Evaluasi Sistem Manajemen Mutu Proses Pembangunan Jembatan
Berbasis
Risk
di Lingkungan Direktorat Jembatan Kementerian PUPR
Adwina Desiyandri1, Yusuf Latief2, Leni Sagita Riantini3
1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: adwinades@gmail.com
Abstrak
Beberapa pembangunan jembatan mengalami kegagalan dalam memenuhi sasaran mutu. Hal tersebut terjadi dikarenakan sistem manajemen mutu pembangunan jembatan belum dikembangkan berbasis risiko. Maka, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem manajemen mutu pembangunan jembatan berbasis risiko di lingkungan Direktorat Jembatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari arsip dan kuesioner. Metode analisis menggunakan gap analysis dan qualitative risk analysis untuk mengetahui risiko tertinggi pada proses pembangunan jembatan dan mengembangkannya berbasis risiko dengan hasil gap analysis. Hasil penelitian didapatkan 16 kegiatan proses pembangunan jembatan, 6 risiko tertinggi pada pembangunan jembatan, dan 4 tindakan pengembangan terhadap SMM Pembangunan Jembatan.
Risk Based Evaluation of Bridge Construction Quality Management System
in The Bridge Directorate Ministry of Public Work and Housing
Abstract
Several bridge constructions failed in meeting quality objectives. This happens because of the quality management system construction of the bridge is not risk-based developed. Thus, the purpose of this research is to improve quality management system construction of a bridge in the Bride Directorate. This research uses primary and secondary data obtained from the archive and questionnaires. The method of analysis using gap analysis and qualitative risk analysis to identify the highest risks in bridge construction and to risk-based develop within the results of gap analysis. The results of this research are 16 bridge construction activities, 6 highest risk in the bridge construction, and 4 improvements of the Bridge Construction QMS.
Keywords:
Bridge construction; bridge directorate; quality management system; risk-based
Pendahuluan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berguna untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang
berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa
(Struyk & Van Der Veen, 1995). Dalam pembangunan konstruksi jembatan, sangat penting
untuk mengacu pada desain dan harus juga memperhatikan urutan atau tahapan agar hasil yang
Terdapat beberapa jembatan yang mengalami kegagalan pada saat tahap pembangunan atau
pelaksanaan konstruksi. Salah satunya adalah rubuhnya Jembatan I Pulau Dompak
Tanjungpinang yang menghubungkan daratan Pulau Dompak dan daratan Tanjungpinang pada
3 Oktober 2015 (Tribun News, 2015). Selain itu, didapati pula ambruknya jembatan Kokok
Tojang di Desa Sekarteja, Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (Lombokita, 2016). Dikatakan
oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Barat, Wedha Magma Ardi (2016), hal
tersebut dapat terjadi akibat kelalaian pengawasan. Berikut adalah diagram kondisi jembatan
pada ruas jalan nasional di Indonesia tahun 2014
Gambar 1. Kondisi Jembatan pada Ruas Jalan Nasional Tahun 2014
Sumber : (Kementerian Pekerjaan Umum, 2014)
Adanya fenomena di atas mengindikasikan bahwa sasaran pada saat pelaksanaan konstruksi
jembatan tidak tercapai, salah satu yang terpenting adalah sasaran mutu. Dikatakan oleh
Widodo (2015), kemungkinan penyebab terjadinya penyimpangan ini adalah Sistem
Manajemen Mutu (SMM) yang kurang bagus. Diketahui saat ini SMM untuk pembangunan
jembatan yang ada di Direktorat Jembatan belum dilakukan evaluasi. Dokumen SMM untuk
pembangunan jembatan terakhir dievaluasi pada tahun 2013. Diketahui juga bahwa SMM
pembangunan jembatan yang ada tidak dikembangkan berbasis risiko. Dewasa ini, ISO selaku
badan standardisasi internasional, mengeluarkan paper yang berisi revisi terkait ISO 9001
tentang SMM. Kesimpulan paper tersebut didapati bahwa risk-based thinking dapat
meningkatkan probabilitas tercapainya tujuan, yang dalam penelitian ini adalah sasaran mutu.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan evaluasi SMM di lingkungan Direkorat
Jembatan untuk pembangunan jembatan dengan berbasis risiko.
Tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui kegiatan dalam proses pembangunan jembatan di lingkungan Direktorat
Mengetahui faktor risiko tertinggi yang mungkin terjadi pada proses pembangunan
jembatan yang berpengaruh terhadap kinerja mutu pembangunan jembatan.
Mengetahui cara mengembangkan Dokumen Sistem Manajemen Mutu proses
pembangunan jembatan di lingkungan Direktorat Jembatan berbasis risiko.
Tinjauan Teoritis
Proses Pembangunan Jembatan di Lingkungan Direktorat Jembatan. Diketahui dari
Standar Operasional Prosedur Pembangunan Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga,
terdapat beberapa tahap dalam pembangunan jembatan, sebagai berikut :
LAMA
PROSES INPUT OUTPUT
URAIAN AKTIVITAS FLOW CHART PENANGGUNG JAWAB
MULAI
Rapat Pra-Penandatanganan Kontrak (PAM)
Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Penandatanganan Kontrak · Dokumen Kontrak
· Dokumen Kontrak · Berita Acara PAM
· Dokumen Kontrak · RMK, RMP, RK3L
Dokumen Kontrak
· SPMK
· Dokumen Kontrak
Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works)
· Dokumen Kontrak · Surat Izin · Dokumen Kontrak · RMP, RMK, RK3L · Gambar Rencana
· PPK
· Balai Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu
· Dokumen
Pengajuan Surat Izin Melaksanakan Konstruksi
PPK Berita Acara PCM
Surat Izin Melaksanakan Konstruksi
Show Cause Meeting (SCM)*
A B
Ya
Tidak
LAMA
PROSES INPUT OUTPUT
URAIAN AKTIVITAS FLOW CHART PENANGGUNG JAWAB
Pengajuan Pembayaran Prestasi Kerja
· Gambar Kerja
Pengajuan Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
UTAMA :
Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
· Hasil Perhitungan Volume · Sertifikasi
Pembayaran · Gambar
Terlaksana (As Built Drawing)
Penyerahan Awal Pekerjaan (PHO)
· Hasil Perhitungan Volume Akhir · Sertifikasi
Pembayaran Akhir · Surat Permintaan
Jaminan Pelaksanaan · Laporan Quality
· Berita Acara Audit · Surat Permintaan
Jaminan Pemeliharaan · Permohonan FHO Penyerahan Akhir Pekerjaan (FHO)
PENDUKUNG : · Balai · Satker
SELESAI
· Berita Acara PHO · Surat Permintaan
Jaminan Perhitungan Final Quantity
B
· Desain Rencana · Konsultan
Penyerahan kepada Atasan Langsung · Satker
Hasil Perhitungan Final Quantity
· Dokumen Kontrak · Surat Perintah
Membayar
Gambar 2. Proses Pembangunan Jembatan
Sumber : (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015)
Kinerja Mutu Pembangunan Jembatan. Menurut Tjiptono (2007, p. 195) kepuasan customer
pada dasarnya mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan oleh
customer. Menurut PMBOK (2013, p. 536) keadaan puas adalah keadaan di mana kebutuhan
customer terpenuhi atau melampaui harapan yang dinilai oleh evaluasi customer itu sendiri.
Selain itu, terkait penyesuaian diri dengan spesifikasi, dalam pembangunan jembatan dapat
terlihat dari spesifikasi struktur yaitu stabilitas struktur (structural safety). Pada proses
kegagalan konstruksi. Kegagalan konstruksi adalah kegagalan yang terjadi pada masa
berlangsungnya kegiatan konstruksi di lapangan.
Sistem Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktik-praktik standar untuk manajamen sistem yang bertujuan menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan persyaratan
tertentu yang ditentukan oleh pelanggan dan organisasi (Edward & Gaspersz, 2008).
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa sistem manajemen mutu
dikembangkan untuk meningkatkan kinerja mutu baik lingkup proyek mau pun perusahaan.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, ISO (International Organization for Standardization)
diterapkan untuk mengevaluasi SMM tanpa memperhitungkan risiko yang ada. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2009) mengenai pengaruh penerapan SMM ISO
9001:2000 atas pelayananan IMB terhadap kepuasan pelanggan di Dinas Penataan dan
Pengawasan Bangunan Proponsi DKI Jakarta diketahui bahwa terjadi hamabtan dalam
penerapan ISO yang antara lain disebabkan oleh komitmen dari top manajemen tidak
benar-benar dirasakan dan dipahami sampai dengan tingkat bawah (pelaksana); 2.pemerintah tidak
menyediakan dukungan dana yang cukup untuk sarana dan prasarana kerja; 3.kurangnya SDM
yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan; 4.tidak ada reward dan
punishment yang jelas, 5.tingkat pemahaman ISO yang berbeda-beda antar pegawai.
Metode Penelitian
Menurut strategi penelitian Robert Yin (1994), penelitian ini menggunakan metode analisis
arsip, studi kasus, dan survei. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahapan pengumpulan data,
antara lain validasi pakar, validasi pakar awal, pilot survey, kuesioner responden, dan validasi
RQ3 RQ1
Mulai
· Studi Literatur Awal
· Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
· Studi Literatur
· Wawancara
· Pengumpulan Data Sekunder
Validasi Pakar Awal (Kuesioner pada Tahap II)
Analisis Tahap II
Pilot Survey
(Kuesioner pada Tahap III)
Analisis Tahap III
Penyebaran Kuesioner (Kuesioner pada Tahap IV)
Analisis Tahap IV
Validasi Pakar Akhir (Kuesioner pada Tahap V)
Analisis Tahap V
Kesimpulan dan Saran
Selesai Validasi Pakar
RQ2
Gambar 3. Matriks Penyebab dan Dampak
Sumber : Olahan Penulis
Pada proses validasi pakar dilakukan wawancara dengan teknik konsensus yang bertujuan
untuk validasi konten instrument penelitian, yaitu hasil studi literatur terkait kegiatan dalam
pembangunan jembatan. Selanjutnya, hasil analisis arsip ini divalidasi ke pakar sekaligus untuk
mengidentifikasi peristiwa risiko apa saja yang mungkin terjadi dalam kegiatan-kegiatan
tersebut. Pada tahap validasi pakar awal dilakukan wawancara dan diskusi dengan 3 (tiga)
apakah berpengaruh terhadap kinerja mutu pembangunan jembatan sekaligus mendapatkan
peristiwa-peristiwa risiko yang mungkin terjadi. Sebelum disebarkan ke responden,dilakukan
pilot survey kepada calon responden terlebih dahulu. Hasil dari penyebaran kuesioner ini
dilakukan beberapa analisis antara lain analisis homogenitas; uji validitas dan reabilitas; analisis
deskriptif; dan analisis level risiko. Analisis level risiko dengan menggunakan probability and
impact matrix berdasarkan PMBOK® Guide 5th Edition seperti berikut
Tabel 1. Probability and Impact Matrix
Sumber : (Project Management Institute, 2013)
Ada pun skala yang digunakan dalam kuesioner responden untuk tingkat probabilitas risiko
adalah 0.1 = Tidak Pernah, 0.3 = Jarang, 0.5 = Kadang-kadang, 0.7 = Sering, dan 0.9 = Selalu,
sedangkan untuk tingkat dampak risiko adalah 0.05 = Sangat Akurat, 0.1 = Akurat, 0.2 =
Sedang, 0.4 = Kurang Akurat, dan 0.5 = Tidak Akurat. Dari proses analisis level risiko
diperoleh peristiwa risiko tertinggi dalam proses pembangunan jembatan. Selanjutnya,
peristiwa risiko tertinggi tersebut divalidasi ke pakar sekaligus didiskusikan juga penyebab,
tindakan preventif, dampak, dan tindakan korektifnya. Hasil dari validasi pakar tersebut
dilakukan pemetaan penyebab dampak, kategori Work Breakdown Structure (WBS),
Recognition Pattern, serta strategi respon risiko. Dilakukan juga gap analysis sehingga
didapatkan rekomendasi dalam pengembangan SMM Pembangunan Jembatan.
Dalam penelitian ini, Software SPSS digunakan sebagai alat bantu penelitian untuk melakukan
analisis deskriptif, uji normalitas, analisis non-parametrik, serta uji validitas dan reabilitas.
Selain itu, digunakan juga software lain, yaitu Microsoft Excel, untuk melakukan analisis
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil validasi pakar analasis arsip, didapatkan 2 (dua) tambahan kegiatan dalam
proses pembangunan jembatan, yaitu ‘Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan
Jembatan’ dan ‘Pengadaan Barang/Jasa’. Dari hasil analasis level risiko, didapatkan 7 (tujuh)
peristiwa risiko tertinggi dengan level moderate. Setelah divalidasi akhir ke pakar, didapatkan
6 (enam) peristiwa risiko tertinggi berikut dengan penyebab, tindakan preventif, dampak, dan
tindakan korektifnya masing-masing. Berikut adalah peristiwa risiko tertinggi tersebut
Tabel 2. Tabulasi Penyebab, Dampak, dan Tindakan Risiko
Penyebab Tindakan Preventif Dampak Tindakan Korektif
X8.1
pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor pada rentang waktu sesuai persyaratan (spesifikasi) tidak dilaksanakan dengan benar, antara lain :
· Pekerjaan Persiapan
o Papan Nama Jembatan o Pengukuran
o Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas · Pekerjaan Pondasi
o Pondasi Tiang Pancang o Pondasi Tiang Bor o Pondasi Sumuran
· Pekerjaan Bangunan Bawah o Pile Cap
o Abutmen/Pier
· Pekerjaan Bangunan Atas
o Balok (Beton Bertulang, Pratekan, Baja) o Lantai Jembatan
o Sambungan Ekspansi o Perletakan (Bearing)
· Pekerjaan Bangunan Pelengkap
o Sandaran (Railing) o Drainase
o Penerangan Jalan Umum (PJU)
SDM tidak Kompeten Melaksanakan pelatihan
Kualitas tidak
tercapai Rework PP/IK terkait spek tidak
dilaksanakan
Menggunakan PP/IK yang sesuai/sah
Data pendukung tidak lengkap disiapkan oleh Kontraktor
· Perhitungan kuantitas dan kualitas
Keinginan owner dan kontraktor agar proses penyerapan uang cepat
Mengawasi dan meminta
kelengkapan data Pengajuan Pembayaran (Monthly Certificate) ditolak
Tidak dibayar Menyusun ceklist proses
pengajuan Kontraktor kekurangan tenaga
Tabel 2. (sambungan)
Penyebab Tindakan Preventif Dampak Tindakan Korektif
X7.3 Chief Inspector (CI) tidak detail memeriksa
· DMF (Design Mix Formula) dan JMF (Job Mix Formula)
Jumlah laboratorium terakreditasi untuk pengujian bahan terbatas
Mendaftar laboratorium terakreditasi lebih awal
Mutu prodak tidak tercapai
Perbaikan prodak (Rework) CI tidak kompeten Pelatihan CI
Membeli alat baru Alat yang ada di Laboratorium
dan/atau di lapangan rusak
Memeriksa alat sebelum dipakai
X1.2
dokumen yang disyaratkan apabila pengecekan readiness criteria terkait dengan kegiatan pembangunan/pemeliharaan jembatan jika tidak sesuai, tidak lengkap, yang terdiri dari : - Laporan studi kelayakan
- Dokumen lingkungan dan ijin lingkungan - Dokumen Desain (DED)
- Kesiapan lahan
Kondisi lapangan yang berubah Cek ulang kondisi lapangan Program berhenti karena belum dapat diproses
Menunda program ke tahun berikutnya Data yang dibutuhkan belum
keluar (Amdal, izin, dll.)
Melengkapi data yang dibutuhkan
Konsultan tidak kompeten (terlambat menyiapkan dokumen)
Mendorong konsultan untuk segera menyiapkan dokumen
X8.5 laporan mutu lapangan tidak lengkap
Mengejar jadwal Pemantauan dan peneguran untuk melakukan uji mutu
Kegagalan konstruksi
Pemantauan melekat
Adanya rework Rework
X8.6
evaluasi terhadap laporan mutu secara simultan tidak dilakukan dengan benar
Kompetensi pengawas terhadap penguasaan spek kurang
Melakukan pendampingan terhadap pengawas
Kualitas/mutu
tidak tercapai Rework Pelatihan pengawas
Menyerahkan bukti kerja
Bahan dan alat yang digunakan di tiap titik pengerjaan konstruksi tidak sama
Melakukan pengendalian terhdapap pemeriksaan alat dan bahan dengan melakukan sertifikasi
Menyusun/melengkapi dengan ceklist prosedur pengendalian mutu
Sumber : Olahan Penulis
Untuk dapat lebih mudah dilihat dalam analisis selanjutnya, dilakukan pengodean terhadp
penyebab, dampak, tindakan preventif, dan tindakan korektif. Berikut adalah keterangan
Tabel 3. Kode Penyebab, Dampak, dan Tindakan Risiko
Kode Keterangan
Penyebab
P1 SDM tidak kompeten
P2 PP/IK terkait spek tidak dilaksanakan
P3 Keinginan owner dan kontraktor agar proses penyerapan uang cepat P4 Kontraktor kekurangan tenaga kerja administrasi teknik
P5 Jumlah laboratorium terakreditasi untuk pengujian bahan terbatas P6 Alat yang ada di Laboratorium dan/atau di lapangan rusak P7 Kondisi lapangan yang berubah
P8 Data yang dibutuhkan belum keluar (Amdal, izin, dll) P9 Konsultan tidak kompeten (terlambat menyiapkan dokumen) P10 Mengejar jadwal
P11 Adanya rework
P12 Bahan dan alat yang digunakan di tiap titik pengerjaan konstruksi tidak sama
Dampak
D1 Kualitas tidak tercapai
D2 Pengajuan pembayaran (Monthly Certificate) ditolak D3 Program berhenti karena belum bisa diproses D4 Kegagalan konstruksi
Tindakan Preventif
TP1 Melaksanakan pelatihan
TP2 Menggunakan PP/IK yang sesuai/sah TP3 Mengawasi dan meminta kelengkapan data TP4 Menyusun ceklist proses pengajuan TP5 Membuat back up
TP6 Mendaftar laboratorium terakreditasi lebih awal TP7 Memeriksa alat sebelum dipakai
TP8 Cek ulang kondisi lapangan TP9 Melengkapi data yang dibutuhkan
TP10 Mendorong konsultan untuk segera menyiapkan dokumen TP11 Pemantauan dan peneguran untuk melakukan uji mutu TP12 Melakukan pendampingan terhadap pengawas TP13 Menyerahkan bukti kerja
TP14 Melakukan pengendalian terhadap pemeriksaan alat dan bahan dengan melakukan sertifikasi TP15 Menyusun/melengkapi dengan ceklist prosedur pengendalian mutu
Tindakan Korektif
TK1 Rework/Perbaikan ulang TK2 Tidak dibayar
TK3 Membeli alat baru
TK4 Menunda program ke tahun berikutnya TK5 Pemantauan melekat
Sumber : Olahan Penulis
Setelah didapatkan penyebab, tindakan preventif, dampak, dan tindakan korektif dari peristiwa
risiko tertinggi, selanjutnya dilakukan analisis penyebab dan dampak. Hal tersebut dilakukan
dengan memetakan matriks penyebab dan dampak. Berikut adalah hasil pemetaan penyebab
dan dampak dalam bentuk matriks
DAMPAK
D1 D2 D3 D4
P
E
NYE
B
A
B
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
Gambar 4. Matriks Penyebab dan Dampak
Sumber : Olahan Penulis
Agar lebih mudah dianalisis, selanjutnya dilakukan pemetaan sesuai hasil di atas berdasarkan
risk breakdown structure terhadap work breakdown structure
Tabel 4. Pemetaan Analisis Penyebab dan Dampak Risiko berdasarkan Tahapan Proses Pembangunan Jembatan
Sumber : Olahan Penulis
Recognition pattern selanjutnya dilakukan dengan memetakan peristiwa risiko tertinggi dengan
penyebab, tindakan preventif, dampak, dan tindakan korektifnya. Hal tersebut dilakukan agar
lebih terlihat nantinya bagaimana hubungan antar satu sama lain. Berikut adalah hasil pemetaan
dalam bentuk recognition pattern
Kategori P1 P2 P3 P4 P1 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P1 P12 D1 D2 D3 D4
Pelaksanaan Konstruksi
dan Pengendalian Mutu v v v v v v v v
Pengajuan Pembayaran
Prestasi Pekerjaan v v v
Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for
Works)
v v v v
Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan
Jembatan
v v v v
X12.1
X8.1
Gambar 5. Recognition Pattern Peristiwa Risiko Tertinggi pada Pembangunan Jembatan
Sumber : Olahan Penulis
Dengan mengetahui respon-respon risiko tersebut, maka dapat dilakukan pengembangan
terhadap SMM pembangunan jembatan. Berikut adalah hasil gap analysis respon risiko
terhadap SMM Pembangunan Jembatan yang menjadi rekomendasi pengembangan SMM
Pembangunan Jembatan
Tabel 5. Kode Penyebab, Dampak, dan Tindakan Risiko
Kode Tindakan
Preventif Peristiwa Risiko Kategori Risiko
Tindakan
X8.1 : Pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor pada rentang waktu sesuai persyaratan (Spesifikasi) tidak dilaksanakan dengan benar
Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu
Menambahkan aktivitas TP2 pada Daftar Simak
Pembangunan Jembatan
TP5 Membuat back up
X12.1 : Data pendukung tidak lengkap disiapkan oleh Kontraktor
Pengajuan Pembayaran Prestasi Pekerjaan
Menambahkan aktivitas TP5 pada Daftar Simak
TP8 Cek ulang kondisi lapangan
X1.2 : Dokumen yang
disyaratkan apabila pengecekan
readiness criteria terkait dengan kegiatan pembangunan tidak lengkap tersebut ke dalam SOP
Pembangunan
X8.6 : Evaluasi terhadap laporan mutu secara simultan tidak dilakukan dengan benar
Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu
Menambahkan permintaan dokumen sertifikat alat dan bahan
Pembahasan
Dari hasil validasi pakar, didapatkan 2 (dua) tambahan kegiatan dalam proses pembangunan
jembatan, yaitu ‘Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan Jembatan’ dan
‘Pengadaan Barang/Jasa’, sehingga tahapan proses pembangunan jembatan berisi dari 16 (enam
belas) kegiatan. Ada pun kedua kegiatan tambahan tersebut dibuat dalam bentuk flow proses
dan daftar simak. Diketahui bahwa terdapat 6 (enam) peristiwa risiko tertinggi dalam proses
pembangunan jembatan dengan level moderate. risiko dengan level moderate juga harus
dilakukan respon karena sewaktu-waktu risiko tersebut dapat berubah level menjadi high. Ada
pun risiko moderate dapat dilakukan respon risiko seperti yang dapat dilihat pada gambar
berikut
Gambar 4. Recognition Pattern Peristiwa Risiko Tertinggi pada Pembangunan Jembatan
Sumber : Olahan Penulis
Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa level risiko moderate dapat dilakukan respon
Mitigate atau pun Transfer. Diketahui bahwa semua Tindakan Preventif terhadap risiko
tertinggi pembangunan jembatan berjenis Mitigate.
Dari hasil matriks penyebab-dampak dapat dilihat bahwa dampak terjadi karena beberapa
penyebab. Seperti pada dampak 1 : Kualitas prodak tidak tercapai yang dapat disebabkan oleh
P1, P2, P5, P6, dan P12.
Pada pemetaan recognition pattern, dapat terlihat beberapa irisan penyebab atau yang dapat
direspon dengan beberapa tindakan preventif atau tindakan korektif. Seperti pada P1 yang dapat
direspon dengan TP12 dan TP13; P3 direspon dengan TP3 dan TP4; P12 direspon dengan TP14
juga, terdapat beberapa peristiwa risiko yang memiliki dampak mau pun penyebab yang sama.
Seperti halnya P1 yang menjadi penyebab pada X8.1, X7.3, dan X8.6, serta D1 yang menjadi
dampak dari X8.1, X7.3, dan X8.6. Dari hasil gap analysis, diketahui bahwa terdapat 4 (empat)
tindakan yang dapat menjadi rekomendasi dalam pengembangan SMM Pembangunan
Jembatan.
Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu. Terdapat 2 (dua) tindakan yang dapat
menjadi pengembangan SMM Pembangunan Jembatan. Pertama adalah ‘Menggunakan PP/IK
yang sesuai/sah’. Hal tersebut dapat diimplementasikan di keseluruhan tahapan, tidak hanya di
pelaksanaan konstruksi dan pengendalian mutu. Tindakan tersebut akan masuk ke dalam setiap
Daftar Simak Instruksi Kerja yang digunakan dalam proses pembangunan jembatan. Untuk
pengembangan kedua pada kategori ini, yaitu dengan menambahkan aktivitas ‘Melakukan pengendalian terhadap pemeriksaan alat dan bahan dengan melakukan sertifikasi’. Ada pun
aktivitas tersebut termasuk dalam persiapan sebelum konstruksi dimulai. Aktivitas tersebut
terdapat pada kegiatan ‘Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works)’ yaitu pada aktivitas
pemeriksaan yang dilakukan oleh Chief Inspector (CI) dan Quality Engineer (QE). Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memasukan ‘Sertifikat Alat dan Bahan’ sebagai data pendukung.
Dikarenakan Penyedia Jasa adalah pihak yang mengajukan Request for Works, aktivitas
sertifikasi alat dan bahan dilakukan oleh Penyedia Jasa itu sendiri.
Pengajuan Pembayaran Prestasi Pekerjaan. Membuat back up merupakan tindakan
preventif pada risiko data pendukung tidak lengkap disiapkan oleh Kontraktor. Aktivitas
tersebut belum tercantum di dalam SMM Pembangunan Jembatan. Back Up Data tersebut pun
pada akhirnya akan diminta di akhir pekerjaan yaitu pada tahapan Penyerahan Awal
Pekerjaan/Provisional Hand Over (PHO). Di mana di dalam IK PHO terdapat Daftar
Pemeriksaan Serah Terima Pertama Pelaksanaan Pekerjaan yang di dalamnya terdapat Back Up
Kualitas dan juga Back Up Kuantitas dalam kelompok Laporan-laporan. Laporan-laporan
tersebut dibuat pada saat tahapan Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu. Sehingga,
aktivitas ‘Membuat back up’ akan dimasukkan ke dalam Daftar Simak IK Pelaksanaan
Konstruksi dan Pengendalian Mutu.
Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan Jembatan. Tindakan preventif yang
dilakukan pada risiko Dokumen yang disyaratkan apabila pengecekan readiness criteria terkait
ulang kondisi lapangan. Kegiatan Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan
Jembatan merupakan kegiatan birokratif yang sudah di atur dalam Peraturan Pemerintah No.
90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga. Ada pun cek ulang kondisi lapangan merupakan aktivitas di dalam kegiatan
Review. Kegiatan Review sudah diatur dalam Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. : 59/SE/M/15 tentang Mekanisme Reviu Usulan Revisi Anggaran di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2015.
Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kegiatan dalam Proses Pembangunan Jembatan
1. Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan Jembatan
2. Pengadaan Barang/Jasa
3. Rapat Pra Penandatanganan Kontrak/Pre Award Meeting (PAM)
4. Penandatanganan Kontrak
5. Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
6. Rapat Pra Pelaksanaan Kontrak/Pre Construction Meeting (PCM)
7. Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request for Works)
8. Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu
9. Rapat Pembuktian/Show Cause Meeting (SCM)
10. Review Design
11. Perubahan Kontrak
12. Pengajuan Pembayaran Prestasi Kerja
13. Pengajuan Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
14. Inspeksi Jembatan
15. Penyerahan Awal Pekerjaan/Provisional Hand Over (PHO)
16. Penyerahan Akhir Pekerjaan/Final Hand Over (FHO)
2. Peristiwa risiko tertinggi dalam Proses Pembangunan Jembatan
Tabel 6. Penyebab dan Dampak Faktor Risiko Tertinggi
No. Peristiwa Risiko Tertinggi Level Risiko
1 pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor pada rentang waktu sesuai persyaratan
Tabel 6. (sambungan)
No. Peristiwa Risiko Tertinggi Level Risiko
· Pekerjaan Persiapan
o Papan Nama Jembatan o Pengukuran
o Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas · Pekerjaan Pondasi
o Pondasi Tiang Pancang o Pondasi Tiang Bor o Pondasi Sumuran · Pekerjaan Bangunan Bawah
o Pile Cap o Abutmen/Pier
· Pekerjaan Bangunan Atas
o Balok (Beton Bertulang, Pratekan, Baja) o Lantai Jembatan
o Sambungan Ekspansi o Perletakan (Bearing)
· Pekerjaan Bangunan Pelengkap o Sandaran (Railing) o Drainase
o Penerangan Jalan Umum (PJU)
2 Data pendukung tidak lengkap disiapkan oleh Kontraktor Moderate · Perhitungan kuantitas dan kualitas
3
Chief Inspector (CI) tidak detail memeriksa
Moderate · DMF (Design Mix Formula) dan JMF (Job Mix Formula)
· Berkas pemeriksaan bahan mentah · Bahan olahan
· Bahan jadi · Kesiapan lapangan · Alat
· Tenaga
4
dokumen yang disyaratkan apabila pengecekan readiness criteria terkait dengan kegiatan pembangunan/pemeliharaan jembatan jika tidak sesuai, tidak lengkap, yang terdiri dari :
Moderate - Laporan studi kelayakan
- Dokumen lingkungan dan ijin lingkungan - Dokumen Desain (DED)
- Kesiapan lahan
5 Laporan mutu lapangan tidak lengkap Moderate
6 evaluasi terhadap laporan mutu secara simultan tidak dilakukan dengan benar Moderate Sumber : Olahan Penulis
3. Pengembangan SMM Pembangunan Jembatan
Tabel 7. Penyebab dan Tindakan Preventif, serta Dampak dan Tindakan Korektif
No. Kegiatan Proses Tindakan Pengembangan
1 Pembangunan Jembatan
Menambahkan aktivitas 'Menggunakan Instruksi Kerja (Nomor Dokumen IK Penandatanganan Kontrak)' pada Daftar Simak di setiap IK yang digunakan dalam proses
pembangunan jembatan
2 Pengajuan Memulai Pekerjaan
(Request for Works)
Tabel 7. (sambungan)
No. Kegiatan Proses Tindakan Pengembangan
3 Pelaksanaan Konstruksi dan Pengendalian Mutu
Menambahkan aktivitas 'Membuat Back Up' dalam Daftar Simak
4 Pengusulan Program dan Anggaran Penyelenggaraan Jembatan
Mencantumkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. : 59/SE/M/15 dalam acuan SOP
Pembangunan Jembatan Sumber : Olahan Penulis
Saran
1. Penelitian ini ditinjau dari sudut pandang Direktorat Jembatan dan BBPJN IV sebagai
owner. Selanjutnya, penelitan dapat dilakukan dari sudut pandang yang berbeda, seperti
kontraktor mau pun konsultan pengawas.
2. Penelitian ini terbatas pada BBPJN IV. Selanjutnya, penelitian dapat dilakukan dari
keseluruhan BBPJN yang ada di Indonesia.
3. Penelitian ini terbatas pada jembatan standar. Selanjutnya, penelitian dapat meninjau
jembatan non standar.
4. Penelitian ini terbatas pada tahun anggaran 2015. Selanjutnya, penelitian dapat meninjau
tahun anggaran 2016.
5. Penelitian ini menghasilkan peristiwa risiko tertinggi. Selanjutnya, penelitian dapat
mencari risiko dominan yang berpengaruh terhadap kepuasan customer.
6. Hasil dari penelitian ini merupakan fakor risiko dengan level moderate yang berpengaruh
terhadap kinerja mutu pembangunan jembatan. Selanjutnya, penelitian dapat meninjau
faktor risiko dengan level high.
7. Dalam penelitian ini dilakukan analisis kualitatif pada faktor risiko. Selanjutnya,
penelitian dapat melakukan analisis kuantitatif dengan melakukan simulasi.
8. Penelitian ini meninjau proses pembangunan jembatan secara keseluruhan. Selanjutnya,
penelitian dapat meninjau dari kegiatan yang signifikan dalam proses pembangunan
jembatan agar lebih spesifik.
9. Penilitian ini meninjau risiko proses pembangunan mutu jembatan terhadap sasaran mutu
structural safety. Selanjutnya, penelitian dapat meninjau sasaran mutu durability,
inspectability, maintainability, rideability, ekonomis, constructability, estetika, mau pun
10. Penelitian ini menghasilkan usulan program dalam mengembangkan SMM Pembangunan
Jembatan. Selanjutnya, penelitian dapat mengembangkan SMM dengan menjalankan
program tersebut.
11. Penelitian ini mengevaluasi dari arsip yang ada. Selanjutnya, penelitian dapat menyusun
IK Pengadaan Jasa Konsultan Pengawas untuk pembangunan jembatan.
Daftar Referensi
Edward, S., & Gaspersz, V. (2008). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Pekerjaan Umum. (2014). Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum 2014. In S. J. Data, Buku Informasi Statistik. Jakarta: Sekretariat Jenderal Pusat Pengolahan Data (Pusdata).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). SOP Pembangunan Jembatan.
Lombokita. (2016, Juni 18). Inilah Penyebab Jembatan di Lombok Timur Ambruk. Retrieved from Lombokita: http://www.lombokita.com/kabar/inilah-penyebab-jembatan-di-lombok-timur-ambruk
Permatasari, L. R. (2005). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 atas Pelayanan IMB terhadap Kepuasan Pelanggan di Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Propinsi DKI Jakarta.
Project Management Institute. (2013). PMBOK Guide - Fifth Edition.
Struyk, J., & Van Der Veen, K. (1995). Jembatan. Jakarta: Pradnya Paramitha.
Tribun News. (2015, October 3). Kepri. Retrieved from Tribun Batam:
http://batam.tribunnews.com/2015/10/03/tiga-pekerja-terjun-ke-laut-saat-jembatan-satu-dompak-roboh