PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI
TETAP PADA
PT. HASIL MAJU SEJAHTERA
SURABAYA
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Nadziroh Sukawatie
NIM : 20111220083
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “ PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PEGAWAI TETAP PADA PT. HASIL MAJU SEJAHTERA DI SURABAYA “. Proposal ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Didin Fatihudin, SE, M.Si selaku Dosen mata kuliah Metode Penelitian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Surabaya, Mei 2014
BAB II Kajian pustaka ...8
A. Kajian Teori ...8
A.1.8 Peraturan pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 ...20
B. Penelitian Terdahulu ...21
BAB III Metode penelitian ...23
A. Jenis penelitian ...23
B. Deskripsi populasi dan penelitian sampel ...23
B.1 Deskripsi populasi ...23
B.2 Penelitian sampel ...24
D. Teknik analisa data ...25 Daftar pustaka ...26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan penerimaan Negara saat ini sangat penting serta
mempunyai kedudukan yang strategis karena untuk peningkatan
pembangunan Nasional. Hal ini karena tidak mungkin menggerakkan
pemerintahan dan pembangunan negara dengan selalu mengharapkan
bantuan dari luar negeri tanpa adanya dukungan dana dari dalam negeri
yang mencukupi untuk membiayai pembangunan nasional. Salah satu
sumber penerimaan negara adalah sektor pajak, karena pemerintahan
tidak dapat lagi mengharapkan penerimaan dari minyak yang mulai
berkurang sejak 1980. Pajak merupakan salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh setiap warga negara dalam rangka pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Sistem perpajakan yang digunakan
negara dan pembangunan nasional. Sistem perpajakan yang digunakan
di Indonesia adalah With Holding System. With Holding System adalah
suatu cara pemungutan pajak yang penghitungan besarnya pajak yang
yang betindak sebagai pemberi kerja. Setelah memenuhi persyaratan
tertentu yang diwajibkan, pada umumnya akan disebut sebagai pihak
yang ditunjuk untuk melakukan pemotongan pajak.
Salah satu jenis pajak penghasilan yang menggunakan With
Holding System adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak
yang terutang atas pengahasilan yang menjadi kewajiban wajib pajak
untuk membayarkan. Penghasilan yang dimaksud adalah berupa gaji,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. PPh Pasal 21 ini terutang pada
akhir bulan dilakukannya pembayaran, atau pada akhir bulan terutangny
penghasilan yang bersangkutan. Subyek PPh Pasal 21 adalah karyawan
atau pegawai yang terdiri dari pegawai tetap, pegawai lepas, penerima
pensiun, penerima honorarium, penerimaan upah, dan orang pribadi
lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak. Yang
dimaksud dengan pemotong PPh Pasal 21 adalah, setiap orang pribadi
atau badan yang diwajibkan oleh undang-undang untuk memotong
pajak penghasilan pasal 21. Pihak yang wajib melakukan pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 adalah pemberi
kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan dan
penyelenggara kegiatan.
Sedangkan obyek PPh Pasal 21 adalah penghasilan yang
21 yang terdiri dari penghasilan yang diterima atau diperoleh secara
tidak teratur, upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan,
uang pesangon dan pembayaran lain yang sejenis, pebayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri, dan penerimaan dalam bentuk
natura atau kenikmatan lainnya. Dalam perhitungan PPh Pasal 21 yang
terutang digunakan tarif pajak, yang dimaksud dengan tarif pajak adalah
tarif untuk menghitung besarnya pajak yang terutang atau pajak yang
harus dibayar. Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam presentase,
tarif pajak yang digunakan adalah tarif PPh Pasal 21, diwajibkan untuk
menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan PPh yang terutang
setiap bulan takwim. Hasil pemotongan pajak harus disetor ke bank
persepsi atau kantor pos dan giro dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak, sedangkan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak dilakukan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.
Disamping kewajiban bulanan pemotong pajak pada akhir tahun
pajak, diwajibkan untuk meghitung, menyetor, dan melaporkan pajak
yang terutang pada akhir tahun. Apanila pajak yang terutang lebih besar
dibandingkan dengan pajak yang telah dipotong dan dilaporkan, maka
kekurangan pajak harus disetor paling lambat tanggal 25 bulan ketiga
setelah dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Tahunan
PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 31 bulan ketiga setelah brakhirnya
yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif
untuk menghitung, menyetor, dan melapor pajak. Apabila wajib pajak
tidak memenuhi ketentuan aturan perpajakan atau melakukan
pelanggaran terhadap aturan perpajakan yang berlaku, maka wajib
pajak tersebut akan dikenai sanksi administrasi. Sanksi administrasi
merupakan pembayaran kerugian kepada negara, dapat berupa sebesar
2%, denda administrasi atau kenaikan 50% dan 100%.
PT. Hasil Maju Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di
bidang general contraktor and tradding.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka rumusan masalah yng timbul dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana penerapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai
tetap pada PT. Hasil Maju Sejahtera”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui
bagaiman penerapan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai
tetap PT. Hasil Maju Sejahtera Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoristis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu perpajakan.
b. Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini akan menambah pengetahuan
bagi peneliti, dan menyumbangkan pikiran bagi masyarakat pada
umumnya dan juga perusahaan pada khususnya.
2. Manfaat bagi perusahaan
Membantu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sebagai pihak ketiga yang harus menghitung,
memotong, melaporkan dan menyetorkan PPh Pasal 21
karyawan.
3. Manfaat bagi almamater dan pembaca lainnya
Untuk membantu memberi masukan bagi pembaca dan
diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan
sebagai sarana untuk bahan penelitian selanjutnya dibidang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
A. 1. 1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat balas jasa
secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk
mencapai kesejahteraan umum.
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib
yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk
menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas
jasa yang dapat ditunjuk secara langsung berdasarkan undang-undang.
Ada bermacam-macam definisi tentang pajak yang dikemukakan
oleh para ahli, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
diantaranya adalah :
1. Menurut Pendapat Andriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan,
yang kegunaanya untuk membayai pengeluaran umum terkait
dengan tugas negara dalam menyelenggaraan pemerintahan.
2. Menurut Pendapat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
3. Menurut Pendapat Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan
ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
4. Menurut Pendapat Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan
untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
5. Menurut Pendapat Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa pajak
memiliki unsur-unsur, yakni :
a) Yang berhak memungut pajak hanyalah negara baik oleh pemerintah
pusat maupun oleh pemerintah daerah.
b) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
c) Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
d) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya imbalan
(kontra prestasi) individu oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak
yang dilakukan oleh para wajib pajak atau tidak ada hubungan langsung
antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.
e) Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahaan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(fungsi mengatur/regulatif)
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan dan
dalam rangka pemenuhan rasa keadilan tersebut maka pemungut pajak harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Adam Smith dalam bukunya
Wealth of Nation ada empat syarat untuk tercpainya peraturan pajak yang
adil yaitu :
Equality berarti keseimbangan dengan kemampuan atau keadilan dan
didefinisikan bahwa pemungutan pajak yang dilakukan harus adil, sesuai
dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak, tanpa memihak- mihak
dan diskriminatif.
b) Certainty
Yang dimaksud dengan certainty adalah kepastian hukum dimana setiap
pungutan pajak yang dilakukan harus berdasarkan Undang Undang dan
tidak boleh ada penyimpangan.
c) Convinience of Payment
Disebut juga dengan pemungutan pajak tepat waktu, yaitu pajak dipungut
saat wajib pajak berada di saat yang baik dan sedang bahagia, misalnya
saat baru menerima penghasilan (pajak penghasilan) atau memperoleh
hadiah (pajak hadiah).
d) Eficiency
Efficiency yaitu biaya pemungutan pajak dilakukan seefisien mungkin
sehingga tidak terjadi biaya administrative pemungutan pajak lebih besar
daripada penerimaan pajak itu sendiri.
Disamping syarat-syarat diatas, beberapa syarat lainnya adalah :
a) Syarat Sosiologis
Pajak harus dipungut sesuai kebutuhan masyarakat dengan
memperhatikan keadaan dan situasi masyarakat pada waktu tertentu,
karena pajak nantinya juga digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
c) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
d) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan yaitu :
a) Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus
dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus
(dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif)
b) Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib
bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif untuk
(KPP), sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan
pengawasan.
c) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
A. 1. 2. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)
Merupakan pajak peghasilan yang dikenakan atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh
pemotong pajak yaitu pemberi pajak, bendaharawan pemerintah, dana
pensiun, perusahaan dan penyelenggaraan kegiatan Pajak Penghasilan
Pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan secara benar oleh pemberi
kerja atas penghasilan yang diterima dan atau diperoleh sehubungan
dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan
A. 1. 3. Subjek Pajak Pengahasilan Pasal 21
a) Pegawai, adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun
tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam negeri atau
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.
b) Pegawai tetap, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara
berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas yang secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola
kegiatan perusahaan secara langsung.
c) Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji,
honorarium, dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan.
d) Pegawai lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang
bersangkutan bekerja.
e) Penerima pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang
menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan
di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang
menerima Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua.
f) Penerima honorarium, adalah orang pribadi yang menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan
g) Penerima upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian,
upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.
h) Upah harian, adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar
jumlah hari kerja.
i) Upah mingguan, adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara
mingguan.
j) Upah borongan, adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar
penyelesaian pekerjaan tertentu.
k) Upah satuan, adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar
banyaknya satuan produk yang dihasilkan.
Yang tidak termasuk dalam pengerian penerima pengasilan yang
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
a) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
b) Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
Objek pajak penghasilan pasal 21 adalah penghasilan yang dipotong
oleh pemotong pajak untuk dikenakan pajak penghasilan pasal 21
Penghasilan yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 ini adalah :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekalgus yang
pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai
berhenti bekerja.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan.
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenisnya
dengan nama apapun.
g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
dewan pegawai yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama.
h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai.
i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
j. Penghasilan dalam bentuk natura dan kenikmatan lahirnya dengan
nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak atau wajib
pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma
perhitungan khusus.
A. 1. 5. Pemotong Pajak
Yang dimaksud pemotong pajak penghasilan pasal 21 adalah
setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh Undang-undang
untuk memotong pajak penghasilan pasal 21. Pihak yang wajib
melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaaporan pajak penghasilan
pasal 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun,
badan, perusahaan penyelenggara kegiatan. Berikut ini diuraikan
pemotong pajak secara terperinci :
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk intitusi TNI/POLRI,
Pemerintahan Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah,
Lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT) yang honorarium
atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/
atau kegiatan yang dilakukan oleh pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan
atas nama persekutuannya.
e. Perusahaan, badan dan usaha tetap yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan
jasa yang dilakukan oleh pribadi dengan status Wajib Pajak Luar
f. Peruahaan, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT) yang membayar
honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan,
dan magang.
g. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, oranisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiattan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan.
A. 1. 6. Tarif PPh Pasal 21
Tarif pajak untuk PKP (Penghasilan Kena Pajak) menurut
Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 adalah :
1. Sampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tarif pajaknya
sebesar 5 % (lima pesen).
2. Di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) tarif pajaknya sebesar
15 % (lima belas persen)
3. Di atas Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tarif pajaknya sebesar
25 % (dua puluh lima persen)
4. Di atas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tarif pajaknya sebesar
A. 1. 7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang
menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan
kata lain apabila penghasilan neto wajib pajak orang pribadi jumlahnya
dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh)
Jumlah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah sebagai
berikut :
1. Rp 15.840.000,- (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
2. Rp 1.320.000,- (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk Wajib Pajak yang kawin.
3. Rp 15.840.000,- (lima belas juta delapan ratus empat puluh ibu rupiah)
tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
4. Rp 1.320.000,- (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
A. 1. 8. Peraturan Pemusatan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
PPh Pasal 21
Berdasarkan surat edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-26/
PJ.431/1998 tentang penyelesaian permohonan pemusatan pemotongan,
1. Pembayaran PPh Pasal 21 secara terpusat diperkenankan sepanjang
memenuhi persyaratan bahwa di lokasi perusahaan yang bersangkutan
tidak mempunyai kegiatan administrasi karyawan dan pembayaran gaji,
upah atau penghasilan lainnya pemenuhan persyaratan ini harus
mendapat rekomendasi dari Kepada Kantor Pelayanan Pajak Setempat.
2. Pengertian kata-kata “ di lokasi usaha terdapat administrasi karyawan
dan pembayaran gaji “ pada butir 1 adalah :
a) Di lokasi usaha terdapat penyimpanan data kepegawaian dan
dokumn-dokumen yang dipergunakan untuk dasar perhitungan PPh
Pasal 21
b) Perhitungan gaji, pembuatan daftar gaji, pembayaran gaji dan
pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan di lokasi.
c) Di lokasi usaha terdapat tata usaha keuangan yang sewaktu-wakttu
dapat dibuktikan untuk mempertanggung jawabkan sehubungan
dengan pembayaran gaji, upah atau penghasilan karyawan lainnya.
B. Penelitian Terdahulu
Proposal penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh penulis
untuk melakukan penelitian berjudul “ Penerapan Perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Pada CV. Platinum Mitra Grafika
Surabaya” milik Iwan Dhamar tahun 2006.
Berdasarkan hasil penelitian penulis tersebut, kesimpulan yang
menjurnal pembayaran PPh Pasal 21 pegawai tetap sebagai beban pajak
penghasilan yang akan merugikan secara fiskal, karena beban pajak
penghasilan adalah beban perusahaan yang tidak dapat dikurangkan di
dalam perhitungan penghasilan kena pajak perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
keduanya sama-sama melakukan penelitian terhadap Pajak Penghasilan
Pasal 21 dengan menggunakan sistem perpajakan with holding system.
Perbedaan diantara keduanya adalah subjek penelitian, penelitian terdahulu
dengan subjek CV. Platinum Mitra Grafika perusahaan swasta yang
bergerak dalam bidang percetakan sedangkan PT. Hasil Maju Sejahtera
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian insi adalah
jenis penelitian deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskiptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomenan yang diselidiki.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi secara
langsung pada perusahaan yang akan diteliti guna mendapakan gambaran
yang jelas mengenai praktek dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan
untuk membantu perusahaan dalam memahami tata cara perhitungan,
penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 pegawai tetap dan diharapkan
nantinya perusahaan mampu memenuhi kewajibannya sebagai badan
usaha yang harus melakukan sendiri perhitungan, penyetoran dan
pelaporan PPh pasal 21 terhutang.
B. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
B. 1. Deskripsi Populasi
kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam
penelitian ini adalah perhitungan pajak penghasilan pasal 21 pegawai
tetap pada PT. Hasil Maju Sejahtera Surabaya.
B.2. Penentuan Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik samplig
yang digunakan adalah sampling jenuh dimana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah seluruh karyawan tetap pada PT.
Hasil Maju Sejahtera Surabaya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan berupa
daftar pertanyaan yang terkait dengan data pegawai dan komponen gaji,
serta gambaran umum perusahaan tentang stuktur organisasi
perusahaan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan mendatangi langsung obyek penelitian yaitu
perusahaan, yang ditunjang dengan serangkaian kegiatan seperti :
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung dengan data. Adapun kegiatan wawancara ini
dilakukan dengan pimpinan dan orang-orang yang berwenang dalam
PT. Hasil Maju Sejahtera Surabaya. Utuk memperoleh data
penghasilan pegawai tetap, data status karyawan serta kebijakan –
kebijakan penggajian.
b. Dokumentasi
Yaitu teknik mengumpulkan data-data yang diperlukan berupa
dokumen-dokumen yang terdapat dalam perusahaan, dengan
mencatat, melihat dan menyalin.
c. Studi literatur
Yaitu membaca buku, peraturan perpajakan, dan literatur lain yang
mendukung penelitian.
D. Teknik Analisa Data
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai teknik
analisa data, berikut ini adalah langkah-langkah yang diterapkan oleh
penulis agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk menunjang
penelitian ini. Langkah-langkah analisis data tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan dan mengolah data serta informasi berupa data
penghasilan karyawan, daftar susunan keluarga karyawan,
2. Menganalisa data yang telah terkumpul dengan cara
membandingkan status karyawan dalam perusahaan tersebut
menurut kebijakan perusahaan dengan ketentuan pajak.
3. Menentukan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) berdasarkan
daftar susunan keluarga karyawan.
4. Menghitung PPh pasal 21 bulanan untuk pegawai tetap yang
terutang dengan cara, gaji bersih dikurangi dengan biaya jabatan
dan PTKP kemudian dikalikan tarif PPh Pasal 21. Serta dilakukan
perhitungan dengan menjumlah gaji bersih dengan THR
(Tunjangan Hari Raya)
5. Menghitung kembali PPh Pasal 21 pegawai tetap yang terutang
dengan cara menjumlah gaji bersih selama setahun dengan THR,
dikurangi dengan PTKP kemudian dikalikan dengan tarif PPh
Pasal 21.
6. Memberikan saran sekaligus memberikan pelatihan kepada staf
administrasi terkait mengenai bagaimana seharusnya perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, 2002. Perpajakan Indonesia, Gramedia, Jakarta.
Djajadiningrat, 2003. Perpajakan Teori dan Kasus, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ferldman, 2003. Perpajakan Teori dan Kasus, Eresco, Bandung.
Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.
Soemahamidjaja, 2000. Perpajakan Indonesia, Umum Press, Jakarta.
Soemitro, Rochmat, 2006. Asas dan Dasar Perpajakan, Refika Aditama,
Bandung.