• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENTASI

Pendahuluan

Pemerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif.

Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran tematik secara konseptual dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.

Arti dan Prinsip Dasar Pembelajaran

Tematik

(2)

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.

1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.

Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.

2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan

tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik Sebagai berikut 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.

2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa

Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

(3)

5. Bersifat fleksibel

Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran. 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut:

1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan

pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui

pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada

hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.

Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik

Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:

1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran

dalam tema yang sama.

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

4. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain

dan pengalaman pribadi siswa.

5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema

yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata.

7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat

dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.

(4)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:

1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan

utuh.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap

topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan. 3. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.

4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.

Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa

2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap

terhadap gagasan orang lain.

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam

mata pelajaran secara tepat.

Implementasi Pembelajaran Tematik di

Sekolah Dasar

(5)

Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.

Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas-kelas bawah (kelas-kelas 1 dan 2) atau kelas-kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.

Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik

2. Penerapan pembelajaran tematik

Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.

3. Evaluasi Pembelajaran Tematik

(6)

Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna dan utuh. Pembelajaran tematik ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena pembelajarannya lebih berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

Pembelajaran tematik agar berhasil dengan baik perlu dilakukan dengan menempuh tahapan perencanaan, penerapan dan evaluasi.

Daftar Pustaka

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004.

Malang: Bayumedia Publishing.

Posted by Ly Hakim at 9:50 PMNo comments:

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest

Labels: Model Pembelajaran (Learning Model)

Wednesday, June 01, 2011

Ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

inovatif

Pembelajaran Inovatif

(7)

sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.

Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

Pelajaran bahasa Inggris di sekolah dan madrasah misalnya, tidak perlu memakai materi asli yang cenderung sekuler. Bahasa Inggris untuk MTs bisa dikembangkan sendiri, misalnya dengan menggunakan wacana-wacana ke-Islam-an tentang salat, puasa, zakat/sedekah, dan pergi haji. Penggunaan wacana-wacana khas ini tidak berarti harus mengabaikan wacana-wacana umum yang lazim misalnya tentang interpersonal interaction, tentang daily life dan tentang hospitality.

(8)

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam memba- ngun proses pembelajaran inovatif.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:

 menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat dan bermartabat;

 menerapkan pelbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;

 memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan;

 melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.

Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:

 merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku;

 berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;

 menggunakan perangkat tekonologi maju dalam proses belajar.

Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi.

Ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inovatif

1) Examples non-examples, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran; b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui power point;

c. Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisis gambar ;

d. Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian yang merupakan contoh dan bukan contoh, lalu mencatat hasilnya;

(9)

f. Guru mengomentari dan memberi penjelasan mengenai materi sesuai dengan sesuai tujuan yang ingin dicapai;

g. Simpulan.

2) Numbered heads together, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;

b. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;

e. Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain; f. Simpulan.

3) Cooperative script, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;

b. Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya; c. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara itu, para siswa pendengar: 1) menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; 2) membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

 Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;

 Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;

 Penutup

(10)

a. Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor;

b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal, dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;

c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;

d. Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain; e. Simpulan.

5) Student teams-achievement divisions (STAD), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);

b. Guru menyajikan pelajaran;

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;

e. Memberi evaluasi; f. Simpulan.

6) Jigsaw (Model Tim Ahli), dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa; b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;

c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;

(11)

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; g. Guru memberi evaluasi;

h. Penutup.

7) Problem-based instructions (PBI), dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;

b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.) ;

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah ;

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya ;

Referensi

Dokumen terkait

5 Dalam pembahasan lain disebutkan bahwa bala’ bisa berbentuk nikmat, cobaan atau ujian, dan sesuatu yang dibenci ( makruh ). Adapun contoh bala>’ dalam bentuk

- Secara bersama-sama dan berkesinambungan antara tim pembimbing dan mahasiswa mendiskusikan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam skripsi yang meliputi judul

dan bukan merupakan hasil karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali dinyatakan dalam teks, seandainya diketahui bahwa laporan kerja praktek ini ternyata

3.1.3.1 Use Case Diagram Parkir Pendaftaran Membuat Laporan Pengaturan Sistem Pengisian Saldo Pemblokiran Pengguna Pengaturan Koneksi RFID Pengaturan Biaya Parkir Pengaturan

Siapkan jarak rangka 60 x 60 cm dengan ukuran yang tepat, tegak lurus vertikal dan terdapat rangka tambahan pada bagian area sambungan untuk menghindari keretakan pada

Diagnosis untuk vertigo psikogenik tentu terkait dengan Gangguan Psikiatrik yang mendasarinya (Gangguan Fobia, Gangguan Panik, Gangguan Cemas

Ciptaan nilai tambah menurut penggunaan para pelaku aktivitas produksi dan transaksi komoditi perikanan di TPI Sodohoa tahun 2015 adalah sebesar Rp199.410.000.000,-

 Konsumsi semen yang merupakan bahan dari beton pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 50 juta ton dan terus mengalami kenaikan permintaan terutama di luar Pulau Jawa.. 