• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez

Home Ekonomi

Bisnis Artikel

Bisnis

Muhammad Zulfadli

Nothing special

TERVERIFIKASI

Jadikan Teman | Kirim Pesan

0inShare

5 Hal Yang Mesti Dibenahi Menghadapi

AFTA 2015

(2)

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2865

ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang dimulai tahun 2015 merupakan sebuah kesempatan besar sekaligus tantangan maha berat bagi Indonesia. Posisi Indonesia bisa dikatakan belum cukup kuat untuk bersaing, sekalipun di tingkat ASEAN.

Statistik tak bisa berbohong. Pada tahun 2012-2013, menurut World Ekonomic Forum (WEF) tentang Global Competitiveness Index, Indonesia berada di posisi ke 50 dari 144 negara yang disurvei. Jauh tertinggal dengan negara-negara ASEAN lainnya, Singapura misalnya

menduduki peringkat 2, Malaysia (25), Brunei Darussalam (28), dan Thailand (38).

Rendahya peringkat daya saing Indonesia disebabkan beberapa faktor mendasar, yakni : (1) masih tingginya angka korupsi, (2) iklim investasi yang tidak stabil akibat rentannya konflik menjurus kekerasan, (3) penegakan hukum yang lemah, (4) tenaga kerja kurang terampil, dan (5) tingkat pendidikan yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.

Oleh karena itu, mau tidak mau, senang tidak senang, kita akan menghadapi AFTA. Kita harus menyiapkan diri karena ekonomi ASEAN akan sangat terbuka pada lalu lintas barang dan jasa di antara negara-negara kawasan. ASEAN akan terkoneksi dengan liberalisasi pasar yang akan mengubah wajah perekonomian secara cepat. Siapa tak berbenah maka akan terlindas persaingan.

Setelah mengetahui gambaran persaingan sebenarnya, tak ada jalan paling baik selain membenahi beberapa faktor penyebab di atas.

1.Korupsi

Berdasarkan catatan Lembaga Transparency Internasional (TI), Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah. Skor IPK pada tahun 2013 berada di angka 32. Indonesia terpuruk di posisi 114 dari 177 negara. Sebagai bandingan dengan negara anggota ASEAN, Singapura dengan IPK tertinggi (86), kemudian Brunei Darussalam (60), Malaysia (50), Philipina (36), dan Thailand (35). Dengan demikian Indonesia hanya sedikit di atas negara Vietnam (31), Timor Leste (30), Laos (26), Myanmar (21), dan Kamboja (20).

(3)

dengan sungguh-sungguh, dan memiliki lembaga anti korupsi yang benar-benar independen. Bahkan diperkuat dukungan oleh komitmen politik dari pimpinan negara.

Bandingkan dengan Indonesia, meski kita sudah punya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun KPK tak pernah berhenti diserang untuk dicopoti segala kewenangannya, terutama dari konsolidasi partai politik, yang kadernya banyak terbukti melakukan korupsi.

2.Iklim Investasi

Iklim investasi di Indonesia tidak berkembang karena kendala birokrasi dan lemahya aspek yuridis dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaian dengan investasi .

Dalam kendala birokrasi karena tak jelasnya kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tumpang tindih. Ini kemudian diperparah keterbatasan jumlah birokrat yang memiliki kompentensi dan professional dalam pelayanannya. Hal ini karena proses rekrutmen,

terutama di daerah banyak melanggar prinsip-prinsip administrasi publik.

Dalam aspek yuridis formil, Beberapa peraturan yang berkaitan dengan birokrasi dalam pelayanan investasi perlu diamandemen. Sebut saja Undang-undan Perusahaan Terbatas (UUPT), Undang-Undang Investasi (UUI), Undang-Undang Pertanahan, Undang-Undang Pasar Modal (UUPM), Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-undang tersebut diterapkan tidak konsisten, bersifat sentralistik, tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya yang tertera di pasal-pasal yang mengaturnya. Keberadaan UU tersebut selama ini sangat menghambat reformasi birokrasi, yang memfokuskan pada perubahan pola pikir dan budaya birokrasi yang sehat. Tidak lagi menerapkan birokrasi warisan orde baru yang sarat pelanggaran dalam melayani masyarakat.

3.Penegakan Hukum

Praktek mafia peradilan yang selama ini terjadi di dunia peradilan, seperti tertangkapnya para Hakim, Jaksa ,dan Polisi, menunjukkan bahwa reformasi peradilan harus terus menjadi fokus Indonesia.

Indonesia mesti mempersiapkan diri dengan baik dan serius dalam rangka menyambut AFTA 2015. Beberapa pilar sistem peradilan yang harus terus direformasi secara serius adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Kejaksaan, dan Kepolisian.

Reformasi peradilan (Judicial Reform) mutlak dilakukan oleh masing-masing negara

ASEAN. Reformasi peradilan sangat penting karena, pertama, pengadilan sangat mendukung pemerintahan dengan membangun rule of law dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi. Kedua, pengadilan juga berperan penting dalam membuat negara sebagai otoritas menjadi accountable terhadap aturan-aturan yang berlaku secara demokratis dan menjamin perlindungan hak-hak asasi manusia sebagaimana telah ditetapkan konstitusi, konvensi dan perundang-undangan.

Hal ini sangat vital karena sangat terkait dengan tuntutan adanya kepastian hukum dalam kerjasama ekonomi antar negara di ASEAN.

(4)

Diberlakukannya AFTA pada tahun 2015, artinya tidak ada lagi pasar kerja domestik, tapi yang ada adalah pasar kerja internasional. Kita harus bersaing dengan tenaga kerja asing untuk memperebutkan lapangan kerja yang ada di dalam negeri sekali pun.

Sejatinya Indonesia menjadi pasar tenaga kerja potensial melihat jumlah penduduk yang sangat melimpah. Sayangnya tidak dibarengi dengan keterampilan yang memadai.

Salah satu sebabnya adalah produk pendidikan Indonesia saat ini kurang relevan dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan. Pendidikan Indonesia lebih mengarah kepada pendidikan akademis daripada pendidikan vokasional yang menghasilkan tenaga kerja terampil. Kondisi ini kontras dengan negara maju seperti Jepang, Australia, dimana pendidikan vokasional jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan akademik.

Inilah yang mengakibatkan banyak sarjana Perguruan Tinggi (PT) kita tidak menguasai aspek keahlian yang diharapkan oleh lapangan kerja. Selain itu program keahlian selalu dianggap program sekunder dari program akademik, sehingga kualitas peserta didik seringkali tidak memenuhi persyaratan minimal yang diperlukan bagi pendidikan keahliannya.

Agar semakin tak tertindas persaingan, perlu rekonstruksi terhadap dunia pendidikan kita agar misi mencetak manusia Indonesia yang kompetitif di era globalisasi bisa tercapai. Pemerintah mesti terus menambah porsi pendidikan kejuruan yang fokus pada pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Pengakuan terhadap lulusan pendidikan kejuruan juga perlu didorong kepada perusahaan, bahkan pemerintah ketika berlangsung proses rekrutmen tenaga

kerja/PNS. Saat ini proses rekrutmen tenaga kerja masih banyak berdasarkan ijazah yang dimiliki dan bukan kompetensi.

5. Tingkat Pendidikan Yang Tidak Merata

Hingga kini, dunia pendidikan Indonesia memiliki kendala yang sangat serius pada keterbatasan akses, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri yang masih kurang.

Untuk menghadapi AFTA, pemerintah mesti meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan. Akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat. Pendidikan Indonesia harus bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, bahkan hingga tingkat Perguruan Tinggi.

Pemerintah juga mesti mendistribusikan guru-guru kompeten di daerah-daerah supaya merata. Caranya mungkin bekerja sama dengan pemerintah daerah. Kemudian dalam hal meningkatkan kualifikasi guru, Kemendikbud mesti terus memberikan fasilitas beasiswa. Guru yang sesuai dengan kualifikasi saat ini masih belum merata. Banyak sekolah dasar dan menengah di daerhaa kekurangan tenaga guru. Menurut data Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, jumlahnya diperkirakan 112 ribu guru.

(5)

****

(6)

Guru di Era AFTA 2015 0 Komentar | Dibaca 1123 kali

Bendera ASEAN

Sumber gambar : http://phuketnews.phuketindex.com

SUPAJI ALATAS M.Pd @supajialatas 04 May 2014

3 Supaji Alatas M.Pd

Guru SMP N I Tambak–Bawean-Gresik

ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau daerah/kawasan bebas perdagangan yang dimulai tahun 2015 merupakan sebuah kesempatan besar sekaligus tantangan maha berat bagi guru di Indonesia.Posisi guru Indonesia bisa dikatakan belum cukup kuat untuk bersaing, dengan negara-negara ditingkat ASEAN.Tujuan dari berlakungaya AFTA (Free Trade Area) pada tahun 2015 mendatang guna untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dan jasa termasuk pendidikan dalam pasar dunia.AFTA (Free Trade Area) sendiri merupakan persetujauan negara-negara ASEAN meliputi: Brunai, Indonesia, Malaysia, Filipin,

(7)

Sebagai guru yang ingin maju dan secara profesional tentu akan setuju jika AFTA (Free Trade Area) diberlakukan di Indonesia, sebab bagaimanpun Indonesia salah satu termasuk anggota neraga-negara ASEAN, secara ilmiah dan keilmuan menurut penulis bahwa pemberlakuan AFTA (Free Trade Area) nantinya tentu akan memunculkan kecenderungan dampak positif dan negatif terutama dalam dunia pendidikan, dampak positf yang ada tentu memperluas hubungan lembaga pendidikan dengan negara tetangga misal: tukar antarpelajar itu salah satu wujud dari kerja sama dibidang pendidikan sementara dampak negatif yang dibawa AFTA (Free Trade Area) 2015 adalah kebebas guru dan dosen luar negeri menyaingi lapangan pekerjaan di Indonesia karena dengan AFTA (Free Trade Area), sepantasnya jika tenaga kerja pendidik mendatangkan, dan datang ke Indonesia karena kebebasan perdagangan dan jasa terutama dalam bidang pendidikan. Apalagi salah satu penyebab adalah produk pendidikan Indonesia saat ini kurang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dimasa depan. Pendidikan Indonesia lebih mengarah kepada pendidikan akademis daripada pendidikan

vokasional yang menghasilkan tenaga kerja terampil.

Illustrasi tambahan

Bagaiman jika nanti pemberlakuan AFTA (Free Trade Area) 2015 berdampak bagi tenaga pendidik di Indonesia ? sebelum kita melangka lebih jauh mari kita pelajari apakah

AFTA(Free Trade Area) 2015 sudah diberlakukannya nanti beberapa penerapan kerja sama dengan dibaringi Kontrak Komersial Internasional (UPICCs) sebagai referensi untuk hukum kontrak Indonesia yang baru.

Sedangkan lingkup substansi yang akan direformasi terbatas pada prinsip-prinsip umum dan aturan hukum kontrak internasional dan ketentuan untuk penjualan barang dan jasa (termasuk pendidikan), sehingga kita sebagai tenaga pendidik tentu akan mewaspadainya apakah banyak manfaat bagi pendidikan atau banyak membawa kerugian dengan adanya AFTA 2015, sehingga terobosan urgen yang dilakukan oleh tenaga pendidik sangatlah berat, baik

(8)

Menyikapi sambutan bapak Gubenur kita yang akrap disebut pak de KarWo pada tanggal 25 Januari 2014 di Gedung Palace Surabaya, bahwa persaingan tenaga pendidik di Era AFTA 2015 sungguh menuntut kita selaku tenaga pendidik lebih giat belajar, menambah wawasan dan komunikasi dengan pihak luar, juga miningkatkan akademis dalam menghadapi persaingan di Era AFTA 2015 nanti, bagaimana pula yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah dalam menghadapi AFTA 2015tersebut terhadap tenaga pendidik yang ada di Indonesia, Pemerintah Indonesia mau tidak mau harus melakukan langkah-langkah strategis agar tidak menjadi negara pemasaran bagi produk luar negeri sedangkan untuk investasi, negara lain lebih memilih negara yang pelaksanaan usahanya sudah meningkat, pemerintah harus melakukan langkah strategis yang dapat dilakukan, di antaranya :

1. Sosialisasi besar-besaran yaitu pemerintah berusah mengsosialisasikan dengan melakukan kegiatan beasiswa pendidikan bagi guru dan siswa serta melakukan workshop dan kegiatan yang dilakukan diuar aktifitas mengajar.

2. Pihak pemerintah selaku regulator dapat menciptakan kebijakan yang tepat terutama kebijakan yang meringankan pendidikan terhadap orang tua siswa dalam administrasi biaya sekolah tingkat atas sampai perguruan tinggi (PT)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Etnosentrisme dalam Memoderasi Niat Beli Produk Domestik (Studi pada

Setelah penulis membaca dan mengidentifikasikan bagian-bagian novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer, penulis menemukan berbagai data berupa cuplikan novel

Semenjak Islam masuk dan berkembang di Aceh, tradisi yang terdapat pada masyarakat Aceh yang sebelumnya terdapat unsur-unsur budaya Hindu, kini telah disesuaikan dengan ajaran

Sarana dan Prasarana Kebencanaan Proyek Prioritas Penyediaan Sistem Peringatan dini Kegiatan Prioritas Pelayanan Dasar Kebencanaan Proyek Prioritas Kegiatan Prioritas

Padahal jika dikaji lebih mendalam, seperti yang sudah tertera pada kajian awal, dengan menggunakan alat bantu informasi (media pembelajaran), pesan yang akan

12 Sakit pada lengan bawah bagian kiri 13 Sakit pada lengan bawah bagian kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit

8 | Husein Tampomas, Soal dan Solusi Try Out Matematika SMA IPS Dinas Kabupaten Bogor,

Staff Komando Resimen (Skomenwa) Departemen Pertahanan & Keamanan Departemen Dalam Negeri Departemen Pendidikan & Kebudayaan Satuan Resimen Mahasiswa (Satmenwa) Satuan