Pertemuan 6
PPh PASAL
22,23,24,25,26 & 29
Matakuliah : A0572/ Perpajakan
Tahun : 2005
Learning Outcomes
Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa
akan mampu :
Materi
PPh PASAL 22
PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut
oleh Bendaharawan Pemerintah baik pusat
maupun daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga negara lainnya
berkenaan dengan:
– Pembayaran atas penyerahan barang
– Kegiatan impor
PEMUNGUT PPh PASAL 22
• Bank Devisa dan Dirjen Bea Cukai atas Impor
barang.
• Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah (Pusat
dan Daerah)
• BUMN, BUMD
• Badan Usaha yang bergerak di bidang Industri
semen, rokok, kertas, baja dan otomotif yang
ditunjukan oleh Kepala KPP
• Pertamina dan Badan Usaha selain Pertamina yang
bergerak di bidang BBM.
• Industri dan Eksportir yang bergerak di sektor
TARIF PPh PASAL 22
• Atas Kegiatan Impor:
– Importir yang punya API :
• 2,5 % X Nilai Impor
– Importir tidak punya API :
• 7,5 % X Nilai Impor
– Barang yang tidak bertuan :
• 7,5% X Nilai Impor
• Tarif 1,5% dari harga pembelian dikenakan atas:
– Pembelian barang yang dananya berasal APBN atau APBD
• Tarif 0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN atas: – Penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua
atau lebih di dalam negeri.
• Tarif 0,15% dari Harga Bandrol (bersifat Final) dikenakan atas:
– Penjualan hasil produksi industri rokok dalam negeri • Tarif 0,1% dari DPP PPN dikenakan atas:
– Penjualan Hasil Produksi industri kertas di dalam negeri.
• Tarif 0,25% dari DPP PPN
dikenakan atas:
– Penjuala hasil produksi industri semen di dalam
negeri. (yang dikecualikan adalah penjualan oleh
PT Indocement, PT Semen Cibinong, PT Semen
Nusantara kepada distributor utama/tunggalnya).
• Tarif 0,3% dari DPP PPN
dikenakan atas:
– Penjualan hasil produksi industri baja di dalam
negeri
• Tarif 0,5% dari Harga Pembelian
dikenakan atas:
– Pembelian Bahan-bahan untuk keperluan industri
atau Ekspor oleh Industri yang bergerak dalam
sektor Perhutanan, Perkebunan, Pertanian dan
Perikan dari Pedagang Pengumpul.
• Tarif 0,3% dari Penjualan dikenakan atas:
– Penebusan Premium, solar, pertamak oleh SPBU swasta kepada Pertamina dan Badan Usaha sejenis Pertamina. • Tarif 0,25% dari Penjualan dikenakan atas:
– Penebusan Premium, solar, pertamak oleh SPBU Pertamina.
• Tarif 0,3% dari penjualan dikenakan atas:
– Penjualan minyak tanah, gas, LPG dan pelunas oleh Pertamina.
• PPh 22 yang dipungut oleh Pertamina bersifat Final bila
pembelinya adalah SPBU/Penyalur/Agennya sedangkan bila pembelinya adalah pemakai lainnya (pabrik) merupakan kredit pajak bagi pabrik tsb.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 22
• Impor barang dan atau penyerahan barang yg berdasarkan Kep. Dirjen Pajak tidak terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat
Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22.
• Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk. • Impor sementara jika akan di ekspor kembali.
• Pembayaran yg jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000 dan tdk merupa-kan pembayaran yang terpecah-pecah.
• Pembayaran utk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/ PDAM, dan benda pos.
• Atas impor emas batangan yang akan diproses utk menghasilkan barang perhiasan emas untuk tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.
• Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN. • Re-impor barang-barang yang telah diekspor untuk tujuan
PPh PASAL 23
• Dividen,
• Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan pengembalian utang,
• Royalti,
• Hadiah dan penghargaan selain yang diatur ps. 21, • Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi,
• Imbalan sehubungan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, selain yang diatur ps. 21,
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta.
Pajak atas penghasilan yang diterima/diperoleh WP dalam negeri dan BUT dari modal, penyerahan jasa atau
PEMOTONG PPh PASAL 23
• Badan Pemerintah.
• Subjek Pajak Dalam Negeri.
• Penyelenggara Kegiatan.
• Badan Usaha Tetap (BUT)
• Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
Lainnya.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 23
• Penghasilan yang dibayar/terutang kepada bank.
• Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
• Dividen atau bagian laba yg diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, yayasan atau
organisasi yg sejenis, BUMN/D, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
• Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana. • Penghasilan yg diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan usaha pasangan yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dgn syarat:
– Merupakan perusahaan kecil, menengah atau menjalankan usaha disektor yg ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.
– Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. • SHU yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
TARIF PPh PASAL 23
• Tarif 15% atas Dividen
• Tarif 15% atas bunga simpanan anggota koperasi.
• Tarif 15% atas royalti yang dibayarkan.
• Tarif 15% atas hadiah perlombaan atau adu
ketangkasan.
• Tarif 15% X Perkiraan Penghasilan Neto X Bruto
dikenakan atas Sewa dan Penghasilan Lain
sehubungan dengan harta.
• Tarif 15% X Perkiraan Penghasilan Neto X Bruto
atas imbalan sehubungan dengan Jasa Tehnik,
Jasa Manajemen, Jasa Konsultan Hukum, Jasa
Konsultan Pajak dan Jasa lainnya.
PPh PASAL 24
Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutang atas seluruh
Penghasilan WP dalam negeri.
dengan syarat:
Batas maksimum kredit pajak diambil terendah dari 3 unsur/ perhitungan berikut ini:
– Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. – Penghasilan luar negeri : Seluruh penghasilan Kena
Pajak) X PPh atas seluruh Penghasilan yang dikenakan tarif Pasal 17
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
• Penggabungan penghasilan yagn berasal dari luar
negeri dilakukan sbb:
– Penggabungan penghasilan dari usaha
dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan (accrual basis)
– Penggabungan penghasilannya lainnya
dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut (cash basis)
BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK UNTUK SETIAP NEGARA
• Apabila penghasilan luar negeri berasal
dari beberapa negara maka penghitungan
batas maksimum kredit dilakukan untuk
masing-masing negara.
• Setiap negara diberlakukan batas
PPh PASAL 25
Angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh WP setiap bulan, dikurangi PPh yang telah di bayar sesuai ps. 21, ps. 22, ps. 23,
dan ps. 24
Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru
Angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Baru
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bagi WP baru dihitung
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bagi WP baru dihitung
berdasarkan jumlah pajak yang diperoleh dari penerapan tarif
berdasarkan jumlah pajak yang diperoleh dari penerapan tarif
umum atas peng-hasilan neto sebulan yang disetahunkan,
umum atas peng-hasilan neto sebulan yang disetahunkan,
dibagi 12 bulan.
FISKAL LUAR NEGERI
Fiskal luar negeri adalah pajak penghasilan yang
dibayar oleh orang pribadi yang melakukan
perjalanan ke luar negeri.
Fiskal luar negeri ini dapat dikreditkan pada SPT
Fiskal luar negeri ini dapat dikreditkan pada SPT
Tahunan orang pribadi yang melakukan perjalanan
Tahunan orang pribadi yang melakukan perjalanan
tersebut.
YANG DIKECUALIKAN DARI PEMBAYARAN FISKAL
• Bukan merupakan Warga Negara Indonesia
• WNI tetapi memiliki izin menetap di negara lain.
• Orang pribadi lain sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
TARIF FISKAL
TARIF FISKAL
Bila ke luar negeri dengan pesawat udara Rp.1.000.000,-Bila ke luar negeri dengan pesawat udara Rp.1.000.000,-Bila ke luar negeri dengan kapal laut Rp.500.000,-Bila ke luar negeri dengan kapal laut
PPh PASAL 26
PPh Pasal 26 dikenakan terhadap WP luar negeri
(orang pribadi maupun badan) selain BUT yang
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
Objek Pajak PPh Pasal 26
Objek Pajak PPh Pasal 26
•Dividen.Dividen.•Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang.
dengan jaminan pengembalian utang.
•Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta.
penggunaan harta.
•Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan.Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan. •Hadiah dan penghargaan.Hadiah dan penghargaan.
•Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
•Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia. •Premi asuransi termasuk premi reasuransi.Premi asuransi termasuk premi reasuransi.
•Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh suatu BUT, kecuali Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh suatu BUT, kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
TARIF PPh PASAL 26
• 20% X Penghasilan Bruto, atas:
– Dividen.
– Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
– Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
– Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan. – Hadiah dan penghargaan.
– Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
• (Penghasilan Bruto X Perkiraan Penghasilan Neto ) X 20%, atas: – Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia.
– Premi asuransi termasuk premi reasuransi.
• (PKP – PPh Terutang) X 20%, atas:
– Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh suatu BUT, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di