• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SENI RUPA PERKEMBANGAN SEJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR SENI RUPA PERKEMBANGAN SEJA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas Perkembangan Sejarah Seni Rupa sebagai salah satu tugas mata pelajaran Seni Rupa.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya pihak yang membantu.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat, Cirebon , 27 Februari 2016

(3)

DAFTAR ISI

BAB II SENI RUPA ZAMAN PRASEJARAH 2.1 Karya Seni Rupa Zaman Batu……….. 6

2.2 Karya Seni Rupa Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)……... 8

2.3 Karya Seni Rupa Zaman Logam………... 19

BAB III SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA 3.1 Pengertian Seni Rupa Zaman Hindu Budha... 27

3.2 Unsur-unsur Seni Rupa Zaman Hindu Budha di Indonesia... 31

3.3 Manfaat Seni Rupa Zaman Hindu Budha Bagi Masyarakat Indonesia... 34

3.4 Karya Seni Rupa Hindu Budha di Indonesia... 35

3.5 Tokoh-tokoh Seni Rupa Zaman Hindu Budha... 35

BAB IV SENI RUPA KLASIK AWAL INDONESIA 4.1 Seni Rupa Klasik Awal Indonesia... 38

4.2 Kelompok Candi Arjuna... 38

4.3 Kelompok Candi Jawa Tengah : Borobudur... 38

BAB V SENI RUPA ZAMAN ISLAM NUSANTARA 5.1 Peninggalan Berbentuk Bangunan... 52

(4)

BAB VI PETA KUNO DAN FOTO ZAMAN PENJAJAHAN... 58

BAB VI PENUTUP

5.1 Kesimpulan... 59 5.2 Saran... 59

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni rupa muncul dan berkembang di mulai sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Sejak kecil manusia telah mampu merasakan keindahan karya seni, misalnya merasakan keindahan warna warni (seni rupa), keindahan senandung sang ibu (seni musik), dan keindahan lenggokan gerak (seni tari). Semasa hidup, manusia tidak bisa terlepas dengan kesenian. Manusia memerlukan rekreasi untuk menyegarkan rohani/jiwa yang dapat dipenuhi dengan berkreasi, berekspresi dan menikmati karya seni. Karya seni rupa merupakan salah satu media ekspresi, kreasi dan rekreasi yang dapat memberi hiburan untuk kepuasan batin. Menikmati karya seni rupa murni merupakan suatu proses untuk menumbuh kemampuan berapresiasi. dibuatlah sebuah makalah sederhana ini, karena secara tidak langsung dengan kita mencari bahan makalah dan membacanya sendiri kita akan lebih mengetahui dan memahami sejarah – sejarah tersebut.

Pada awalnya keberadaan seni rupa digunakan untuk upacara ritual suatu adat atau agama, karena itulah kebanyakan karya seni rupa yang diciptakan bersifat magis. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan seni rupa di wilayah Nusantara dan negara-negara lainnya. Di wilayah Nusantara hasil peninggalan karya seni rupa dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Seni Rupa Murni Tradisi (zaman prasejarah, zaman klasik dan zaman islam).

(6)

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana Seni Rupa pada Zaman Batu di Indonesia ?

 Bagaimana Seni Rupa pada Zaman Megalitikum di Indonesia?

 Bagaimana Seni Rupa pada Zaman Logam di Indonesia ?

 Bagaimana Seni Rupa Zaman Hindu Budha Indonesia?

 Apa saja jenis dari peninggalan sejarah kebudayaan islam?

 Bagaimana kita melestarikan kebudayaan – kebudayaan tersebut ?

 mengenal lebih mendetail dari peninggalan kebudayaan tersebut ?

1.3 Tujuan Masalah

 Ingin mengetahui Seni Rupa pada Zaman Batu di Indonesia

 Ingin mengetahui Seni Rupa pada Zaman Megalitikum di Indonesia

 Ingin mengetahui Seni Rupa pada Zaman Logam di Indonesia

 Ingin mengetahui Seni Rupa Zaman Hindu Budha Indonesia

(7)

BAB II

SENI RUPA ZAMAN PRASEJARAH

Ada tiga faktor yang melatarbelakangi seni rupa di Indonesia, yaitu kepercayaan, kondisi geografis dan pengaruh dari luar. Faktor-faktor tersebutlah yang memberi ciri khusus terhadap seni rupa di Indonesia pada zaman pra-sejarah, ciri-ciri yang dimaksud antara lain :

a. Karya seni berfungsi sebagai media atau simbolis dari kegiatan-kegiatan keagamaan dan kepercayaan.

b. Seniman berkedudukan sebagai pemimpin agama atau kepercaya yang mengetahui aturan-aturan mengenai upacara-upacara dan kegiata-kegiatan keagamaan atau kepercayaan lainnya. c. Memiliki bentuk ungkapan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang

lainnya.

d. Karya seni rupa menggunakan media batu, perunggu dan kayu.

e. Karya seni rupa bersifat ornamentik-dekoratif yang memperlihatkan motif-motif perlambangan, motif geometri dan motif flora fauna.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat karya-karya seni rupa maka dikenal 2 pengelompokan karya, yaitu karya seni rupa zaman batu dan karya seni rupa zaman perunggu.

2.1 Karya Seni Rupa Zaman Batu

Karya seni rupa Indonesia yang diketemukan pada zaman batu, yaitu : 1) Karya Seni Bangunan

(8)

berupa sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah sudah didirikan rumah panggung.

Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan kepercayaan, seperti :

o Dolmen (bangunan makam) o Punden (bangunan berundak) o Menhir (bangunan tugu)

 Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.

2) Karya Seni Lukis

Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah, putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan dianggap memiliki kekuatan magis.

Lukisan yang berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-bagian bangunan adat dan pada benda-benda kerajinan mulai dibuat pada jaman Neolitikum dan megalitikum. Lukisan pada zaman Neolitikum bersifat ornamentik yang statis dengan motif-motif perlambangan dan geometris, sedangkan pada zaman megalitikum bersifat ornamentik yang lebih dianmis.

3) Karya Seni patung

(9)

lainnya, selain itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis. Sedangkan yang ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan) gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di daerah Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini masih ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan, contoh lain yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai seekor lembu.

4) Karya Seni Kerajinan

Kebutuhan akan perabot dan didukung oleh kekayaan alam Indonesia memungkinkan untuk berkembangnya seni kerajinan sejak awal zaman batu. Pada zaman batu menengah telah dimulai dikerjakan benda gerabah. Hasil peninggalan berupa gerabah dapat diketahui dari peninggalan yang terdapat di daerah Sumatera Utara berupa pecahan gerabah yang tergali dari bukit kerang. Teknik pembuatan gerabah yang dikenal pada zaman itu sangat sederhana, yaitu dengan cara memilin tanah liat kemudian menumpuknya (coiled pottery) dan dengan cara membentuk dengan tangan (Moulding), teknik pembakarannya juga dilakukan dengan sederhana. Perkembangan teknik pembuatan dan disain kerajinan gerabah baru terjadi pada akhir zaman batu menengah. Tanda-tanda perkembangannya terlihat dari hiasan yang diterapkan pada benda gerabah, seperti goresan pada dinding gerabah, dengan membuat teraan bahan tenunan atau kulit kerang serta dengan membubuhi warna tanpa melalui proses pembakaran. Pada zaman ini juga diperkirakan telah ada kerajinan tenun ini dilihat dari caranya memberi hisan pada benda gerabah yaitu teraan tenunan. Benda kerajinan yang lain dihasilkan zaman batu berupa perhiasan seperti cincin dari batu dan manik-manik.

2.2 Karya Seni Rupa Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)

Pada zaman ini peninggalan yang menonjol adalah bentuk-bentuk menhir atau tugu peringatan, tempat duduk dari batu, altar, bangunan berundag, peti kubur atau sarkopagus, bentuk-bentuk manusia, binatang yang dipahat pada batu-batu dengan ukuran besar (gb.34). Peninggalan ini banyak terdapat di Sulawesi Tengah.

(10)

Penerapan konsep ini sampai saat ini digunakan oleh masyarakat Hindu Dharma di Bali dalammembuat tempat tinggal terutama tempat suci pura.

Jaman prasejarah adalah jaman sebelum dikenalnya tulisan. Jman ini belum ada peninggalan yang tertulis.

Jaman Prasejarah dapat dibagi dua :

1. Jaman Es yang disebut dengan jaman Pleisthosin 2. Jaman batu yang disebut jaman lithikum

Jaman batu ada tiga :

1. Palaeolithikum atau jaman batu tua.

2. Mesolithikum atau jaman batu madya (tengah) 3. Neolithikum atau jaman batu muda

Jaman Paleolithikum Ciri-ciri jaman ini :

- Manusia belum hidup menetap (berpindah-pindah/nomaden) - Belum bisa mengolah alam.

- Alat-alat terbuat dari batu dan masih kasar seperti kapak persegi, kapak genggam, dan ada pula alat yang terbuat dari tulang rusa.

Kapak batu yang masih kasar

(11)
(12)
(13)

2. Mesolithikum atau jaman batu tengah

Jaman ini merupakan kelanjutan dari jaman batu tua. Ciri-ciri jaman ini

- Manusia mulai hidup menetap. - Manusia hidup di goa-goa.

- Alat-alat terbuat dari batu yang telah diasah.

Jenis-jenis kesenian yang lahir pada jaman mesolithikum Seni lukis :

Lukisan babi sedang meloncat kena panah di cat merah pada lukanya. Lukisan ini dibuat pada dinding goa Leang-leang Sulawesi selatan.

(14)

Goa Risatot, di Irian jaya. Lukisan di Danau Sentani. Ciri-cirinya :

- Bentuk sangat sederhana

- Anatomi tidak sesuai dengan alami. - Menonjolkan nilai simbolis dan magisnya.

Fungsi :

Bukan hanya untuk menghias goa atau tempat tinggalnya, namun untuk upacara selamatan sebelum berangkat berburu agar mendapatkan binatang buruan

sesuai dengan gambar atau lukisan yang dibuat.

Upacara dilaksanakan didepan gambar atau lukisan yang dibuat. 3. Neolithikun atau jaman batu muda

Jaman ini merupakan kelanjutan dari jaman Mesolithikum. Ciri-ciri jaman ini :

- Manusia mulai hidup menetap dengan membuat tempat tinggal.

- Manusia mulai mengolah alam dengan bercocok tanam untuk menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing).

- Manusia mulai beternak

- Mulai hidup belajar membuat alat yang lebih halus.

(15)

- Sudah bisa menganyam tembikar.

- Mulai hidup bermasyarakat atau berorganisasi/berkelompok yang lebih besar. - Percaya terhadap kekuatan yang ada diluar diri manusia (animisme dan dinamisme).

- Mengenal seni sebagai simbolis Hasil peninggalan jaman Neolithikum : Kapak bahu yang telah diasah halus.

(16)

Kapak gengam dan Kapak lonjong Kapak persegi yang telah dihaluskan

(17)

Anyaman tembikar yang terdapat pada keramik gerabah dengan teknik tempel.

(18)

Perhiasan yang terbuat dari batu Jenis gelang dan kalung

Jenis manik-manik

Jenis kesenian yang telah lahir : Seni Hias :

- Berbentuk geometris dipakai menghias anak panah dan kapak. - Keramik gerabah dengan hiasan geometris dan motif anyaman. - Perhiasan tangan dan kaki

(19)

Menhir

(20)

sesaji dan pemujaan roh nenek moyang (gambar).

Sarcophagus atau keranda : sebuah kuburan dari batu pada bagian depannya terdapat tonjolan berupa bentuk muka atau kedok manusia. Ada juga

Sarcophagus pada bagian depannya berisi tonjolan berupa kepala kura-kura, dan tonjolan pada ujung belakang sebagai ekor, samping kanan dan kiri terdapat tonjolan sebagai kaki. Kedua bentuk ini pada bagian atasnya terdapat penutup

Kubur batu : sebuah peti mayat yang terbuat dari batu, pada keempat sisinya terbuat dari papan batu

(21)

tangga (kaitannya dengan seni bangunan sekarang).

Jenis kesenian yang lahir pada jaman megalithikum: Seni Patung

Relief

Relief Batu di Pasemah Sumatra

Ciri-cirinya

- Bentuknya prontal - Sederhana dan kaku

- Menonjolkan nilai-nilai simbolis dan magis. Fungsinya :

- Sebagai simbol leluhur - Pemujaan leluhur

(22)

Seni ini yang menjadi dasar kesenian Indonesia atau yang disebut dengan local jenius (kekuatan local) ---Kebudayaan Austronesia.

(ini terdikait nanti dengan kepercayaan setelah masuknya pengaruh hindu).

2.3Karya Seni Rupa Zaman Logam

waktunya diperkirakan kurang lebih 300 S.M. Peninggalan-peninggalan yang nyata dari zaman ini adalah berupa peralatan yang dibuat dari perunggu. Gambar-gambar tentang burung terdapat pada genderang, burung enggang memiliki hubungan dengan kepercayaan hidup setelah kematian dan kebangkitan. Sehubungan dengan itu burung merupakan simbol dari dunia atas, kepercayaan ini terdapat di Kalimantan dan Sumatera Utar

Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunan Indochina masuk ke Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah yang yang memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan perunggu untuk membuat benda seni dan benda-benda pakai sehari-hari.

(23)

Jaman perunggu di Indinesia terjadinya bersamaan dengan jaman tembaga dan besi. Setelah jaman neolithikum langsung ke jaman perunggu. Hanya saja untuk memudahkan mempelajari, cara penyebutannya di pisahkan

Kebudayaan yang berkembang di Indonesia berasal dari daratan Asia. Kebudayaan perunggu yang berkembang di Indonesia berasal dari teluk Tonkin yang biasa disebut kebudayaan Dongson.

Hasil-hasil peninggalan jaman perunggu :

Kapak Corong bagian tajamnya pendek lebar. Kapak ini ditemukan : Sumatra selatan, Jawa, Bali, Sulawesi tengah, Sulawesi selatan, P. Selayar, Irian dekat danau Sentani. (gambar).

(24)
(25)

Kapak persegi perunggu

(26)

Nekara Bali (penataran sasi pejeng)

Moko (gendrang perunggu) bentuknya ramping seperti bentuk dandang terbalik ditemukan di P Alor (gambar).

(27)

Semua peninggalan dari perunggu ini dipergunakan sebagai sarana upacara yang sifat simbolis dan magis.

Jenis Seni hias yang berkembang pada perunggu

Seni hias yang berbentuk geometris : spiral/lingkaran, segi tiga, segi empat, garis lurus, dan lain-lain (ini pengaruh kebudayaan Dongson). Ini kaitannya dengan Dinasty Chaou di Tiongkok (sekarang berkembang di daerah Kalimantan atau pada Mandao suku Dayak)

(28)

Dalam membuat benda-benda dari perunggu pada zaman logam/perunggu dikenal dua cara, yaitu :

a. Teknik ‘A Cire Perdue’

Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini digunakan untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit seperti arca atau patung. Untuk teknik ini, cetakan hanya dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan hasil cor harus dilakukan dengan menghancurkan cetakan.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut : o Pertama model dibuat dari tanah liat

o Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis

o Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi lubang sedikit untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan perunggu

o Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan o Kelima pengecoran dengan cairan perunggu

o Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.

b. Teknik Bivalve

Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya sederhana dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua keping dari bahan batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan dalam bentuk yang sama.

(29)

cendrung memadati bidang hiasan. Hiasan seperti tersebut sampai sekarang masih digunakan pada benda-benda kerajinan tradisional. di wilayah Nusantara.

Karya-karya seni yang terkenal yang terbuat dari perunggu antara lain : 1. Genderang Perunggu.

Ada dua jenis genderang perunggu, yaitu berbentuk langseng dinamakan dengan Nekara yang digunakan sebagai genderang dalam upacara keagamaan. Pada bagian badan genderang dipenuhi dengan motif-motif hiasan yang motifnya sama dengan motif hias kebudayaan Dongson. Genderang perunggu yang paling besar yang pernah ditemukan terdapat di Pejeng Bali. Genderang jenis lainnya dinamakan dengan Moko, ukurannya lebih kecil dan langsing dari Nekara. Genderang jenis ini digunakan sebagai bekal kuburan dan mas kawin.

2. Kapak Perunggu

Terdapat beberapa bentuk kapak perunggu, seperti ada yang berbentuk bulan sabit, ada yang mirip sabit rumput dan ada yang sampai pegangannya dicor perunggu. Kapak perunggu sering disebut dengan kapak sepatu, hal ini karena tempat pegangannya yang khas seperti sepatu. Kapak jenis terakhir disebut dengan Candrasa dan kapak ini hanya digunakan sebagai pelengkap upacara. Seperti halnya pada Genderang Perunggu, kapak perunggu juga dikerjakan dengan teknik A Cire Perdue. Benda-benda ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Irian serta di Pulau Selayar. Hiasan yang terdapat pada kapak sama seperti halnya hiasan pada Genderang Perunggu yaitu motif perlambangan dan motif geometri.

3. Bejana Perunggu

Bejana perunggu berbentuk seperti tempat air minum tentara, yang digunakan untuk menyimpan abu sisa pembakaran jenazah atau benda keramat lainnya, bejana inipun menampakan bentuk hiasan dengan motif perlambangan dan motif geometri.

4. Perhiasan Perunggu

(30)

BAB III

SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA

3.1 Pengertian Seni Rupa Zaman Hindu Budha.

Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke

Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi(peniruan), proses adaptasi(penyesuaian), proses kreasi(penguasaan).

(31)

sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.

Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

Seni Rupa Jaman Sejarah : adalah jaman mulai mengenal tulisan. Sejak saat itu bentuk peninggalan mulai dilengkapi dengan huruf, baik tulisan dalam bentuk gambar atupun tulisan biasa.

Jaman sejarah Indonesia :

- Jaman ini mulai dikenalnya tulisan.

- Jaman sejarah di Indonnesia mulai sejak masuknya kebudayaan hindu kira-kira

abad ke 4 masehi.

- Kebudayaan hindu dari India mulai mempengaruhi kebudayaan asli Indonesia.

- Sejak masuknya kebudayan hindu ke Indonesia mulai diperkenalkan bentuk

tulisan seperti pada prasasti.

(32)

Perujudan raja Pradnyaparamita

(33)

Pengaruh hindu masuk ke Indonesia

1. Kerajaan Kutei.

Kebudayaan hindu masuk ke Indonesia diperkirakan di Kalimantan (kerajaan

Kutei). Raja Kutei membuat 7 yupa (prasasti)

Benda peninggalannya :

7 buah tugu batu atau Yupa yang bertuliskan huruf pallawa dan berbahasa Sansekerta yang mengisahkan dinasti mulawarman sebagai raja saat itu.

(tugu batu ini kaitannya dengan stambha dan dharma stambha di India)

(34)

2. Kerajaan Tarumanegara.

* Kebudayaan hindu masuk pulau jawa kira-kira abad 4-5 masehi.

* Kerajaan yang pertama kali kena pengaruh hindu di jawa adalah kerajaan

Tarumanegara di jawa barat dengan raja yang terkenal Purnawarman.

Benda peninggalannya :

Terdapat 7 buah prasasti ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sansekerta yang digubah dalam bentuk syair.

Prasasti tersebut diketemukan :

(35)

Jakarta : Tugu, dan Cilincing.

Banten : desa Lebak, dan Munjul.

Dari Prasasti tersebut menunjukkan bahwa raja Purnawarman beragama hindu. Hal ini dapat diketahui dari :

Prasasti Ciarutan berisi gambar dua tapak kaki raja yang disimbolkan sebagai tapak kaki Wisnu (gambar).

Tapak kaki Wisnu

Prasasti kebon kopi berisi gambar tapak kaki gajah sang raja, yang dikatakan sebagai tapak kaki Airawata :ialah gajah Indra.

(kaitannya dengan relief gajah Airawata di India)

Prasasti tugu disebutkan raja Purnawarman memerintahkan untuk menggali terusan atau sungai Gomati sepanjang 12 km untuk memecah aliran sungai Candrabhaga (kali Bekasi) guna menghindari banjir pada musim hujan. Hal ini menunjukkan raja Purnawarman adalah sebagai pengayom rakyatnya.

3.2 Unsur-unsur Seni Rupa Zaman Hindu Budha di Indonesia. A. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu

(36)

Raja)

b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama

c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)

d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia

B. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu Budha

a. Seni Bangunan:

1) Bangunan Candi 2) Bangunan pura

Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:

- Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai saji

- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa 3) Bangunan Puri

Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.

b. Seni patung Hindu Budha

Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa).

Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb

Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu: - Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)

(37)

- Terdapat juga kerutan di leher - Memakai jubah sanghati

c. Seni hias Hindu Budha

Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa

Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:

- Hiasan mahkota pada atap candi - Hisana menara sudut pada setiap candi

- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu - Hiasan makara, simbar filaster,dll

2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya

- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara

- Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris - Hiasan makhluk khayangan

Sifat umum seni rupa Indonesia : 1. Bersifat tradisional/statis

Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun

2. Bersifat Progresif

(38)

3. Bersifat Kebinekaan

Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam

4. Bersifat Seni Kerajinan

Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan

5. Bersifat Non Realis

Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme.

3.3 Manfaat Seni Rupa Zaman Hindu Budha Bagi Masyarakat Indonesia

-Sebagai media religius yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang di tujukan untuk ke agamaan

- Relif bangunan yaitu membangun sebuah relif bangunan yang bercitra seni rupa seperti halnya

bangunan candi borobudur yang berada di Jawa Tenga.

- Pahatan Patung yaitu menciptakan patung yang juga bertujuan keagamaan - Sebagai simbolis yaitu sebagai simbul sebuah suku yang di percayai masyarakat - Sebagai komersial yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang bertujuan untuk mendapatkan

uang, seperti souvenir

-Sebagai kesenian daera ataupun upacara-upacara yang di lakukan di tempat-tempat tertentu

-Prasasti yag ditujukan sebagai tanda peninddalan dari kerajaan-kerajaan yang berkuasa pada

Masahnya.

(39)

3) Semagai Pemujaan ( Candi Penatara ) 4) Sebai tempat Semedi ( Candi Jalatunda ) 5) Sebagai Pemandian ( Candi Belahan )

3.4 Karya Seni Rupa Hindu Budha di Indonesia

Dari masuknya ajaran Hindu Budha ke Indonesia, telah banyak karya-karya yang di ciptakan, berikut karya-karya yang diciptakan :

1.Candi

3.5 Tokoh-tokoh Seni Rupa Zaman Hindu Budha

Bangsa Indonesia mengetahui seni rupa yaitu dari kedatangannya ajaran-ajaran Hindu Budha Ke Indonesia, yang di sebar luaskan oleh orang-orang terkemuka. Berikut tokoh-tokoh yang membawa seni rupa Hindu Budha dan juga membawa ajarannya yaitu :

- Aswawarman

(40)

- Mulawarman

Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarman menganut agama Hindu. Kemungkinan besar pada masa pemerintahan Mulawarman telah ada orang Indonesia asli yang menjadi pendeta Hindu. Dengan demikian upacara keagamaan tidak lagi dipimpin oleh Brahmana dari India. Mulawarman mempunyai hubungan baik dengan kaum Brahmana. Hal ini dibuktikan karena semua yupa dibuat oleh pendeta Hindu. Mereka membuatnya sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Raja Mulawarman. Sanga raja telah melindungi agama Hindu dan memberikan banyak hadiah kepada kaum Brahmana . Agama Hindu dapat berkembang pesat di seluruh wilayah Kerajaan Kutai.

- Purnawarman

Purnawarman merupakan raja Tarumanegara . Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah Kerajaan Kutai. Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu. Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara banyak menceritakan kebesaran Raja Purnawarman. Dalam Prasasti Ciaruteun terdapat jejak tapak kaki seperti tapak kaki Wisnu dan dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Di bawah

kepemimpinan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan rakyatnya berjalan baik dan teratur. Bukti keberhasilan kepemimpinan ini tercermin dalam Prasasti Tugu . Di prasasti itu diceritakan pembangunan saluran air untuk pengairan dan pencegahan bajir.

- Airlangga

(41)

Jayabaya adalah raja terbesar dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Beliau memerintah tahun 1135-1157 M. Namanya selalu dikaitkan dengan Jangka Jayabaya yang berisi ramalan-ramalan tentang nasib Pulau Jawa. Keberhasilan dan kemasyhuran Raja Jayabaya dapat dilihat dari hasil sastra pada masa pemerintahannya. Atas perintahnya, pujangga-pujangga keraton berhasil menyusun kitab Bharatayudha. Kitab ini ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan oleh Empu Panuluh . Kitab Bharatayudha itu dimaksudkan untuk mengabadikan kebesaran raja dan memperingati kemenangan- kemenangan Raja Jayabaya.

- Ken Arok

Ken Arok adalah pendiri kerajaan Singasari. Beliau juga menjadi cikal bakal raja-raja Majapahit. Mula-mula Ken Arok mengabdi kepada Awuku Tunggul Ametung di Tumapel. Tumapel termasuk wilayah kerajaan Kediri. Ken Arok jatuh cinta kepada Ken Dedes , istri Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Kemudian ia memperistri Ken Dedes dan menjadi penguasa di Tumapel

- Gajah Mada

Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328). Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti

(42)

BAB IV

SENI RUPA KLASIK AWAL INDONESIA

4.1 Seni Rupa klasik awal Indonesia :

Candi-candi Jawa tengah Utara.

Seni Rupa Klasik Indonesia terjadi akibat dari masuknya budaya hindu dan budha bercampur dengan budaya asli Indonesia, yang melahirkan budaya hindu Indonesia sekitar abad ke 7.

Berkisar abad ke 7 di Jawa tengah berkuasa dua wangsa yaitu Wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra.

Wangsa Sanjaya : adalah keluarga raja yang berkuasa di jawa tengah utara sebagai penerus hindu yang memuja Siwa.

Wangasa Sailendra : adalah keluarga raja yang berkuasa di Jawa tengah selatan yang menganut ajaran agama budha.

Candi Dieng kumpulan candi yang terletak

Kelompok Arjuna terletak di tengah kawasan Candi Dieng, terdiri atas 4 candi yang berderet memanjang arah utara-selatan.

Candi Arjuna berada di ujung selatan, kemudian berturut-turut ke arah utara adalah Candi Srikandi, Candi Sembadra dan Candi Puntadewa.

Tepat di depan Candi Arjuna, terdapat Candi Semar.

Keempat candi di komples ini menghadap ke barat, kecuali Candi Semar yang menghadap ke Candi Arjuna.

Kelompok candi ini dapat dikatakan yang paling utuh dibandingkan kelompok candi lainnya di kawasan Dieng.

4.2 Kelompok candi Arjuna (tengah) :

Candi Arjuna berada di ujung selatan, kemudian berturut-turut ke arah utara

(43)

Candi Sri Kandi

Candi Sembadra

Candi Puntadewa

.

Seni Rupa klasik awal Indonesia :

Candi Sri Kandi (depan)

Candi Sembadra (tengah

(44)

Candi Arjuna dan Semar

Struktur candi Arjuna dapat dibagi tiga yaitu

(45)

Bagian badan : berdiri diatas bentuk bunga teratai yang terdiri dari satu ruang atau bilik dengan satu pintu masuk. Pada bagian depan badan candi dibuat tonjolan ke depan sebagai pintu masuk. Tiga sisi atau dinding yang lain dihiasi dengan relung atau bentuk-bentuk jendela semu.

Bagian atap atau kepala : dibuat bertingkat-tingkat yang merupakan susunan bentuk undakan yang makin keatas makin kecil. Pada setiap sisi masing-masing tingkat juga dihiasi dengan bentuk relung atau jendela semu.

Pintu masuk candi Arjuna Relief pada candi Arjuna

Struktur candi Semar dapat dibagi tiga :

Bagian kaki : berbentuk segi empat panjang dengan bentuk motif bunga teratai mekar.

(46)

Bagian atap : hanya terdiri dari satu atap, karena bentuknya segi empat panjang sehingga bentuknya mendekati atap rumah biasa.

Kelompok candi Dwarawati (timur)

Candi Dwarawati

Candi Abimanyu

Candi Pandu

Candi Perwara

Di tempat lain yang terpisah disekitar candi Dieng terdapat beberapa candi seperti

Candi Nakula Sahadewa di barat dekat kelompok tengah

Sanjaya di barat dekat kelompok tengah

Candi Dwarawati di sebelah utara

Candi Parikesit di sebelah utara berdekatan dengan candi Drawarawati

Candi Gatotkaca di sebelah selatan dekat kelompok tengah

(47)

Candi Dieng adalah tempat memuliakan Siwa oleh keluarga Sanjaya, maka di sekitar arial kelompok candi tengah diperkirakan dibuat bangunan penunjang seperti balai pertemuan, balai patok, balai peristirahatan dan lain-lain yang kini hanya tinggal fondasinya saja.

(48)

Kaki candi Bima hanya dihias dengan bentuk teras miring dan lurus. Beda halnya dengan hiasan kaki candi arjuna yang dihias dengan bentuk bunga teratai mekar.

Bagian badan, terdiri dari satu bilik utama dan bentuknya mengikuti bentuk dasarnya. Pada bagian depan terdapat sebuah ruang sekaligus sebagai lorong untuk menuju biliki utama. Pada setiap tonjolan di tiga sisi dihiasi dengan bentuk jendela semu atau relung.

Bagian atap, dibuat bertingkat-tingkat makin keatas makin kecil. Atapnya merupakan perpaduan tingkatan dengan mengikuti bentuk dasar candinya, sehingga terkesan ada lima puncak dimana yang paling tengah tertinggi. Pada setiap sisi tingkatan dihiasi dengan bentuk relung-relung kecil.

(49)

Kelompok Dwarawat

Kelompok Dwarawati terdiri atas 4 candi,

Candi Dwarawati, Candi Abiyasa, Candi Pandu, dan Candi Margasari.

Kondisi yang masih utuh hanya Candi Dwarawati.

Candi Dwarawati. Bentuk Candi Dwarawati berdenah dasar segi empat dengan penampil atau tonjolan di keempat sisinya.

Tubuh candi berdiri di atas batur.

(50)

Pada pertengahan dinding tubuh candi di sisi utara, timur dan selatan terdapat bilik penampil yang menjorok keluar membentuk relung tempat meletakkan arca.

Bagian atas relung melengkung dan meruncing pada puncaknya.

Ambang relung dihiasi pahatan bermotif bunga yang sederhana.

Ketiga relung pada dinding tubuh candi kosong tanpa arca.

Bentuk atapnya dibuat bertingkat sama dengan bentuk tubuh candi.

Keempat sisi atap terdapat relung tempat meletakkan arca.

Puncak atap sudah tak tersisa lagi sehingga tidak diketahui bentuk aslinya. Di halaman depan candi terdapat susunan batu yang mirip sebuah lingga dan yoni.

(51)
(52)

Arti Borobudur, sampai sekarang belum diketahui secara jelas.

Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata Bara dan Budur.

Bara berasal dari kata sansekerta “Vihara”, yang berarti bihara atau asrama.

Kata Budur, mengingatkan kita pada Bahasa Bali : Beduhur, yang artinya diatas. Jadi nama Borobudur kira-kira berarti asrama atau vihara (kelompok candi) yang terletak diatas bukit (Poerbocaraka dan Stuterheim).

Borobudur merupakan bangunan suci dari agama budha.

Di India bangunan yang berhubungan dengan nama budha disebut stupa.

Stupa ialah bangunan yang berbentuk kubah, berdiri diatas sebuah lapik dan diberi payung diatasnya.

Adapun arti stupa

Sebagai tempat penyimpanan peninggalan yang dianggap suci, yang dinamakan juga

dhatugarbha (dagoba).

Sebagai tanda peringatan dan penghormatan kepada Sang Budha serta Sanggha

Yang Maha Tinggi.

(53)

Bangunan Borobudur pada hakekatnya adalah juga stupa, yang merupakan

Menurut strktur bentuknya dan terkait pula juga dengan filsafat agama budha, stupa Borobudur merupakan tiruan alam semesta, yang terdiri dari tiga bagian yang besar :

Tingkat Kamadhatu (bagian kaki)

Tingkat Rupadhatu (bagian badan)

Tingkat A rupadhatu (bagian puncak/kepala)

Tingkat Kamadhatu (bagian kaki)

Kama artinya nafsu, kekuatan, energi, keinginan keduniawian (ikatan duniawi masih kuat)

Dhatu artinya tempat, alam.

Kamadhatu adalah sama dengan “alam bawah”, tempat kehidupan manusia biasa, kehidupan manuasia sehari-hari, yang penuh dengan ikatan nafsu, emosi, keinginan, yang masih terikat oleh keduniawian.

Pada kaki candi Borobudur dipahatkan keliling 160 relief yang menggambarkan tentang adegan-adegan dari “Karmawibhangga” yaitu yang melukiskan tentang hukum sebab akibat. Relief dipahatkan dalam bentuk realis (kini telah terpendam, yang sering disebut dengan kaki candi Yzerman).

(54)

Relief Karmawibhangga ini juga mencerminkan tentang sikap dan budaya masyarakat pada saat itu. Hal ini terlihat dari pola hidup, bentuk rumah, pola perkampungan, sistem pertanian

seperti gambar dibawah

(55)

Rupa artinya wajah, bentuk, gambaran, wujud dan Dhatu artinya tempat, wilayah, arial, ruang atau alam.

Rupadhatu sama dengan “alam antara”, tempat manusia setelah meninggalkan segala keduniawian.

Rupadhatu ini merupakan gambaran tentang alam kehidupan untuk menuju nirwana atau dalam masa sandiasin (mulai meninggalkan sifat keduniawian).

Rupadhatu terdiri dari :

4 tingkat atau lorong yang berbentuk bujur sangkar. (gambar)

Tingkat Rupadhatu (bagian badan)

Rupa artinya wajah, bentuk, gambaran, wujud dan Dhatu artinya tempat, wilayah, arial, ruang atau alam.

Rupadhatu sama dengan “alam antara”, tempat manusia setelah meninggalkan segala keduniawian.

Rupadhatu ini merupakan gambaran tentang alam kehidupan untuk menuju nirwana atau dalam masa sandiasin (mulai meninggalkan sifat keduniawian).

Rupadhatu terdiri dari :

(56)

BAB V

SENI RUPA ZAMAN ISLAM NUSANTARA

Peningalan sejarah kebudayaan islam secara garis besar di bedakan menjadi 2 bagian, yaitu peningalan sejarah dalam bentuk bangunan dan peninggalan sejarah dalam bentuk kebudayaan berikut ini akan di jelaskan tentang macam – macam peningalan masa kerajaan islam nusantara

5.1 Peninggalan Berbentuk Bangunan

Masjid Agung Demak

Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang menyangga atap tumpang.

Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.

Contoh masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus. Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus.

(57)

bangsal belakang masjid. Berikut ini daftar masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam.

Masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No. Nama Masjid Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan 1 Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M K. Demak 2 Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate 3 Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jatim Abad 15 M

-4 Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M

-5 Masjid Banten Banten Abad 15 M K. Banten

6 Masjid Cirebon Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon

7 Masjid Raya Baiturrahman

Banda Aceh Abad 15 M K. Aceh 8 Masjid Katangga Katangga, Sulsel Abad 16 M K. Gowa

Makam dan Nisan

Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.

Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.

(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat) (2) Makam Walisongo

(3) Makam Imogiri (Yogyakarta) (4) Makam Raja Gowa

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut.

(58)

(2) Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);

(3) Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin; (4) Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan (5) Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.

Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.

Istana-istana peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No. Nama Istana Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan 1 Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate 2 Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore 3 Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon 4 Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon 5 Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh

6 Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten

7 Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa 8 Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram 9 Keraton Pakualaman Yogyakarta Abad 17 M K. Matara

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.

Pesantren

(59)

Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.

5.2 Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni Kaligrafi

Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.

Tulisan-tulisan kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia

No. Kaligrafi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan 1 Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M

-2 Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai 3 Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M

-4 Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M

-5 Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon 6 Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M

-7 Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak 8 Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten 9 Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram 10 Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram 11 Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa

Kitab

(60)

Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk.

Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.

Tradisi

Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten.

Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi. Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.

(61)

BAB VI

PETA KUNO DAN FOTO ZAMAN PENJAJAHAN 1. Fase perkembangan

Secara garis besar fase perkembangan sejarah senirupa Indonesia dapat dikategorikan kedalam 7 fase, yaitu :

1. Masa Perintisan yaitu sekitar tahun 1817 sampai tahun 1880

(62)

Raden Saleh banyak mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Dia sering berkeliling dunia dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan pada masa ini dengan Raden Saleh sebagai pelopornya adalah :

1. Bergaya natural dan romantisme

2. Kuat dalam melukis potret dan binatang

3. Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.

4. Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang

Beberapa judul Karya Raden Saleh:

1. Hutan terbakar

2. Perkelahian antara hidup dan mati

3. Pangeran Diponegoro

ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam.

Badai atau TheStorm 1851 -Raden Saleh

Berburu Rusa - karya Raden Saleh Deanles Karya Raden

(63)

Masa ini dinamakan Indonesia Jelita karena pada masa ini Karya-karya yang dihasilkan para Seniman Lukis lebih banyak menggambarkan tentang keindahan alam, serta lebih banyak menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.

Tokoh Pelukis pada Masa Indonesia Jelita ini adalah : 1.Abdullah Suriosubroto (1878-1941)

2.Mas Pirngadi (1875-1936) 3.Wakidi

4.Basuki Abdullah

5.Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)

6.Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) 7.dan W.G. Hofker.

Ciri-ciri lukisan yang dihasilkan yaitu: 1.Pengambilan obyek alam yang indah

2.Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka

3.Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil 4.Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia

Contoh karya pada masa ini adalah :

3. Masa Cita Nasional

(64)

Hasil karya mereka mencerminkan : 1. Mementingkan nilai-nilai psikologis; 2. Tema perjuangan rakyat ;

3. Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata; 4. Memiliki kepribadian Indonesia ;

5. Didasari oleh semangat dan keberanian;

6. Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :

Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana

S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh. Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian

Contoh karya pada masa ini adalah:

4. Masa Pendudukan Jepang

63

Full moon ceremony(1994) oil on canvas by Arie SmithGunung Merapi, karyaBasoeki Abdullah Village life in Sanur Willem Gerard Hofker

(1902-1981), oil on canvas

Di Depan Kelambu Terbuka,1939, Sudjojono, 86 x 66 cm & Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S., cat minyak di atas kanvas, 100 x

(65)

Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi. Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.

Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain: 1. S. Sudjojono

2. Basuki Abdullah, Emiria Surnasa 3. Agus Djajasumita, Barli

4. Affandi, Hendra dan lain-lain

Contoh karya pada masa ini adalah :

5. Masa Setelah Kemerdekaan

Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan

angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar

mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :

1. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.

Mengungsi, 1947, karya S. Sudjojono, cat minyak diatas kanvas, 95 x 149 cm

Pengemis karya Affandi, Cat minyak di atas kanvas, 99 x 129 cm

Keluarga Pemusik , 1971, karya Hendra Gunawan, cat minyak

(66)

2. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyat yang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.

3. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.

4. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.

5. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.

6. Masa Pendidikan Formal

Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal

1. Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.

2. Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.

3. Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.

Pelukis-pelukis akademis, seperti:

Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung).

7. Masa Seni Lukis Baru di Indonesia

Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.

(67)

 Mengutamakan ekspresi

 Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu  Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru

 Besifat eksprimental

Dari penjelasan di atas di temukan bahwa adanya seni terapan zaman Hindu Budha yang berkembang pesat di Indonesaia. Dan masi dapat di temui peninggalan-peninggalan seni rupa tersebut sampai saat ini, salah satu tempat yang sangat kental mengandung unsur seni rupa Hindu Budha yaitu di daerah Bali

Dan ternyata seni rupa zaman Hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan ajaran Hindu Budha serta Kesenianannya.

(68)

Selaim itu juga peninggalan sejarah kebudayaan islam dapat berbentuk bangunan seperti masjid, istana, makam dll.

7.2 Saran

Pada makalah ini penulis sadari bahwah masik banyak kekurangan yang terletak di dalamnya. Untuk itu dengan pesatnya teknologi saat ini kita kita dapat mencari lebih banyak kesenian-kesenian rupa Hindu Budha yang berkembang di Indonesia saat ini. Semua ini kembali kepada kita sendiri, mau dari mana kita mencari tau kesian tersebut.

Dan pada dasarnya sebagai masyarakat Indonesia kita harus mengerti dan memahami kesenian yang telah ada di Indonesia untuk menjadi masyarakat yang berbakti pada negara sendiri dan mencintai kesenian negaranya sendiri.

Kita harus senantiasa menjaga dan melestarikan situs – situs dan sejarah kebudayaan islam, karena dengan kita menjaganya dan melestarikannya akan ada peninggalan untuk anak cucu kita nanti, mereka bisa terus mempelajari dan melestarikan peninggalan nenek moyang nya terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

indark007.wordpress.com/2009/02/.../sejarah-kebudayaan-islam

www.scribd.com/.../Makalah-Sejarah-Peradaban-Islam-Sumbangan-Islam dheo-education.blogspot.com/.../makalah-sejarah-peradaban-isla...

allif.net/makalah-sejarah-peradaban-islam-httpallif-net.html Arifin,Djauhar, 1985, Sejarah Seni Rupa, Bandung : CV Rosda Dharmawan, 1988, Pendidikan Seni Rupa SMA, Bandung : Armico

Garha, Oho 1979, Pendidikan Kesenian Seni Rupa SPG, Jakaerta : Depdikbud Kartono,Ario, 2005, Kreasi Seni SMA, Bandung : Ganeca Exact

Mariono,Dana, 1987, Pendidikan seni rupa SMP, Bandung : Ganeca Exact Raharjo,Budhy 1986, Seni Rupa SMA, Bandung : CV. Yrama

(69)

Referensi

Dokumen terkait

kebijakan operasional (KPPPA, 2010: 1). PPRG merupakan perencanaan yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek, yaitu: akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang

Di dalam pidatonya yang berjudul Making the Case for Civic Education: Where We Stand at the End of the 20 th Century , Branson (1999) menegaskan bahwa partisipasi yang bermutu

Inti dari pembelajaran disini adalah belajar gerak dasar passing atas bolavoli pelaksanaanya, kelompok eksperimen 1 diberikan pembelajaran gerak dasar passing atas bola voli

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

Dari hasil penafisran tersebut maka hakim memiliki Argumentasi hukum bahwa ada tujuan untuk mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

lingkungan pemerintahan Kota Cimahi. Kriteria untuk menjadi aparatur di ULP sendiri harus memeiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh LKKP nasional. Dimana dinas-dinas yang

Rencana Strategi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Tahun 2021-2026 ini merupakan penjabaran dari Visi, Misi,RPJMD Kabupaten Ogan

Praktikum Peluruhan Radioaktif meliputi pengukuran berulang aktivitas untuk menentukan umur paro radionuklida dan perhitungan aktivitas anak luruh dalam peluruhan