FILUM PLATYHELMINTHES LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Zoologi Invertebrata Dosen Pengampu :
Dra. Ammi Syulasmi, M.S. Dr. Yayan Sanjaya, M.Si.
oleh: Kelas C/2016
Kelompok 4
Delian Junior (1601185) Melya Puspitasari (1603469) Nurfazri Oktavia S (1601227) Siti Triani Rakhmirianti (1604578) Yusi Yustami (1604377)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
A. Judul
Filum Platyhelminthes
B. Waktu dan Tempat
1. Hari, Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2017 Waktu : 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA A 2. Hari, Tanggal : Selasa, 24 Oktober 2017
Waktu : 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA A
C. Tujuan
1. Mengenal keanekaragaman hewan-hewan Platyhelminthes.
2. Observasi morfologi dan struktur-struktur tubuh hewan-hewan Platyhelminthes. 3. Mengelompokkan hewan-hewan Platyhelminthes ke dalam classis yang berbeda
berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri.
4. Observasi dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classis.
D. Landasan Teori
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli menganggap Nemertia, yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai saluran digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat pinggang (Mukayat, 1989)
garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat
pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus (Yusminah, 2007)
Kebanyakan filum Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang peliharaan seperti babi, sapi, anjing dan sebagainya. Usaha-usaha untuk mencegah infeksi pada manusia atau binatang peliharaan biasanya dengan memutuskan siklus hidupnya baik mencegah jangn sampai terjadi infeksi pada hospes perantara maupun pada hospes tetapnya sendiri. Oleh karena hal tersebut, pembuangan faeces manusia harus diatur sehingga tidak memungkinkan terjadinya siklus hidup yang lengkap. Misalnya untuk Taenia terjadinya hexacant tertelan ternak tidak diberi kemungkinan. Daging yang akan dimakan manusia diusahakan harus matang sehingga cysticercusnya mati (Maskoeri, 1992)
E. Alat dan Bahan
Tabel E.1. Daftar Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Kaca arloji 1 buah
2. Pinset 1 buah
3. Pisau bedah 1 buah
4. pipet 1 buah
5. Mikroskop 2 buah
6. Object glass 5 buah
7. Cover glass 5 buah
Tabel E.2. Daftar Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Preparat segar dan awetan cacing platyhelminthes 7 buah
2. Planaria 3 ekor
3. Cacing hati 1 ekor
4. Cacing pita 1 ekor
Siput Lymnea sp 10 ekor
F. Langkah Kerja
Diagram F.1. Langkah Kerja pada Hewan Dugesia sp (Planaria)
1. Dugesia sp segar diambil dengan pipet
ke dalam kaca arloji berisi air .
2.
Dugesia sp diamati dengan mikroskop .
3. Panjang dan lebar Dugesia sp diukur menggunakan
penggaris.
4.
Bagian tubuh Dugesia sp dipotong membujur dan melintang untuk pengamatan daya regenerasinya. 5.
Diagram F.2. Langkah Kerja pada Hewan Fasciola hepatica dan Taenia sp.
Diagaram F.3. Langkah Kerja pada Siklus Hidup Fasciola hepatica 1.
Preparat awetan Dugesia sp diambil
dan diamati bagian depan dan
belakang.
3. Diamati pula preparat awetan sayatan melintang
dari Dugesia sp.
4. Diamati bagian faring, intestine, batang syaraf, dan
cilia. 5.
Preparat awetan Fasciola hepatica
diamati dengan mikroskop. 6.
Diamati bagian oral sucker, ventral sucker,
faring, usus, kelenjar yolk, testis dan uterus.
7. Preparat awetan Taenia sp diamati.
8. Diamati bagian kepala, leher dan
proglotid.
1.
Beberapa siput Lymnea sp dipecahkan dengan pinset di
dalam kaca arloji berisi air bersih.
2.
Cairan yang mengandung benda keputih-putihan diteteskan pada kaca objek lalu ditutup dengan hati--hati.
3.
Lalu diamati di bawah mikroskop. 4.
Diamati tahap-tahap siklus hidup cacing hati yang terdiri dari metacercaria, sercaria, redia dan
G. Hasil Pengamatan
Tabel G. Hasil Pengamatan
No. Nama Spesies Gambar Pengamatan Gambar Literatur
1. Dugesia sp.
Gambar 1.1. Sayatan Melintang Dugesia sp.
Perbesaran 100x (Dok. Kelompok 4, 2017)
Gambar 1.2. Dugesia sp. (Tanpa Nama,2017)
2. Taenia
serrata
Gambar 2.1. Taenia serrata (Tanpa Nama, 2003)
Gambar 2.2. Taenia serrata (Tanpa Nama, 2003)
3. Fasciola
hepatica
Gambar 3.1. Fasciola hepatica
Perbesaran 40x (Dok. Kelompok 4, 2017)
Gambar 3.2. Fasciola hepatica (Balweber, 2016)
4. Bipalium sp.
Gambar 4.1. Bipalium sp. (Tanpa Nama, 2017)
5. Taenia sp.
Gambar 5.1. Taenia sp. Perbesaran 40x (Dok. Kelompok 4, 2017)
Gambar 5.2. Taenia sp. (Tanpa Nama, 2017)
6. Thysanosoma
actinoides
Gambar 6.1. Trysanosoma actinoides
(Andrea, 2017)
Gambar 6.2. Trysanosoma actinoides
(Andrea, 2017)
7. Taenia
saginata
Gambar 7.1. Taenia saginata (Archarya, 2015)
Gambar 7.2. Taenia saginata (Archarya, 2015)
8. Echinococcus
granulosus
Gambar 8.2. Echinococcus granulosus
Gambar 8.1. Echinococcus granulosus (Ruas 1)
Perbesaran 40x (Dok. Kelompok 4, 2017)
9. Eurytrema
pancreaticum
Gambar 9.1. Eurytrema pancreaticum
Perbesaran 40x (Dok. Kelompok 4, 2017)
Gambar 9.2. Eurytrema pancreaticum
(Ryang, 2003)
H. Pembahasan 1. Dugesia sp.
Dugesia sp. adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki bentuk tubuh pipih dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak memiliki anus, sucker dan proglotid. Tetapi, Dugesia sp. memiliki mulut, intestine, dan alat reproduksi. Oleh karena itu, Dugesia sp. termasuk ke dalam classis Turbellaria.
2. Taenia serrata
Taenia serrata adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki
bentuk tubuh pipih dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak memiliki mulut, anus, dan intestin. Tetapi, Taenia serrata memiliki proglotid dan sucker. Oleh karena itu, Taenia serrata termasuk ke dalam classis Cestoda.
3. Fasciola hepatica
Fasciola hepatica salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki bentuk
4. Bipalium sp.
Bipalium sp. adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki bentuk
tubuh pipih dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak memiliki anus, sucker dan proglotid. Tetapi, Bipalium sp. memiliki mulut, intestine, dan alat reproduksi. Oleh karena itu, Bipalium sp. termasuk ke dalam classis Turbellaria.
5. Taenia sp.
Taenia sp. adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang memiliki bentuk
tubuh pipih dan bersimetri bilateral. Hewan ini tidak memiliki mulut, anus, dan intestin. Tetapi, Taenia sp. memiliki proglotid dan sucker. Oleh karena itu, Taenia sp. termasuk ke dalam classis Cestoda.
6. Tysanosoma actinoides
Tyasanosoma actinoides memiliki simetri tubuh bilateral. Dan bentuk
tubuhnya pipih. Cacing ini memiliki proglotid dan sucker. Reproduksinya bersifat hermaprodit yaitu memiliki sistem reroduksi jantan dan betina. Cacing ini sering disebut cacing pita berjumbai karena terdapat jumbai pada bagian posterior dari masing masing proglotid. Tyasanosoma actinoides ini termasuk ke dalam kelas cestoda.
7. Taenia saginata
Taenia saginata umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi. Hewan ini
termasuk ke dalam kelas cestoda. Hewan ini memiliki simetri tubuh bilateral, bentuk tubuhnya pipih. juga memiliki proglotid dan sucker. Reproduksinya bersifat
hermarodit yaitu memiliki sisterm reproduksi jantan dan betina. Taenia saginata ini dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.
8. Echinococcus granulosus
Echinococcus granulosus memiliki simetri tubuh bilateral, termasuk ke dalam
kelas cestoda, tubuhnya memiliki proglotid dan sucker. Reproduksinya bersifat hermaprodit atau memiliki system reproduksi jantan dan betina. Cacing ini juga dikenal dengan cacing pita anjing.
9. Eurytrema pancreaticum
Eurytrema pancreaticum adalah salah satu spesies Platyhelminthes yang
I. Jawaban Pertanyaan
1. Dapatkah anda menemukan persamaan yang dimiliki oleh setiap spesies yang anda temukan? Tuliskan persamaan-persamaan tesebut!
Jawaban:
Ya, dapat ditemukan persamaannya, yaitu semua spesies memiliki bentuk tubuh pipih, simetri bilateral, tidak memiliki anus dan sistem reproduksinya bersifat hermaprodit. 2. Dapatkah anda menemukan perbedaan yang dimiliki oleh setiap spesies tersebut
sehingga dimasukkan pada classis yang berbeda? Tuliskan perbedaan-perbedaannya! Jawaban:
1) Turbellaria : Hidup bebas, tidak beruas, epidermis bersilia, umumnya berpigmen, mulut terletak di bagian ventral, tidak mempunyai alat penghisap (sucker).
2) Trematoda : Hidup sebagai parasit, tidak beruas, dilapisi kutikula pada bagian luar tubuh, memiliki alat penghisap (sucker), mulut terletak pada bagian anterior, saluran pencernaan bercabang dua, satu ovarium.
3) Cestoda : Hidup sebagai parasit obligat, tubuhnya dilapisi kutikula, tidak bersilia, tidak berpigmen, tidak mempunyai saluran pencernaan, mempunyai kepala (Scolex) di bagian anterior dengan sucker dan kait untuk melekatkan tubuh, tubuhnya beruas, memiliki hospes perantara, dan cacing dewasa hidup pada usus vertebrata.
3. Tuliskan ciri khas dari tiap-tiap classis pada kolom berikut : Jawaban:
Classis Ciri Khas
Turbellaria Hidup bebas Epidermis bersilia
Letak mulut pada bagian ventral
Trematoda Hidup parasit
Memiliki mulut yang dikelilingi sucker Saluran pencernaan bercabang
Letak mulut pada bagian anterior
Tidak ada intestine Tubuhnya beruas banyak
4. Tuliskan kegunaan dan manfaat dari spesies-spesies protozoa yang anda temukan: Jawaban:
Dugesia sp. : Indikator air bersih
Taenia saginata : Indikator hewan (sapi) terkena penyakit
Taenia solium : Indikator hewan (babi) terkena penyakit
5. Dari teori perkuliahan atau buku sumber yang anda peroleh mengenai filum protozoa, lengkapilah tabel berikut ini:
Jawaban:
Filum Protozoa
Pencernaan Makanan Dengan permukaan tubuh.
Ekstrasel dengan menggunakan
intestine.
Ekskresi Dengan menggunakan sel api.
Pernapasan Dengan cara difusi.
Sistem Syaraf Sepasang tali saraf yang berjalan sepanjang tubuh dengan konsentrasi saraf di ujung anterior cacing.
Reproduksi Hermaprodit
J. Simpulan
1. Platyhelminthes merupakan hewan multiseluler. Bentuk tubuhnya pipih, simetri bilateral, dan terdiri dari tiga lapisan sel (triploblastik). Platyhelminthes telah memiliki sistem organ seperti alat reproduksi, hermaprodit dan pencernaan makanan.platyhelminthes ini terbagi menjadi 3 kelas, yaitu : tubellaria, contohnya Dugesia sp; trematoda, contohnya Fasciola hepatica; Cestoda , contohnya taenia sp.
berpigmen, terdapat mulut yang terletak di bagian ventral, tidak mempunyai alat penghisap. Pada trematoda tubuhnya dilapisi kutikula pada bagian luar tubuh, memiliki alat penghisap satu atau lebih, memiliki mulut yang terletak di bagian anterior. Lalu pada cestoda tubuhnya tiadak bersilia, tidak berpigmen, tidak mempunyai mulut, mempunyai kepala dibagian anterior dengan sucker dan kait untuk melekatkan tubuh pada inangnya, dan tubuhnya terdiri dari banyak ruas-ruas.
3. Persamaan yang dimiliki oleh setiap spesies yaitu tubuhnya simetri bilateral, tubuhnya terdiri dari tiga lapisan (triploblastik), bentuk tubuh pipih dorsaventral, alat pencernaan yang belum lengkap, mempunyai alat reproduksi, sistem respirasi, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem eksresi berupa sel api. Platyhelminhtes yang telah dikelompokkan yang terbagi menjadi tiga kelas, yaitu Tubellaria: Dugesia sp; Trematoda: Fasciola hepatica; Cestoda: Tysanasoma actinolaes, Taenia sp, Bipalium sp, Taenia serrata, Moniezia expansa, Taenia saginata, Echinococcus.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989. Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007. Jasin, Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
DAFTAR GAMBAR
Balweber, Lora. (2016). Fasciola Hepatica in Ruminants. [Online]. Diakses dari :
http://www.merckvetmanual.com/digestive-system/fluke-infections-in-ruminants/fasciola-hepatica-in-ruminants
Tanpa Nama. (2017). Benthos of the Great Lakes. [Online]. Diakses dari : https://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Benthos/Benthos.html
Ryang, Yong. (2003). Eurytrema pancreaticum. [Online]. Diakses dari : http://atlas.or.kr/atlas/alphabet_view.php?my_codeName=Eurytrema%20pancreaticu m
Archarya, Tankeshwar. (2015). Difference Between Taenia saginata and Taenia Solium. [Online]. Diakses dari : http://microbeonline.com/difference-taenia-solium-taenia-saginata/
Tanpa Nama. (2017). Taenia solium. [Online]. Diakses dari : http://www.alamy.com/stock-photo/taenia-solium.html
Andrea. (2017). Cestode : Tapeworm. [Online]. Diakses dari : https://www.studyblue.com/notes/note/n/cestodes-tapeworm/deck/1207683
Arcari. (Tanpa Tahun). Volume 8. Larval Cestodes and Nematodes which Infect Man. [Online]. Diakses dari : https://www.southampton.ac.uk/~ceb/Diagnosis/Vol8.htm