ISSN : 2502-8928 (Online) 59 JCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5
st th th
OPTIMALISASI JARINGAN WIRELESS DAN ANALISIS
QUALITY of SERVICE (QoS) MENGGUNAKAN METODE
HIERARCHICAL TOKEN BUCKET (HTB)
Risna*1, Isnawaty2, Sutardi3 *1,2,3
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari e-mail: *1risna.0894@gmail.com, 2isna.1711@gmail.com, 3sutardi_hapal@yahoo.com
Abstrak
Kinerja suatu jaringan Wi-Fi (Wireless Fidelity), misalnya pada suatu gedung, dapat diketahui dari penerimaan sinyal yang diterima oleh pengguna dari AP. Tentunya penerimaan sinyal yang naik turun atau yang lemah tidak dikehendaki. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek propagasi gelombang radio dalam ruangan (indoor propagation). Apabila pembagian bandwidth dalam suatu jaringan wireless dapat dilakukan secara tepat maka kinerja jaringan wireless akan lebih optimal.
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB)merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan jaringan dari segi manajemen bandwidth. Metode HTB ini memberikan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat serta dapat memudahkan pengelola jaringan dalam mengalokasikan bandwidth, membagi sesuai kebutuhan serta menjamin kualitas jaringan yang berbasis wireless, sehingga tidak terjadi rebutan bandwidth antar client karena sudah dilakukan manajemen pada setiap client.
Hasil yang didapatkan adalah dapat dilihat bahwa kualiatas jaringan dengan menggunakan metode antrian HTB (Hierarchical Token Bucket) lebih optimal, hal ini dikarenakan semua client akan mendapatkan kuota bandwidth sesuai dengan rule yang diterapkan pada bandwidth management.
Kata kunci—Hierarchial Token Bucket, Quality of Service, MikroTik, Jaringan Wireless
Abstract
The performance of a Wi-Fi (Wireless Fidelity), for example in a building, it can be seen from the reception signal received by users of the AP. Surely signal reception up and down or weak undesirable. It can be seen from the aspects of radio wave propagation in the room (indoor propagation). If the distribution of bandwidth in a wireless network can be done precisely the performance of wireless networks will be optimized.
Methods Hierarchical Token Bucket (HTB) is one method used to optimize the network in terms
of bandwidth management. Methods HTB This provides ease of use with the technique of borrowing and the implementation of the division of traffic that is more accurate and can facilitate the network manager to allocate bandwidth, split according to the needs and ensure the quality of network-based wireless, so there is no seizure of bandwidth between the client because it was done by the management on each client ,
The results obtained are can be seen that kualiatas queuing network using HTB (Hierarchical
Token Bucket) is more optimal, this is because all clients will get bandwidth quota in accordance with a rule that is applied to bandwidth management
Keywords— Hierarchial Token Bucket, Quality of Service, MikroTik, Wireless Network
1. PENDAHULUAN
aringan wireless merupakan salah satu teknologi komunikasi yang saat ini sedang berkembang pesat. Meskipun bukan merupakan teknologi terbaru dalam dunia komunikasi, keberadaan teknologi wireless ini sangat diperlukan dalam penyediaan layanan
internet tanpa kabel khususnya untuk area
indoor seperti gedung perkantoran, kampus,
bandar udara dan lain-lain. Jaringan wireless dapat diakses dengan mudah melalui perangkat notebook, laptop, dan smartphone.
oleh pengguna dari Access Point. Tentunya penerimaan sinyal yang naik turun atau yang lemah tidak dikehendaki. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek propagasi gelombang radio dalam ruangan (indoor propagation). Apabila pembagian bandwidth dalam suatu jaringan wireless dapat dilakukan secara tepat maka kinerja jaringan wireless akan lebih optimal
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengoptimalkan jaringan dari segi manajemen bandwidth. Metode HTB ini memberikan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat serta dapat memudahkan pengelola jaringan dalam mengalokasikan bandwidth, membagi sesuai kebutuhan serta menjamin kualitas jaringan yang berbasis wireless, sehingga tidak terjadi rebutan bandwidth antar client karena sudah dilakukan manajemen pada setiap client.
Penelitian ini bertempat di Laboratorium Sistem Informasi dan Programming Jurusan Teknik Informatika dimana laboratorium ini memanfaatkan jaringan wireless sebagai sarana komunikasi data bagi civitas akademiknya. Namun, kualitas jaringan yang tersedia masih kurang optimal karena belum adanya pengaturan pemakaian bandwidth yang menyebabkan sebagian dari mahasiswa dapat memakai bandwidth secara besar-besaran. Jadi antara mahasiswa tidak ada batas dalam pemakaian bandwidth. Sehingga pemakaian
bandwidth antar mahasiswa tidak adil dan
merata.
Penelitian tentang optimalisasi jaringan
wireless dengan algoritma HTB yang pernah
dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Irfan dengan judul Penerapan Bandwidth Management menggunakan metode HTB (Hierachical
Token Bucket) di PT. Neuronworks
menjelaskan dalam implementasi kali ini mengambil studi kasus di sebuah perusahaan IT, yaitu PT. Neuronworks Indonesia. Dalam perusahaan ini belum terdapat adanya pengaturan bandwidth. Jadi setiap karyawan dapat mendownload secara besar-besaran yang mengakibatkan user lain bahkan direktur biasa tidak mendapatkan jatah bandwidth. Agar
bandwidth digunakan sesuai dengan
kebutuhan maka dari itu dibutuhkan pembagian bandwidth. Dengan penggunaan
HTB tools dapat mengatasi dan pembatasan
beban pada pemakaian bandwidth internet yang terdapat pada PT. Neuronworks sehingga pemakaian bandwidth terbagi secara kebutuhan dan terkontrol.
Penelitian selanjutnya oleh Eno Tantra, Tengku Ahmad Riza, dan Tedi Gunawan dengan judul Implementasi Bandwidth
Management Dengan Menggunakan Metode
HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada ClearOS di SMP Islam Terpadu Raudhatul Jannah Cilegon. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi lambatnya kecepatan internet yang disebabkan karena banyaknya pengguna yang mengakses internet secara bersamaan, hal ini disebabkan karena pembagian bandwidth yang kurang optimal. Dengan melakukan bandwidth
management menggunakan metode HTB pada
jaringan internet yang ada di SMPIT Raudhatul bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Semua client akan mendapatkan kuota bandwidth sesuai dengan rule yang diterapkan pada bandwidth management.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Jaringan Wireless
Jaringan Wireless merupakan sekumpulan komputer yang saling terhubung antara satu dengan lainnya sehingga terbentuk sebuah jaringan komputer dengan menggunakan media udara/gelombang sebagai jalur lintas datanya. Contoh penerapan dari aplikasi wireless network adalah jaringan nirkabel di perusahaan, kampus, atau mobile communication seperti handphone.
Adapun pengertian lainnya adalah sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area
Networks – WLAN) yang didasari pada
spesifikasi IEEE 802.11. Terdapat tiga varian terhadap standard tersebut yaitu 802.11b atau dikenal dengan WIFI (Wireless Fidelity), 802.11a (WIFI5), dan 802.11. Ketiga standard tersebut biasa di singkat 802.11a/b/g. Versi
wireless LAN 802.11b memiliki kemampuan
transfer data dengan kecepatan tinggi [1]. Jaringan wireless memiliki beberapa komponen penting yaitu [2]:
1. Access Point (AP)
Pada WLAN, alat untuk mentransmisikan data disebut dengan Access Point dan terhubung dengan jaringan LAN melalui kabel. Fungsi dari AP adalah mengirim dan menerima data, sebagai buffer data antara WLAN dengan Wired LAN, mengkonversi sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversi ulang menjadi sinyal frekuensi radio. Gambar 1 menunjukkan access point.
Satu AP dapat melayani sejumlah user sampai 30 user. Karena dengan semakin banyaknya user yang terhubung ke AP maka kecepatan yang diperoleh tiap user juga akan semakin berkurang.
2. Extension Point
Untuk mengatasi berbagai masalah khusus dalam topologi jaringan, designer dapat menambahkan extension point untuk memperluas cakupan jaringan. Extension point hanya berfungsi layaknya repeater untuk client di tempat yang lebih jauh. Syarat agar antara
access point dapat berkomunikasi satu dengan
yang lain, yaitu setting channel di masing-masing AP harus sama. Selain itu SSID (Service Set Identifier) yang digunakan juga harus sama. Dalam praktek di lapangan biasanya untuk aplikasi extension point biasanya dilakukan dengan menggunakan
merk AP yang sama. Gambar 2 menunjukkan jaringan menggunakan extension point.
Komponen extension point adalah sebagai berikut :
a. Antena
Antena merupakan alat untuk mentransformasikan sinyal radio yang merambat pada sebuah konduktor menjadi gelombang elektromagnetik yang merambat diudara. Antena memiliki sifat resonansi, sehingga antena akan beroperasi pada daerah tertentu. Ada beberapa tipe antena yang dapat mendukung implementasi WLAN, yaitu:
1) Antena Omnidirectional
Antena ini memiliki pola pancaran sinyal ke segala arah dengan daya yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area yang luas, gain dari antena omni directional harus memfokuskan dayanya secara horizontal (mendatar), dengan mengabaikan pola pemancaran ke atas dan ke bawah, sehingga antena dapat diletakkan di tengah-tengah base
station. Dengan demikian keuntungan dari
antena jenis ini adalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih banyak. Namun, kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi untuk setiap sel dilakukan agar tidak terjadi interferensi. Gambar 3 menunjukkan antenna omnidirectional.
2) Antena directional
Antena ini mempunyai pola pemancaran sinyal dengan satu arah tertentu. Antena ini idealnya digunakan sebagai penghubung antar Gambar 1 Access Point
Gambar 2 Jaringan Menggunakan Extension Point
gedung atau untuk daerah yang mempunyai konfigurasi cakupan area yang kecil seperti pada lorong-lorong yang panjang. Gambar 4 menunjukkan antenna directional.
b. Wireless LAN Card
WLAN Card dapat berupa PCMCIA
(Personal Computer Memory Card
International Association), ISA Card, USB
Card atau Ethernet Card. PCMCIA digunakan untuk notebook, sedangkan yang lainnya digunakan pada komputer desktop. WLAN Card ini berfungsi sebagai interface antara sistem operasi jaringan client dengan format interface udara ke AP. Khusus notebook yang keluaran terbaru maka WLAN Card-nya sudah menyatu didalamnya. Sehingga tidak keliatan dari luar. Gambar 5 menunjukkan WLAN Card.
2.2 TCP/IP
TCP/IP (Transmission Control Protokol/Internet Protocol ) adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet. Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an hingga awal 1980-an sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan komputer-komputer dan jaringan untuk membentuk sebuah jaringan yang luas (WAN). TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat independen
terhadap mekanisme transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga dapat digunakan di mana saja.
TCP/IP dikembangkan sebelum model OSI ada. Namun demikian lapisan-lapisan pada TCP/IP tidaklah cocok seluruhnya dengan lapisan-lapisan OSI. Protokol TCP/IP hanya dibuat atas lima lapisan saja: physical, data link, network, transport dan application [3]. Gambar 6 menunjukkan susunan protokol TCP/IP dan model OSI.
Lapisan aplikasi pada TCP/IP mencakupi tiga lapisan OSI teratas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.18 diatas, khususnya pada layer keempat, Protokol TCP/IP mendefinisikan 2 buah protokol yakni Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP). Sementara itu pada lapisan ketiga, TCP/IP mendefiniskan sebagai Internetworking Protocol (IP), namun ada beberapa protokol lain yang mendukung pergerakan data pada lapisan ini [3].
Internet Protocol (IP) adalah protokol yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang didefinisikan pada RFC 791 dan dipublikasikan pada tahun 1981, tetapi akan digantikan oleh IP versi 6 pada beberapa waktu ke depan.
Protokol IP merupakan protokol utama di dalam hierarki protocol TCP/IP. Data akan dibawa oleh sebuah paket IP dari satu titik ke titik lainya dalam suatu jaringan. Protokol IP menggunakan metode
connectionless yang berarti dalam
melakukan pengiriman data, protokol ini tidak Gambar 4 Antena Directional
Gambar 5 WLAN Card
perlu membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Walaupun bertugas menyampaikan data dari satu titik ke titik lainnya dalam suatu jaringan protokol ini tidak menjamin data benar-benar sampai pada tujuan, tapi hal ini diserahkan kepada protokol pada lapisan yang lebih tinggi, yakni protokol Transmission Control Protocol (TCP) [3].
2.3 MikroTik
MikroTik merupakan suatu router OS
(Router Operating System) yaitu sistem
operasi atau software yang dapat digunakan menjadi komputer routernetwork yang handal dengan berbagai fitur yang dibuat untuk mengatur ip network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot [4].
Sistem operasi MikroTik adalah sistem operasi linux base yang digunakan sebagai
network router yang untuk memberikan
kemudahan dan kebebasan bagi penggunanya. Pengaturan administrasinya dapat dilakukan menggunakan Windows Application (WinBox). Komputer yang akan dijadikan Router MikroTik tidak memerlukan spesifikasi yang tinggi, misalnya hanya sebagai gateway. Tetapi jika MikroTik diguankan untuk keperluan beban yang besar sebaiknya menggunakan spesifikasi yang cukup memadai. Fitur-fitur MikroTik diantaranya : Firewall & Nat, Hotspot, Routing, DNS server, Point to Point Tunneling Protocol, Hotspot, DHCP server, dan sebagainya.
2.4 Network Address Translation
NAT (Network Address Translation) atau penafsiran alamat jaringan adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan (security), dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan.
NAT merupakan salah satu protocol dalam suatu sistem jaringan, NAT memungkinkan suatu jaringan dengan IP atau internet protocol yang bersifat private atau private IP yang sifatnya belum teregistrasi di jaringan internet untuk mengakses jalur internet, hal ini berarti suatu alamat IP dapat mengakses internet dengan menggunakan IP Private atau bukan
menggunakan IP Public, NAT biasanya dibenamkan dalam sebuah router, NAT juga sering digunakan untuk menggabungkan atau menghubungkan dua jaringan yang berbeda, menterjemahkan IP Private atau bukan IP
Public dalam jaringan internal ke dalam
jaringan yang legal network sehingga memiliki hak untuk melakukan akses data dalam sebuah jaringan. Keuntungan dari Network Address Translation (NAT) yaitu:
a. Mengurangi terjadinya duplikasi IP address pada jaringan
b. Menghindari proses pengalamatan kembali pada saat jaringan berubah
c. Menghemat IP legal yang diberikan oleh ISP (Internet service provider)
d. Meningkatkan fleksibilitas untuk koneksi ke internet
2.5 Bandwidth
Secara umum pengertian bandwidth adalah perbedaan angka antara komponen sinyal berfrekuensi rendah dan sinyal berfrekuensi tinggi atau dapat juga disebut lebar dari cakupan frekuensi yang digunakan sinyal di dalam sebuah medium transmisi. Selain itu, secara umum bandwidth dapat juga diartikan sebagai jumlah data yang dapat dikirimkan melalui saluran komunikasi dalam jangka waktu tertentu [5].
Dalam jaringan komputer, pengertian
bandwidth adalah jumlah data yang dapat
dibawa dari satu titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu (biasanya menggunakan satuan detik) atau lebih sederhananya dapat diartikan dengan besaran volume informasi yang dapat ditangani persatuan waktu. Jenis bandwidth biasanya dinyatakan dalam bit (data) per detik (bps).
Bandwidth akan dialokasikan ke
komputer dalam jaringan dan akan mempengaruhi kecepatan transfer data pada jaringan komputer tersebut sehingga semakin besar bandwidth pada jaringan komputer maka semakin cepat pula kecepatan transfer data yang dapat dilakukan oleh client maupun
server. Pada sebuah jaringan komputer
bandwidth terbagi menjadi 2 yaitu bandwidth digital dan bandwidth analog. Berikut adalah penjelasan masing-masing bandwidth tersebut:
1. Bandwidth Digital
Bandwidth digital adalah jumlah atau
detik/bps) yang dapat dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi tanpa adanya distorsi.
2. Bandwidth Analog
Bandwidth analog merupakan perbedaan
antara frekuensi terendah dan frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hz (hertz) yang dapat menentukan banyaknya informasi yang dapat ditransmisikan dalam setiap detik.
2.6 Metode Hierarchial Token Bucket
Hierarchical Token Bucket (HTB)
adalah kelas yang berbasis queue discipline (qdisc), yang mampu mengantri paket sesuai urutan dan waktu yang tertulis dalam sebuah algoritma. HTB ditulis oleh Martin Devera dengan sekumpulan konfigurasi yang lebih sederhana dibanding teknik class Based
Queue (CBQ). Secara konseptual, HTB
adalah sejumlah token bucket yang disusun dalam suatu hirarki. Secara sederhana, algoritma ini menawarkan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat [6].
Metode hierarchical token bucket mampu melakukan pembagian trafik yang lebih akurat. Teknik antrian HTB mirip dengan teknik pada CBQ. Hanya perbedaannya terletak pada opsi, dimana pada HTB opsi yang digunakan jauh lebih sedikit dalam konfigurasinya, serta lebih efisien dalam penggunaannya. Teknik antrian HTB memberikan fasilitas pembatasan trafik pada setiap level ataupun klasifikasinya, sehingga
bandwidth yang tidak terpakai dapat
digunakan oleh klasifikasi lain yang lebih rendah. HTB mempunyai parameter yang penyusunan dalam antrian yaitu:
a. Rate
Parameter rate menetukan bandwidth maksimum yang dapat digunakan oleh setiap class, jika bandwidth melebihi nilai “rate”, maka paket data akan dipotong atau dijatuhkan (drop).
b. Ceil
Parameter ceil di-set untuk menetukan peminjaman bandwidth antar class (kelas), peminjaman bandwidth dilakukan kelas paling bawah ke kelas di atasnya. Teknik ini disebut link sharing.
c. Random Early Detection (RED)
Random Early Detection atau Random
Early Drop biasanya digunakan untuk
gateway/router backbone dengan tingkat trafik
yang sangat tinggi. RED mengendalikan trafik jaringan sehingga terhindar dari kemacetan pada saat trafik tinggi berdasarkan pemantauan perubahan nilai antrian minimum dan maksimum. Jika isi antrian dibawah nilai minimum, maka mode ‘drop’ tidak berlaku, saat antrian mulai terisi hingga melebihi nilai maksimum, maka RED akan membuang (drop) paket data secara acak sehingga kemacetan pada jaringan dapat dihindari.
Teknik antrian HTB memberikan fasilit as pembatasan trafik pada setiap level maupun klasifikasi. Bandwidth yang t idak t erpakai bisa digunakan oleh klasifikasi yang lebih rendah. HTB juga dapat dilihat seperti suat u struktur organisasi dimana pada setiap bagian memiliki wewenang dan mampu membant u bagian lain yang memerlukan. Teknik antrian HTB cocok diterapkan pada perusahaan dengan b any ak struktur organisasi. Gambar 7 menunjukkan ilustrasi dalam HTB.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi merupakan tahap dimana sistem siap dioperasikan. Spesifikasi hardware
dan software yang digunakan dalam
implementasi adalah sebagai berikut:
1. Hardware yang dibutuhkan:
a. 3 buahKomputer
b. Router MikroTik RB9141-2nD-Tc
2. Software yang dibutuhkan:
a. Sistem operasi Windows 7
b. WinBox
c. Wireshark
Gambar 8 menunjukkan model arsitektur jaringan yang digunakan dalam penelitian.
Dalam pengujian parameter ini, dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara lebih akurat kualitas kecepatan bandwidth sebelum dan setelah menggunakan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) dalam
bandwidth management. Parameter yang dicari
adalah Delay, Jitter, Throughput, dan Packet
Loss. Pengujian dilakukan oleh client
menggunakan aplikasi Wireshark yang mana dalam data akan muncul secara otomatis setelah melakukan proses analisa. Hasil data uji yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk tabel untuk kemudian disimpulkan dengan grafik.
Tabel 1menunjukkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan menggunakan Wireshark.
Jumlah 84,254204 11,37966 Variasi
delay 15,862144 2,217784
1. Pengujian Delay
Dalam penelitian kali ini, delay di uji untuk membandingkan yang mana lebih
banyak menghasilkan waktu tunda antara menggunakan HTB pada manajemen
bandwidth dengan tidak menggunkan
menggunakan HTB.
Analisa data menggunakan aplikasi
wireshark di lakukan pada saat client
melakukan aktivitas browsing, streaming, dan
download baik sebelum menggunakan HTB
maupun tidak menggunakan HTB. Tabel 2 menunjukkan rata-rata delay yang diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Total packet yang
diterima 457 packet
Total delay 84,254204 s
Rata-rata delay 184,363 ms
Tabel 3 menunjukkan rata-rata delay yang diperoleh dengan menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Total packet yang
diterima 6134 packet
Total delay 11,37966 s
Rata-rata delay 1,855 ms
Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan nilai delay yang berbeda antara manajemen bandwidth sebelum dan setelah menggunakan metode HTB, untuk manajemen
bandwidth sebelum menggunakan HTB adalah
184,363 ms, dan setelah menggunakan HTB adalah 1,855 ms. Dari pengujian yang telah dilakukan delay pada manajemen bandwidth tanpa menggunakan HTB lebih besar dibandingkan setelah menggunakan HTB, hal itu dikarenakan sudah dilakukan pengaturan bandwidth secara terkontrol yang setiap client sudah mendapatkan jatah bandwidth masing-masing sehingga delay dengan menggunakan HTB lebih kecil.
2. Pengujian Jitter
Jitter diuji untuk mengetahui
perbandingan kecepatan pengiriman data antara client yang menggunakan HTB maupun yang tidak menggunakan metode antrian Hierarchical token bucket (HTB).
Gambar 8 Arsitektur Jaringan Yang Digunakan
Tabel 1 Delay Detik 1-10
Tabel 2 Rata-Rata Delay Tanpa HTB
Tabel 4 menunjukkan rata-rata jitter yang diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Total packet yang
diterima 457 packet
Total variasi delay 15,862144 s
Jitter 34,785 ms
Tabel 5 menunjukkan rata-rata jitter yang diperoleh dengan menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Total packet yang
diterima 6134 packet
Total variasi delay 2,217784 s
Jitter 0,361 ms
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai jitter pada manajemen
bandwidth sebelum menggunakan HTB lebih
besar dibandingkan setelah menggunakan metode HTB, untuk jitter sebelum menggunakan HTB adalah 34,785 ms, dan setelah menggunakan HTB adalah 0,361 ms. Dari pengujian yang telah dilakukan manajemen bandwidth setelah menggunakan lebih bagus dari pada tidak menggunakan HTB. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan HTB transfer data lebih cepat karena bandwidth setiap client sudah terbagi secara rata.
3. Pengujian Troughput
Throughput adalah kecepatan (rate)
transfer data efektif, yang diukur dalam bps.
Throughput merupakan jumlah total
kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Tabel 6 menunjukkan rata-rata troughput yang diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Packet data yang
diterima 19082 packet
Lama pengamatan 136,304 s
Throughput 1,119 kbps
Tabel 7 menunjukkan rata-rata troughput yang diperoleh dengan menggunakan HTB:
Parameter yang dihitung Nilai yang diperoleh
Packet data yang diterima 5636123 packet
Lama pengamatan 140,568 s
Throughput 320,762 kbps
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai throughput untuk manajemen
bandwidth dengan metode HTB maupun yang
tidak menggunakan metode HTB. Pada manajemen bandwidth tanpa HTB diperoleh
throughput sebesar 1,119 kbps, sedangkan
pada manajemen bandwidth dengan HTB diperoleh throughput sebesar 320,762 kbps. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode antrian HTB maka throughput yang dihasilkan akan semakin besar karena kecapatan data semakin meningkat akibat tidak adanya rebutan bandwidth dari setiap client.
4. Pengujian Packet Loss
Packet loss adalah jumlah paket data yang hilang per detik. Packet loss dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan signal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, dan kesalahan perangkat keras jaringan. Tabel 8 menunjukkan rata-rata packet loss yang diperoleh tanpa menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Paket data yang dikirim 457 packet
Paket data yang
diterima 272 packet
Packet Loss 0,6801 %
Tabel 9 menunjukkan rata-rata packet loss yang diperoleh dengan menggunakan HTB:
Parameter yang
dihitung Nilai yang diperoleh
Paket data yang dikirim 6134 packet
Paket data yang
diterima 3616 packet
Packet Loss 0,6963 %
Tabel 4 Rata-Rata Jitter Tanpa HTB
Tabel 5 Rata-Rata Jitter Dengan HTB
Tabel 6 Rata-Rata Troughput Tanpa HTB
Tabel 7 Rata-Rata Troughput Dengan HTB
Tabel 8 Rata-Rata Packet Loss Tanpa HTB
Dari pengujian yang telah dilakukan, telah diperoleh nilai packet loss untuk manajemen
bandwidth tanpa menggunakan HTB yaitu
0,6801 % dan dengan menggunakan metode antrian HTB juga diperoleh 0,6963 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pengiriman data yang dilakukan server ke client antara kedua hasil penelitian tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan protokol yang digunakan adalah TCP yang memiliki kemampuan untuk pengecekan paket data yang hilang ataupun rusak dan mengirimnya kembali.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa besar delay dan jitter pada manajemen bandwidth dengan menggunakan metode antrian HTB lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan HTB hal ini dikarenakan kecepatan transfer data dengan menggunakan HTB lebih cepat karena sudah dilakukan pengaturan bandwidth dari setiap client sehingga tidak adannya rebutan bandwidth yang dapat mengakibatkan lambatnya suatu pengiriman data antar server dan client. Pada perbandingan throughput antara kecepatan yang tidak menggunakan HTB dengan yang tidak menggunakan HTB, dapat dilihat bahwa
thoughput ketika menggunakan HTB lebih
besar hal ini dikarenakan pengiriman data dengan HTB lebih cepat sehingga jumlah data yang dikirim per satuan waktu pun lebih besar.
Paket loss antara kecepatan transfer tanpa
menggunakan HTB dengan tidak menggunakan HTB hampir sama karena protocol yang digunakan adalah TCP yang memiliki kemampuan untuk pengecekan paket data yang hilang ataupun rusak dan mengirimnya kembali.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama perancangan sampai analisa perbandingan QoS pada kecepatan download tanpa mengguankan metode antrian HTB dan dengan menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB), maka disimpulkan :
a. Delay dan jiiter pada manajemen
bandwidth dengan menggunakan metode
antian HTB lebih kecil dibandingkan tidak menggunakan HTB.
b. Throughput pada manajemen bandwidth
dengan menggunakan metode antrian HTB
lebih besar daripada tidak menggunakan HTB.
c. Packet loss antara manajemen bandwidth
tanpa menggunakan HTB dengan tidak menggunakan HTB hampir sama.
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa kualiatas jaringan dengan menggunakan metode antrian HTB (Hierarchical Token Bucket) lebih optimal, hal ini dikarenakan semua client akan mendapatkan kuota bandwidth sesuai dengan
rule yang diterapkan pada bandwidth
management.
5. SARAN
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan dapat dikembangkan dengan menambahkan pengujian parameter QoS yang lain. Untuk pengujian ini dibutuhkan koneksi internet yang stabil agar didapatkan hasil yang maksimal dan akan terihat lebih jelas perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan metode HTB.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tantra, E., Tengku Ahmad Riza, dan Tedi Gunawan. 2012. Implementasi
Bandwidth Management Dengan
Menggunakan Metode HTB
(Hierarchical Token Bucket) Pada
ClearOS di SMP Islam Terpadu
Raudhatul Jannah Cilegon. Bandung.
[2] Mulyanta, E. S., 2005. Pengenalan
Protokol Jaringan Wireless Komputer.
C.V. Andi Ofset. Yogyakarta.
[3] Purbo, W. O., Adnan Basalamah, Ismail Fahmi, dan Achmad Husni Thamrin. 2000. TCP/IP. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
[4] Handriyanto, D.F., 2009. Kajian
Penggunaan Mikrotik Router OS
sebagai Router pada Jaringan
Komputer. Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
OS Mikrotik Pada Cv Yudha Pratama Tangerang.