FORMULASI STRATEGI BERSAING ICHTHUS
INTERNATIONAL SCHOOL JAKARTA
DANI MARENDIANTO
Alumni Sekolah Pasca Sarjana, IKPIA Perbanas Jakarta
Abstract
This research was conducted to make the formulation of Ichtus International School Jakarta strategy to compete in educational industry by analyzing internal and external environment of Ichtus International School Jakarta and to know the key of success factor and its competitive strategy for the future, for long-term business development. The research approach used is to integrate quantitative and qualitative with descriptive research type using AHP (Analytical Hierarchy Process) analysis, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) and QSPM (Quantitaive strategic planning Matrix). External factors consist of 5 opportunities and 5 threats. 5 opportunities, while for internal factors consists of 6 Strengths and 5 weaknesses. The 6 power factor Ichtus International school has. In the SWOT analysis, there are 4 alternative strategies, and the best alternative strategy that will be used is the SO strategy (Increase customer loyalty (parent student / i), Increase the number of branches with complete and attractive facilities, Maintain the trust of parents to school) . Based on firm position in quadrant of SWOT which is in quadrant V that is at quadrant of Growth or Stability. The strategic priority for Internal (IFE) is the International Curriculum, while for (EFE) is the Community Need for Education for Children.
Keywords: AHP (Analytical Hierarchy Process), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan QSPM (Quantitaive strategicplanning Matriks), IFE dan EFE
I. PENDAHULUAN
Strategi sebagai rencana jangka panjang organisasi berkenaan dengan bagaimanaorganisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Strategi yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan kompetitif (Dessel, 2008).
Porter (2007) mengungkapkan bahwa salah satu strategi yang dapat dirancang oleh sekolah untuk menjaga dan meningkatkan daya saing sekolah adalah melalui strategi bersaing. Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi bersaing yang menguntungkan dalam suatu arena fundamental dimana persaingan berlangsung. Hal ini berarti setiap organisasi atau perusahaan perlu merumuskan strategi dan posisi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan. Lebih lanjut Porter menjelaskan bahwa tujuan dari strategi bersaing adalah untuk membina posisi dimana suatu lembaga dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Sehingga untuk menciptakan posisi bertahan yang aman (defendable position) diperlukan adanya strategi bersaing yang efektif yang mencakup tindakan-tindakan menyerang (ofensif) ataupun bertahan (defensive). Oleh karena itu penyelidikan dan analisis sumber
masing-masing kekuatan adalah kunci untuk mengembangkan sebuah strategi.
Terdapat tiga pendekatan strategi generik yang secara potensial dapat berhasil mengungguli para pesaing dalam suatu bidang untuk menghadapi kondisi persaingan, yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan fokus (Porter, 2007). Strategi generic merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan suatu lembaga untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang melebihi pesaing lainnya dalam suatu lingkup usaha (David, 2015). Oleh karena itu, setiap sekolah harus mampu mengembangkan keunggulan bersaing yang tidak mudah diimitasi oleh para pesaing lain. Keunggulan bersaing tersebut dapatdiciptakan melalui efisiensi, kualitas produk, dan inovasi (Wijaya, 2008).
Adapun sekolah swasta di Jakarta yang akan diteliti adalah Ichthus International School Jakarta. Sekolah ini mengalami penurunan
enrollment siswa baru. Banyaknya competitor yang lebih maju dalam penggunaan teknologi maupun melalui media konvensional membuat Ichthus International School Jakarta harus meningkatkan citra dan jumlah siswanya.
Tidak hanya penurunan jumlah pengunjung, jumlah siswa wasuk ke Ichthus International School Jakarta juga mengalami penurunan seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Jumlah Siswa Masuk Ichthus International School Jakarta 2014 – 2016
Lokasi Jumlah Siswa
2014 2015 2016 Ichthus International
School kampus South
68 65 55
Ichthus International School kampus West
72 62 51
Total 140 127 106
Sumber : Data diolah (2018)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir (2014 – 2016) total jumlah siswa yang daftar dan diterima di Ichthus International School baik di kampus South dan West mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak pesaing atau sekolah swasta lain yang bermunculan serta kualitasnya semakin baik.
Lingkungan yang dihadapi Ichtus International School Jakarta dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh International School Jakarta, sedangkan kondisi eksternal adalah peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal yang dihadapi oleh International School Jakarta adalah banyaknya pesaing sehingga sekolah dalam hal ini Ichtus International School Jakarta harus memanfaatkan peluang yang ada, maka diperlukan strategi bersaing. Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi strategi bersaing yang tepat untuk ichthus international school jakarta
II. Kajian Teori
Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan bidang yangsangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. Pendidikan bahkan merupakan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, serta yang dapat mengantarkan bangsa mencapaikemakmuran. Pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali)
pengalaman yang bertujuan menambah efisiensi individu dalam interaksinya denganlingkungan.
Tujuan pendidikan sekolah dasar lainnya dikemukakan oleh Eka Ihsanudin (2010) yaitu: (1) memberikan bekal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, (2) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, (3) mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
Menurut Pearce dan Robinson (2008) definisi dari manajemen strategi ialah sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategis dapat didefinisikan juga sebagai ilmu tentang perumusan, pelakasanaan, dan evaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya (David, 2010). Dengan demikian manajemen strategi dapat digunakan dalam merumuskan suatu permasalahan suatu organisasi dan merencanakan strategi yang akan di implementasikan serta mengevaluasi suatu keputusan strategi.
Menurut David (2010), proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi dan evaluasi strategi. Dalam perumusan strategi dibutuhkan kerangka kerja yang komprehensif. Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pembuatan keputusan tiga tahap, seperti ditunjukan pada Gambar 1 berikut ini :
Sumber: David (2010)
Gambar 1 Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi
dari matriks TOWS, SPACE, BCG, IE, dan Matriks
Grand Strategy. Tahap 3 disebut tahap keputusan (decision stage), menggunakan satu macam teknik, yaitu Quantitaive strategic planning Matriks
(QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan dari tahap 1 untuk secara objektif mengevaluasi strategi alternatif yang diidentifikasi pada tahap 2. QSPM menggungkap daya tarik relatif dari strategi alternatif, oleh karena itu menjadi dasar objektif untuk memilih strategi spesifik.
Analisis lingkungan pada dasarnya mencangkup analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal perusahaan adalah lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan, terdiri dari variaber-variabel di luar organisasi yang memberikan peluang dan ancaman. Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang berada di dalam kendali perusahaan terdiri dari variable-variabel yang dimiliki perusahaan, mencangkup struktur, kultur, dan sumber daya perusahaan yang merupakan kekuatan kunci. Lingkungan internal memberikan kekuatan dan kelemahan yang sesungguhnya berada di dalam kontrol perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari kekuatan-kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih luas dan mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan perusahaan, meliputi: faktor, ekonomi, politik, hukum, teknologi, dan kekuatan sosial budaya.
Perumusan strategi yang dilakukan oleh perusahaan dapat menggunakan matriks EFE dan IFE yang merupakan matrik faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mengetahui posisi perusahaan dalam suatu industri. Matriks IFE merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga menjadi dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2010). Matriks EFE merupakan alat yang memungkinkan perencana strategi di dalam meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, permerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks ini membantu manajer dalam mengorganisir faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima secara umum mengenai peluang dan ancaman (Hunger dan Wheelen, 2003).
SWOT adalah singkatan dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) intern serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam lingkungan suatu organisasi. Analisis SWOT adalah alat untuk mencocokan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi:
a. SO (strengths - opportunities) b. WO (weakness - opportunities), c. ST (strength - threat)
d. WT (weaknesses - threat)
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada (David, 2010).
Matriks QSPM (Quantitaive Strategic Planing Matriks) merupakan suatu teknik analisis dalam litelatur yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang dapat dijalankan. Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang di dasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak komulatif dari masing-masing faktor keberhasilan krisis eksternal dan internal. Sifat positif dari QSPM adalah rangkaian strategi ini dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan. Alat ini juga mengharuskan perencana strategi memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait ke dalam proses keputusan.
Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh Saaty (2008) dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Proses Hierarki Analitik memasukkan baik aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia. Aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan hierarkinya dan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat.
2. Kerangka Berpikir
3. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
Kuncoro Jati, dkk (2016) melakukan penelitian yang berjudul Analisis SWOT Dan AHP Dalam Penentuan Srategi Pemasaran Di PT Agro Palindo Sakti (Wilmar). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan. Metode yang dipakai dalampenelitian ini adalah metode SWOT dan AHP (Analytic Hierarchy Process) dengan data kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil dari penelitian ini adalah hasil dari analisis SWOT di dapat ke empat kriteria strategi pemasaran yaitu : SO, WO, ST, dan WT. Dan ke empat kriteria strategi pemasaran, analisis AHP melalui Pairwise
antara SO,WO, ST dan WT didapatlah bobot SO 0.099 (ketiga), WO 0.153 (kedua), ST 0.363 (pertama), dan WT 0.026 (terakhir).setelah dilakukan analisa AHP dari keempat kriteria tersebut maka diperolehlah bahwa kriteria WO merupakan kriteria utama. Dari keempat kriteria dibagi menjadi delapan subkriteria. Dai ke delapan subkriteria ini merupakan jenis-jenis strategi yang didapat dari hasil analisa SWOT.
Abdul Malik, dkk (2013) melakukan penelitian tentang integrasi antara AHP, SWOT Dan QSPM Dalam Perencanaan Strategis - Aplikasi Untuk College of Business Administration Universitas Salman Bin Abdul Aziz Saudi Arabia. Hasil yang diperoleh Institusi Pendidikan Tinggi (HEI) mengintegrasikan AHP, SWOT dan QSPM dalam Perencanaan Strategis atau perumusan strategi, cenderung mengabaikan atau mengurangi bobot secara tidak tepat dalam menentukan strategi alternatif mana yang akan dipakai sambil mempertimbangkan faktor eksternal / internal utama. Sebagaimana dibuktikan, model terpadu membaik dengan mengintegrasikan AHP sambil mengembangkan QSPM.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Ichthus International School Jakarta yang memiliki 2 sekolah yaitu Ichtus South Campus yang berada di Jalan Caringin Barat No 1 Cilandak Barat Jakarta Selatan dan Ichthus West Campus yang berlokasi di Jl. Surya Mandala III Blok N II No.11 – Kebon Jeruk Jakarta Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, Ichthus International School ini adalah salah satu sekolah dasar swasta internasional di jakarta. Pertimbangan berikutnya adalah Ichthus International School inovatif dan menjaga kualitas pendidikan khususnya berkaitan dengan akreditasi (A). Pertimbangan ketiga, sasaran atau target dari Ichthus International Schoole sangat spesifik (fokus) terhadap prestasi siswa/i. Selain itu nuansa atau design interior yang ditawarkan Ichthus
International School sangat modern dan nyaman sehingga siswa sangat suka berlama – lama berada di Ichthus International School. Dan yang terakhir adalah kesedian manajemen sekolah dan ketersediaan data dari sekolah untuk dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data akan dimulai pada bulan Desember 2018 - Januari 2018.
Penelitian ini dilakukan melalui metode pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis dan empiris terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan (Iskandar, 2010:1).
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi) dan melalui wawancara dengan pihak internal yaitu kepala sekolah. Sementara proses pengisian kuisioner dilakukan terhadap pihak internal dan eksteral. Pihak internal yaitu Principal, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah (Wakasek), Team Marketing, Guru dan TU Sedangkan pihak eksternal adalah orang tua siswa. Data sekunder diperoleh dari informasi yang mendukung dari instansi-instansi terkait yaitu BPS DKI Jakarta, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta dan, Penelitian sebelumnya.
adapun tahapan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan pihak internal elakukan wawancara dengan pihak internal sekolah tentang seputar masalah yang dihadapi oleh Ichthus International School
b. Pemberian kuestioner kepada pihak internal Ichthus International School untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal Ichthus International School
c. Cross check faktor-faktor internal dan eksternal kepada pihak manajemen Ichthus International School
d. Pemberian kuesioner kepada 12 pakar (6 Non Akademis (Kepala Bagian), 2 Principal, 2 Wakil Kepala Sekolah, 1 TU Akademik dan 1 Wali Kelas) dan pemberian bobot dan ranking. e. Pemberian kuesioner kepada pihak manajemen
untuk pemberian bobot analisis QSPM.
f. Pemberian Kuesioner kepada 30 orang tua siswa/i (15 orang tua siswa/I Ichtus South Campus dan 15 orang tua siswa/I Ichtus West Campus) untuk analisa untuk pemberian bobot analisis AHP.
dan eksternal, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM serta AHP.
IV. HASIL PENELITIAN
Masa waktu yang digunakan untuk mengumpulkan seluruh kuisioner yang telah diisi oleh responden adalah 1 Bulan. Penyebaran kuisioner kepada responden dilakukan dengan membagikannya kepada orang tua dan pegawai (pihak internal) Ichthus International School. Dari 42 kuisioner yang disebarkan semuanya terisi dengan baik dan lengkap, sehingga dapat diikutsertakan dalam data penelitian. Adapun respondennya adalah 12 orang merupakan pegawai Ichthus International School dan 20 orang adalah orang tua murid.
Pelaksanaan analisis faktor eksternal sangat dibutuhkan oleh industri maupun perusahaan yang ingin mengembangkan strategi organisasinya. Pada dasarnya analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas dari peluang yang dapat memberikan keuntungan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Dari hasil analisis wawancara dengan 12 pakar dan teori dari buku strategi (David, 2016) diperoleh beberapa faktor eksternal yang dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini :
Tabel 2 Faktor Eksternal Berupa Peluang bagi Perusahaan
Peluang Keterangan
O1 Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta
O2 Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan berkurikulum internasional untuk anak
O3 Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta
O4 Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak O5 Kebijakan Pemerintah tentang
Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta) Tabel 3 Identifikasi Faktor Eksternal Berupa
Ancaman bagi Perusahaan
Ancaman Keterangan
T1 Daya Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta Internasional lain T2 Keunggulan dua standar kurikulum yang
digunakan (Internasional dan Nasional) T3 Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum
dan fasilitas) dengan Biaya yang dikeluarkan
T4 Biaya sekolah dibandingkan swasta lain dengan fasilitas yang hampir sama T5 Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Ichthus
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis faktor internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan. Analisis faktor internal memiliki pengertian di mana kondisi internal dalam perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Faktor-faktor internal antara lain menyangkut manajemen, produksi/operasional, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, budaya perusahaan, serta penelitian dan pengembangan. Adapun faktor internal yang dapat memengaruhi perkembangan bisnis usaha pendidikan di Jakarta antara lain manajemen operasional (belajar mengajar), keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan budaya pendidikan, serta penelitian dan pengembangan.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi perkembangan bisnis pendidikan di Jakarta dari hasil wawancara dengan keduabelas pakar dan teori dari buku strategi (David, 2016)dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 berikut ini :
Tabel 4 Identifikasi Faktor Internal Berupa Kekuatan bagi Perusahaan
Kekuatan Keterangan
S1 Metode pembelajaran murid S2 Kinerja tenaga pengajar
S3 Lokasi sekolah (strategis tidaknya) S4 Kualitas Infrastuktur atau Gedung S5 Peralatan dan teknologi pengajaran (up to
date tidaknya)
S6 Kurikulum internasional
Tabel 5 Identifikasi Faktor Internal Berupa Kelemahan bagi Perusahaan Kelemahan Keterangan
W1 Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler W2 Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah W3 Kecukupan jumlah Staf Pengajar
W4 Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah W5 Komunikasi elektronik antara Sekolah dan
Orang tua siswa/i
Gambar 3 Hasil Pembobotan Matriks EFE Dari gambar 3 dapat dilihat hasil pembobotan Matrik EFE dengan menggunakan AHP. Dimana matrik EFE berisi peluang dan Dimana matrik EFE berisi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Ichthus International School. Untuk Peluang pertama yaitu Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta memiliki nilai bobot sebesar 0,065. Untuk peluang kedua yaitu Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan berkurikulum internasional untuk anak memiliki nilai bobot sebesar 0,109. Untuk peluang yang ketiga adalah Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta memiliki nilai bobot sebesar 0,096. Untuk peluang keempat adalah kebutuhan masyarakat akan pendidikan untuk anak memiliki nilai bobot sebesar 0,198. Untuk peluang yang terakhir adalah Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta) memiliki nilai bobot sebesar 0,139. Dari hasil pembobotan untuk Peluang, yang memiliki nilai tertinggi adalah peluang keempat yaitu ebutuhan masyarakat akan pendidikan untuk anak dan terendah adalah peluang pertama yaitu Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta. Jadi, Ichthus International School harus memperhatikan peluang keempat karena nilai bobot yang dihasilkan dari kuesioner merupakan nilai tertinggi dan dianggap sangat penting untuk Ichthus International School serta harus ditindaklanjuti.
Masih dari gambar 3 untuk ancaman pertama adalah Daya Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta Internasional lain memiliki bobot sebesar 0,049. Untuk ancaman kedua adalah Keunggulan dua standar kurikulum yang digunakan (Internasional dan Nasional) memiliki nilai bobot sebesar 0,054. Untuk ancaman yang ketiga adalah Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum dan fasilitas) dengan Biaya yang dikeluarkan memiliki nilai bobot sebesar 0,068. Untuk ancaman keempat adalah Biaya sekolah dibandingkan swasta lain dengan fasilitas yang hampir sama memiliki nilai bobot sebesar 0,077. Dan ancaman yang terakhir adalah Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain memiliki bobot sebesar 0,144. Dari hasil pembobotan untuk Ancaman, yang memiliki nilai tertinggi adalah ancaman terakhir yaitu Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain dan terendah adalah ancaman pertama adalah Daya
Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta Internasional lain. Jadi, Ichthus International School harus memperhatikan ancaman terakhir karena nilai bobot yang dihasilkan dari kuesioner merupakan nilai tertinggi dan dianggap sangat berbahaya untuk Ichthus International School dan harus segera diatasi.
Gambar 4 Hasil Pembobotan Matriks IFE Dari gambar 4 dapat dilihat hasil pembobotan Matrik IFE dengan menggunakan AHP. Dimana matrik IFE berisi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Ichthus International School. Untuk Kekuatan pertama yaitu Metode pembelajaran murid memiliki nilai bobot sebesar 0,129. Untuk kekuatan kedua yaitu Kinerja tenaga pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,155. Untuk kekuatan yang ketiga adalah Lokasi sekolah (strategis tidaknya) memiliki nilai bobot sebesar 0,07. Untuk kekuatan keempat adalah Kualitas Infrastuktur atau Gedung memiliki nilai bobot sebesar 0,071. Untuk kekuatan kelima adalah Peralatan dan teknologi pengajaran (up to date tidaknya) memiliki nilai bobot sebesar 0,068. Dan untuk kekuatan yang terakhir adalah Kurikulum internasional memiliki nilai bobot sebesar 0,209. Dari hasil pembobotan untuk Kekuatan, yang memiliki nilai tertinggi adalah kekuatan terakhir yaitu Kurikulum internasional dan terendah adalah kekuatan ketiga yaitu Lokasi sekolah (strategis tidaknya). Jadi, Ichthus International School harus mempertahankan dan meningkatkan kekuatan terakhir karena nilai bobot yang dihasilkan dari kuesioner merupakan nilai tertinggi dan dianggap sangat penting untuk Ichthus International School.
Bimbingan Konseling di Sekolah memiliki nilai bobot sebesar 0,047. Dan kelemahan yang terakhir adalah Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang tua siswa/i memiliki bobot sebesar 0,04. Dari hasil pembobotan untuk Kelemahan, yang memiliki nilai tertinggi adalah kelemahan kedua yaitu Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah dan terendah adalah kelemahan terakhir adalah Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang tua siswa/i. Jadi, Ichthus International School harus memperhatikan kelemahan kedua karena nilai bobot yang dihasilkan dari kuesioner merupakan nilai tertinggi dan dianggap sangat berbahaya untuk Ichthus International School dan harus segera diatasi.
Setelah diperoleh nilai bobot untuk masing – masing matrik baik Matriks Internal faktor evaluation (IFE) maupun eksternal faktor evaluation (EFE), maka langkah selanjutnya adalah memberikan rating untuk masing-masing faktor-faktor eksternal dan internal utama dan mengkalikannya dengan bobot yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 berikut ini :
Tabel 6. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor – faktor Eksternal Bobot Rating Nilai
Peluang
Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta)
Berdasarkan matriks EFE sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa peluang
yang dihadapi oleh Ichthus International School terdiri dari 5 faktor utama. Untuk Peluang pertama yaitu Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta memiliki nilai bobot sebesar 0,065 dan nilai rating sebesar 2,75 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,179. Untuk peluang kedua yaitu Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan berkurikulum internasional untuk anak memiliki nilai bobot sebesar 0,109 dan nilai rating sebesar 2,83 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,309. Untuk peluang yang ketiga adalah Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta memiliki nilai bobot sebesar 0,096 dan nilai rating sebesar 2,67 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,256. Untuk peluang keempat adalah Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak memiliki nilai bobot sebesar 0,198 dan nilai rating sebesar 3 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,594. Untuk peluang yang terakhir adalah Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta) memiliki nilai bobot sebesar 0,139 dan nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,405.
Di antara faktor-faktor utama tersebut, faktor yang memberikan pengaruh paling dominan adalah Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak dengan nilai sebesar 0,594. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan untuk anak itu sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi, Ichthus International School harus bisa menangkap peluang ini dengan mampu memberikan model pendidikan yang berbeda dari yang lain dan berkualitas tinggi serta diharapkan ichtus International School mampu mewujudkan visinya yaitu “Whoever comes will have a transformed life” yang artinya dimana untuk melihat transformasi dalam siswa yang masuk ke ichthus school - transformasi di mana siswa akan membuat dampak positif untuk lingkungan mereka, lingkungan, bangsa dan di arena global
sebesar 0,077 dan nilai rating sebesar 2,75 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,212. Dan ancaman yang terakhir adalah Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain memiliki bobot sebesar 0,144 dan nilai rating sebesar 3,08 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,444. Faktor yang paling dominan memberikan ancaman adalah Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain (Pindah sekolah) dengan nilai sebesar 0,444. Hal tersebut menyebabkan ichtus International School memiliki pesaing yang cukup banyak seperti Raffles School, Binus, Bina Bangsa School, Sekolah bukit Sion, SPH, IPEKA. Oleh karena itu, Ichthus International School harus terus berkembang dan berinovasi supaya siswa/I tidak pindah ke sekolah yang lain.
Dari hasil pembobotan dan rating untuk peluang dan ancaman dapat diperoleh lima urutan teratas untuk seluruh matriks EFE yaitu pertama Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak, kedua Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain (pindah sekolah), ketiga Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta), keempat Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan berkurikulum internasional untuk anak dan yang kelima adalah Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta. Dari kelima urutan teratas, 4 merupakan peluang dan 1 merupakan ancaman.
Hasil yang sedikit berbeda diperoleh dari penelitian Ichwatus dkk (2016), dimana 5 urutan teratas untuk matriks EFE, 3 merupakan peluang dan 2 merupakan ancaman. Sedangkan untuk penelitian purwono dkk (2015) untuk 5 urutan teratas untuk matriks EFE semuanya merupakan peluang. Jadi, dapat disimpulkan hasil pembobotan dan rating antara masing masing perusahaan tidak sama. Hal ini karena pendapat atau persepsi baik dari pihak pakar (internal sekolah) maupun orang tua tidak lah sama
Langkah berikutnya adalah menjumlah seluruh total nilai dimana diperoleh total nilai sebesar 2,869. Nilai 2,869 ini digunakan untuk menentukan dimana letak posisi perusahaan (Matrik IE). Apakah dalam posisi kuadran I (Pertumbuhan) ataukah dalam posisi kuadran IX (Penciutan). Posisi kuadran dapat dilihat pada gambar 5. dari hasil total pengkalian bobot dan rating untuk matrik EFE diperoleh nilai 2,869, nilai tersebut berada di atas rata-rata nilai skor total bernilai 2 dan berada di kuadran V (Pertumbuhan atau stabilitas). Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ichthus International School mampu merespons dengan baik peluang dan ancaman sebagai pertimbangan dalam perumusan strategi yang akan diputuskan.
Gambar 5 Posisi Perusahaan berdasarkan nilai Matrik IFE dan EFE
Hasil matriks untuk evaluasi faktor internal dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Faktor – faktor Internal Utama Bobot Rating Nilai
Kekuatan
Metode pembelajaran murid 0,129 2,58 0,333
Kinerja tenaga pengajar 0,155 2,92 0,452
Lokasi sekolah (strategis
tidaknya) 0,07 2,75 0,193
Kualitas Infrastuktur atau
Gedung 0,071 3,08 0,219
Peralatan dan teknologi
pengajaran (up to date tidaknya) 0,068 2,92 0,198
Kurikulum internasional 0,209 3,33 0,697
Kelemahan Fasilitas Kegiatan
Ekstrakurikuler 0,055 2,58 0,142
Kegiatan Marketing & Promosi
Sekolah 0,107 3,00 0,321
Kecukupan jumlah Staf
Pengajar 0,051 2,92 0,149
Layanan Bimbingan Konseling
di Sekolah 0,047 2,83 0,133
Komunikasi elektronik antara
Sekolah dan Orang tua siswa/i 0,04 3,08 0,123
Total 1 2,96
Sumber : Data diolah dai Kuesioner dan AHP (2018)
nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,198. Dan untuk kekuatan yang terakhir adalah Kurikulum internasional memiliki nilai bobot sebesar 0,209 dan nilai rating sebesar 3,33 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,697.
Dari hasil di atas, faktor kekuatan yang paling dominan adalah Kurikulum internasional dengan nilai sebesar 0,697. Hal ini berarti bahwa Kualitas pendidikan di Ichthus International School terjamin dan orang tua akan puas dan bangga telah menyekolahkan anaknya di Ichthus International School. Selain itu, kurikulum yang diberikan ada dua yaitu kurikulum nasional dan kurikulum internasional serta Sekolah Ichthus adalah salah satu yang pertama di Jakarta yang diakreditasi oleh ACSI dan WASC, dua badan akreditasi pendidikan internasional. Ini adalah bukti komitmen kami untuk kualitas jangka panjang dan keberlanjutan sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pendukung dalam mengatasi keinginan orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk anak. Sedangkan faktor kelemahan ada 5 kelemahan. Untuk kelemahan pertama yaitu Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler memiliki bobot sebesar 0,055 dan nilai rating sebesar 2,58 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,142. Untuk kelemahan kedua adalah Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah memiliki nilai bobot sebesar 0,107 dan nilai rating sebesar 3 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,321. Untuk kelemahan yang ketiga adalah Kecukupan jumlah Staf Pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,051 dan nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,149. Untuk kelemahan keempat adalah Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah memiliki nilai bobot sebesar 0,047 dan nilai rating sebesar 2,83 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,133. Dan kelemahan yang terakhir adalah Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang tua siswa/i memiliki bobot sebesar 0,04 dan nilai rating sebesar 3,08 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,123.
Dari hasil diatas, kelemahan paling dominan adalah kegiatan marketing & promosi sekolah belum dilakukan secara maksimal, dengan nilai bobot 0,321. Perkembangan kemajuan teknologi dan persaingan yang ketat, menuntut sekolah untuk meningkatkan pemasaran atau promosi kepada masyarakat (orang tua). Hal ini dimungkinkan untuk menyiapkan strategi yang digunakan dalam menghadapi persaingan, jadi tidak hanya mengandalkan kualitas pendidikan dalam bentuk akreditasi dan kurikulum tetapi juga harus mempunyai berbagai macam variansi kegiatan ekstrakurikuler, model pembelajaran, fasilitas yang cukup dan anak merasa aman dan nyaman ketika berada di sekolah.
Dari hasil pembobotan dan rating untuk kekuatan dan kelemahan dapat diperoleh lima urutan teratas untuk seluruh matriks IFE yaitu pertama Kurikulum internasional, kedua Kinerja
tenaga pengajar, ketiga kegiatan marketing & promosi sekolah, keempat metode pembelajaran murid dan yang kelima adalah kualitas infrastruktur atau gedung. Dari kelima urutan teratas, satu merupakan kelemahan dan empat merupakan kekuatan.
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Ichwatus dkk (2016), dimana 5 urutan teratas untuk matriks IFE, 4 merupakan kekuatan dan 1 merupakan kelemahan. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Purwono dkk (2015) untuk 5 urutan teratas untuk matriks IFE semuanya merupakan kekuatan. Jadi, dapat disimpulkan hasil pembobotan dan rating antara masing masing perusahaan tidak sama. Hal ini karena pendapat atau persepsi baik dari pihak pakar (internal perusahaan) maupun orang tua tidak lah sama Langkah berikutnya adalah menjumlah seluruh total nilai dimana diperoleh total nilai sebesar 2,96. Nilai 2,96 ini digunakan untuk menentukan dimana letak posisi perusahaan (Matrik IE). Posisi kuadran dapat dilihat pada gambar 4.4. dari hasil total pengkalian bobot dan rating untuk matrik IFE diperoleh nilai 2,99, nilai tersebut berada di atas rata-rata nilai skor total bernilai 2 dan berada di kuadran V (Pertumbuhan atau stabilitas). Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ichthus International School mampu memaksimalkan kekuatan dan mengendalikan kelemahan yang dimiliki
Perumusan strategi dengan matriks SWOT dibuat berdasarkan analisis matriks EFE dan matriks IFE dengan cara mencocokkan faktor faktor peluang dan ancaman dengan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Matriks ini digunakan untuk mengembangkan empat jenis strategi, yaitu strategi S-O (kekuatan-peluang), strategi W-O (kelemahan-peluang), strategi S-T (kekuatan-ancaman), dan W-T (kelemahan-ancaman). Berdasarkan kuadran SWOT posisi Ichthus International School berada pada kuadran I dengan posisi pada sumbu x sebesar 2,96. Sumbu x merupakan representasi dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Ichthus International School. Sedangkan sumbu y ditunjukkan dengan nilai 2,869 yang merupakan representasi dari peluang dan ancaman yang dihadapi Ichthus International School. Maka pada posisi ini, Ichthus International School berada pada posisi strategi S-O (kekuatan-peluang) di mana sekolah menghadapi peluang yang cukup besar dan disisi lain memiliki kekuatan secara internal.
Tabel 8 Hasil Quantitaive Strategic Planing Matriks (QSPM)
Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan &
Kurikulum
Strategi Penambahan
Cabang dan Fasilitas IFE
Bobot AS TAS AS TAS
KEKUATAN
Metode pembelajaran murid 0,33 2,83 0,94 - - Kinerja tenaga pengajar 0,45 2,92 1,32 - - Lokasi sekolah (strategis tidaknya) 0,19 - - 2,67 0,51 Kualitas Infrastuktur atau Gedung 0,22 - - 2,83 0,62 Peralatan dan teknologi pengajaran (up to date tidaknya) 0,20 - - 3,00 0,60 Kurikulum internasional 0,70 3,33 2,32 - -
KELEMAHAN
Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler 0,14 - - 2,33 0,33 Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah 0,32 - - 2,75 0,88 Kecukupan jumlah Staf Pengajar 0,15 2,67 0,40 - - Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah 0,13 2,92 0,39 - - Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang tua
siswa/i 0,12 3,42 0,42 - -
PELUANG
Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel
(SD) baik negeri maupun swasta 0,18 - - 2,92 0,52 Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak 0,31 2,67 0,82 - - Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan
dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta 0,26 3,17 0,81 - - Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak 0,59 2,67 1,58 - - Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9
Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta 0,41 - - 3,00 1,22
ANCAMAN -
Daya Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta
Internasional lain 0,14 2,58 0,37 - - Keunggulan dua standar kurikulum yang digunakan
(Internasional dan Nasional) 0,14 2,50 0,34 - - Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum dan fasilitas)
dengan Biaya yang dikeluarkan 0,19 2,83 0,55 - - Biaya sekolah dibandingkan swasta lain dengan fasilitas
yang hampir sama 0,21 - - 3,17 0,67 Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di
Sekolah lain 0,44 3,25 1,44 - - Sumber : Data diolah dari Kuesioner dan AHP (2018)
Berdasarkan hasil Matriks QSPM pada tabel 8 mengindikasikan bahwa perusahaan perlu melakukan beberapa prioritas strategi yang diurutkan sebagai berikut: Prioritas 1, Kurikulum internasional dengan nilai TAS sebesar 2,32. Yang berarti bahwa strategi ini untuk menetapkan apa yang menjadi produk unggulan, produk kompetitif, produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok yang dimiliki. Sedangkan produk unggulan yang ditawarkan oleh ichtus internasional school adalah adanya kurikulum internasional, dimana Sekolah Ichthus adalah salah satu yang pertama di Jakarta yang diakreditasi oleh ACSI dan WASC, dua badan akreditasi pendidikan internasional. Prioritas 2, Kinerja tenaga pengajar dengan nilai TAS sebesar 1,32. Strategi ini merupakan kelanjutan dari yang pertama, meskipun ichtus internasional school
memiliki kurikulum internasional jika tidak didukung dengan Kinerja tenaga pengajar maka kualitas pendidikan yang dihasilkan tidak akan maksimal. Prioritas 3, metode pembelajaran murid dengan nilai TAS sebesar 0,94. Strategi ini menunjukkan lanjutan dari strategi 1 & 2, meskipun memiliki kurikulum dan tenaga pengajar yang baik, jika metode pembelajaran anak tidak menarik dan monoton maka kualitas pendidikan yang dihasilkan tidak maksimal. Seperti jawaban wawancara dengan orang tua siswa/I “Ichthus is the space is not that big, but I like the homey one because Ichthus just like home the design, but of course the childrens want the big space to explore” artinya
siswa/I untuk mengeksplore kemampuan mereka. Selain itu di dalam memberikan materi di lakukan oleh guru dan kemudian siswa di berikan project kelompok maupun pribadi guna mendalami materi agar lebih memahami pelajaran yang telah di berikan. Setelah itu siswa di arahkan untuk belajar menyampaikan hasil project mereka di depan teman teman satu kelasnya. Setelah penyampaian oleh siswa, guru memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai project yang telah murid kerjakan. Yang pada akhirnya memberikan kebebasan bagi anak untuk meningkatkan kemampuan mereka masing-masing. Dari ketiga prioritas strategi internal tersebut masuk ke dalam strategi Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum.
Berdasarkan hasil Matriks QSPM untuk EFE pada tabel 8 mengindikasikan bahwa perusahaan perlu melakukan beberapa prioritas strategi yang diurutkan sebagai berikut: Prioritas 1, Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak dengan nilai TAS sebesar 1,58. Kebutuhan akan pendidikan untuk anak sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar dan mendasar untuk orang tua, dimana pendidikan merupakan fondasi untuk anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya, dan itu membuat Ichthus School memiliki peranan penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik untuk anak anak. Hal itu pula yang memberikan peluang bagi Ichthus School untuk bisa terus berkembang dalam dunia pendidikan ini. Prioritas 2, Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain dengan nilai TAS sebesar 1,44. Untuk dapat mencegah atau mengurangi tingkat keinginan orang tua untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain (pindah sekilah) Strategi yag dapat dilakukan adalah dengan mampu mencukupi kebutuhan pendidikan anak seperti prioritas 1. Selain itu, ichtus harus mampu berkembang dan berinovasi mengikuti perkembangan zaman dan teknologi yang ada dimasyarakat. Prioritas 3, Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta) dengan nilai TAS sebesar 1,15. Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga kualitas kurikulum yang dimiliki khususnya kurikulum nasional atau yang ditetapkan oleh pemerintah. Jangan sampai malah bertentangan dengan kebijakan yang ada. Dari ketiga prioritas strategi eksternal tersebut 2 prioritas strategi masuk ke dalam strategi Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum dan 1 prioritas strategi masuk ke dalam Strategi Penambahan Cabang dan Fasilitas.
Jadi dapat disimpulkan dari hasil analisis QSPM, alternative strategi yang dipilih adalah Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum. Hal ini penting dilakukan karena posisi perusahaan dalam kuadaran V yaitu kuadran Pertumbuhan atau Stabilitas. Sebelum berkembang lebih tinggi perlu adanya perbaikan di internal khususnya perbaikan
dalam kualitas pelayanan dan kurikulum. Tujuannya adalah untuk memperoleh loyalitas dari para orang tua murid. Ketika ichtus school sudah memperoleh loyalitas para orang tua murid, baru melakukan alternaif strageti yang kedua yaitu Strategi Penambahan Cabang dan Fasilitas maksudnya adalah pembukaan cabang sekolah yang baru.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
produk kompetitif, produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok yang dimiliki. Prioritas 2 Kinerja tenaga pengajar. Strategi ini merupakan kelanjutan dari yang pertama dimana meskipun Ichtus Internasional School memiliki kurikulum internasional, jika tidak didukung dengan Kinerja tenaga pengajar maka kualitas pendidikan yang dihasilkan tidak akan maksimal. Prioritas 3 yaitu metode pembelajaran murid. Strategi ini merupakan lanjutan dari strategi 1 & 2, meskipun memiliki kurikulum dan tenaga pengajar yang baik, jika metode pembelajaran anak tidak menarik dan monoton maka kualitas pendidikan yang dihasilkan tidak maksimal. Prioritas strategi untuk Eksternal (EFE): Prioritas 1, Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak. Kebutuhan akan pendidikan untuk anak sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar dan mendasar untuk orang tua, dimana pendidikan merupakan fondasi untuk anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya, dan itu membuat Ichthus School memiliki peranan penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik untuk anak anak. Hal itu pula yang memberikan peluang bagi Ichthus School untuk bisa terus berkembang dalam dunia pendidikan ini. Prioritas 2 Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan selalu beriovasi dan berkembang. Prioritas 3 berkaitan dengan Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta). Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga kualitas kurikulum yang dimiliki khususnya kurikulum nasional atau yang ditetapkan oleh pemerintah agar tidak bertentangan dengan kebijakan yang ada saat ini. Dari ketiga prioritas strategi IFE dan EFE tersebut tujuan akhirnya adalah meningkatkan loyalitas dan kepercayaan para orang tua murid terhadap ichtus internasional school yang sesuai dengan strategi dari SWOT.
Setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Ichthus School serta faktor-faktor strategis yang mempengaruhi persaingan Ichthus School dengan para pesaingnya, berikut saran yang dapat diambil antara lain Persaingan yang semakin ketat dalam usaha pendidikan membuat Ichthus School dituntut untuk membuat strategi bersaing yang tepat untuk tetap berkompetisi dalam persaingan antar usaha pendidikan. Berdasarkan analisis di atas Ichthus School memiliki kekuatan tetapi belum digunakan dengan optimal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Sehingga solusi strategi yang tepat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Ichthus School harus dapat menggunakan kekuatan internal dengan optimal untuk memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternalnya. Contohnya adalah inovasi produk dan layanan. Hal ini belum dimaksimalkan oleh ichtus international school. Meskipun sudah memiliki dua
kurikulum akan tetapi Ichthus School masih bisa mengembangkan lagi untuk kegiatan ekstrakurikuler, penambahan cabang baru, gedung dan fasilitas baru, serta model pembelajaran. Penambahan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan membuat misalnya presentasi untuk anak kelas 1 SD, dimana masih banyak anak yang mentalnya belum siap, dan mungkin bisa di pertahankan akan tetapi di tambah dengan cara presentasi dengan bermain atau dramatical play. Atau bisa juga dengan belajar sambal bercerita. Jadi guru membuat suatu cerita di mana di dalamnya berisi materi pembelajaran. Hal ini perlu supaya siswa/i tidak bosan dan betah berada di sekolah baik untuk belajar maupun bermain Selain itu, Ichthus School perlu melakukan promosi dengan rutin, karena promosi merupakan faktor penting bagi perusahaan. Dengan adanya sebuah promosi keberadaan sebuah perusahaan dan produk yang ditawarkan dapat diketahui oleh konsumen. Ichthus School harus melakukan promosi secara rutin, tidak hanya memasang banner atau spanduk dan juga menyebar brosur tidak ada salahnya jika Ichthus School berpromosi menggunakan media iklan tempel, koran, radio, internet seperti media sosial, blog dan juga bauran promosi yang lainnya. Mengingat pangsa pasar bisnis ini cukup tinggi. Ichthus School juga harus selalu mengawasi lingkungan eksternal yang selalu berubah agar tetap bisa bersaing, dan juga melakukan perbaikan-perbaikan yang menyangkut kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh Ichthus School. Jadi Ichthus School selalu memperhatikan orang tua dan siswa/i, pemerintah dan pesaing agar dapat bertahan dari persaingan yang ketat antara usaha pendidikan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik Dkk. (2013). Integrating AHP, SWOT And QSPM In Strategic Planning- An Application To College Of Business Administration In Saudi Arabia. Saudi Arabia David, F. R. (2015). Strategic Management,
Concept & Cases Fifteen Edition. London - United Kingdom: Pearson
Dessel, G. (2008). Human Resoure Management 11th Edition. New Jersey: Person Prentice Hall. Gaurav Bisaria. (2013). Achieving Competitive
Advantage By Private Management Colleges Or Private Universities. International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research Vol. 2 (3) Hal 90 – 105.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Produk atau Jasa. Surakarta: Fakultas Pertanian UNS
Harmon, A. D & Jones, T. S (2005). Elementary education: A reference handbook. California: ABC-CLIO, inc
Hitt, M. A., Ireland, R. D., Hoskisson, R. E. (1997). Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi.Jakarta: Erlangga Jati, Kuncoro., Makmuri, Kumroni., dan Desi
Kusmindari. (2015). Analisis SWOT Dan AHP Dalam Penentuan Srategi Pemasaran Di PT Agro Palindo Sakti (Wilmar). Jurnal Teknik Industri Universitas Bina Dharma.
Kisworo, Marsudi W & Iwan Sofana. (2017).
Menulis Karya Ilmiah. Bandung: INFORMATIKA
Kotler & Keller K. (2009). “Manajemen
Pemasaran” Edisi 13 Jilid I. Jakarta: Erlangga
Lubis. (2004). Strategi Pemasaran Dalam Persaingan Bisnis. Medan: Universitas Sumatera Utara
Muhammad Saroni. (2011). Orang miskin bukan orang bodoh. Yogyakarta: Bahtera Buku
Pearce II, John A. and Robinson, (2008).
Manajemen Strategis Formulasi Implementasi dan Pengendalian, Jakarta
Porter. (2007). Strategy bersaing (Competitive Strategy): Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Tangerang: Karisma Publishing Group Purwandari, Suci. (2015). Analisis Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM) Sebagai Landasan Menentukan Strategi Pemasaran Pada Smk Citra Medika Sukoharjo. Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta. Vol. 1 Nomor 3 Hal 1-9.
Purwanto, N. A. (2011). Strategi Bersaing Dalam Bisnis Pendidikan, Jurnal Manajemen Pendidikan, 7 (1).
Rahayu, Agus. (2008). Strategi Pemasaran Model Untuk Keunggulan. Bandung : Rizqi Press. Saaty, T. Lorie. (1993). Pengambilan Keputusan
Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka Binama Pressindo. Saeed, kaab, Arabkoohsar. (2014). Formulating A
Strategy Through Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Based On SWOT Framework (Case Study: Industrial Group Of Barez Tires). International Journal of Economy, Management and Social Sciences Vol (3), No (8), Hal. 451-457
Safiroh, Dwi Utsalina., Adistianaya, Weda Dewa. (2015). Strategi Pemasaran Menggunakan Metode Kombinasi SWOT Dan AHP (Studi Kasus : STMIK Pradnya Paramita). MATIKA Jurnal Volume 05 Nomor 02 Hal 18 – 26.
Sagala, S. (2010). Manajemen Strategik dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: PT Alvabeta.
Sallis, E. (2007). Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan). Yogyakarta: L IRCISoD
Soedomo, A. Hadi. (2008). Pendidikan: Suatu pengantar. Surakarta: UNS Press
Suharjo. (2006). Mengenal pendidikan sekolah dasar: Teori dan praktek. Jakarta: Depdiknas Suparlan Suhartono. (2008). Wawasan pendidikan:
Sebuah pengantar pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia
Suryadi, Kadarsah, dan Ali Ramdhani. (1998).
Sistem Pendukung Keputusan, Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan
Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Trout, J & Rivkin, S. (2001). Differentiate Or Die:
Survival In Our Eraof Killer Competition,
Jakarta: Erlangga
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Usman, M.U. (2002). Menjadi GuruProfesional. Bandung: Cintra Umbara
Wijaya, D. (2008). Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur. 11 (7)
Zivkovic, dkk. (2015). Analytical Network Process in the Framework of SWOT Analysis for Strategic Decision Making (Case Study: Technical Faculty in Bor, University of Belgrade, Serbia). Acta Polytechnica Hungarica Vol. 12, No. 7. Hal 199 -216.
Namin, Houshang Sharifi. (2015). On the applicability of analysis of internal and external factors: A case study of Imam Khomeini Relief Foundation in Ardabil. International Journal of Organizational Leadership 4 Hal 72-85 . Islamic Azad University, Ardabil Branch, Ardabil, Iran
Gupta, Mahima; Shri, Charu Dr.; and Agrawal,
Anshu Dr. (2015) "Strategy Formulation for
Performance Improvement of Indian
Corrugated Industry: An Application of SWOT Analysis and QSPM Matrix," Journal of Applied
Packaging Research: Vol. 7: No. 3, Article 3.