• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN BERAT BADAN KOMPOSISI LEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN BERAT BADAN KOMPOSISI LEMAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SKELETAL SERTA KEKUATAN OTOT PADA KELOMPOK LANJUT USIA SEBELUM DAN SETELAH PELAKSANAAN SENAM TERA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR

I Made Siswadi Semadi, RA Tuty Kuswardhani

Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unud/ RSUP Sanglah Denpasar

Latar Belakang

Proses penuaan ditandai oleh penurunan bertahap fungsi fisik dan kognitif. Perubahan komposisi tubuh merupakan tanda yang sangat penting dari proses penuaan. Terjadi peningkatan berat badan, akumulasi lemak secara bertahap dan redistribusi lemak di daerah sentral dan viseral. Proses ini juga disertai dengan penurunan massa dan kekuatan otot (sarkopenia) (1). Perubahan tersebut dihubungkan dengan penurunan fungsional secara bermakna, sindroma frailty, kejadian jatuh dan buruknya kualitas hidup (2). Frailty adalah suatu sindroma geriatri dengan karakteristik berkurangnya kemampuan fungsional dan fungsi adaptasi yang diakibatkan oleh degradasi fungsi berbagai sistem dalam tubuh, serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan, dimana seluruhnya menurunkan performa fungsional dan status kesehatan seseorang (3).

Kondisi sarkopenia menyebabkan penurunan kapasitas fisik sehingga lansia membutuhkan usaha yang jauh lebih besar untuk melakukan aktivitas fisik tertentu dibanding usia muda. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan down regulation sistem fisiologis tubuh terutama kardiovaskular dan muskuloskeletal sehingga kondisi sarkopenia menjadi semakin berat. Perubahan itu menurunkan laju resting metabolism dan total energy expenditure yang merupakan gambaran khas malnutrisi kronis. Siklus frailty terus berputar dan akhirnya menyebabkan disabilitas serta ketergantungan (3).

Sarkopenia dihubungkan dengan berbagai masalah fisik dan metabolisme, seperti penurunan laju metabolisme basal, menurunnya kekuatan otot dan kelainan neuromuskular yang menyebabkan peningkatan masalah mobilitas, langkah, keseimbangan, jatuh, berkurangnya aktivitas, obesitas, kelainan imunitas,

(2)

kecacatan, depresi dan kematian. Beberapa penelitian juga menyebutkan adanya hubungan antara penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak, baik secara terpisah maupun bersama-sama, akan mempengaruhi keterbatasan fungsional dan kerentanan seseorang untuk menderita penyakit kronis. Kehilangan lebih dari 40% massa otot dihubungkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi (4).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan pada lansia adalah dengan melakukan olah raga yang bersifat low impact untuk menghindari kemungkinan terjadinya cedera mengingat berbagai keterbatasan dan kemunduran yang terjadi pada lansia. Olah raga juga direkomendasikan untuk menjaga komposisi tubuh akibat proses penuaan, khususnya untuk menjaga berat badan, menghambat laju peningkatan massa lemak, menjaga massa otot dan mempertahankan kekuatan otot pada lansia, sehingga dampak buruk akibat perubahan komposisi tubuh dapat dicegah (5,6).

Senam tera Indonesia adalah salah satu olah raga yang telah dikenal luas sejak lama dan dapat dilakukan pada lansia. Senam ini memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernafasan melalui pemusatan/ konsentrasi pikiran. Senam tera terbukti memiliki beberapa manfaat pada lansia, antara lain: dapat menurunkan denyut nadi istirahat, tekanan darah, respirasi dan meningkatkan kadar imunoglobulin (7). Senam tera juga terbukti dapat meningkatkan kebugaran jantung dan paru pada lansia (8). Namun belum terdapat penelitian pengaruh senam tera terhadap komposisi tubuh lansia, khususnya pada berat badan, komposisi lemak, otot skeletal dan kekuatan otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan berat badan, komposisi lemak dan otot skeletal serta kekuatan otot kelompok lansia sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wana Seraya Denpasar.

Bahan dan Cara

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain one group pretest and postest. Penelitian dilakukan di PSTW Wana Seraya Denpasar, pada bulan Januari 2013 – Maret 2013.

(3)

aktifitas olah raga teratur, masih dapat menjalankan aktivitas hidup sehari-hari berdasarkan skor activity daily living (ADL) Barthel 20 (mandiri) dan 12-19 (ketergantungan ringan), pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi (EKG) tidak terdapat kelainan jantung, pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan paru, dan lansia yang bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani atau cap jempol pada informed consent. Kriteria ekslusi adalah lansia yang tidak dapat mengikuti senam tera secara rutin selama 8 minggu.

Dari 56 orang lansia penghuni PSTW, hanya 20 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pada tahap pertama merupakan pretest berupa pemeriksaan berat badan, komposisi lemak dan otot skeletal tubuh serta kekuatan otot sebelum pelaksanaan senam tera. Pada tahap kedua adalah periode waktu diberikan latihan senam tera selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam satu minggu yang dipandu oleh instruktur dari Puskesmas Abiansemal I Badung. Pada tahap ketiga merupakan post-test berupa pemeriksaan berat badan, komposisi lemak dan otot skeletal tubuh serta kekuatan otot setelah perlakuan. Hanya 16 orang sampel yang dapat mengikuti penelitian hingga akhir.

Berat badan (dalam kg) diukur dengan menggunakan timbangan badan elektrik pada alat bioelectric impedans (BIA). Komposisi lemak (dalam %) dan otot skeletal seluruh tubuh (dalam %) diukur dengan menggunakan alat BIA. Kekuatan otot dinilai dengan kekuatan genggaman tangan (dalam kilogram/kg) diukur dengan menggunakan mechanical handgrip dynamometri.

Untuk menilai normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk. Uji komparasi menggunakan uji T-test berpasangan bila sampel berdistribusi normal, atau Wilcoxon rank test bila data berdistribusi tidak nomal. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16.

Hasil

(4)

Tabel 1. Hasil uji normalitas data

Variabel p

Berat badan sebelum perlakuan 0,350

Berat badan setelah perlakuan 0,596

Lemak tubuh total sebelum perlakuan 0,310

Lemak tubuh total setelah perlakuan 0,000

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa variabel yang berdistribusi normal (p > 0,05) adalah berat badan sebelum dan setelah perlakuan, lemak tubuh total sebelum perlakuan, lemak subkutan sebelum perlakuan, lemak subkutan setelah perlakuan, otot skeletal sebelum perlakuan, otot skeletal setelah perlakuan, kekuatan genggaman tangan sebelum perlakuan, dan kekuatan genggaman tangan setelah perlakuan. Sedangkan variabel yang tidak berdistribusi normal antara lain: lemak tubuh total setelah perlakuan, lemak viseral sebelum perlakuan, dan lemak viseral setelah perlakuan.

Hasil uji komparasi berat badan, komponen lemak, otot skeletal tubuh dan kekuatan genggaman tangan sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan komponen lemak, otot skeletal tubuh dan kekuatan genggaman tangan sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera

Variabel Rata-Rata

Sebelum

Rata-Rata Setelah

p

Berat badan (kg) 51,37 50,38 0,007 **

Lemak tubuh total (%) 36,37 29,47 0,005 *

Lemak visceral (%) 10,19 7,12 0,008 *

Lemak subkutan (%) 24,57 22,94 0,138 **

Otot skeletal (%) 23,73 23,68 0,899 **

Kekuatan genggaman tangan (kg) 14,44 15,53 0,358 **

* Uji Wilcoxon ** Uji T berpasangan

(5)

(p=0,007). Persentase lemak tubuh total sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera mengalami penurunan secara bermakna, yaitu dari 36,37% menjadi 29,47% (p=0,005). Hal yang sama juga terjadi pada persentase lemak viseral, yaitu terjadi penurunan yang bermakna dari 10,19% menjadi 7,12% (p=0,008). Persentase lemak subkutan juga mengalami penurunan dari 24,57% menjadi 22,94%, namun penurunan ini tidak bermakna secara statistik. Persentase otot skeletal juga mengalami penurunan dari 23,73% menjadi 23,68%, namun secara statistik tidak bermakna. Terjadi peningkatan kekuatan genggaman tangan dari 14,44 kg menjadi 15,53 kg, namun peningkatan ini tidak bermakna secara statistik.

Pembahasan

Perubahan komposisi tubuh merupakan tanda yang sangat penting dari proses penuaan. Terjadi akumulasi lemak secara bertahap dan redistribusi lemak di daerah sentral dan viseral. Proses ini juga disertai dengan penurunan massa dan kekuatan otot (sarkopenia) (1). Perubahan tersebut dihubungkan dengan penurunan fungsional secara bermakna, sindroma frailty, kejadian jatuh dan buruknya kualitas hidup (2).

Massa lemak akan mengalami peningkatan seiring dengan usia dan mencapai puncaknya pada usia 60-75 tahun. Seiring dengan penuaan juga terjadi redistribusi lemak, dimana lemak subkutan cenderung mengalami penurunan, dan di saat yang bersamaan terjadi peningkatan akumulasi lemak viseral dan intramuskular (9). Massa lemak total akan mengalami peningkatan dengan kecepatan 7,5% per dekade pada lansia dibarengi dengan peningkatan lingkar pinggang yang menunjukkan peningkatan akumulasi lemak viseral, namun disaat yang bersamaan terjadi penurunan 17% dari ketebalan lemak subkutan (10). Beberapa faktor yang berkaitan dengan akumulasi lemak viseral pada lansia di Indonesia antara lain: tempat tinggal (perkotaan), latar belakang pendidikan (semakin tinggi semakin berisiko), beban kerja dan aktivitas fisik saat usia 25-55 tahun (11).

(6)

oleh penurunan kekuatan dan keseimbangan otot sekitar sepertiganya setelah usia 60 tahun dan menjadi salah satu faktor risiko jatuh. Terdapat peningkatan 25% angka kejadian jatuh pada pasien berusia di atas 65 tahun dan lebih dari 50% pada pasien berusia di atas 80 tahun. Di atas usia 90 tahun, 1/3 perempuan dan 1/6 pria mengalami fraktur tulang pinggul (12).

Aktivitas fisik merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, dan kebutuhannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia, risiko penyakit metabolik dan kardiovaskular semakin meningkat, dimana hal tersebut berkaitan dengan penurunan kapasitas aerobik dan perubahan komposisi tubuh di atas (13). Efek jangka panjang aktivitas fisik yang benar (khususnya olah raga) terhadap kesehatan lansia meliputi penurunan faktor risiko penyakit dan masalah kesehatan, peningkatan fungsi kardiorespirasi, kekuatan dan ketahanan otot, fleksibilitas serta komposisi tubuh (14). Penelitian membuktikan bahwa penurunan kapasitas aerobik dan massa otot yang berkaitan dengan usia terjadi lebih lambat pada atlit dan individu yang aktif dibanding mereka yang kurang aktif (13).

Jenis olah raga yang dianjurkan untuk lansia adalah olahraga aerobik yang dinamis yaitu untuk mempertahankan ketahanan/stamina (endurance) dan olahraga yang mempertahankan kelenturan/fleksibilitas (15). Latihan olah raga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta kelenturan tubuh (16). Senam tera Indonesia adalah salah satu olahraga aerobik low impact yang telah dikenal luas sejak lama dan dapat dilakukan pada lansia. Senam ini memadukan gerakan bagian-bagian tubuh, dengan teknik dan irama pernafasan melalui pemusatan/konsentrasi pikiran (7).

(7)

untuk penurunan berat badan. Besarnya penurunan berat badan tergantung pada energi yang dikeluarkan selama latihan, asupan kalori, komposisi tubuh awal, dan tingkat kebugaran (9). Latihan aerobik lebih baik untuk tujuan penurunan berat badan bila dibandingkan dengan latihan beban (17). Secara umum, penurunan berat badan pada orang dewasa paling efektif dilakukan dengan latihan aerobik (kardio) intensitas sedang hingga waktu akumulatif 200-300 menit dalam 5-7 hari per minggu yang setara dengan pembakaran 2000 kilokalori per minggu (18). Namun pada lansia, latihan aerobik direkomendasikan dengan frekuensi 3-5 kali seminggu selama 20-60 menit (19). Sesuai dengan rekomendasi tersebut, pada penelitian ini senam tera dilaksanakan 3 kali per minggu selama 30 menit untuk masing-masing sesi latihan.

Pada penelitian ini juga diperoleh hasil persentase lemak tubuh total sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera mengalami penurunan sebesar 6,9%, yaitu dari 36,37% menjadi 29,47% (p=0,005). Hal yang sama juga terjadi pada persentase lemak viseral, yaitu terjadi penurunan yang bermakna dari 10,19% menjadi 7,12% (p=0,008). Berbagai penelitian membuktian bahwa olahraga aerobik dengan intesitas sedang, bahkan tanpa modifikasi diet, efektif dalam menurunkan lemak tubuh total. Rata-rata penurunan lemak tubuh total dalam 2-9 bulan latihan berkisar antara 0,4-3,2 kg (1-4% dari berat badan) dan penurunan lemak tubuh sebanding dengan jumlah latihan (1). Penelitian di Turki yang dilakukan pada wanita obesitas yang diberi intervensi senam aerobik selama 8 minggu dengan intensitas 3 kali per minggu dan durasi 60 menit menunjukkan adanya penurunan lemak tubuh rata-rata sebesar 3,5 % (20). Penelitian lain yang dilakukan di Iran pada wanita inaktif selama 12 minggu dengan intensitas 3 kali per minggu dan durasi 60 menit menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan terhadap persentase lemak tubuh rata-rata sebesar 2,3 % (21).

(8)

individu yang biasa berolah raga memiliki stimulasi β-adrenergik lebih tinggi yang berkontribusi pada tingginya tingkat oksidasi lipid basal dibandingkan mereka yang tidak berolahraga (23). Sebuah penelitian di Indonesia menemukan bahwa senam aerobik low impact dan high impact dapat menurunkan persentase lemak tubuh dan tidak ada perbedaan penurunan lemak tubuh antara kelompok yang melakukan senam aerobik low impact dan campuran (low impact dikombinasi dengan high impact) selama 6 minggu (24).

Pada penelitian ini, persentase lemak subkutan juga mengalami penurunan dari 24,57% menjadi 22,94%, namun penurunan ini tidak bermakna secara statistik. Penelitian menunjukkan bahwa latihan dengan intensitas tinggi lebih bermakna menyebabkan penurunan lemak subkutan dibanding latihan intensitas ringan-sedang. Hal ini disebabkan oleh karena latihan intensitas tinggi memiliki efek meningkatkan postexercise lipid utilization (penggunaan lemak setelah latihan) yang menyebabkan defisit lemak bahkan saat seorang individu sudah selesai berolahraga (25). Sehingga dapat dipahami bahwa senam tera yang merupakan bentuk olah raga aerobik low impact yang dilakukan selama 8 minggu tidak dapat menyebabkan penurunan persentase lemak subkutan secara bermakna. Namun tentu latihan intensitas tinggi tidak bisa dilakukan lansia karena risiko cedera yang tinggi.

(9)

Kesimpulan

Perubahan komposisi tubuh merupakan tanda yang sangat penting dari proses penuaan. Terjadi peningkatan berat badan, akumulasi lemak secara bertahap dan redistribusi lemak di daerah sentral dan viseral. Proses ini juga disertai dengan penurunan massa dan kekuatan otot (sarkopenia). Aktivitas fisik dalam hal ini olah raga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan lansia. Senam tera Indonesia adalah salah satu olah raga aerobik low impact yang telah dikenal luas sejak lama dan dapat dilakukan pada lansia. Senam ini memadukan gerakan bagian-bagian tubuh, dengan teknik dan irama pernafasan melalui pemusatan/konsentrasi pikiran

Terdapat penurunan berat badan, persentase lemak total tubuh dan lemak viseral sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera secara bermakna. Tidak terdapat perubahan yang bermakna pada persentase lemak subkutan dan otot skeletal serta kekuatan otot (genggaman tangan) sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera.

Daftar Pustaka

1. Chodzko-Zajko WJ, Proctor DN, Singh MAF, Minson CT, Nigg CR, Salem GJ, et al. Exercise and physical activity for older adults. Med Sci Sports Exerc 2009;41(7):1510-1530.

2. Bonnefoy M, Cornu C, Normand S, Boutitie F, Bugnard F, Rahmani A, et al. The effect of exercise and protein energy supplements on body composition and muscle function in frail elderly individual: a long term controlled randomized study. BJN 2003;89:731-738.

3. Setiati S. Geriatric medicine, sarkopenia, frailty dan kualitas hidup pasien usia lanjut: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di Indonesia. eJKI 2013;1(3):234-242.

4. Roubenoff R. Sarcopenia and its implications for the elderly. Eur J Clin Nutr 2000;54:40–47.

5. Vincent HK, Raiser SN, Vincent KR. The aging musculoskeletal system and obesity-related considerations with exercise. Ageing Res Rev 2012;3:1-13.

(10)

7. Sukartini T, Nursalam. Manfaat senam tera terhadap kebugaran lansia. J Penelit Med Eksakta 2009;8(3):153-158.

8. Parwati NM, Karmaya NM, Sutjana DP. Senam Tera Indonesia meningkatkan kebugaran jantung paru lansia di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar. Public Health Prev Med Arc 2013:1(1):1-6.

9. Sillanpaa E. Adaptation in body composition, metabolic health and physical fitness during strength or endurance training or their combination in healthy midled aged and older adults. Jyvaskyla: University of Jyvaskyla; 2011. pp 1-113.

10. Davidson LE. Influence of exercise modality on body composition insulin resistance and functional fitness in aging: a randomized controlled trial. Canada: Queen’s Unniversity; 2007. pp. 1-87.

11. Fatmah, Yusran. Visceral fat with its risk factors amongst the Indonesian Javanese elderly. J Public Health Epidemiol 2011;3(4):155-161.

12. Bauer JM, Sieber CC. Sarcopenia and frailty: a clinician's controversial point of view. Exp Gerontol 2008;43:674-678.

13. Sedenkova B, Stejska P, Simicek J, Elfmark M, Businova T, Ranikova B. The influence of a six month aerobic programme on middle aged woman’s aerobic capacity and body composition. Acta Univ Palacki Olomuc Gymn 2012;42(3): 55-66.

14. Jorgic B, Pantelic S, Milanovic Z, Kostic R. The effect of physical exercise on the body composition of the elderly: a systematic review. J Phys Educ Sport 2011;9(4):439 – 453.

15. Kadir A. Olahraga pada usia lanjut (lansia). Wijaya Kusuma 2007;1(1):63-68.

16. Junaidi S. Pembinaan fisik lansia melalui aktivitas olah raga jalan kaki. MIKI 2011;1:17-21.

17. Lehri A, Mokha R. Effectiveness of aerobic and strength training in causing weight loss and favourable body composition in females. J Exerc Sci Physiother 2006;2:96-99.

(11)

19. Yelmokas A, Mernitz H. Exercise and the elderly: guidelines and practical prescription applications for the clinician. JCOM 2004;11(2): 117-128.

20. Cakmakci E, Arslan F, Taskin H, Cakmakci O. The effects of aerobic dance exercise on body composition changes associated with change in sedentary women. TJSE 2011;13(3):289-304.

21. Ossanloo P, Najar L, Zafari A. The effects combined training (aerobic dance, step exercise and resistance training) on body fat percents and lipid prfile in sedentary females of Al Zahra University. Eur J Exp Biol 2012;2(5):1598-1602.

22. Hurley BF, Hagberg JM. Optimizing health in older persons: aerobic or strength training? Exerc Sport Sci Rev 1998;26:61–89.

23. Poehlman ET, Gardner AW, Arciero PJ, Goran MI, Calles-Escandon J. Effects of endurance training on total fat oxidation in elderly persons. J Appl Physiol 1994;76(6):2281-2287.

24. Nawawi U. The effect of low impact and mixed impact aerobic exercise on percentage of body fat. Asian Soc Sci 2014;10(5):163-167.

25. Tremblay A, Simoneau J, Bouchard C. Impact of exercise intensity on body fatness and skeletal muscle metabolism. Metabolism 1994;43(7):814-818.

Gambar

Tabel  2. Perbandingan  komponen  lemak,  otot  skeletal  tubuh  dan  kekuatangenggaman tangan sebelum dan setelah pelaksanaan senam tera

Referensi

Dokumen terkait

keuangan, karena selama dua tahun mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp. Beban personalia tersebut, yaitu biaya tenaga kerja,

Maraknya kejahatan pemerasan dan pengancaman disertai kekerasan semakin banyak terdengar, baik di media massa maupun media elektronik hingga sudah banyak dialami oleh

Bagi Bpk/Ibu yang baru pertama kali hadir dan berkeinginan menjadi warga jemaat GPIB “Abraham” Grup I Kopassus Serang dapat menghubungi Majelis bertugas setelah Ibadah

Pada uji hayati formulasi cair jamur entomopatogen, mortalitas serangga inang lebih tinggi dan lebih cepat apabila jamur entomopatogen dalam bentuk formulasi cair bila

Deskrisi Singkat Pada menu ini Admin dapat mengelola akun para nasabah yang ada. Aktor

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dimasa mendatang diperlukan Perencanaan Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Tahun

Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta:PT.. berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung. Interaksi yang terjadi antara para

Dengan besarnya nilai koefisien determinasi dari kedua variabel bebas yang diuji tersebut dalam mempengaruhi nilai variabel terikatnya, maka kedua variabel