• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA

PERIODE 1 JANUARI 2011

31 DESEMBER 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Bintang Karlien

NIM: 103109000006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 02 Oktober 2013

Bintang Karlien Ma

terai

(3)

iii

PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA

PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Bintang Karlien

NIM: 109103000006

Pembimbing 1

dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

`

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian berjudul PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA PERIODE 1 JANUARI 2011 – 31 DESEMBER 2012 yang diajukan oleh Bintang Karlien ( NIM: 109103000006 ), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 02 Oktober 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 02 Oktober 2013

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing 1

dr.Raendi Rayendra,Sp.KK, M.Kes dr. Raendi Rayendra,Sp.KK, M.Kes

Penguji 1 Penguji 2

dr. Riva Auda, Sp.A, M.Kes dr. Nida Farida, Sp.M

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta

Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin SpAnd

Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta

(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat

dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “PREVALENSI PENDERITA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT ANGKATAN UDARA 1 JANUARI 2011 – 31

DESEMBER 2012”

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang

setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr.M. K.Tadjudin, Sp And, dr. Djauhari Widjajakusuma,

dan Dra. Farida Hamid, M.pd selaku Dekan dan pembantu Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr .Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter.

3. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku dosen pembimbing yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan kami dalam penyusunan penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset

mahasiswa PSPD 2010.

5. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu mencurahkan kasih

sayangnya, mendukung dalam suka dan duka, dan selalu mendoakan

yang terbaik untuk putra putrinya.

6. Teman - teman Program Studi Pendidikan Dokter, Tarekh Azis dan

semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat

(6)

vi

Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya

harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(7)

vii

ABSTRAK

Bintang Karlien. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan salah satu penyakit kulit yang paling sering ditemukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi penderita dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkat Udara (RSUPAU). Penelelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif kategorik dengan data retrospektif berupa data rekam medis pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angakat Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012, dengan variabel yang dicatat berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, penyebab dan pengobatan. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 151 pasien. Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan perempuan lebih banyak terkena dermatitis kontak iritan sebanyak 94 pasien (62.3%). Menurut usia adalah usia 31-40 tahun sebanyak 29 pasien (19.2%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga 43 pasien (28.3%). Tingkat pendidikan terbanyak adalah S1 dengan 41 pasien (27.2%). Penyebab tersering adalah deterjen 41 pasien (27.2%). Pengobatan terbanyak menggunakan Topikal dan sistemik 68 pasien (54%).

(8)

viii

ABSTRACT

Bintang Karlien. Department of Medical Education. Prevalence of Irritant Contact Dermatitis Patients in air forces general hospital period January 1st, 2011 – December 31st, 2012

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi... 4

2.1.3. Etiologi... 4

2.1.4. Patogenesis... 5

2.1.5. Gejala Klinis... 6

2.1.6. Diagnosis... 10

2.1.7. Diagnosis Banding... .12

2.1.8. Penatalaksanaan...12

2.1.9. Prognosis...13

2.1.10. Preventif...12

2.2. Kerangka Konsep ... ..13

2.3. Definisi Operasional... ..14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.3 Populasi dan Sampel ... 15

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 16

3.5 Cara Kerja Penelitian ... 16

3.5.1 Identifikasi Variable ... 16

3.5.2 Pengumpulan Data ... 16

3.5.3 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 16

3.5.4 Etika Penelitian dan Alur Penelitian ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 18

(10)

x

4.3 Pola Distribusi Dermatitis Kontak Iritan... 19

4.3.1. Berdasarkan Jenis Kelamin... 19

4.3.2. Berdasarkan usia...20

4.3.3. Berdasarkan Pekerja... 21

4.3.4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan...22

4.3.5. Berdasarkan Penyebab...23

4.3.6. Berdasarkan Pengobatan...24

4.3.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Jenis Pengobatan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU...25

4.4 Keterbatasan Penelitia...25

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTARPUSTAKA ... 26

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis DKI dan DKA... 10

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien DKI di RSUPAU…... 19

Tabel 3. Distribusi Kelompok Usia pada Pasien DKI di RSUPAU... 20

Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan pada Pasien DKI di RSUPAU... 21

Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien DKI di RSUPAU... 22

Tabel 6. Distribusi Penyebab DKI pada Pasien DKI di RSUPAU... 23

(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1... 27

Lampiran 2... 35

(13)

1

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dermatitis kontak iritan adalah respon biologi dari kulit terhadap

berbagai macam faktor eksternal yang merangsang reaksi peradangan kulit

tanpa bantuan antibodi spesifik tertentu.1 Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua gangguan penyakit kulit akibat kerja, terbanyak bersifat

non alergi atau iritan. Sekitar 90.000 jenis bahan sudah diketahui dapat

menimbulkan dermatitis.1

Dermatitis kontak terdiri atas Dermatitis Kontak Iriatan (DKI) dan

Dermatitis Kontak Alergi (DKA).1 Menurut data Departemen Tenaga Kerja, 90% penyakit kulit di Indonesia adalah dermatitis kontak yang

meliputi Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi.

Dermatitis Kontak Iritan menempati urutan teratas, yaitu 80% dari kedua

jenis dermatitis kontak tersebut.2,3

Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis hal

ini disebabkan karena penyababnya bermacam-macam dan interval waktu

antara kontak dengan bahan iritan serta munculnya ruam tidak

diperkirakan. Dermatitis muncul setelah pajanan dan meningkat

keparahannya berdasarkan kuantitas, konsentrasi dan lamanya pajanan

oleh bahan iritan tersebut.3

Pada DKI terjadi kerusakan kulit secara langsung oleh bahan iritan

dengan cara mengubah komposisi kulit, misalnya mengubah kandungan

air dan lapisan lemak stratum korneum sehingga terjadi kerusakan

keratinosit.4 Penelitian Goh tahun 1998 melaporkan dermatitis kontak terjadi pada 90% pasien penyakit kulit akibat kerja di Singapura, 66%

merupakan DKI.1 Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta,

mendapatkan insidens dermatitis kontak akibat kerja sebesar 11,9% dari

(14)

2

Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai

prevalensi penderita Dermatitis Kontak Iritan di Rumah Sakit Umum Pusat

Angkatan Udara Jakarta.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berapakah prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum

Pusat Angkatan Udara Jakarta Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

I.3 TUJUAN PENELITIAN

 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah

Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta Periode 1 januari 2011-31

desember 2012 dan hubungan faktor penyebab dengan pekerjaan dan

pendidikan

 Tujuan Khusus

Mengetahui pola distribusi dermatitis kontak iritan berdasarkan usia,

jenis kelamin, faktor penyebab, tingkat pendidikan, dan pengobatan

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menambah pustaka ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tentang

prevalensi dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat

Angkatan Udara Jakarta Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 1.4.2 Bagi Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta

Sebagai informasi dan bukti medis mengenai prevalensi dermatitis

kontak iritan pada pasien Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara

(15)

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan dalam melakukan penelitian

dibidang kesehatan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi

Dermatitis berasal dri kata dermo/o- (kulit) –itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai kulit yang mengalami

inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut

diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis belum cukup jelas.

Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi non infeksi yang

diakibatkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit.4,5

2.1.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak dapat dialami oleh semua orang dari berbagai

golongan umur, ras dan jenis kelamin.4,5,6 Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pekerja penyamakan kulit di semarang tahun 2000

menunjukan angka kejadian dermatitis kontak iritan 57,1% adalah lebih

besar dibanding dengan dermatitis kontak alergi yaitu 42,9%. Penelitian

lain yang dilakukan Damayanti S di Jakarta, tahun 2008 terhadap pekerja

pabrik semen juga menunjukan penederita dermatitis dengan

perbandingan 65% dermatitis kontak iritan dan 35% dermatitis kontak

alergi.7

2.1.3. Etiologi

Banyak literatur yang menyatakan faktor-faktor penyebab dermatitis

kontak.8,9 Pernyataan-pernyataan mengarah pada dua kategori penyebab dermatitis kontak yaitu direct causes dan indirect causes. Secara garis

besar faktor tersebut antara lain :

Direct causes antara lain bahan kimia, mekanik, fisika, racun

tanaman dan biologi dengan contohnya adalah bahan pelarut,

(17)

Indirect causes yaitu faktor genetik (alergi), riwayat atopik, usia,

lingkungan, personal hygiene, jenis kelamin, ras, tekstur kulit

(ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap), keringat, obat/pengobatan

dan musim.

2.1.4. Patogenesis

Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat

kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan iritan

merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak

lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan

merusak sel epidermis.6

Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah.

Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama

pada hampir semua orang, sedang pada iritan lemah hanya pada

mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.

Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan,

dan oklusi, mempunyai andil pada kerusakan tersebut.6,9

Dermatitis kontak alergi, didasari oleh reaksi hipersensitivitas

tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T. Terdapat dua

tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi yaitu tahan induksi

(sensitisasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitisasi dimulai dengan

masuknya antigen ke epidermis.6 Kemungkinan sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut dan selanjutnya

akan diproses dan diinterprestasikan pada sel limfosit T. Sel Limfosit

T tersebut mengalami proliferasi dan difrensiasi pada kelenjar getah

bening yang sama. Antigen yang telah dikenal itu akan langsung

mempengaruh sel limfosit T (yang telah tersensitisasi) yang

kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik

sel-sel radang. Hal inilah yang akan menimbulkan gejala klinis

(18)

6

2.1.5. Gejala Klinis

Dermatitis kontak alergi mempunyai gejala klinisgatal

Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada akut

dimulai dengan bercak eritem berbatas tegas, kemudian diikuti edem,

papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah

menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis akan terlihat

kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura,

batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis

kontak kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.11,12

Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :

Tangan. Kejadian dermatitis baik iritan maupun alergi paling sering terjadi di tanagan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula

pada dermatitis kontak akibat kerja ditemukan ditangan. Sebagian besar

memang oleh bahan iritan. Bahan penyebab misalanya deterjen,

antiseptik, getah sayur, semen, pestisida.13,14

Lengan. Alergen umunya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, oli dan tanaman. Di aksila

umumnya oleh bahan pengharum.13,14,15

Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang diudara, nikel (tungkai kaca mata).

Bila dibibir dan sekitarnya mungkin di sebabkan oleh lipstik, pasta gigi,

getah buah-buahan. Dermatitis dikelopak mata dapat disebebkan oleh

cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.16

Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat

topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.16,17

(19)

Badan.Dermatitis kontak di badan dapat disebebkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet, plastik, dan deterjen.13

Genitalia. Penyebab dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang ada ditangan.13

Paha dan tungkai bawah. Dermatitis ditempat ini dapat disebebkan oleh pakaian, dompet, kunci(nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat

topikal(misalnya anestesi likal, neomisin), spatu.13,14

Dermatitis kontak iritan akut dan kronis mempunyai gejala klinis :

Dermatitis iritan dibagi berdasarkan sifat iritan. Iritan kuat akan

memberikan gejala akut, sedangkan iritan lemah akan menyebabkan

gejala kronik. dari gejala yang sudah dipaparkan, maka dermatitis

kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam :12,13,18.

1. Dermatitis Kontak Iritan

Pada DKI kulit akan terasa pedih atau panas, eritem, vesikel dan

bula. Luas kelinannya sebatas daerah yang terkena dan bebatasan tegas.

pada beberapa individu gejala subyektif mungkin hanya satu-satunya

manifestasi. Rasa sakit dapat terjadi dalam beberapa detik dari pajanan.

Spektrum perubahan kulit berupa eritem hingga vesikel dan bahan

pajanan bahan yang dapat membakar kulit dapat menyebabkan

nekrosis. Secara klasik, pembentukan dermatitis akut biasanya sembuh

setelah pajanan, dengan asumsi tidak ada pajanan ulang – hal ini dikenal sebagai “decrescendo phenomenon”. Pada beberapa kasus

tidak biasa, dermatitis kontak iritan dapat timbul beberapa bulan setelah

pajanan, diikuti dengan resolusi lengkap. Bentuk DKI Akut seringkali

menyerupai luka bakar akibat bahan kimia, bula besar atau lepuhan.

DKI ini jarang timbul dengan gambaran eksematousa yang sering

(20)

8

2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat

Pada dermatitis kontak iritan lambat, gejala obyektif tidak muncul

hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan. Sebaliknya, gambaran

kliniknya mirip dengan dermatitis kontak iritan akut. Contohnya adalah

dermatitis yang disebabkan oleh serangga yang terbang pada malam hari,

dimana gejalanya muncul keesokan harinya berupa eritema yang kemudian

dapat menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.12,13,18

3. Dermatitis Kontak Iritan Kronik (DKI Kumulatif)

Juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan oleh iritan

lemah (seperti air, sabun, detergen, dll) dengan pajanan yang

berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan. Kelainan kulit baru

muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Sehingga

waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling penting.

Dermatitis kontak iritan kronis ini merupakan dermatitis kontak iritan yang

paling sering ditemukan.Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan

lambat laun akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika

kontak terus berlangsung.12,13,18

Distirbusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitis kontak

iritan kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian

menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan. Pada ibu rumah tangga,

biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis).12,13

4. Reaksi Iritan

Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa

skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi di

dorsum dari tangan dan jari. Biasanya hal ini terjadi pada orang yang

terpajan dengan pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh,

(21)

5. Reaksi Traumatik (DKI Traumatik)

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa

tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan.

Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher. Asam laktat biasanya

menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.12,13,18

6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

Juga disebut reaksi suberitematous. Pada tingkat awal dari iritasi

kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan

kulit terlihat secara histologi..Gejala umum yang dirasakan penderita adalah rasa terbakar, gatal, atau rasa tersengat. Iritasi suberitematous ini

dihubungkan dengan penggunaan produk dengan jumlah surfaktan yang

tinggi.Penyakit ini ditandai dengan perubahan sawar stratum korneum

tanpa tanda klinis (DKI subklinis).12,13,18

7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa

tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan.

Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher. Asam laktat biasanya

menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.12,13,18

8. Dermatitis Kontak Iritan Gesek (Friction ICD)

Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau

gesekan yang berulang. DKI Gesekan berkembang dari respon pada

gesekan yang lemah, dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama,

fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan. DKI Gesekan dapat

hanya mengenai telapak tangan dan seringkali terlihat menyerupai

psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak gatal.

Secara klinis, DKI Gesekan dapat hanya mengenai pinggiran-pinggiran

(22)

10

9. Dermatitis Kontak Iritan Akneiform

Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform. Biasanya dilihat

setelah pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah

penggunaan beberapa kosmetik. Reaksi ini memiliki lesi pustular yang

steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah pajanan.

Tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis atopy maupun pasien

dermatitis seboroik.12,13

10. Dermatitis Asteatotik

Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi

tanpa menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering,

dan skuama iktiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini.12,13

2.1.6. Diagnosis

Sebagai dasar diagnosis harus dilakukan anamnesis yang cermat dan

pemeriksaan fisik yang teliti. Anamnesis yang cermat meliputi keluhan

subyektif, tempat awal keluhan, perjalanan penyakit, obat topikal yang

digunakan, riwayat penyakit, dan pekerjaan maupun hobi.4,6,7

Dalam hal pemeriksaan fisik, pentiing untuk memeriksa kulit secara

menyeluruh. Pada lokasi dan distribusi dapat terlihat lesi awal yang sesuai

dengan tempat kontak dan batas lesi umumnya jelas sesuai dengan bentuk

kontakan.4,6

Gambaran klinis sering sulit dibedakan anatara DKI dan DKA.

Perbedaan gejala klinis dermatitis kontak iritan dengan dermatitis kontak

(23)

Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)

DKI DKA

Menurut kriteria Mathias, gejala klinis dermatitis kontak selalu harus

dikaitkan dengan pekerjaan. Gambaran klinis sesuai dengan dermatitis

kontak:

 Terdapat pajanan dengan iritan atau alergen setempat

 Lokasi lesi sesuai dengan daerah kontak

 Terdapat hungan antara waktu pajanan dengan terjadinya dermatitis

kontak

 Menyingkirkan adanya pajanan lain

 Pada waktu penghindaran pajanan maupun saat cuti, penyakit mereda

 Uji tempel/provokasi sesuai pajanan.

(24)

12

Diantara enam hal diatas, untuk menegakan diagnosis dermatitis kontak

menurut kriteria Mathias adalah minimum empat harus positif.4

2.1.7. Diagnosis Banding

Dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, psoriasis.15

2.1.8. Penatalaksanaan

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah

menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik

maupun kimia. Bila hal itu dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak

terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut akan sembuh dengan

sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pelembab

untuk memperbaiki kulit yang kering.

Apabila diperlukan, untuk mengatasi perdangan dapat diberikan

kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortisol, atau untuk kelainan yang

kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Penggunaan alat

pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan

bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut.4

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah

upaya pencegahan kontak terulang kembali dengan alergen penyebab, dan

menekan kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan

eritem, edem, bula dan vesikel, serta eksudatif (madidans), misalnya

prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda dalam

beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam

faal.4,14

Dermatitis kontak alergi yang ringan, atau dermatitis akut yang telah

mereda (setelah mendapatkan pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup

(25)

2.1.9. Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan

dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering

terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang penyebabnya multi

faktor.11,15

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan

kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis,

bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik,

dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan lain

yang tidak dapat dihindari.4,14,17

2.1.10. Preventif

Untuk dermatitis kontak iritan selalu dimulai dengan melakukan

identifikasi dan menghindari pajanan ulang dengan zat iritan alergen

penyebab. Hindari pula berbagai zat iritan atau alergen lain. Bila tetap

harus berkontak dengan zat iritan atau alergen tersebut, harus

menggunakan alat pelindung diri misalnya sarung tangan, apron, spatu dan

pakaian kerja.14

Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011-31 Desember

2012 Prevalensi

(26)

14

2.3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur

Pekerjaan Pekerjaan yang

(27)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif kategorik.

Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder yang diperoleh dari

rekam medis pasien untuk mengetahui prevalensi penderita Dermatitis

Kontak Iritan di RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dibagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat

Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta, dari tanggal 1 juni sampai

dengan 30 Agustus 2013

3.3Populasi dan Sampel Populasi

Populasi penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam

medik pasien kulit di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta

periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012

Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan rekam medis dari semua

pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan

Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2012

3.4Kriteria Inklusi dan Ekslusi Inklusi

1. Data rekam medis lengkap

2. Data pasien yang terdiagnosis pasti dermatitis kontak iritan di Rumah

Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta periode 1 Januari 2011 -

31 Desember 2012

(28)

16

Ekslusi

1. Responden yang data rekam mediknya tidak lengkap

2. Responden dengan riwayat alergi/atopik

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat berbagai variable yang akan diteliti

yaitu:

1. Variabel Bebas= faktor-faktor pencetus DKI, pekerjaan,

usia, jenis kelamin, penyebab dan pendidikan

2. Variabel Terikat = Dermatitis Kontak Iritan

3.5.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder berupa

rekam medis dari pasien yang datang memeriksakan diri di RSUPAU

Jakarta pada 1 Januari 2011 -31 desember 2012. Kemudian peneliti

meminta izin kepada bagian rekam medis untuk menyiapkan rekam

medis pasien dan peneliti mengisi lembar penelitian berdasarkan data

dalam rekam medis.

3.5.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi melalui

beberapa proses sebagai berikut:

1. Editing, untuk memastikan data yang di peroleh terisi semua atau

lengkap dan dapat dibaca dengan baik, relevan, serta konsisten.

2. Coding, dapat diperoleh dari sumber data yang sudah diperiksa

kelengkapannya kemudian dilakukan pengkodean sebelum diolah

dengan komputer.

3. Entry data, data yang telah di coding diolah dengan bantuan

progam komputer.

4. Cleaning, proses pengecekan kembali data yang sudah dientry

apakah ada kesalahan atau tidak.

(29)

6. Analisis data, proses pengolahan data serta menyusun hasil.

Data di input ke dalam SPSS 16.0 yang kemudian diverifikasi.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan prevalensi dan distribusi

frekuensi. Data lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks,

tabel dan grafik.

3.5.4 Etika Penelitian dan Alur Penelitian

Peneliti meminta izin kepada RSUPAU Jakarta. Penelitian dilakukan

dengan aspek kerahasiaan terhadap rekam medik yang dianalisis tanpa

informed consent terhadap pasien. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa

tahap yaitu :

1. Pembuatan proposal

2. Pencatatan rekam medis

3. Pemasukkan dan pengolahan data ke SPSS

4. Analisis data

(30)

18

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pengambilan data di instalasi rekam medis Rumah

Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta. Pengambilan data diambil pada

pasien dengan diagnosa dermatitis kontak iritan periode 1 Januari 2011-31

Desember 2012

Besar sampel yang dikumpulkan dalam kurun waktu tersebut sebanyak 151

subyek. Pada penelitian ini subyek baik laki – laki maupun perempuan dan semua golongan umur masuk kedalam sampel penelitian.

Penelitian ini dilakukan karena ingin mendapatkan prevalensi dermatitis

kontak iritan pada pasien Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta

tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, faktor

penyebab, dan pengobatan.

4.2Prevalensi Dermatitis Kontak Iritan

Dari hasil pengumpulan data di instalasi rekam medis RSUPAU Jakarta,

didapatkan jumlah keseluruhan pasien dermatitis kontak iritan periode 1 Januari

2011-31 Desember 2012 adalah 151 orang. Sedangkan rumus prevalensi adalah:

Keterangan: ∑ = jumlah, konstanta = 100%

Dari rumus tersebut. Maka prevalensi dermatitis kontak iritan pada pasien

RSUPAU Jakarta periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012 sebesar

Point Pravalence Rate = 151 x 100 % = 37,75 %

400

(31)

4.3 Pola Distribusi Dermatitis Kontak Iritan 4.3.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2, apabila dilihat dari jenis kelamin,

diketahui bahwa sebagian besar pasien dermatitis kontak iritan adalah

perempuan yaitu berjumlah 94 orang (62.3%), sedangkan laki – laki berjumlah 57 orang (37.7%). Hal ini selaras dengan penelitian adila afifah tahun 2012

yang didapatkan jumlah penderita dermatitis kontak iritan pada perempuan

sebesar 85,7% dan pada laki-laki 14,3%.19 Selain itu ada pendapat yang mengatakan dermatitis kontak lebih sering ditemui pada jenis kelamin

perempuan, hal ini karena perempuan lebih sering mengalami kontak dengan

agen penyebab dibandingkan dengan laki-laki, tetapi secara eksperimental

belum jelas perbedaan jenis kelamin ini dengan kejadian dermatitis kontak.19

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

JENIS KELAMIN JUMLAH

(ORANG)

PERSENTASE

(%)

Laki-laki 57 37.7

Perempuan 94 62.3

(32)

20

4.3.2. Berdasarkan Usia

Usia pada pasien dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat

Angkatan Udara Jakarta sangat bervariasi, dari usia 1 tahun sampai usia 73

tahun.

Berdasarkan hasil penelitian diketagui bahwa usia pada pasien

dermatitis kontak iritan di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara

Jakarta periode tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Kelompok Usia pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

KELOMPOK USIA JUMLAH

(ORANG)

Usia terbanyak yang menderita dermatitis kontak iritan yaitu rentang usia

antara 31-40, sedangkan usia terendahnya yang menderita dermatitis kontak

iritan adalah 71-80. Hal ini selaras dengan penelitian Iwan Trihapsoro tahun

2003 yang didapatkan jumlah pasien dermatitis terbanyak pada rentan usia

(33)

4.3.3. Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis pekerjaan erat

kaitannya dengan kejadian dermatitis kontak iritan (DKI), yaitu berjumlah

43 orang (28.5%) ibu rumah tangga, 36 orang (23.8%) pelajar, 32 orang

(21.2%) pegawai, 19 orang (12.6%) tentara, 14 orang (9.3%) pensiunan, 7

orang (4.6%) anak-anak. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

JENIS PEKERJAAN JUMLAH

(ORANG)

PERSENTASE

(%)

Ibu Rumah Tangga 43 28.5

Pelajar 36 23.8

Pegawai 32 21.2

Tentara 19 12.6

Pensiunan 14 9.3

Anak-anak 7 4.6

TOTAL 151 100

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan pekerjaan

yang lain sebab ibu rumah tangga sering kali kontak dengan bahan-bahan

iritan yang dapat memicu iritasi dan terjadinya dermatitis kontak iritan

contohnya deterjen, kosmetik, minyak dan lain-lain. Hali ini sesuai dengan

(34)

22

4.3.4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan pada

pasien DKI di Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Udara Jakarta dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

Diketahui bahwa tingkat pendidikan seseorang tidak mempengaruhi dari

angka kejadian dermatitis kontak iritan, pendidikan yang rendah hingga

tinggi penyebaran angka kejadian tidak merta, hal ini tidak sesusai dengan

(35)

4.3.5. Berdasarkan Penyebab DKI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab terjadinya

dermatitis kontak iritan sangatlah bervariasi diantaranya adalah kosmetik,

perhiasan, minyak,deterjen, pembalut, popok, parfum, roll on hingga oli.

Semua penyebab dermatitis kontak iritan dapat dilihat dalam tabel dibawah

ini :

Tabel 6. Distribusi Penyebab DKI pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

Dari tabel dan grafik diatas kita dapat melihat bahwa kosmetik menjadi

penyebab dermatitis kontak iritan yang paling tersering dibandingkan

dengan zat-zat pengiritasi yang lain. Ini dikarenakan kosmetik paling sering

digunakan oleh segala kalangan pada umumnya. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh adanya iklan di berbagai media massa yang menghubungkan

pemakaian kosmetik identik dengan wanita cantik. 21

PENYEBAB DKI JUMLAH

(36)

24

4.3.6. Berdasarkan Pengobatan

Berdasarkan pengobatan yang diterima oleh pasien dapat di bagi menjadi

pengobatan sistemik atau topikal, namum dalam beberapa kasus dapat

diberikan secara kombinasi antara topikal dengan sistemik agak dapat

bekerja lebih cepat dan sinergis. Kombinasi dari sistemik atau topikal akan

ditampilkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 7. Distribusi Pengobatan pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

Kombinasi antara topikal dengan sistemik adalah obat pilihan yang

tersering digunakan untuk kasus dermatitis kontak iritan karena kemampuan

untuk menyembuhkannya yang relatif lebih cepat.

PENGOBATAN JUMLAH

(ORANG)

PERSENTASE

(%)

Topikal 62 41.1

Sistemik 21 13.9

Topikal + Sistemik 68 45.0

(37)

4.3.7 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Pemakaian Kosmetik Pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di RSUPAU

Jenis Kelamin N P

Laki-laki Perempuan

N N

Penyebab Kosmetik 12 42 54 0.03* Non

Kosmetik

45 52 97

Total 57 94 151

*Chi Square test

Pada Uji yang dilakukan dengan menggunakan tabel 2x2 didapatkan

bahwa p=0,03 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara jenis

kelamin dengan faktor penyebab DKI yaitu kosmetik. Hal ini dikarenakan

adanya iklan di berbagai media massa yang menghubungkan pemakaian

kosmetik identik dengan wanita cantik. Sehingga banyak perempuan yang

terdorong untuk menggunakan kosmetik.21

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif kategorik yang

berarti menganalisa penyakit yang ada dalam suatu populasi tertentu dengan

memaparkan keadaan dan sifat masalah tersebut dalam berbagai variabel

epidemiologi yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah.

Keterbatasan pada variabel penelitian, karena terdapat banyak faktor yang

berhubungan dengan Dermatitis kontak iritan. Adannya keterbatasan data yang

diambil oleh penulis maka penelitian ini hanya meneliti variabel yang terdapat

(38)

26

26

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanankan di RSPAU Jakarta periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi Dermatitis Kontak Irtan pada penderita di RSPAU Jakarta periode

2011-2012 adalah sebesar 37.75%

2. Pola Demografi Dermatitis Kontak Iritan pada penderita di RSPAU Jakarta

periode 2011-2012 di dominasi oleh perempuan sebanyak 62.3%, kelompok

usia 31-40 (19.2%), ibu rumah tangga (28.5%), dan dengan pendidikan

terakhir lulusan S1 (27.2%), kosmetik (35.8%), terapi menggunakan topikal

dan sistemik (45.0%).

1.2 Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menggunakan variabel-variabel dan data

yang lebih banyak untuk menghubungkan kejadian Dermatitis kontak Iritan

(39)

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Goh CL. Occupotional Skin Diseas. PG Publishing. Singapore 1990, p:

55-57

2. Achmadi UF. Epidemiologi Dermatitis Akibat Kerja, dalam : media

Dermatovenerologic Indonesia. Ed. Dermatosis Akibat Kerja. Jakarta :

PERDOSKI, suplemen 1995 : 46-54

3. Priata B. Peraturan Pemerintah Tentang Dermatosis Akibat Kerja, dalam:

Kumpulan Makalah Simposium Dermatosis Akibat Kerja. PIT IV

PERDOSKI, Samarinda 1997 : 21-28

4. Soebaryo RW. Dermatitis Kontak, Jkarta : Ikatan Dokter Indonesia, 1994

5. Soebaryo RW. Prediksi Klinis Dermatitis Kontak-Tangan pada Pekerja

dengan Kondisi Diathesis-Atopik Kulit. Disertasi 21 Oktober 1999.

Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta : 1999; 1-113

6. Effendi EH. Penegakan Diagnosis Dermatosis Akibat Kerja. Kumpulan

Makalah Symposium dermatosis akibat kerja dalam PIT IV PERDOSKI

samarinda 1997; 77-80

7. Djuanda S. Sularsito SA, Dermatitis, dalam : Djuanda A (ed) Ilmu Penyakit

Kulit dan Kealami, Edisi ke 3, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2008 ; 129-38

8. Wolff K. Lowel AG. Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors,

Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw

– Hill; 2008

9. Chew AL and Howard IM. Ten Genotypes Of Irritant Contact Dermatitis.

In: Chew AL and Howard IM, Irritant Dermatitis. Germany:

Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006

10.Levin C. Basihir SJ. and Maiback HI, editors. Treatment Of Irritan Contact

Dermatitis. In: Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis.

Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-5

11.Loffer H and Isaak E. editors. Primary Prevention Of Irritant Contact

Dermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis.

(40)

28

28

12.Cohen, SR. Risk Factors in Ocupotional Skin Diseas. Dalam: Mailbach H.I

Ocupotional and Industrial Dermatology, 2nd ed. Year Book Medical Publisher Inc.m Chicago, 1987:4-14

13.Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Dalam:Encyclopedia of

Occuoatibal Health and Safety, 4nd ed, VOL. I. ILO, Geneva, 1983

14.Denig NI. Hoke AW, Maibach HI. Irritan contact dermatitis clues to causes,

clinical characteristic, and control. Postgraduate medicine 1998; 103;

199-213

15.Arnold HL. Odom RB., James WD., Andrew’s Disseae of skin, 8nd ed, London : WB Saunders Co.1990

16.Pohan SS. Etiologi dan Patofisiologi Dermatitis Akibat Kerja. Kumpulan

makalah symposium dermatosis akibat kerja. Dalam : PIT PERDOSKI,

Samarinda, 1997; 67-72

17.Adams RM.. Irritan Contact Dermatitis Occupational Skin Diseas,2nd ed. W.B, Saunders Co, Philadelphia, 1990 : 2-8

18. Athuf Thaha M. Gambaran Klinik Dermatosis Akibat Kerja. Kumpulan

makalah symposium akibat kerja dalam PIT IV PERDOSKI Samarinda

1997; 73-6

19.Afifah adilah. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. Program

Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro 2012. Semarang. 2012

20.Trihapsoro Iwan. Dermatitis Kontak Alergik Pada Pasien Rawat Jalan Di

RSUP HAJI ADAM MALIK Medan. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 2003

21.Primianty Dewi. Hubungan Antara Persepsi Remaja Putri Terhadap Citra

Perempuan Cantik Dalam Iklan Kosmetik Di Televisi Dengan Penggunaan

Produk Kosmetik Oleh Remaja Putri. Program Studi Komunikasi Dan

Perkembangan Masyarakat Fakultas Pertanian INSTITUT PERTANIAN

(41)

Lampiran 1 Data Hasil Uji Statistik

Gambaran jenis kelamin

Statistics

Jenis kelamin

N Valid 151

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 57 37.7 37.7 37.7

P 94 62.3 62.3 100.0

(42)

Gambaran usia (tahun)

Statistics

kelus

N Valid 151

Missing 0

Mean 3.79

Median 4.00

Mode 4

Std. Deviation 1.978

Percentiles 25 2.00

50 4.00

75 5.00

kelompok usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-10 22 14.6 14.6 14.6

11-20 25 16.6 16.6 31.1

21-30 22 14.6 14.6 45.7

31-40 29 19.2 19.2 64.9

41-50 21 13.9 13.9 78.8

51-60 17 11.3 11.3 90.1

61-70 8 5.3 5.3 95.4

71-80 7 4.6 4.6 100.0

(43)
(44)

Gambaran DKI berdasarkan Pekerjaan

Statistics

pekerjaan

N Valid 151

Missing 0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid anak-anak 7 4.6 4.6 4.6

IRT 43 28.5 28.5 33.1

pegawai 32 21.2 21.2 54.3

pelajar 36 23.8 23.8 78.1

pensiunan 14 9.3 9.3 87.4

tentara 19 12.6 12.6 100.0

(45)

Gambaran DKI berdasarkan pendidikan

Statistics

pendidikan

N Valid 151

Missing 0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid belum sekolah 7 4.6 4.6 4.6

D1 7 4.6 4.6 9.3

D2 4 2.6 2.6 11.9

D3 25 16.6 16.6 28.5

S1 41 27.2 27.2 55.6

S2 8 5.3 5.3 60.9

SD 19 12.6 12.6 73.5

SMA 26 17.2 17.2 90.7

SMP 14 9.3 9.3 100.0

(46)

Gambaran DKI berdasarkan penyebab

Statistics

penyebab

N Valid 151

Missing 0

penyebab DKI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid deterjen 41 27.2 27.2 27.2

Kosmetik 54 35.8 35.8 62.9

minyak 16 10.6 10.6 73.5

oli 10 6.6 6.6 80.1

parfum 7 4.6 4.6 84.8

Pembalut 1 .7 .7 85.4

pembalut dan popok 8 5.3 5.3 90.7

Perhiasan 8 5.3 5.3 96.0

Roll on 6 4.0 4.0 100.0

(47)

Statistics

pengobatan

N Valid 151

Missing 0

pengobatan DKI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sistemik 21 13.9 13.9 13.9

sistemik+topikal 68 45.0 45.0 58.9

topikal 62 41.1 41.1 100.0

(48)

Hubungan antara jenis kelamin dengan penyebab DKI

Continuity Correctionb 7.625 1 .006

Likelihood Ratio 8.998 1 .003

Fisher's Exact Test .005 .002

N of Valid Casesb 151

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,38.

b. Computed only for a 2x2 table

(49)
(50)

35

Lampiran 2 Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Bintang Karlien

Jenis Kelamin : Laki – laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta 28 november 1991

Agama : Islam

Alamat : Jln. A. Yani 82 Bogor

E-mail : bintangkarlien@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

 1997-2003 : Sekolah Dasar Negri 05 Malaka Jaya Pagi Jakarta Timur

 2003-2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 252 Jakarta

 2006-2009 : Sekolah Menengah Atas Negeri 81 Jakarta

 2009-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis DKI dan DKA.........................................
Tabel 1. Perbedaan Gejala Klinis Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
tabel dan grafik.
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Dermatitis Kontak Iritan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kontroler SDRE ini akan diterapkan pada plant nonlinier berorde enam yaitu Two Stage Inverted Pendulum (TSIP) yang merupakan pengembangan dari sistem pendulum

Hasil penelitian dengan uji F menunjukkan bahwa secara simultan inovasi produk dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian di Pizza

Sebagai lawan istilah hukum administrasi khusus (hukum admi- nistrasi luar biasa), dikenal pula istilah hukum administrasi umum. Dengan peran pemerintahan yang begitu

Perbedaan jurnal tersesebut dengan Skripsi Peneliti yaitu: Skripsi Peneliti berbeda dengan jurnal tersebut yakni Isi Pokok yang di teliti oleh Peneliti Lebih Menunjukan

Disamping keempat strategi di atas, harga dari besaran-besaran statistik dari vektor baseline maupun koordinat titik (seperti standard deviasi, faktor variansi, dll.nya) yang

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami karakteristik perusahaan industri sekaligus mengerti tentang sistem akuntansi biaya berdasarkan proses dan perhitungannya yang pada

Bab Keempat pada sub bab ini penulis akan menjawab tentang rumusan masalah, yaitu akan menguraikan tentang Analisis Mekanisme Jual Beli Mavro dalam Komunitas MMM

Sedangkan untuk analisis komponen struktur rangka batang didapati beberapa komponen struktur baik batang tarik maupun tekan dan sambungan yang tidak memenuhi kapasitas