanpa keikutsertaan

orang tua dan orang dewasa lainnya secara terus menerus dalam memberikan petunjuk

bagi keselamatan mereka, remaja dapat terperangkap dalam kehidupan bebas dan

masalah seksualitas (Drajat, 2007).

Saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat

melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena

dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya.

Masalah seksualitas di kalangan remaja adalah masalah yang cukup pelik untuk diatasi.

Perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang harus

dijalani, namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya dilakukan

dapat menimbulkan dan berakibat yang serius, seperti kehamilan.

Fenomena kehamilan remaja perempuan saat ini sudah banyak kita jumpai di

sekitar kita. Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain

hubungan seks pada masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang

tuanya, rendahnya interaksi ditengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap

informasi seks dan seksualiatas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan

(4)

LANDASAN TEORI

Coping

Coping berasal dari kata “ cope “ yang berarti lawan, mengatasi. Menurut

Sarafino (2006) coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola

stres yang ada dengan cara tertentu. Chaplin (2006) mengartikan perilaku coping sebagai

suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya

dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Tingkah laku coping merupakan suatu

proses dinamis dari suatu pola tingkah laku maupun pikiran-pikiran yang secara sadar

digunakan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan dan

menegangkan.

Menurut Lazarus dan Folkman (Sarafino, 2006) coping adalah suatu proses

dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Menurut

Taylor (2009) coping didefenisikan sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk

mengatur tuntutan internal maupun eksternal dari situasi yang menekan.

Bentuk Coping

Flokman dan Lazarus (Sarafino, 2006) secara umum membedakan bentuk

coping dalam dua klasifikasi yaitu :

a. Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih

diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh

tekanan.

b. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan untuk

mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individu dapat

(5)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Coping

Menurut Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung

tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi:

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres

individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan

akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian

ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif

tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan

hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan

melakukan suatu tindakan yang tepat.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku

dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional

pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara,

(6)

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang

biasanya dapat dibeli.

Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja pada umumnya didefenisikan

sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa (Deswita, 2006).

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena

remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut

Sarlito (2005) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu masa

remaja awal 12–15 tahun, masa remaja pertengahan 15 –18 tahun, dan masa remaja

akhir 18 – 21 tahun. (Deswita, 2006).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah

mereka yang berusia 10-19 tahun. Dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda

(youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Hal ini kemudian disatukan dalam

sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara

itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara

10-24 tahun. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari

(7)

Tahap Perkembangan Remaja

a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaat-kannya secara

efektif

b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua

c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

HAMIL

Hamil dan melahirkan secara normal adalah dambaan dari sebagian besar kau

wanita secara mayoritas. Tidak heran bila banyak pasangan yang sangat mengharapkan

seorang momongan setelah beberapa saat menikah. Namun tidak sedikit juga kasus

remaja yang dengan sengaja membuang bayi mereka dengan berbagai alasan

pembenaran menurut mereka. Seorang wanita, hamil adalah sebuah anugerah yang tidak

ternilai oleh apapun walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa selama hamil akan terjadi

perubahan fisik yang tidak bisa dihindari.

Secara umum, pengertian hamil adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki

janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode

menstruasi terakhir sampai melahirkan (Sarwono,2003), sedangkan kehamilan adalah

dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushartanti, 2004).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus,

agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun

janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya

(8)

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau

9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terahir (Hanifa, 2005).

Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak,

dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung

menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan

yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya

pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi (Sarwono, 2005).

Tanda Dan Gejala Awal Pada Kehamilan

Kushartanti (2004) Tanda dan gejala pada masing-masing wanita hamil

berbeda-beda. Ada yang mengalami gejala-gejala kehamilan sejak awal, ada yang beberapa

minggu kemudian, atau bahkan tidak memiliki gejala kehamilan dini. Namun, tanda

yang pasti dari kehamilan adalah terlambatnya periode menstruasi.

Kehamilan Pada Remaja

Jumlah kehamilan di usia remaja belakangan ini makin meningkat. Seperti yang

dilaporkan oleh Institut Guttmatcher, sebuah organisasi yang marak meneliti tentang

kesehatan seksual dan reproduksi, bahwa jumlah kehamilan remaja meningkat 3% pada

tahun 2006 (hingga sekarang). Beranjak 10 tahun ke belakang, sebelumnya kira-kira

jumlah kehamilan remaja menurun tajam akibat diberlakukannya kontrasepsi. Namun,

karena berbagai sebab yang masih diteliti, jumlah kehamilan remaja kian meningkat dan

terus melonjak pesat.

Salah satu faktor yang diperkirakan menjadi perantara terjadinya peningkatan

jumlah kehamilan remaja adalah kurangnya edukasi tentang seks (khususnya bahaya

seks bebas) oleh para tenaga medis dan pihak kesehatan lain. Menjamurnya film-film

berbau porno meningkatkan motivasi kaum remaja untuk turut berfantasi secara tidak

(9)

suami istri (di luar nikah tentunya), dengan tidak menghiraukan dampak kehamilan pada

si pemudi, dapat meningkatkan jumlah kehamilan pada remaja, serta dapat pula

meningkatkan angka depresi bahkan kematian pada remaja. Kehamilan pada remaja

diluar nikah dapat menimbulkan masalah yang besar pada remaja, sehingga mereka

dihadapkan pada permasalahan melanjutkan kehamilannya atau menggugurkan

keahamilannya.

Kehamilan Diluar Nikah

Menurut Luthfiyati (2009), faktor-faktor yang menyebabkan banyak remaja

putri hamil di luar nikah adalah sebagai berikut:

a. Faktor Agama

b. Faktor lingkungan (meliputi orang tua, tetangga, teman, dan media)

c. Faktor Pengetahuan

d. Perubahan zaman

e. Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual

yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual.

f. Semakin cepatnya usia pubertas

g. Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja

Dampak Kehamilan Pranikah

Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan seksual pranikah, lebih banyak

ditanggung oleh pihak wanita, yaitu kehamilan. Kehamilan ini berdampak pada

kehidupan selanjutnya antara lain (Lutfihayati,2009):

a. Putus sekolah

b. Kemungkinan pengangguran yang mempunyai resiko tinggi bagi jiwanya.

c. Kemungkinan mempunyai masalah dengan dengan calon pasangan hidup yang masih

(10)

METODE

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut Iskandar (2009) fenomenologi

berorientasi untuk memahami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa,

fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang biasa dalam situasi

tertentu. Adapun subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 4 orang remaja. Data

dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari remaja yang mengalami hamil diluar nikah melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari

dukungan pendapat dari teman, orang tua dan tetangga responden. Teknik analisis data

yang digunakan terhadap data-data yang sudah diperoleh yaitu dengan model Miles dan

Huberman. Ada tiga macam tahapan dalam proses analisis data dengan model interaktif

yaitu reduksi data, data display, dan verifikasi kesimpulan.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dari empat subyek yang diteliti, hanya ada

satu subyek yang bertanggung jawab dengan menikah dan melahirkan anaknya,

sedangkan tiga lainnya melakukan aborsi dengan alasan masa depan. Oleh pihak wanita,

yaitu kehamilan belum terfikirkan oleh remaja. Kehamilan ini berdampak pada

kehidupan selanjutnya antara lain: Putus sekolah, Kemungkinan pengangguran yang

mempunyai resiko tinggi bagi jiwanya. Hasil penelitian menegaskan bahwa sebagian

besar remaja yang mengalami hamil pranikah memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

tentang kesehatan reproduksi. Hubungan seksual pranikah yang dilakukan remaja berarti

tidak didasarkan pada pengetahuan bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi

(11)

memuaskan kebutuhan seksual di antara mereka. Pandangan Rosenstock dan Becker

melalui teori Health Belief Model (HBM), remaja yang melakukan hubungan seksual

pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan pranikah lebih disebabkan karena beberapa

faktor di antaranya rendahnya pengetahuan tentang seksualitas dan kontrasepsi, pengaruh

norma kelompok sebaya yang dianutnya, status hubungan, harga diri yang rendah serta

rendahnya keterampilan interpersonal khususnya perempuan untuk bersikap asertif yakni

sikap tegas untuk mengatakan tidak terhadap ajakan melakukan hubungan seks dari

teman kencannya(Ogden,2007).

PEMBAHASAN

a. Subjek 1

Permasalahan ini, subyek menemukan solusi terbaik untuk mengatasi

kehamilannya adalah dengan membicarakan dengan orang tua yang kemudian disepakati

untuk melahirkan anak saja. Subyek pertama ini, perasaan menyesal yang dalam

dirasakan oleh subyek, dimana dari rasa menyesal ini kemudian subyek bertanggung

jawab atas apa yang sudah dilakukannya. Menikah diusia dini, subyek merasa

mengurangi beban rasa bersalah kepada orang tua dan anaknya, serta keinginan subyek

untuk terus melanjutkan studi kedepannya ketika anaknya sudah agak besar. Proses

perkembangan coping stres pada remaja banyak perubahan emosi yang dirasakan oleh

subyek, dimana subyek merasa lebih sensitif dan berpikiran secara dewasa

b. Subjek 2

Memecahkan masalah dengan aborsi dan melanjutkan studi lagi, bagi subyek 2

ini adalah yang terbaik, perasaan bersalah kepada orang tua pada akhirnya menjadi

(12)

berusaha mengambil pelajaran dari apa yang telah dialami membuat subyek semangat

lagi dan merasakan harapan bagi masa depannya. Keadaan diri subyek sebelum dan

sesudah mengalami kehamilan pranikah dan menjalani aborsi terdapat perubahan dari

emosional. Subyek menjadi lebih lebih bergantung kepada orangtuanya dalam

mengambil keputusan terutama yang berkaitan dengan masa depannya. Dalam

perbedaan emosi yang dialami oleh subyek ini terkait dengan kecemasan dan rasa

bersalah subyek, sehingga dalam diri subyek muncul kegelisahan-kegelisahan.

c. Subjek 3

Ketakutan serta bayang-bayang kemarahan orang tua membuat subyek tidak

berani mengatakan hal yang sejujurnya pada orangtuanya dan mencari solusi sendiri

untuk mengatasi kehamilan. Bagi subyek dengan melakukan aborsi dengan cara aman

tanpa ketahuan orang tuanya adalah solusi terbaik, serta subyek selalu berharap

dukungan dari pasangannya untuk tetap berdiri disampingnya melewati masa-masa

pasca aborsi. Hal ini menjadi sebuah problem solving bagi subyek. Perubahan yang

dialami oleh subyek sebelum dan sesudah aborsi dapat dilihat dalam kedua tabel diatas,

dimana setelah melakukan aborsi, subyek merasa lebih tenang dan meskipun awalnya

takut. Subyek terbukti mampu menangani masalahnya sendiri, hal ini terbukti dengan

subyek yang tidak memberitahu orangtuanya terkait dengan kehamilan dan aborsi.

d. Subjek 4

Menurut subyek, pekerjaanya di club malam adalah satu-satunya jalan mencari

uang untuk kehidupannya yang sudah jauh dari orang tua. Mengalami hamil berkali-kali

kemudian aborsi dilakukan untuk menyelamatkan pekerjaannya. Subyek juga berfikir

jika nantinya dia punya anak maka yang akan kasihan adalah anaknya, bagi subyek anak

adalah segalanya, nantinya dia tidak menginginkan anaknya hidup seperti dia. Pilihan

(13)

Subyek ini dapat dilihat bahwa tidak ada perubahan emosional secara signifikan, bagi

subyek hamil dan aborsi adalah hal biasa didalam dunianya. Hal ini mengakibatkan

subyek tidak merasakan gejolak emosional serta tetap mengulangi lagi kesalahan yang

telah diperbuat.

Pendekatan kognitif, individu melakukan redefine terhadap situasi yang menekan

seperti membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalami situasi lebih buruk,

dan melihat sesuatu yang baik diluar dari masalah. Individu cenderung untuk

menggunakan strategi ini ketika mereka percaya mereka dapat melakukan sedikit

perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan, Lazarus dan Folkman (Sarafino,

2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian maka dapat dikatakan bahwa stres akibat

kehamilan diluar nikah yang ditimbulkan berdampak pada masa depan responden,

reputasi, dan reputasi keluarga responden, sedangkan stres dari tindakan aborsi ini

diakibatkan oleh perasaan cemas responden akan kemarahan orang tua, konsekuensi

masa depan dan konsekuensinya secara fisik dan mental, juga konsekuensi sosial yang

akan diterimanya apabila sampai ketahuan pihak luar. Hal ini menjadikan kehamilan

diluar nikah dan aborsi merupakan suatu stresor bagi remaja remaja yang mengalaminya,

dan penilaian sekunder mereka terhadap hal tersebut merupakan dengan mengeliminasi

kehamilan, dan mengatasi stres akiat aborsi dengan emotion-focused coping. Jenis

coping yang dilakukan oleh remaja dalam mengatasi stress akibat aborsi adalah

emotion-focused coping dimana mereka berusaha mengubah reaksi emosional terhadap stres,

(14)

coping ini berguna untuk menghadapi situasi yang tidak dapat dimodifikasi, seperti

dalam kasus aborsi, aborsi yang terlanjur dilakukan. Stres yang dirasakan oleh remaja

remaja lebih besar sebelum dibandingkan sesudah melakukan aborsi dan usai

melakukannya mereka cenderung merasa lega. Setelah aborsi dilakukan, perasaan

negatif yang dirasakan mereka tidak seintens sebelum aborsi dilakukan, namun

setelahnya, responden merasakan stres dalam perwujudan kecemasan, rasa bersalah dan

berdosa, sulit tidur, kesedihan, dan rasa malu. Gambaran stres yang dirasakan oleh

responden akibat aborsi yang dilakukannya adalah stres yang berada pada tingkatan

sedang atau moderate stress. Hal ini dibuktikan dengan perilaku dan perasaan responden

selama masa-masa mengetahui kehamilannya hingga selesai aborsi dilakukan, tidak

mengarah kepada kecenderungan depresif, sikap apatis dan frustrasi berlebihan seperti

ciri-ciri dari severe stress. Usaha-usaha yang dilakukan oleh keempat responden dalam

menghadapi stres baik yang disebabkan oleh aborsi maupun ketika stres dalam

kehidupan sehari-hari memiliki pola yang cukup konsisten. Keempat responden ketika

ditanyakan perihal usaha-usaha mereka dalam menghilangkan stres dalam kesehariannya

sama-sama mengatakan bahwa mereka melakukannya dengan berusaha tidak

memikirkan masalah yang menjadi sumber stresnya, mengfokuskan diri kepada hal-hal

yang lebih penting dan terorientasi, dan cara-cara konkrit dari hal tersebut adalah

bersenang-senang dan pergi bersama teman-teman.

Daftar Pustaka

Chaplin, J.P.(2006). Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan, cetakan ketujuh). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Deswita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

(15)

Hanifah. (2005). Perubahan Selama Kehamilan. Http://drprima.com/kehamilan/pengertian-lama-dan-periode-kehamilan-manusia.html diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 11.15

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Kushartanti, W., Suekampi, E.R., dan Sriwahyuni, C.F. (2004). Senam Hamil Menyamankan Kehamilan Mempermudah Persalinan. Yogjakarta: Lintang Pustaka.

Luthfiyati. (2009). Depresi Pada Remaja Putri Yang Hamil Di Luar Nikah

Mutadin, Z. (2002). Strategi coping. www.e-psikologi.com diakses pada tanggal 6 mei 2012 pukul 23.05

Ogden, J. (2007) Health Psychology: A Textbook. 4th Edition. New York: Mc Graw Hills Open University Press.

Santrock, J.W.(2007). Remaja. edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology (5th ed). New York: John Wiley and Sons.

Sarwono, S.W 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada..

Srijauhari. (2008). Konflik Pasutri yang Menikah Karena Hamil di luar Nikah (Sebuah Penelitian Kualitatif deskriptif). Skripsi. Fakultas Psikologi UIN Malang: Tidak diterbitkan.

Surbakti. .E.B.(2009). Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

1) Indikator kinerja Persentase tingkat keamanan dan ketertiban dalam masyarakat pada Tahun 2017 terealisasi sebesar 83,33% dari 100% target yang ditetapkan, dengan capaian

Saya lebih senang menerima auditor yang berkenan merubah atau Mengganti prosedur dalam suatu penugasan jika:. Hasil Audit terdahulu tidak terkait dengan adanya masalah klien

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

2ingkungan pengendalian sangat dipengaruhi oleh sejauh mana indi0idu mengenali mereka yang akan dimintai pertanggungjawaban. &ni berlaku sampai kepada

Mengenai struktur kehidupan sosial yang terjadi pada masyarakat di Kampung Kauman, kini Kauman telah mengalami perubahan yang sangat besar seiring dengan

bahwa STAD memiliki keunggulan: (1) Pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) Sistem evaluasi

2 Pada bulan Desember 2013, sistem perdagangan multilateral dibangkitkan kembali ketika negara anggota WTO menyetujui paket yang mencakup tiga isu penting yang

Penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bima yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana bagi penulis untuk mengikuti pendidikan