LOMBA ESSAY
DREAM “A.P.E.L” COMPETITION 2015
POKDARLING (KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN): EKSISTENSI PEJUANG LINGKUNGAN DALAM DINAMIKA PERKOTAAN DI
INDONESIA
DISUSUN OLEH:
Ahmad Agung Masykuri (13405241057) Rokhmah Nur Fajarwati (14417141033)
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA
ii POKDARLING (KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN): EKSISTENSI
PEJUANG LINGKUNGAN DALAM DINAMIKA PERKOTAAN DI INDONESIA
Ahmad Agung Masykuri1, Rokhmah Nur Fajarwati2
1
Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
2
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: 1aagung53@gmail.com, 2rokhmahnurfajarwati@gmail.com
Lingkungan dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
memiliki ikatan yang saling bersinambungan, saling memengaruhi.
Kesinambungan keduanya perlu dijaga sehingga mampu berjalan beriringan
antara aktivitas manusia sehari-hari dan lestarinya alam sepanjanga masa. Namun,
pada kenyataannya keselarasan keduanya tidak dapat berjalan sempurna. Banyak
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab merusak lingkungan hanya untuk
kepentingan perekonomian pribadi atau pun golongan. Sehingga lingkungan
dikesampingkan, keberlangsungan lestarinya tidak diperhatikan. Banyak
perkotaan yang sekarang kekurangan RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang di miliki.
Penataan kota yang tidak tertata, menambah kesan bahwa perkotaan
mengesampingkan kelangsungan kehidupan manusia dengan lingkungan yang
lestari. Banyak terjadi ketimpangan di berbagai sisi, terutama ketika alam tidak
bersahabat lagi dengan manusia. Surutnya air tanah, polusi udara dimana-mana,
serta banjir yang menambah riuhnya dinamika kehidupan perkotaan di Indonesia.
Akhirnya, banyak masyarakat yang sekarang sadar bahwa menjaga lingkungan
dan melestarikannya adalah kewajiban tidak hanya slogan yang terpasang di
sudut-sudut perkotaan. Eksistensi kelompok-kelompok sadar lingkungan
(Pokdarling) dirasa perlu mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas. Sebab,
kehadirannya tidak hanya menyemarakkan aksi peduli lingkungan namun juga
memberikan harapan baru terhadap kesadaran pentingnya keberlangsungan hidup
antara manusia dan lingkungan yang ia tempati. Aksi-aksi yang mereka lakukan
iii sosialisasi kepada masyarakat luas sembari mendiskusikan
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan lingkungan. Mereka pula memberikan
pendidikan secara berkala tentang perlunya kesadaran dan kecintaan terhadap
lingkungan yang di mulai dari diri sendiri. Pokdarling memberikan ruang bagi
masyarakat untuk mengkritisi dan ikut berperan terhadap pembangunan yang
dilakukan oleh swasta maupun pemerintah di lingkungan tempat mereka tinggal.
Sehingga, Pokdarling mampu memberikan pengertian kepada masyarakat
perkotaan bahwa mencintai lingkungan dan melestarikannya tidak hanya
kewajiban sebagian orang akan tetapi merupakan kewajiban bersama. Kewajiban
yang merupakan hutang yang harus dibayar untuk masa depan anak cucu mereka
di masa mendatang.
1 POKDARLING (KELOMPOK SADAR LINGKUNGAN): EKSISTENSI
PEJUANG LINGKUNGAN DALAM DINAMIKA PERKOTAAN DI INDONESIA
Ahmad Agung Masykuri1, Rokhmah Nur Fajarwati2
1
Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
2
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: 1aagung53@gmail.com, 2rokhmahnurfajarwati@gmail.com
Lingkungan dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya memiliki ikatan yang saling bersinambungan, saling memengaruhi.
Kesinambungan keduanya perlu dijaga sehingga mampu berjalan beriringan
antara aktivitas manusia sehari-hari dan lestarinya alam sepanjanga masa. Namun,
pada kenyataannya keselarasan keduanya tidak dapat berjalan sempurna. Banyak
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab merusak lingkungan hanya untuk
kepentingan perekonomian pribadi atau pun golongan. Sehingga lingkungan
dikesampingkan, keberlangsungan lestarinya tidak diperhatikan.
Industralisasi yang mengeksploitasi alam merajalela. Menyebabkan
kerusakan alam di berbagai tempat tidak dapat dihindarkan. Terutama dampak
bencana yang ditimbulkan mampu memengaruhi kehidupan dalam jangka
panjang. Efek rumah kaca, menjadi sebuah perbincangan hangat di era 1990
hingga sekarang. Dampaknya terasa di seluruh dunia. Menyebabkan bencana alam
dan sosial harus ditangani segera. Salah satu akibat yang dirasakan di Indonesia
sekarang ini adalah bencana asap.
Bencana yang terjadi akibat pembakaran lahan gambut di Sumatera dan
Kalimantan menjadi sebuah tanda tanya besar tentang kesadaran cinta lingkungan.
Bencana yang tidak dapat dihentikan, disebabkan ciri khas lahan gambut
memberikan sebuah pelajaran besar bahwa menjaga lingkungan adalah harga
mati. Banyak korban yang berjatuhan akibat asap yang ditimbulkan. Tidak hanya
2 ketertiban dan kenyamanan negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Bencana di
negeri ini tidak berhenti di sini. Saat sebagian besar hutan tropis Indonesia beralih
menjadi lahan perkebunan sawit dan pemukiman, wilayah perkotaan di Indonesia
kekurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai garda terdepan mengurangi
polusi di perkotaan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Indonesia masih dirasa kurang. Hal ini
disebabkan karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) masih berkisar kurang dari 30
persen dari luas area di setiap kota Indonesia (Nahaba di
http://www.voaindonesia.com, 5 Oktober 2012). Ditambah lagi, rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat perkotaan dalam menjaga lingkungan yang mereka tinggali.
Tidak hanya itu, masih banyak ditemukan masyarakat yang membuang sampah
sembarangan dan hal ini diperparah dengan penggunaan lahan produktif menjadi
lahan pemukiman dan perkantoran di wilayah perkotaan.
Banyak terjadi ketimpangan di berbagai sisi, terutama manusia
mendominasi alam untuk mengeksploitasi besar-besaran melampaui batas yang
dianjurkan di perkotaan. Surutnya air tanah, polusi udara dimana-mana, serta
banjir yang menambah riuhnya dinamika kehidupan perkotaan di Indonesia.
Menyebabkan bencana alam menjadi tidak terbendung lagi. Terutama ketika
bencana tersebut telah mengancam kehidupan manusia dan eksistensinya dalam
memenuhi kebutuhannya. Akhirnya, banyak masyarakat yang sekarang sadar
bahwa menjaga lingkungan dan melestarikannya adalah kewajiban. Tidak hanya
slogan yang terpasang di sudut-sudut perkotaan.
Eksistensi kelompok-kelompok sadar lingkungan (Pokdarling) bermunculan
di permukaan. Tidak hanya berperan ketika bencana datang, terlebih eksistensinya
hadir ketika ketidakpahaman masyarakat dalam berkesinambungan dengan
lingkungan. Kehadiran Pokdarling perlu mendapatkan apresiasi dari masyarakat
luas. Sebab, kehadirannya tidak hanya menyemarakkan aksi peduli lingkungan
namun juga memberikan harapan baru terhadap kesadaran pentingnya
keberlangsungan hidup antara manusia dan lingkungan yang ia tempati.
Aksi-aksi yang mereka lakukan tidak hanya bersifat formal di jalan-jalan.
Lebih dari itu, mereka memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas sembari
3 Salah satu permasalahan yang terjadi adalah turunnya air tanah di kota
Yogyakarta. Para penggiat sadar lingkungan Yogyakarta dengan tagline “#JogjaAsat” dengan sebuah film dokumenter berjudul “Di Belakang Hotel” (dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=mGwS78pMPmU) ikut ambil
bagian dalam mengkritisi turunnya air tanah akibat pembangunan hotel-hotel yang
menjamur beberapa tahun terakhir.
Film dokumenter “Di Belakang Hotel” muncul akibat ketidakwajaran mengeringnya sumur-sumur warga di kampung Miliran dan kampung sekitar
Tugu Yogyakarta. Hingga pada suatu titik masyarakat marah terhadap
pemerintahan Kota Yogyakarta yang mengijinkan dibangunnya hotel-hotel
berskala besar di lingkungan padat penduduk. Di sisi lain, muncullah lukisan
mural di jembatan Kewek Yogyakarta dengan ilustrasi Jogja Asat sebagai bentuk
kritikan masyarakat terhadap turunnya air tanah yang ada di sumur mereka.
Di sisi lain, kehadiran Pokdarling memberikan pendidikan secara berkala
tentang perlunya kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan yang di mulai dari
diri sendiri. Ide inilah yang dicetuskan di Indonesia Berkebun. Sebuah komunitas
yang memberikan edukasi betapa perlunya memanfaatkan lahan-lahan yang tidak
produktif menjadi lahan yang produktif. Konsep yang mereka usung adalah 3E,
yaitu ekologi, ekonomi dan edukasi. Sehingga terciptalah sebuah kepedulian
untuk melihat perkotaan yang sehat, lebih hijau dan membawa manfaat.
Kebermanfaatan kehadiran Pokdarling mampu membawa angin segar
terhadap kehidupan perkotaan yang lebih hijau. Namun, kebermanfaatan tersebut
tidak akan terjadi ketika masyarakat tidak ikut bergerak dan merapatkan barisan
dalam mewujudkan perkotaan yang lebih asri. Terlebih, edukasi tentang menjaga
lingkungan perlu digalakkan. Tidak hanya untuk industrial saja namun juga untuk
semua kalangan yang memiliki andil dalam menjaga lingkungan.
Kebermanfaatan Pokdarling dalam masyarakat perlu dioptimalkan.
Terutama dalam memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan
dalam jangka panjang sehingga tingkat pemahaman masyarakat mampu
meningkat dari waktu ke waktu. Dari presentase dalam memilah sampah masih di
Indonesia menurut provinsinya, masyarakat Indonesia sebagian kecil sadar
4 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan sisanya, yaitu 76,31 persen
masih belum melakukan pemilahan sampah (bps.go.id). Di sisi lain, presentase
kebiasaan dalam menggunakan air bekas pada tahun yang sama masih sebagian
besar sekali pakai dengan presentase 87,01 persen. Sedangkan untuk presentase
kadang-kadang sejumlah 8,98 persen dan sering adalah 4,00 persen.
Dari data BPS tahun 2013 tentang pemanfaatan air bekas di atas
mengindikasikan bahwa air yang ada di Indonesia sebagian besar hanya sekali
pakai. Sedangkan jika dimanfaatkan dengan optimal, air yang sekali pakai
tersebut mampu didaur ulang. Air daur ulang tersebut mampu digunakan untuk
penyiraman tanaman. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi
terbuangnya air tanah di permukaan secara percuma dalam penggunaannya
sehari-hari.
Pokdarling juga memberikan kesempatan untuk masyarakat supaya mandiri
dalam mengelola lingkungan yang ia tempati. Salah satunya adalah dengan
kegiatan bank sampah yang dikelola oleh masyarakat. Berbagai macam sistem
yang dilakukan di setiap daerah untuk menghidupkan bank sampah di lingkungan
mereka. salah satu dari sistem organisasi yang dilakukan adalah dengan
memberdayakan ibu PKK di daerah tersebut. hal ini dicontohkan oleh masyarakat
di Dusun Nyutran, Yogyakarta.
Masyarakat mengumpulkan sampah yang masih dapat di daur ulang dalam
satu wadah. Yang kemudian terakumulasi setiap minggunya untuk di timbang dan
dicatat oleh bank sampah. Dari hasil uang pengumpulan sampah yang masih di
daur ulang digunakan untuk kegiatan masyarakat tersebut. Tidak hanya itu, hal ini
juga sebagai salah satu wadah untuk bersosialisasi dengan tetangga yang notabene
bekerja di Kota Yogyakarta.
Indonesia perlu berbangga dengan hadirnya Pokdaling di tengah
masyarakat. Kebanggaan ini dapat dilihat dari prestasi 4 (empat) kota di Indonesia
yang menjadi kota percontohan kota hijau se-Asia Tenggara. Keempat kota
tersebut adalah Kota Malang, Kota Medan, Kota Batam, dan Kota Kendari di
ajang ASEAN Mayors Forum 2015 (pribuminews.com, 10 September 2015). Dari
keempat kota tersebut, Kota Malang telah mampu menjaga lingkungannya dengan
5 menjadikan Kota Malang sebagai Kota Percontohan Bank Sampah se-Indonesia
(jurnalmalang.com, 7 Desember 2013).
Sinergitas dalam mengelola lingkungan perlu diwujudkan. Tidak hanya
kegiatan yang berasal dari penggiat Pokdarling namun juga peran serta
masyarakat dan pemerintah dalam mendukung tercapainya lingkungan yang
lestari. Sehingga, keberadaan Pokdarling mampu memberikan pengertian kepada
masyarakat bahwa mencintai lingkungan dan melestarikannya tidak hanya
kewajiban sebagian orang akan tetapi merupakan kewajiban bersama. Kewajiban
yang merupakan hutang yang harus dibayar untuk masa depan anak cucu mereka
iv DAFTAR PUSTAKA
“4 Kota di Indonesia Jadi Kota Hijau Percontohan di Asia Tenggara”. pribuminews.com. 10 September 2015. Diakses dari http://pribuminews.com/10/09/2015/4-kota-di-indonesia-jadi-kota-hijau-percontohan-di-asia-tenggara/, pada tanggal 2 November 2015.
“Bank Sampah Malang (BSM) Jadi Percontohan Nasional”. www.jurnalmalang.com. 7 Desember 2013. Diakses dari http://www.jurnalmalang.com/2013/12/bank-sampah-malang-bsm-jadi-percontohan.html, pada tanggal 2 November 2015.
bps.go.id. 2013. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kebiasaan Memanfaatkan Air Bekas untuk Keperluan Lain, 2013. Diakses dari
http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1358#accordion-daftar-subjek3, pada tanggal 2 November 2015.
_______. 2013. Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Perlakuan Memilah Sampah Mudah Membusuk dan Tidak Mudah Membusuk,
2013. Diakses dari http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1360, pada
tanggal 2 November 2015.