• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BUSINESS DAN DEVELOPMENT SERVIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI BUSINESS DAN DEVELOPMENT SERVIC"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu model pengusaha yang usahanya dimasukkan ke dalam jenis usaha mikro, yaitu termasuk dalam kategori Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (PKM). Pedagang Kaki Lima (PKL) ini, merupakan salah satu pelaku usaha dan penggerak perekonomian dalam suatu negara juga memiliki peran penting sebagai penyangga distorsi sistem ekonomi (www.wikipedia.org). Hal ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari segi pendapatan masyarakat yang dapat meningkat sehingga hal tersebut juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang akan naik melalui sektor industri. Selain itu PKL juga memberikan sumbangan dan kontribusi yang sangat besar bagi roda perekonomian dan pembangunan pada suatu negara.

Dilihat dari perkembangan jumlah PKL yang telah mendominasi pada suatu kota ataupun wilayah meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari data statistik yang dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2007, mengenai sensus ekonomi yang dilakukan pada tahun 2006. Dalam data tersebut disebutkan bahwa terdapat 22,5 juta unit usaha di Indonesia pada 2006. Dari jumlah itu, perusahaan yang dikategorikan berskala menengah dan besar hanya 179.000 unit atau 0,8 persen. Sekitar 83,4 persen dari total jumlah unit usaha itu berskala mikro. Sekitar 15 persen berskala kecil. Lebih dari 40 persen kegiatan usaha yang terdata ini tidak mempunyai lokasi permanen. Artinya, kegiatan usaha itu bersifat informal. Misalnya, pedagang kaki lima, penjual keliling, atau pengojek bersepeda motor.” (http://bappenas.go.id/)

(2)

ketimpangan pada suatu wilayah. Selain memberikan kontribusi pada negara, keberadaan PKL juga mengalami berbagai macam permasalahan yaitu dalam bentuk kekerasan, penindasan serta ketidakadilan dari komunitas lain serta masalah sosial dan hukum atau tindak pidana yang biasanya dikenakan pada PKL. Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan adanya perhatian khusus dari berbagai pihak untuk pemberdayaan dan pengembangan PKL. Mahasiswa sebagai agent of change merupakan salah satu pilar penggerak untuk melakukan

perubahan terhadap pengembangan PKL. Dalam pengembangan PKL ini, mahasiswa tidak dapat bekerja sendiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah dan pebisnis yang notabene merupakan dua pilar pembangunan yang lain. Ketiga pihak (Triple Helix) tersebut akan melakukan sinergi untuk mengembangkan PKL. Salah satu cara pemberdayaan PKL adalah melalui program Business Development Services (BDS).

BDS merupakan salah satu lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dalam upaya mengembangkan sektor UKM. Dalam konsep yang ditawarkan, BDS diadopsi oleh pilar-pilar pembangunan yang tergabung dalam Triple Helix. Ketiga pihak tersebut memiliki fungsi dan peran masing-masing, dimana mahasiswa berperan sebagai perencana BDS, pebisnis berperan sebagai fungsi pelaksanaan BDS, dan pemerintah berperan sebagai fungsi pengembangan BDS. Melalui sinergi Triple Helix tersebut diharapkan keberadaan BDS akan semakin bermanfaat bagi pengembangan keberadaan PKL.

(3)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia?

2. Bagaimana implementasi Business Development Services (BDS) melalui sinergisitas Triple Helix sebagai pola pengembangan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL)?

1.3.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran umum keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia

2. Untuk mengetahui implementasi Business Development Services (BDS) melalui sinergisitas Triple Helix sebagai pola pengembangan usaha Pedagang Kaki Lima (PKL)

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa karya tulis ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Business Development Services sebagai pola pengembangan usaha pedagang kaki lima (PKL)

2. Bagi Pemerintah

(4)

3. Bagi Pebisnis

Bagi pebisnis karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan memberikan partisipasi guna mengembangkan usaha pedagang kaki lima melalui sinergisitas triple helix.

4. Bagi Pedagang Kaki Lima (PKL)

(5)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Pedagang Kaki Lima (PKL) 2.1.1.Pengertian Pedagang Kaki Lima

Definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga berskala kecil, menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh di luar bangku sekolah, tidak dapat diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan penuh (Hadji Ali, 1985).

Pedagang Kaki Lima atau (PKL) adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya (www.wikipedia.org).

2.1.2.Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima

Menurut Wirosardjono (2003) pengertian pedagang kaki lima adalah kegiatan sektor marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal waktu, permodalan maupun penerimaannya.

2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatannya sering dikategorikan “liar”).

3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan dasar hitung harian.

(6)

5. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha yang lain.

6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.

8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha yang mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama. 9. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan dan

sebagainya.

2.2. Tinjauan Mengenai Business Development Services

Business Development Service (BDS) ditinjau dari aspek operasioanal merupakan jasa layanan pengembangan usaha untuk meningkatakan kinerja perusahaan, akses pasar dan kemampuan bersaing, yang bersifat non financial, bersifat dinamis dengan cakupan yang luas serta fokus kepada kebutuhan usaha kecil, yang mana dalam konteks ini ialah pedagang kaki lima (PKL). Ditinjau dari aspek kelembagaannya Business Development Service (BDS) adalah suatu lembaga atau bagian dari lembaga yang memberikan layanan pengembanagan bisnis dalam rangka meningkatkan kinerja pedagang kaki lima. Lembaga tersebut berbadan hukum dan bukan lembaga keuangan serta dapat memeperoleh federasi jasa layanan (Program Business Development Strategy) (BDS) atau lembaga pelayanan Bisnis (LPB) propinsi Jawa Timur, Dinas Koperasi, Pengusaha Keci dan Menengah Propinsi Jawa Timur, 2002)

Layanan Pengembanagan Bisnis adalah layanan yang diberikan BDS kepada UKM yang meliputi kegiatan antara lain :

(7)

4. Melakukan bimbingan / pendampingan 5. Menyelenggarakan kontak bisnis 6. Fasilitasi dalam memperluas pasar 7. Fasilitasi dalam memperoleh permodalan

8. Fasilitasi dalam pengembangan organisasi dan manajemen 9. Fasilitasi pengembangan teknologi

10.Penyusunan proposal pengembangan usaha

2.3. Tinjauan Mengenai Triple Helix

Triple helix adalah istilah dari bangun geometri yang terdiri dari tiga buah jalinan menyerupai susunan rantai DNA (Harjanto Sri, 2004). Sedangkan triple helix ABG adalah jalinan antara academian (akademisi), business (bisnis), dan government (pemerintah). Peran yang dimiliki oleh academian, business, dan government berbeda-beda sesuai dengan kapasitas masing masing. Berikut

gambaran sinergisitas model triple helix ABG,

(8)

Secara umum, komitmen triple helix ABG meliputi lima hal, antara lain (Dipta Wayan I, 2008) :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya insani.

2. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha, di antaranya sistem administrasi negara, kebijakan dan peraturan, serta infrastruktur yang memadai bagi perkembangan usaha.

3. Apresiasi terhadap insan kreatif dan karya kreatif yang dihasilkan, terutama yang berperan menumbuhkan rangsangan berkarya, dalam bentuk dukungan finansial maupun nonfinasnsial.

4. Mendorong percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, yang erat kaitannya dengan akses masyarakat untuk mendapat informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar.

(9)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan

Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang memberikan gambaran dan penjelasan mengenai keberadaan pedagang kaki lima serta program Business Development Services (BDS). Menurut Nazir (1999), tujuan penulisan

deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Pendekatan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sudikin (2002), penulisan dengan pendekatan kualitatif adalah penulisan yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan atau kejadian melalui proses berpikir induktif (logico indicative abstraktif)

3.2 Sumber Data

(10)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah kepustakaan. Kepustakaan yaitu membaca literatur – literatur yang berkaitan serta menunjang penulisan ini. Literatur yang digunakan adalah literatur – literatur mengenai pemberdayaan pedagang kaki lima dan Business Development Services (BDS) 3.4 Teknik Analisis Data

Adapun tahapan proses analisis data dalam karya tulis ini yaitu : 1. Pengumpulan data (data collection)

Pengumpulan data yang dimaksud adalah proses awal untuk mengumpulkan informasi atau fakta – fakta yang ada, yang berupa data sekunder.

2. Reduksi data (data reduction)

Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya data – data yang telah diperoleh dipilah – pilah berdasarkan tujuan penulisan, sehingga dapat direduksi untuk mendukung karya tulis yang dibuat.

3. Penyajian data (data display)

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan penulisan sehingga mudah untuk dimengerti.

4. Kesimpulan, penarikan, dan verifikasi (conclusion, drawing, and verification)

(11)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Keberadaan PKL di Indonesia

Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu model pengusaha yang usahanya dimasukkan ke dalam jenis usaha mikro, yaitu termasuk dalam kategori Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah (PKM). Pedagang Kaki Lima (PKL) ini, merupakan salah satu pelaku usaha dan penggerak perekonomian dalam suatu negara juga memiliki peran penting sebagai penyangga distorsi sistem ekonomi. Pedagang Kaki Lima merupakan pedagang yang menjual atau berdagang dengan menggunakan kereta dorong yang mempunyai 3 roda serta 2 kaki pedagang itu sendiri sehingga sering disebut pedagang kaki lima. Namun, pengertian PKL dan area tempat mereka berdagang telah mengalami banyak pergeseran. Seiring dengan peningkatan populasi penduduk, PKL bermunculan di banyak tempat, memanfaatkan tiap celah yang dinilai memberi peluang untuk menjual dagangannya.

Pedagang kaki lima pada umumnya adalah self-employed, artinya mayoritas PKL terdiri dari satu tenaga kerja atau mereka berkerja sediri. Modal yang dimiliki relatif kecil, dan terbagi atas modal tetap, berupa peralatan, dan modal kerja. Dana tersebut jarang sekali dipenuhi dari lembaga keuangan resmi. Biasanya PKL mendapatkan dana atau pinjaman dari lembaga atau perorangan yang tidak resmi, atau bersumber dari supplier yang memasok barang dagangan kepada PKL. Hal ini juga tidak sebanding dengan tingkat keuntungan yang diperoleh yaitu relatif kecil jika dimasukan dalam pendapatan mereka. Sehingga kemungkinan untuk mengadakan investasi modal maupun ekspansi usaha sangat kecil (Hidayat,1978).

(12)

yang tidak didasari oleh pemahaman informalitas perkotaan sebagai bagian yang menyatu dengan sistem perkotaan akan cenderung mengabaikan tuntutan ruang untuk sektor informal termasuk PKL. Hal ini yang mengakibatkan PKL menempatkan dirinya pada tempat yang kurang terstruktur sebagai contoh seperti dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional ,emperan toko, di pojok jalan, kawasan perumahan, di pintu jalan masuk tol, di persimpangan lampu merah (traffic light) dan jalan umum, bahkan di depan sekolah dan rumah sakit.

4.2. Konsep Business Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas Triple Helix

Business Development Services (BDS) merupakan salah satu program pemerintah yang digunakan untuk pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Selama ini, pelaksanaan BDS masih terfokus pada pembentukan lembaga untuk melayani UKM melalui beberapa kegiatan, dimana kegiatan tersebut terbagi ke dalam tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi perencanaan, meliputi: layanan informasi, layanan konsultasi, bimbingan/pendampingan, dan penyusunan proposal pengembangan usaha, 2) fungsi pelaksanaan, meliputi: layanan pelatihan, fasilitasi pengembangan organisasi dan manajemen, fasilitasi dalam memperoleh permodalan, dan 3) fungsi pengembangan, meliputi: penyelenggaraan kontak bisnis, fasilitasi dalam memperluas pasar, serta pengembangan teknologi.

(13)

4.3. Implementasi Business Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas Triple Helix

Berdasarkan konsep BDS yang telah dipaparkan sebelumnya, maka implementasi dari konsep tersebut adalah sebagai berikut:

A. Akademisi (academia) berperan dalam fungsi perencanaan

Fungsi perencanaan dalam BDS meliputi layanan informasi, layanan konsultasi, bimbingan atau pendampingan, dan penyusunan proposal pengembangan usaha. Dalam hal ini, setiap PKL di suatu daerah memiliki satu konsultan dari mahasiswa dan dua pendamping lapang yang juga berasal dari mahasiswa.

a. Akademisi (mahasiswa) melakukan fungsi pemberian layanan informasi dengan cara menjembatani antara pihak PKL dengan pihak pemerintah. Hal ini bertujuan agar kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah mengenai keberadaan PKL dapat tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu, mahasiswa juga berperan untuk menyampaikan aspirasi pihak PKL kepada pihak pemerintah.

Academia Business

Government BDS

(14)

b. Layanan konsultasi diberikan dengan cara membuka layanan konsultasi bagi PKL yang ingin berkonsultasi mengenai pelaksanaan usahanya. Agar layanan konsultasi berjalan dengan baik, maka setiap PKL memiliki setidaknya satu mahasiswa sebagai konsultan.

c. Bimbingan atau pendampingan dilakukan oleh dua orang mahasiswa, dimana pendampingan tersebut dilakukan dengan cara mahasiswa terjun langsung dalam pelaksanaan usaha. Pendampingan ini dapat dilakukan pada saat proses produksi ataupun dengan mengadakan inspeksi mendadak (sidak) pada tempat PKL menjalankan usahanya.

d. Penyusunan proposal pengembangan usaha dilakukan dengan cara membimbing PKL untuk membuat proposal bisnis sederhana. Proposal tersebut dibuat dan ditujukan pada pebisnis untuk mencari tambahan modal.

B. Pebisnis (business) berperan dalam fungsi pelaksanaan, meliputi layanan pelatihan, fasilitasi pengembangan organisasi dan manajemen, fasilitasi dalam memperoleh permodalan.

a. Layanan pelatihan yang diberikan oleh pebisnis kepada PKL meliputi pelatihan mengenai produksi, pemasaran, serta keuangan. Dalam hal ini, pebisnis bekerja sama dengan mahasiswa. Pelatihan ini dilakukan melalui penyelenggaraan workshop sehingga PKL dapat melakukan praktek secara langsung.

(15)

c. Melalui Corporate Social Responsibility (CSR)nya, perusahaan memfasilitasi PKL dalam memperoleh permodalan. Hal tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan mahasiswa disaat PKL proposal pengembangan usaha telah disusun. Pebisnis akan memilih proposal bisnis yang paling baik untuk mendapatkan modal dari perusahaannya.

C. Pemerintah (government) berperan dalam fungsi pengembangan, meliputi: penyelenggaraan kontak bisnis, fasilitasi dalam memperluas pasar, serta pengembangan teknologi

Penyelenggaraan kontak bisnis dilakukan dengan cara memberikan kontak bisnis kepada PKL melalui bantuan mahasiswa. Dengan adanya kontak bisnis ini diharapkan jaringan PKL akan semakin luas sehingga daerah pemasaran juga akan semakin luas. Selain itu, [emerintah juga berperan untuk melakukan penataan tempat untuk PKL menjalankan usahanya, sehingga para PKL tersebut tidak khawatir akan terjadi penggususran oleh pemerintah.

4.4. Kelebihan dan Kendala Implementasi Business Development Services (BDS) melalui Sinergisitas Triple Helix sebagai Pola Pengembangan Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL)

(16)

Selain kelebihan tersebut, implementasi BDS tidak akan dapat terlaksana jika para pedagang kaki lima itu sendiri tidak mau memberikan dukungan. Biasanya para pedagang kaki lima ataupun para pelaku sektor usaha mikro akan sulit untuk mengikuti program yang dicanangkan oleh pemerintah. Mereka cenderung untuk menghindar dengan anggapan bahwa mereka tidak membutuhkan penyuluhan berupa workshop dan kegiatan lain yang mengharuskan mereka untuk meninggalkan usahanya sejenak. Selain dari para pedagang kaki lima itu sendiri, kendala lain yang mungkin timbul adalah susahnya mencari pebisnis yang mampu bergabung dalam BDS ini.

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini antara lain sebagai berikut:

1. Business Development Services (BDS) dapat dijadikan salah satu pola pengembangan usaha pedagang kaki lima

2. Agar pelaksanaan BDS dapat berjalan lancar, maka diperlukan adanya sinergi antara tiga pilar pembangunan (Triple Helix) yang meliputi akademisi, pebisnis, dan pemerintah.

3. Dalam pelaksanaan BDS, akademisi berperan dalam fungsi perencana, pebisnis sebagai pelaksana dan pemerintah sebagai fungsi pengembangan 4. Implementasi BDS melalui sinergisitas Triple Helix tersebut akan mampu

mewadahi pedagang kaki lima sehingga usaha mereka mampu berkembang dan mampu menambah tingkat pendapatan asli daerah maupun pendapatan nasional.

5.2. Saran

Agar BDS terlaksana dengan baik, maka saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah hendaknya benar-benar mendukung terlaksananya BDS melalui pembuatan kebijakan-kebijakan dan regulasinya mengenai usaha pedagang kaki lima (PKL)

2. Bagi Pebisnis

Pebisnis hendaknya benar-benar memanfaatkan pelaksanaan BDS untuk melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) nya

3. Bagi Akademisi

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Penyangga Distorsi Sistem Ekonomi, (http://www.wikipedia.org), diakses pada tanggal 10 Oktober 2011

Anonymous. 2007. (http://bappenas.go.id/), diakses pada tanggal 10 Oktober 2011

Arif, 2010. Industri Kreatif, (online), (http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/industri-kreatif/), diakses pada tanggal 10 Oktober 2011

Dinas Koperasi, Pengusaha Keci dan Menengah Propinsi Jawa Timur, 2002. (http://www.wikipedia.org), diakses pada tanggal 15 Oktober 2011

Harjanto, Sri. 2004. Catatan Kebijakan Nasional PPI Jepang (http://io.ppijepang.org/v2/), diakses pada tanggal 17 oktober 2011

Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nazir, Moh. 1999. Metodologi Penelitian,Edisi kedua, Cetakan Pertama. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Soetjipto, Wirosardjono. 2003. Batasan dan Masalah Sektor Informal. Jakarta: LP3ES

(19)

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Ika Fitriani

NIM : 0810220111

Tempat dan Tanggal Lahir : Blitar, 6 April 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Program Studi : Ekonomi&Bisnis/Manajemen Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Malang Alamat : Jl. Watugilang I No. 3 Malang

No Telp/HP : 085755539990

E-mail : ikafitrianifeub@gmail.com 2. Nama Lengkap : Lita Permatasari

NIM : 0910233096

Tempat dan Tanggal Lahir : Situbondo, 22 Oktober 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Program Studi : Ekonomi&Bisnis/Akuntansi Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Malang

Alamat : Jl. Terusan sigura-gura Blok C3 Malang

No Telp/HP : 08980569269

E-mail : arta_permata@yahoo.co.id

3. Nama Lengkap : Adhistya Cinta Dhama Istari

NIM : 0910233096

Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 19 April 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Fakultas/Program Studi : Ekonomi&Bisnis/Ilmu Ekonomi Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Malang Alamat : Jl. MT. Haryono No. 79 Malang

No Telp/HP : 085735174141

Gambar

Gambar 4.1. Sinergisitas Triple Helix dalam BDS

Referensi

Dokumen terkait

Anjuran kepada masyarakat kota Cimahi pada umumnya, khususnya para Wajib Pajak Hotel yang telah terdaftar agar melaksanakan kewajibannya sesuai prosedur yang berlaku sehingga

Dari skripsi Tien Martiningsih yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Strategi Multiple Intelligence di SD Negeri

Tetapi suatu hal yang sangat menarik terjadi pada bulan Mei dimana baik volume endapan maupun jumlah sel fitoplankton mencapai harga maksimal, sedangkan curah hujan meskipun

Dengan mengambil lokasi wisata Air Terjun Sendang Gile, tujuan penelitian ini adalah mengestimasi fungsi permintaan rekreasi dan mengestimasi nilai tarif masuk yang dapat

AKHMAD SYAHRI : “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas

Guru menjelaskan pada tiap-tiap kelompok barang apa saja yang sudah dibawak dari dirumah untuk dijual belikan saat Market Day anak dipersilahkan untuk menata

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dinyatakan bahwa pengembangan buku petunjuk praktikum IPA merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu produk berupa bahan cetak

• Apabila ada orang lain yang menyelidiki masalah yang hampir sama atau belum terjawab persoalannya, calon peneliti dapat mengetahui metode apa yang digunakan, hasil-hasil apa