• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH A.L KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH A.L KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

KERANGKA KONSEP ASKEP

“ALAT KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL”

OLEH :

RADA NIKMATUL MAULA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal, kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia.

Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, susuk. Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga lebih terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat menghambat pembuahan.

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ?

(3)

3. Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ? 4. Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ?

5. Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ? 6. Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ? 7. Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?

8. Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ? 9. apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008).

(4)

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO2006).

KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu Chanranika.2010).

Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012).

2.2 MANFAAT KONTRASEPSI a. Kontrasepsi

 Efektifit bila digunakan dengan benar  Tidak mengganggu produksi ASI  Tidak manggangu kesehatan klien  Tidak mempunyai pengaruh sistemik  Murah dan dapat dibeli secara umum

 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus  Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya harus ditunda

b. Non kontrasepsi

 Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB  Dapat mencegah penularan IMS

 Mencegah ejakulasi dini

 Membantu mencegah terjadinya kanker srviks (mengurangi iritasi bahan karsinogonik eksogen pada servik)

 Saling berinteraksi sesama pasien

2.3. MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL 2.3.1 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)

(5)

kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb:

1. Metode Amenorea Laktasi

a. Definisi

metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian air susu. kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi.

metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :

 ibu belum mengalami haid.

 bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan malam.

 bayi berusia kurang dari 6 bulan

b. Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan).

c. Cara kerja

Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi.

d. Indikasi

Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

(6)

b) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan. c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan. e. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL

a) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid. b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.

c) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. 2. Senggama Terputus (koitus interuptus)

a. Definisi

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Cara Kerja Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping, Dapat digunakan setiap waktu,Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi, Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana, Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.

b. Indikasi

a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera

d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lainnya

e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

c. Kontraindikasi

a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini

b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis ·

d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan

(7)

a. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal

Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.

(8)

b. Indikasi

a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.

b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur. c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain. d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

c. Kontraindikasi

a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan

b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

4. Metode lendir serviks a. Definisi

(9)

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.

b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara. c) Perempuan kurus atau gemuk.

d) Perempuan yang merokok.

e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, f) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru. c. Kontraindikasi

a) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.

b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB.

c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama

(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid. 5. Sistem kelender

a. Definisi

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini adalah Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat, Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus, Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, Tidak memerlukan biaya dan tempat pelayanan

kontrasepsi, Tidak ada efek

(10)

dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

b. Indikasi

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.

b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara. c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain

hipertensi sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat.

c. Kontraindikasi

a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.

b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah abortus).

c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur. 2.3.2 Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat.

1. Kondom a. Kondom pria

(11)

mereka menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama hubungan seksualnya.

b. Kondom wanita

Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup, yang dimasukkan ke dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan yang tetap berada diluar vagina dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan kesehatan professional. Kondom tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah kehamilan tetepi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea, klamidia dan trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan kondom untuk pria, kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap PMS yang ditularkan lewat kulit, seperti human papiloma virus ( HPV / kutil genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid, karena alat kontrasepsi tersebut menutupi sebagian besar area, yang sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis.

a) Definisi

(12)

vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna untuk mencegah penularan penyakit menular (BKKBN.2008).

b) Cara Pemakaian Kondom

Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pada waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)

c) Cara Kerja

 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.

 Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)

d) Indikasi Pemakaian Kondom

 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan laboratorium.

 Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.

 Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum.

 Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.

 Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis yang pasti.

 Bersamaan dengan pemakaian spermiside.

 Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang dipakai.

 Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu. e) Kontraindikasi

1. Absolut

(13)

 Tidak bertannggung jawab secara seksual.

 Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.  Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks. 2. Relatif

 Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual. f) Efektivitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

g) Keterbatasan

 Efektifitas tidak terlalu tinggi

 Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi  Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)  Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk

mempertahankan ereksi

 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual  Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum

 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

h) Keuntungan

 Mencegah kehamilan

 Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (PMS)

 Dapat diandalkan, Relatif murah  Sederhana, ringan dan disposible

 Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up  Reversible

 Pria ikut serta aktif dalam program KB i) Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya

1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin.

 Pengobatan :

a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan cara lain

b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom jangan terburu-buru

(14)

dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air mani yang membahu karena adanya benda asing didalamnya dan terjadi infeksi

 Penganggulangan dan pengobatan :

a. Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi beri antibiotik

3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)  Penanganan:

a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung kondom

b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat berhubungan

 Penanganan :

a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikroginon)

4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual  Penanganan :

a. Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain (Prawirohardjo, Sarwono.2008)

2. Diafragma a) Definisi

(15)

klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta lebar bingkai diafragma:

 Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja stainless yang sangat ringan.

 Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.

 Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi pegas datar dan pegas kumparan .

 Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun pegas lengkung.

b) Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan berikut :

 Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)

 Sistokel (derajat dua atau tiga)

 Antervensi atau retroversi uterus yang berat  Fistula vesikovagina atau rektro vagina

 Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan spermisida yang terdapat didalam diagfragma.

3. Cervical Cap

Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar kerucut, dengan cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat melekat erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks serviko vaginal. Pada prinsipnya, cervical cap tidak seperti diafragma yang menciptakan penghalang terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan juga menampung spermisida untuk mencegah kehamilan. Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV. Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan dengan penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut :

a) Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal b) Adanya keganasan uterus atau serviks c) Riwayat sindrom syok toksis

d) Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini e) Alergi terhadap lateks dan spermisida.

(16)

a) Definisi

Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon dengan diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila wanita ingin menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila digunakan bersama spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi metode kontrapsesi lain.

5. FemCap

Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-alergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut. Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil, tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini memiliki tali pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah dan risiko kehamilan pun lebih besar.

6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD a). Definisi

IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan panjang. dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubba fallopi

dan mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

b). Indikasi

 Usia reproduksi (25 – 49 tahun).

 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.  Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.  Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi  Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)  Tidak menghendaki metode hormonal.

c). Kontraindikasi

 Sedang hamil atau kemungkinan hamil

 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat di evaluasi).

(17)

 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim. d). Efek samping

 Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa menstruasi.

 Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari pemasangan.

 Kram atau nyeri selama menstruasi.  Keputihan.

2.4 KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal

(18)

membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).

2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal 1. Kontrasepsi Pil

a. Definisi

(19)

ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).

b. Efektivitas

Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan 97% (Handayani, 2010).

c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.

 Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.

 Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.

d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:  Menekan ovulasi

 Mencegah implantasi  Mengentalkan lendir serviks

 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.

 Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu: a) Tidak mengganggu hubungan seksual

b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia) c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause e) Mudah dihentikan setiap saat

(20)

 Perdarahan haid yang berat

 Kesemutan dan baal bilateral ringan  Mencetuskan moniliasis

 Pelumasan yang tidak mencukupi  Perubahan lemak

Disminorea

 Kerusakan toleransi glukosa  Hipertrofi atau ekropi serviks  Perubahan visual

 Infeksi pernafasan

 Peningkatan episode sistitis  Perubahan fibroid uterus. 2. Kontrasepsi Suntik

a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.

Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).

b. Jenis kontrasepsi Suntik

Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).

b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).

(21)

b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma

c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii. d. Keuntungan kontrasepsi Suntik

Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

e. Keterbatasan

Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

a). Gangguan haid

b). Leukorhea atau Keputihan c). Galaktorea

d). Jerawat

f). Rambut Rontok

g). Perubahan Berat Badan 3. Kontrasepsi Implant

a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: 1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,

atau Implan.  Nyaman

 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi  Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan  Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut

 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea

 Aman dipakai pada masa laktasi.

b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

(22)

Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:  Lendir serviks menjadi kental

 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

 Mengurangi transportasi sperma  Menekan ovulasi.

d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:  Daya guna tinggi

 Perlindungan jangka panjang

 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan  Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama  Tidak mengganggu ASI

 Klien hanya kembali jika ada keluhan  Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan  Mengurangi nyeri haid

 Mengurangi jumlah darah haid

 Mengurangi dan memperbaiki anemia  Melindungi terjadinya kanker endometrium

 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara

 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul  Menurunkan kejadian endometriosis.

(23)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI

1. PENGKAJIAN

A. Identitas

Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.

B. Wawancara

1. Jumlah anak yang direncanakan

2. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan

lain-lain ?

3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?

4. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan,

nyeri saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya

5. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya

/kultur, kebiasaan merokok

6. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu

7. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan

siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia,

C.

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak

dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,

b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari

hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi

karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.

c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek

hormonal).

d. Kardiovaskuler : Palpitasi.

e. Dada : pernapasan kadang sesak.

f. Payudara : hyperpigmentasi

g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)

(24)

i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi

post pemasangan implant pada tangan atas.

D. Pemeriksaan Penunjang

Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka

diperiksa:

a. Hb, biasanya < 10gr/dl

b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)

c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm

3

)

4. Pemeriksaan Psikososial

a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan

b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi

c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi

d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,

(25)

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia. Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

4.2 SARAN

1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan. 2. Bagi tenaga kesehatan

a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur. b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.htmldiakses tanggal

28 agustus 2016

Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi Kontraepsi. Jakarta : YBPSP

Sarwono Prawiro hardjo. 2008. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: YBPSP

Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.

Jakarta : yayasan bina pustaka

Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta : yayasan bina pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui alat kontrasepsi hormonal yang lebih berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan IVA positif pada wanita pasangan usia subur di wilayah

Bila ada wanita yang pertama kali haid mengalami keluar darah lebih dari 15 hari, dan tidak memenuhi syarat tamyiz (bukan mumayyizah), maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1

Berdasarkan hasil SKAP tahun 2019 menunjukan bahwa pemakaian MKJP cukup tinggi di kalangan wanita usia tua BKKBN, 2019, hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati