• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TAX TREATY DALAM MODEL OECD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN TAX TREATY DALAM MODEL OECD"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TAX TREATY

DALAM MODEL OECD, UN,

DAN MODEL INDONESIA

(2)

MODEL

UN (United Nations)

Model yang

OECD (Organization For Economic Cooperation and Dvelopment)

Model yang

dikembangkan oleh negara-negara Eropa

Barat, prinsip yang digunakan adalah azas pengenaan pajak

(3)

MODEL INDONESIA

Adalah Model P3B yang merupakan

(4)

Pasal 1 (Person covered)

tentang orang yang tercakup dalam persetujuan

This convention shall apply to persons who are residents of one or both of constracting states.

Persetujuan ini berlaku terhadap orang-orang dan badan-badan yang merupakan penduduk salah satu atau kedua negara yang terikat persetujuan .

• UN maupun OECD model, tidak ada perbedaan . Model Indonesia mengganti istilah convention

(5)

Pasal 2 (Taxes Covered)

tentang pajak-pajak yang tercakup dalam persetujuan

UN,OECD, dan Model Indonesia pada umumnya tidak ada

perbedaan

Model Indonesia mengganti istilah convention dengan

agreement

Model indonesia pengenaan pajak hanya atas pajak

penghasilan dan semua pajak yang dikenakan atas seluruh penghasilan, atau unsur dari penghasilan termasuk pajak atas keuntungan dari pemindahtanganan harta bergerak atau harta tidak bergerak.

Negara Indonesia memang tidak mengenakan pajak atas

kekayaan, namun jika terdapat tambahan kekayaan neto lainnya sesuai pasal 4 ayat 1 huruf p UU PPh juga

(6)

Pasal 3 (General Defnitions)

tentang istilah umum

Pasal 3 ayat 1 :

1. Istilah “person” meliputi orang pribadi, perseroan dan setiap badan lainnya dari person.;

(7)

3. Istilah “perusahaan” dari suatu

negara pihak pada persetujuan dan perusahaan dari suatu pihak pada persetujan lainnya” berarti suatu perusahaan yang dijalankan oleh penduduk suatu negara yang

terlibat dalam persetujuan dan

suatu perusahaan yang dijalankan

(8)

4. Istilah “lalu lintas internasional” berarti setiap pengangkutan oleh kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan oleh

perusahaan yang menempatkan efektif manajemennya di suatu negara pihak pada persetujuan (domisili), kecuali jika kapal laut atau pesawat udara itu

semata-mata dioperasikan antara

(9)

5. Istilah pejabat yang berwenang berarti: a)Di negara A : ………..

b)Di negara B : ……….. 6. Istilah warga negara berarti:

a)Setiap individu yang memiliki

kewarganegaraan dari salah satu negara yang terlibat pada persetujuan.

b)Setiap badan hukum, persekutuan atau

(10)

Perbedaan :

UN,OECD, dan Model Indonesia pada

umumnya tidak ada perbedaan

Pada pasal 3 ayat 1, model Indonesia

(11)

• Pada pasal 3 ayat 1huruf e, istilah lalu lintas internasional menurut model Indonesia

adalah jasa angkutan oleh kapal atau pesawat udara yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan yang di negara yang terikat persetujuan, kecuali jika kapal laut atau pesawat udara itu semata-mata

dioperasikan antara tempat-tempat yang berada di nrgara pihak pada persetujuan lainnya.

• Sedangkan OECD Model, menambahkan

istilah perusahaan dan istilah usaha. Istilah “perusahaan” yang melakukan kegiatan

dalam berbagai usaha. Sedangkan istilah usaha termasuk jasa-jasa profesional dan

(12)

Pasal 3 ayat 2

Dalam penerapan persetujuan ini oleh suatu negara yang

terlibat dalam persetujuan, setiap istilah yang tidak dirumuskan, kecuali jika dari hubungan kalimatnya harus diartikan lain, akan diartikan menurut perundang-undangan pajak dari negara yang terlibat dalam persetujuan yang berlaku pada saat itu. Dan bila istilah yang sama diberikan oleh undang-undang lain di negara tersebut maka yang berlaku adalah arti yang ada di dalam undang-undang perpajakan.

Bilamana terdapat istilah yang tidak dirumuskan dalam

(13)

Pasal 4 (Tentang resident)

tentang penduduk

Pasal 4 ayat 1 :

• Untuk kepentingan persetujan ini istilah “penduduk dari negara yang mengadakan persetujuan” berarti setiap orang atau badan yang, menurut perundang-undangan negara tersebut, dapat dikenai pajak di negara itu berdasarkan domisilinya, tempat kediamannya, tempat kedudukan manajemennya atau dasar lainnya yang sifatnya serupa.

• Bahwa penghasilan dikenakan berdasarkan azas domisili, hal ini mengingat adanya negara yang memberikan sumber penghasilan juga mengenakan pajak dan negara domisili juga mengenakan pajak oleh karena itu terdapat kalimat dapat, karena kedua negara yang terlibat dalam perjanjian mengenakan pajak. (Penjelasan)

(14)

Perbedaan :

Model UN, menambah kalimat place

of incorporation, yaitu tempat

perusahaannya. Sedangkan untuk pasal 4 dan ayat lainnya antara

model UN dan OECD tidak ada perubahan.

Model Indonesia mengganti islilah

convention dengan agreement

Model Indonesia tidak menggunakan

(15)

Pasal 5 (Permanent Estabilishment)

tentang Badan Usaha Tetap

1. Dalam pasal 5 ayat 1, Model Indonesia

menggunakan istilah agreement sedangkan

UN dan OECD Model menggunkan istilah

convention

2. Dalam pasal 5 ayat 2, Model Indonesia

menambahkan bahwa BUT termasuk gudang atau gerai penjualan dan sebuah pertanian atau perkebunan, serta tempat pengeboran minyak atau kapal kerja yang digunakan

(16)

3. Dalam pasal 5 ayat 3 Tax Treaty, OECD hanya menjelaskan bahwa sebuah Bangunan ,

konstruksi, atau proyek instalasi dianggap BUT kalau kegiatannya berlangsung selama lebih dari 12 bulan, sedangkan UN Model 6 bulan, dan

Indonesia Model menambahkan atau aktivitas berlanjut selama periode lebih dari …….. bulan. 4. Pasal 5 ayat 4 model Indonesia menambah

pengecualian BUT adalah pengurusan suatu

tempat tertentu dari suatu usaha semata-mata dengan maksud untuk tujuan iklan atau

(17)

5. Ayat 5 Model OECD hanya menjelaskan bahwa dapat juga dianggap memiliki BUT di sebuah negara apabila memiliki kuasa untuk menandatangani kontrak atas nama perusahaan tersebut, kecuali jika kegiatannya semata-mata sebagaimana disebutkan Pasal 5 ayat 4. 6. Model indonesia menambahkan dalam Pasal 5 ayat 4,

bahwa yang dianggap BUT apabila membuat atau melakukan proses barang-barang perusahaan atau barang persediaan untuk perusahaan induk di suatu negara lain.

(18)

8. Dalam ayat 7 Model OECD tidak mengatur adanya agen yang semata-mata menjalankan atas nama perusahaannya saja atau tidak, yang penting jika usahanya semata-mata sebagai agen maka tidak dianggap sebagai BUT, sedangkan model UN maupun Indonesia menambahkan, jika kegiatan agen seluruhnya atau hampir seluruhnya dilakukan atas nama perusahaan itu, ia dianggap sebagai BUT, karena bukan dianggap sebagai agen yang berdiri sendiri.

(19)

Pasal 6 (Income From Immovable Property)

tentang Pendapatan dari harta tidak bergerak

Model UN dan Indonesia pasal 6 ayat

4 menambahkan kalimat untuk dikenakan pajak atas harta tidak

bergerak juga terhadap penghasilan dari harta tak gerak yang

digunakanuntuk pelaksanaan jasa-jasa profesi. Untuk ayal lainnya

(20)

Pasal 7 (Business Profts)

tentang laba usaha

1. Pasal 7 ayat 1, untuk model UN dan Indonesia, laba BUT lebih diperjelas, termasuk jika perusahaan induk

melakukan Penjualan barang-barang atau barang dagangan di negara

lainnya, yang jenisnya sama atau

serupa, atau kegiatan usaha lainnya yang dilakukan di negara lain yang jenisnya sama atau serupa seprti yang dilakukan BUT di negara

(21)

2. Pasal 7 ayat 3, biaya yang tidak dapat dikurangkan oleh BUT untuk untuk model UN dan Indonesia, lebih diperjelas, yaitu tentang biaya yang tidak dapat

dikurangkan ialah pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh BUT kepada kantor pusatnya atau

kantor-kantor lain milik kantor pusatnya (selain dari penggantian biaya yang benar-benar dikeluarkan),

yaitu yang berupa royality, imbalan atau pembayaran serupa untuk jasa yang dilakukan atau untuk jasa

(22)

3. Pasal 7 ayat 5, untuk model OECD, ditambah tidak dianggap ada laba BUT, jika hanya

karena pembelian barang atau barang dagangan kepada perusahaan induk.

4. Model Indonesia tidak menggunakan pasal 7 ayat 4 dalam UN model, Indonesia tidak

menggunakan rumus atas suatu pembagian laba BUT, namun menggunakan

(23)

Pasal 8 (shipping, inland waterways transport and air transport)

tentang perkapalan, pengangkutan sungai dan pesawat udara

1. Pasal 8 ayat 1, model Indonesia, menerapkan pemajakan di negara sumber, tetapi pajak yang dikenakan akan

dikurangi dengan jumalah yang sepadan dengan 50% dari padanya.

2. Model Indonesia pada Pasal 8 ayat 2, mengatur bahwa laba yang berasal dari pengoperasian pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional, hanya akan

dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana perusahan yang mengoperasikan pesawat tersebut berkedudukan

(24)

Model UN untuk pasal 8 ada

alternatif A dan alternatif B

Model OECD dan Indonesia tidak

(25)

Pasal 9 (hubungan

istimewa)

1. Dalam pasal 9 ayat 3, model Indonesia menyatakan bahwa suatu negara yang terikat persetujuan tidak akan merubah laba dari sebuah perusahaan dalam keadaan sesuai pada ayat 2 setelah habis batas waktu yang disajikan dalam hukum perpajakannya.

(26)

Pasal 10 dividends

tentang dividen

1. Dalam UN, pemajakan dividen tergantung kesepakatan kedua negara, pada

umumnya lebih rendah dari model OECD 2. OECD tarif dividen ditentukan sebesar 5%

jika kepemilikan sahamnya minimal 25%, sedangkan laninya 15%, sedangkan

model UN ditentukan sebesar ……. Persen tergantung hasil negoisasi, namun tarif

(27)

3. Model Indonesia , dalam pasal 10ayat 2,

menambahkan bahwa pembeban pajak tidak melebihi ….. Persen dari jumlah kotor

deviden. Ayat ini tidak akan mempengaruhi pajak perusahaan menyangkut dividen

dibayar dari laba mana yang dikeluarkan. 4. Pasal 10ayat 5, Model Indonesia

menambahkan bahwa laba BUT akan

dikenakan pajak tambahan menurut hukum UU perpajakan Indonesia , dan pajak tersebut tidak melebihi …..persen dari jumlah laba

(28)

5. Model Indonesia tidak menerapkan Pasal 10 ayat 5 UN model

6. Model Indonesia menambahkan Pasal 10 ayat 6, ketentuan pada

ayat 5 dari pasal ini (pasal 10), tidak mempengaruhi ketentuan yang

terkandung dalam kontrak bagi hasil minyak dan gas yang telah

(29)

Pasal 11 (Interest)

tentang bunga

1. Pasal 11 ayat 2, UN dan Model Indonesia menegaskan presentase tergantung

kesepakatan kedua negara, sedangkan OECD jelas menegaskan bahwa pemajakan bunga tidak boleh melebihi 10% dari jumlah bruto. 2. Pasal 11 ayat 4, UN lebih menjelaskan bahwa

(30)

3. Model Indonesia ,menambahkan Pasal 11 ayat 3, yang menyatakan bahwa bunga yang diterima oleh pemerintah, negara bagian atau pemerintah daerah, akan

dibebaskan penegnaan pajaknya. 4. Untuk ayat lainnya dalam Pasal 11,

(31)

Pasal 12 (Royalties)

tentang royaliti

1. Pasal 12 ayat 2, di UN dan Model Indonesia mengatur tarif royaliti berdasarkan kesepakatan kedua

negara dalam persetujuan,

sedangkan dalam OECD tidak

dijelaskan lebih lanjut tarif

(32)

2. Pasal 12 ayat 3, di Model Indonesia, istilah “royalti” lebih diperjelas yaitu pembayaran secara berkala atau bukan, dan dalam bentuk apapun yang dibuat sebagai pertimbangan untuk:

a. Penggunaan dari, atau hak untuk menggunakan, hak cipta apapun, hak paten, disain atau model, rencana, rumusan yang rahasia atau cara pengolahan, merek dagang atau hak milik lainnya atau hak atau;

b. Penggunaan dari, atau hak untuk menggunakan industri, perdagangan atau pengetahuan perlengkapan-perlengkapan industri.

(33)

d. Persediaan tentang segala bantuan yang pokok atau sampingan tentang hak kekayaan atau hak milik

sebagaimana disebutkan dalam

subparagraph (a), apapun peralatan seperti tersebut di dalam

subparagraph (b), atau apapun

(34)

e. Penggunaan dari, atau hak untuk penggunaan:

i. Film gambar hidup; atau

ii. Film atau video untuk digunakan dalam penghubung dengan

televisi atau

iii.Tape untuk digunakan dalam

(35)

Sedangkan model OECD hanyaterbatas pada istilah

“royaliti” berarti segala jenis pembayaran yang diterima sebagai balas jasa atas penggunaan, hak menggunakan setiap hak cipta kesusasteraan , kesenian atau karya ilmiah, termasuk flm-flm sinematograf, paten. Merk dagang, desain atau

model, rencana, rumus rahasia atau cara

pengolahan, atau untuk keterangan mengenai pengalaman di bidang industri, perdagangan atau ilmu pengetahuan.

(36)

Pasal 13 (Capital Gains)

tentang keuntungan harta bergerak

1. Model OECD, dalam pasal 13 ayat 2 keuntungan dari pemindahtanganan harta bergerak dari BUT, tidak mencakup defnisi harta bergerak yg merupakan bg. dari suatu tempat usaha tetap yang tersedia bagi penduduk salah satu negara untuk melakukan

pekerjaan bebas, sedangkan model UN dan

Indonesia menjelaskan tentang tempat usaha tetap untuk pekerjaan bebas jika melakukan pengalihan harta, keuntungannya dikenakan di suatu tempat tetap tersebut, karena termasuk defnisi BUT.

(37)

Pasal 14 (Independent Personal Service)

tentang pekerjaan bebas

1. Salam OECD Model, pasal 14 dihapus, sedangkan

dalam model Indonesia dalam ayat 1 Pendapatan yang diperoleh penduduk dari suatu negara yang terkait

persetujuan menyangkut jasa yg profesional atau aktivitas lainnya yang berdiri bebas, akan dapat dikenakan pajak di negara itu, kecuali jika ia

mempunyai suatu tempat tertentu yg secara teratur menyediakan untk pegawai pekerja bebas di negara lain untuk kepentingan melakukan aktivitas atau ia

hadir di negara lain untuk suatu periode atau melebihi periode-periode …..hari selama 12 bulan. Jika …..

(38)

Pasal 15 (Dependent Personal Services)

tentang pekerjaan dalm hubungan kerja

1. Tdk ada perbedaan dalam pasal 15 ayat 1 dan 2, baik UN, OECD

maupun Indonesia

2. Dalam Pasal 15 ayat 3 Indonesia

model tidak mengatur penghasilan pekerjaan di atas perahu dlm

pengangkutan sungai, yg dpt dikenakan pajak di negara yg

(39)

Pasal 16 (Directors’fee)

1. Dalam Model OECD tidak mengatur tentang penghasilan lain-lain yang kedudukannya sebagai manejer dapat dikenakan pajak di Negara lain.

2. Dalam Model Indonesia, menjelaskan ketentuan sehingga menjadi sebagai berikut; Pembayaran direktur dan lain pembayaran yang serupa yang diperoleh oleh penduduk dari suatu negara yang terikatpersetujuan didalam kapasitasnya sebagai anggota dari dewan direktur atau badan yang serupa dari suatu perusahaan yang berkedudukan di negara dikenakan pajak di negara lain tersebut.

(40)

Pasal 17 (Artistes and sportspersons)

tentang artis dan atlit

1. Istilah olahragawan, jika model UN adalah Sportsperson, Model OECD adalah Sportsman sedangkan Model

Indonesia adalah Athlete.

2. Model Indonesia menambahkan dalam pasal 17 ayat 3, menyimpang dari ketentuan dalam ayat 1 dan 2,

pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang disebut di dalam ayat yang dilakukan di bawah suatu pengaturan atau persetujuan antara negara yang terikat persetujuan akan dibebaskan dari pajak di negara yang terikat

persetujuan di mana aktivitas dilakukan jika kunjungan ke negara lain secara keseluruhan atau pada hakekatnya

(41)

Pasal 18 (Pensions and social security payments)

tentang pembayaran pensiunan dan jaminan sosial

Alternatif A

1. Model OECD, tidak mengatur pasal 18 ayat 2 dalam alternatif A dan tidak juga mengatur alternatif B sebagaimana diatur dalam UN Model.

(42)

Alternatif B:

1. Tunduk pada ketentuan2 ayat 2 pasal 19, pensiun dan imbalan sejenis lainnya yg dibayarkan kepada penduduk suatu negara pihak pd persetujuan akibat hubungan kerja masa lalu, dapat dikenakan pajak di negara itu

2. Namun, pensiun tersebut dan pembayaran sejenisnya dpt juga dikenai pajak di negara lainnya bila penbayrab tsb

dilakukan oleh penduduk negara lain itu atu BUT yg berada di negara itu.

3. Menyimpang dari ketentuan ayat 1 dan 2, pensiun yg

(43)

Sebagai neg. berkembang Indonesia

sebaiknya menggunakan alternatif B karena pengenaan pajaknya

berdasarkan atas sumber

penghasilan. Pengenaan pajak ini juga dikarenakan yg memberi

penghasilan adalah negara sumber.

Model OECD dan Indonesia, tidak ada

(44)

Pasal 19 (Government service)

tentang jasa pemerintah

(45)

Pasal 20 (Student

)

tentang pelajar

1. Untuk pasal 20 model UN dan OECD, tidak ada perbedaan untuk students. Model Indonesia diatur dalam pasal 21.

(46)
(47)

Pasal 21 (Other Income)

tentang pendapatan lain-lain

1. Model OECD, pendapatan lain-lain yang menyangkut pendapatan lain sehubungan pekerjaan bebas pada suatu tempat tertentu di Negara lain, tidak diatur

2. Model UN menambahkan ayat tambahan bilamana penghasilan lain-lain tidak diatur dalam Tax Treaty, maka dikenakan pajak di Negara sumber penghasilan

(48)

Pasal 22 (Capital)

tentang kekayaan

1. Model Indonesia tidak mengatur

pajak atas kekayaan namun

mengatur pajak pendapatan,

pengalihan tanah dan bangunan

juga dimaksudkan adalah

pendapatannya yang dikenakan

pajak.

2. Model OECD, tidak mengatur suatu

tempat tertentu untuk

melaksanakan pekerjaan bebas

(49)

Pasal 23 A (Exemption Method)

1. Model OECD menambahkan ketentuan ayat 4, yaitu ketentuan dari ayat 1 tidak berlaku bagi pendapatan yang diperoleh atau kekayaan yang dimiliki oleh penduduk dari suatu Negara yang terikat persetujuan di mana Negara lain yang terikat persetujuan menggunakan ketentuan dari perjanjian ini untuk membebaskan pendapatan atau kekayaan dari pajak atau menggunakan ketentuan dari pasal 10 ayat 2 dan Pasal 11 untuk pendapatan seperti itu.

(50)

Pasal 23 B (Credit Method)

Model Indonesia tidak mengatur

Pasal 23 B tax treaty, sedangkan

(51)

Pasal 24 (Non Discrimination)

tentang tidak diskriminasi

Model Un dan OECD, tidak ada

perbedaan, sedangkan model

Indonesia, tidak menerapkan 24 ayat 2 dan ayat 6 model UN, dan

menambah ketentuan pada ayat 5, yaitu ; pada pasal ini istilah

(52)

Pasal 25 (MuTual Agreement Procedure)

tentang tata cara persetujuan bersama

1. Dalam pasal 25 ayat 4 Model UN menambah ketentuan, Pejabat yang berwenang melalui konsultasi dapat mengajukan permohonan prosedur antar kedua Negara, kondisi, metode dan tehnik untuk melaksanakan prosedur persetujuan bersama untuk melaksanakan pasal ini. Jika ada tambahan, pejabat-pejabat yang berwenang dapat menetapkan prosedur-prosedur, syarat-syarat, cara-cara dan tehnik-tehnik untuk memfasilitasi tindakan kedua Negara yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur persetujuan bersama yang diatur dalam pasal ini. 2. Model Indonesia, dalam pasal 25 ayat 2, tidak

(53)

3. Model Indonesia, dalam pasal 25 ayat 4, tidak menambahkan kalimat jika ada tambahan, pejabat-pejabat yang berwenang dapat menetapkan prosedur-prosedur, syarat-syarat, cara-cara dan tehnik-tehnik untuk memfasilitasi tindakan kedua Negara yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur persetujuan bersama yang diatur dalam pasal ini

(54)

Pasal 26 (Exchange of Information)

tentang pertukaran informasi

1. Dalam pasal 26 ayat 1 Model UN, menambahkan ketentuan Para pejabat yang berwenang melalui konsultasi, dapat menetapkan syarat, metode dan tehnik yang berkaitan dengan masalah-masalah pertukaran informasi yang menyangkut penghindaran pajak.

(55)

Pasal 27 (Members of Diplomatic

Missions and consular posts)

(56)

Pasal 28 ( Territorial Extension

)

tentang perluasan wilayah perjanjian

Ketentuan dalam pasal 28, tentang

perluasan wilayah perjanjian, tidak diatur dalam model UN, dan

(57)

Pasal 29 (Entry Into Force)

tentang berlakunya persetujuan

1. Ketentuan dalam pasal 29, untuk Model UN, EOCD tidak ada perbedaan

2. Model Indonesia, lebih menjelaskan bahwa persetujuan ini akan memiliki kekuatan setelah pemerintah yang terkait dalam

persetujuan memberitahukan satu sama lain secara tertulis

melalui saluran diplomatik, bahwa pembentukan yang diperlukan secara konstitusional yang menyangkut Negara yang terikat

persetujuan untuk memberlakukan persetujuan harus ditaati. Persetujuan ini akan mempunyai dampak :

Menyangkut pajak yang dipotong dari Negara sumber pendapatan

yang diperoleh pada atau setelah 1 Januari dalam tahun yang berikutnya dimana perjanjian ini mulai diberlakukan.

Menyangkut pajak-pajak atas pendapatan yang lain, untuk tahun

(58)

Pasal 29 (Termination)

tentang berakhirnya persetujuan

1. Model UN dan OECD tidak ada perbedaan dalam materi, namun dalam ketentuan pasal, UN diatur dalam pasal 29 sedangkan OECD diatur dalam pasal 30.

(59)

Dalam hal demikian, persetujuan ini akan tidak berlaku bagi kedua Negara:

a. Menyangkut pendapatan yang diperoleh

selama tahun pajak yang dimulai atau setelah 1 januari tahun takwin berikutnya setelah

pemberitahuan ini.

b. Menyangkut pajak-pajak atas pendapatan

yang lain, untuk tahun yang dapat dikenakan pajak yang mulai pada atau setelah 1 januari tahun berikutnya dimana persetujuan ini

(60)

Referensi

Dokumen terkait

Somatoform disorder not otherwise classified Multiple personality Fugu states Psychogenic amnesia Depersonalisation disorder or depersonalisation neurosis Dissociative

[r]

Itulah manfaat manfaat permainan tradisional yang bagus untuk perkembangan anak, meskipun sudah berkurang sarana maupun prasarana untuk bermain, kita sebagai

Pengujian MIC terhadap bakteri Vibrio harveyi pada konsentrasi 0,55 mg.ml -1 sudah terlihat sedikit jernih, yang menandakan bahwa pertumbuhan bakteri dapat

Prinsip ini menyatakan, perusahaan farmasi selalu dianggap bertanggung jawab pada informasi obat yang diiklankan, perusahaan farmasi harus dapat membuktikan kalau

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Minimum Spanning Tree (MST) dengan menggunakan Algoritma kruskal yang diringkas menggunakan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1) Peng- gunaan lahan pada usaha tani lahan kering ber- basis tembakau di Sub-DAS Progo Hulu