• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN MAXIMUM POWER POINT TRACK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANCANG BANGUN MAXIMUM POWER POINT TRACK (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

RANCANG BANGUN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT)

PADA PANEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY

Atar Fuady Babgei - 2207100161

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Email: atarbey@gmail.com Abstrak - Panel Surya sebagai jenis pembangkit

listrik terbaharukan di masa datang akan semakin memiliki peranan penting sebagai pengganti energi fosil atau energi tak terbaharukan. Namun dalam aplikasinya secara konvensional panel surya mempunyai kekurangan yakni memiliki efisiensi yang rendah, hal ini dikarenakan karakteristik V-I sel surya yang tidak linier terhadap pembebanan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya listrik yang dihasilkan oleh panel surya, seperti besarnya tingkat intensitas cahaya dan suhu kerja dari panel surya.

Secara umum, terdapat titik yang unik pada kurva V-I atau kurva V-P, yang dinamakan Maximum Power Point (MPP). Dimana pada titik tersebut, solar sel bekerja pada efisiensi maksimum dan menghasilkan daya keluaran paling besar. Letak dari MPP tidak diketahui, tapi dapat dicari, dengan menggunakan perhitungan atau algoritma penjejak. Oleh karena itu algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT) dibutuhkan untuk menjaga titik kerja solar sel agar tetap bekerja pada titik MPP.

Dalam Tugas Akhir ini dilakukan perancangan dan implementasi suatu alat berbasis mikrokontroller untuk mengoptimalkan kerja dari Panel Surya dengan cara mencari titik MPP (Maximum Power Point) dengan metode menggunakan algoritma fuzzy, kemudian mengimplementasinya menjadi tegangan output dengan Buck Converter yang dikontrol dengan PWM (Pulse Width Modulation), sehingga dapat menghasilkan daya keluaran dengan efisiensi lebih baik. Adapun hasil dari penelitian ini yakni sistem MPPT dapat meningkatkan daya pada panel surya dengan penambahan efisiensi rata-rata sebesar 21.87% dibandingkan dengan tanpa menggunakan sistem MPPT.

Kata kunci : Panel Surya, MPPT, Metode Fuzzy, Buck Converter

I. PENDAHULUAN

Pembangkit listrik tenaga surya merupakan salah satu pembangkit tenaga listrik alternatif yang banyak dikembangkan, panel surya (solar panel) sebagai jenis pembangkit listrik terbaharukan di masa datang akan semakin memiliki peranan penting sebagai pengganti

energi fosil atau energi tak terbaharukan. Dalam aplikasinya secara konvensional panel surya memiliki banyak kekurangan terutama pada sisi efisensi keluaran yang terbilang rendah, hal tersebut dikarenakan perbedaan karakteristik antara panel surya dengan beban. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya listrik yang dihasilkan oleh panel surya, seperti besarnya tingkat intensitas cahaya dan suhu kerja dari panel surya.

Selain itu, karakteristik V-I sel surya adalah nonlinier dan berubah terhadap radiasi dan suhu permukaan solar sel. secara umum, terdapat titik yang unik pada kurva V-I atau kurva V-P, yang dinamakan Maximum Power Point (MPP). Dimana pada titik tersebut, solar sel bekerja pada efisiensi maksimum dan menghasilkan daya keluaran paling besar. Letak dari MPP tidak diketahui, tapi dapat dicari, dengan menggunakan perhitungan atau algoritma penjejak. Oleh karena itu algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT) dibutuhkan untuk menjaga titik kerja solar sel agar tetap pada titik MPP.

Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah suatu metode untuk mencari point (titik) maksimum dari karva karakteristik tegangan dan arus input (V-I) pada aplikasi panel surya. Sistem Maximum Power Point Tracker (MPPT) dengan bantuan Konverter DC-DC digunakan untuk mengatur besarnya tegangan keluaran pada panel surya, agar dapat memaksa panel surya memperoleh daya maksimum pada berbagai tingkat intensitas cahaya. Dengan menganalisa masukan sumber hasil konversi panel surya dengan memanfaatkan kemampuan kapasitas puncak dari karakteristik panel, diharapkan efisiensi daya keluaran kebeban dapat maksimum.

II. TEORI PENUNJANG

2.1 Panel Surya

(2)

matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan yang berlawanan.

Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kerja dari sel surya agar pengoperasianya dapat mencapai nilai maksimum [1]: a. Suhu permukaan panel surya

b. Radiasi solar matahari (iradiasi) c. Kecepatan angin bertiup d. Keadaan atmosfir bumi e. Orientasi panel atau array PV

f. Posisi letak sel surya (array) terhadap matahari (tilt angle)

Untuk mendekati kinerja dari sel surya, suatu model matematik dikembangkan untuk menirukan solar sel. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian persamaan solar sel, dimana I dan V adalah arus dan tegangan solar sel, kemudian, IL adalah cell’s photocurrent. Rp dan Rs adalah tahanan shunt dan tahanan seri dari solar sel.

Gambar 2.1 Rangkaian persamaan sel surya [2]

Persamaan dari rangkaian diatas adalah :

[2-1] Dimana :

Io = arus saturasi reverse (Ampere) n = faktor ideal dioda

q = pengisian electron (1.602·10-19 C) k = konstanta Boltzman (1.3806.10-23 J.K-1) T = temperatur solar sel (oK)

Persamaan diatas digunakan dalam simulasi menggunakan komputer untuk mendapatkan karakteristik keluaran solar sel, seperti pada gambar 2.2 dan 2.3. Kurva ini menunjukkan sangat jelas bahwa karakteristik keluaran solar sel adalah non-linier dan sangat dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan temperatur.

Selain itu, karakteristik V-I sel surya adalah nonlinier dan berubah terhadap radiasi dan suhu permukaan solar sel. Secara umum, terdapat titik yang unik pada kurva V-I atau kurva V-P, yang dinamakan Maximum Power Point (MPP). Dimana pada titik

tersebut, solar sel bekerja pada efisiensi maksimum dan menghasilkan daya keluaran paling besar.

Pada gambar 2.2 diperlihatkan pengaruh iradiasi terhadap daya dan tegangan keluaran dari solar sel. sedangkan pada gambar 2.3 diperlihatkan pengaruh dari suhu permukaan solar sel pada kurva I-V.

Gambar 2.2 Karakteristik P-V untuk level iradiasi (cahaya matahari) berubah-ubah[2]

Gambar 2.3 Kurva I-V panel surya untuk penyinaran tetap dan suhu bervariasi[2]

2.2 Maximum Power Point Tracking (MPPT) Maximum Power Point Tracking atau sering disingkat dengan MPPT merupakan sebuah sistem elektronik yang dioperasikan pada sebuah panel surya sehingga panel surya bisa menghasilkan daya maksimum. Perlu diperhatikan, MPPT bukanlah sebuah sistem tracking mekanik yang digunakan untuk mengubah posisi modul terhadap posisi matahari sehingga mendapatkan energi maksimum matahari. MPPT benar-benar sebuah sistem elektronik yang bisa menelusuri titik daya maksimum power yang bisa dikeluarkan oleh sebuah panel PV.

(3)

3 Pada gambar 2.4 dan 2.5 diperlihatkan efek pembebanan

Gambar 2.4 Pengaruh pembebanan pada kurva VI panel surya [5]

Gambar 2.5 Karakteristik P dan V pada panel surya [5]

Di sebelah kiri dari MPP perubahan daya terhadap perubahan tegangan dP/dV>0, sementara di sebelah kanan, dP/dV <0 (lihat gambar 2.4). Pada gambar 2.5, jika tegangan kerja sel surya diganggu (perturbed) dan berada pada dP/dV>0, hal tersebut diketahui bahwa penggangguan (perturbation) dilakukan untuk memindahkan tegangan kerja sel surya maju ke arah MPP. Jika dP/dV<0, kemudian perubahan titik kerja mengarahkan sel surya jauh dari MPP, maka algoritma P&O membalik arah penggangguan.

III.

Perencanaan Alat

Alat yang dibuat terdiri dari minimum sistem Mikrokontroler ATMEL AVR ATMega32 [4], Sensor Arus ACS712, Sensor Tegangan, Sensor Suhu, Sensor Cahaya (Iradiasi), serta Aktuator berupa Buck Converter.

bagan kinerja sistem optimalisasi panel surya dengan MPPT secara detail ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram sistem MPPT

Pada bagian yang pertama terdapat panel surya yang berfungsi menghasilkan energi listrik dari sinar matahari yang di serap. Output dari panel surya tersebut akan menghasilkan tegangan dan arus yang berubah-ubah tergantung dengan kondisi suhu, dan intensitas radiasi matahari (irradiance).

Mikrokontroler berfungsi menerima input analog dari berbagai sensor, mengubahnya terlebih dahulu menjadi digital (ADC Convertion), kemudian diproses kedalam algoritma FLC (Fuzzy Logic Controller). Hasil dari algoritma FLC tersebut berupa sinyal PWM yang digunakan untuk switching MOSFET pada rangkaian Buck Converter.

3.1. Perancangan Modul Board Utama

(4)

ATMega 32 Port C

Port B Port

A

Port D Blok Sensor

I_IN V_IN I_OUT V_OUT TEMP IRAD

Penampil LCD

Keypad

PWM DC to DC

Converter

Sistem Mikrokontroller

Gambar 3.2 Blok Diagram Perancangan Alat

3.2. Perancangan DC to DC Converter

DC to DC Converter dirancang dalam konfigurasi buck yang dikontrol oleh) mikrokontroller. Mikrokontroller dapat mengontrol DC to DC Converter dengan cara menghasilkan sinyal PWM yang men-swith MOSFET pada frekuensi 45.000 kHz. Rasio Output dari DC to DC converter bergantung pada seberapa besar duty cycle dari sinyal PWM. Berdasarkan pada persamaan dirancang Buck Converter dengan desain seperti Tabel 3.3.

Tabel 3.1 Parameter PerancanganBuck Converter Parameter Nilai

Vin Min 10V

Vin Maks 20V

Vout 12V

I Maks 3.25

Frekuensi PWM 45kHz

∆ � 0.325A

∆�� 0.336V

=��

� =

12 20= 0.6

∆ = (�� − ��) ���

����� �= ��− �� ���

∆ � �� =

20−12 � 12 0.325 � 45000 � 20 = 328 �

∆��=8

= ∆

∆���8� =

0.325

0.2�8�45000= 4.51��

Nilai L, C diatas merupakan nilai minimum yang diminta untuk pembuatan Buck Converter, sehingga dipilih L=300uH dan C=4.7uF.

Gambar 3.3 Rangkaian Buck Converter

Q2 merupakan Transistor MOSFET utama untuk switching Buck Converter. MOSFET di-drive oleh IC IR2111 yang diberi input PWM dari mikrokontroller ke Pin 2 (Pin IN) dan menggunakannya untuk men-drive Switching MOSFET. Karena Q2 merupakan N-Channel MOSFET, sehingga membutuhkan input tegangan gate lebih besar 10V daripada tegangan source (yang merupakan input dari panel surya). maka IC IR2111 memanfaatkan rangkaian pembesar tegangan (charge pump circuit) yang dibuat oleh dioda D3 dan kapasitor C2 untuk menaikkan tegangan Gate sehingga Q2.

Duty Cycle PWM selalu dimonitor dan dikontrol oleh mikrokontroller, dan tidak pernah dibiarkan untuk 100% agar rangkaian pembesar tegangan (D3 dan C2) dapat selalu bekerja. D1 adalah ultrafast Dioda yang yang akan selalu bekerja untuk meneruskan arus. Hal ini akan membuat Converter ini lebih efisien. L1 adalah adalah Induktor utama yang berfungsi untuk menyimpan arus hasil switching serta C1 yang berfungsi untuk memfilter output tegangan. A. Perancangan Perangkat Lunak (Software)

(5)

5 Input dari kontrol fuzzy ini adalah E(k) dan CE(k), yakni:

Dimana:

Pph(k) = Adalah daya input dari panel surya E(k) = Error

CE(k) = Perubahan Error

Sedangkan output dari kontrol fuzzy ini adalah duty cycle dari PWM. Kontrol logika fuzzy yang digunakan adalah dengan Fuzzy Rule Based tipe mamdani untuk mencari titik MPP yang didapatkan dari input error yang berfungsi menentukan posisi Load disebelah kanan atau sebelah kiri titik MPP, sedangkan perubahan error CE(k) diperlukan untuk mengetahui perubahan posisi Load. Mekanisme pengaturan PWM berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan output dari DC to DC Converter. Adapun blok diagram desain sistem fuzzy dijelaskan pada gambar 3.4.

Output Pph(k-1) Vph(k-1) E(k)

FLC

Input Pph(k) Vph(k)

Duty

Cycle DC to DC Converter

Z-1 CE(k) +

-E(k-1)

Gambar 3.4 Diagram Blok Fuzzy Logic Control

Berikut merupakan rancangan membership dan tabel Fuzzy yang dibuat untuk sistem MPPT

Gambar 3.5 (a) Membership E(k), (b) Membership CE(k), (c) Membership Duty Cycle.

Tabel 3.2 Tabel Rule Fuzzy

IV.

PENGUJIAN DAN ANALISA

Pengujian dan analisa dilakukan secara keseluruhan untuk mengetahui kinerja sistem yang telah dibangun. Adapun prosedur pengujian ini meliputi pengujian Panel Surya yang merupakan Input dari sistem, kemudian pengujian instrumentasi pengukur yakni pengujian sensor arus, sensor tegangan, sensor suhu, dan sensor cahaya. pengujian komunikasi data mikrokontroller, pengujian algoritma fuzzy, dan penampil Akuisisi Data di PC.

Setelah pengujian-pengujian uji kelayakan sistem yang dibangun, dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan dengan cara memberikan input sistem berupa panel surya, kemudian dilakukan pengukuran pada seluruh parameter yang ada. Kemudian hasil dibandingkan antara tanpa menggunakan MPPT FLC dengan menggunakan MPPT FLC.

4.1.Pengujian Panel Surya

(6)

Tabel 4.1 Data spesifikasi panel surya

Model eS50236-PCM

Maximum Power 50 Wp

Short Circuit Current 3.25 A Maximum Power Current 2.91 A Open Circuit Voltage 21.75 V

Nominal Voltage 17.24 V

FF 0.71

Pada pengambilan data arus dan tegangan, panel surya dihubungkan dengan beban resistor variabel. Kemudian diukur menggunakan voltmeter dan ampermeter untuk mendapatkan nilai arus dan tegangan dari panel surya. Pengambilan data arus dan tegangan dilakukan sebanyak tiga kali dengan kondisi iradiasi dan suhu yang berbeda. Pada setiap pengambilan data arus dan tegangan, dilakukan juga pengukuran arus hubung singkat dan tegangan rangkaian terbuka. Adapun cara pengukuran sel surya diilustrasikan pada gambar 4.1 dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Gambar 4.1 Ilustrasi Pengujian Panel Surya

Berikut merupakan hasil pengukuran I , V, dan P pada Panel Surya, yang diperlihatkan pada kurva karakteristik I-V (Gambar 4.2) dan P-V (Gambar 4.3)

Gambar 4.2 Kurva karakteristik I-V panel surya pada 3 kondisi iradiasi dan suhu yang berbeda

Gambar 4.3 Kurva karakteristik P-V panel surya pada 3 kondisi iradiasi dan suhu yang berbeda

Pembuatan kurva karakteristik I-V dan P-V merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan titik tegangan dan arus dimana daya maksimal (MPP) dari panel surya dihasilkan. Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata daya mencapai maksimal pada tegangan ±12V.

Pengujian Modul Sensor:

Pengujian Sensor dilakukan untuk mengetahui performansi dari tiap sensor.

Gambar 4.4 Kurva output akhir instrumentasi Sensor Arus ACS712

(7)

7 Gambar 4.6 Kurva pengujian tegangan output sensor suhu

Gambar 4.7 Kurva pengujian tegangan output sensor cahaya

Pada pengujian modul sensor ini didapatkan hasil yakni rata-rata error pada sensor arus, tegangan, suhu, cahaya masing-masing sebesar 0.86%, 0.72%, 0%, 5.94%,

4.2 Pengujian Buck Converter

Dilakukan pengujian terhadap Buck Converter dilakukan dengan tujuan untuk mencari nilai efisiensi Buck Converter pada nilai tegangan input, sinyal PWM, dan beban yang berbeda-beda. Pengujian dilakukan dengan memberikan sumber DC dari DC power supply dengan nilai yang berbeda-beda antara 10-20 V. Pengujian Buck Converter dilakukan dengan cara melihat respon parameter input dan output dan perubahan duty cycle yang dibangkitkan oleh mikrokontroller. Beban yang digunakan adalah

resistor 10Ω Imaks 8A. skema pengujian Buck

Converter dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Skema pengujian Buck Converter beban tetap

Adapun hasil dari pengujian Buck Converter dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Buck Converter beban R=10 Ω D

(%) Vi (V)

Ii (A)

Pi (W)

Vo (V)

Io (A)

Po (V)

Efisien si (%)

20 10 0.02 0.2 1 0.1 0.12 60

30 10 0.06 0.6 2 0.2 0.4 66.67

40 10 0.11 1.1 3.1 0.32 0.99 90.18 50 10 0.18 1.8 4.1 0.41 1.68 93.39

60 10 0.27 2.7 5 0.51 2.55 94.44

70 10 0.38 3.8 6 0.61 3.66 96.31

80 10 0.5 5 7 0.7 4.9 98

90 10 0.65 6.5 8.1 0.8 6.48 99.69 20 20 0.06 1.2 2.8 0.26 0.73 60.66 30 20 0.14 2.8 4.7 0.43 2.021 72.17 40 20 0.24 4.8 6.6 0.61 4.02 83.87 50 20 0.39 7.8 8.7 0.79 6.87 88.11 60 20 0.57 11.4 10.6 0.97 10.28 90.19 70 20 0.79 15.8 12.5 1.15 14.37 90.98 80 20 1.03 20.6 14.5 1.32 19.14 92.91 90 20 1.31 26.2 16.2 1.5 24.3 92.74

Gambar 4.9 Pengujian efisiensi buck converter terhadap Duty cycle PWM.

Gambar 4.10 Pengujian tegangan keluaran buck converter terhadap Duty cycle PWM.

(8)

4.3 Pengujian Total Sistem

Setelah pengujian pada seluruh instrumentasi sensor, mikrokontroller, dan Buck Converter. Dilakukan pengujian secara keseluruhan pada sistem yang dibuat dengan cara memberikan input berupa panel surya dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Beban yang digunakan pada pengujian sistem ini adalah dengan menggunakan Beban hambatan geser yang diubah-ubah dari 40-80 ohm dengan level iradiasi dan suhu rata-rata sebesar 255 W/m2 dan 33oC. pengujian pertama adalah pengujian data input sebelum diberi sistem MPPT FLC, sedangkan pengujian selanjutnya adalah dengan memasang input pada sistem MPPT FLC, kemudian dibandingkan hasil daya input dan output diantara keduanya. Adapun skema pengujian dapat dilihat pada gambar 4.11.

Gambar 4.11 Skema pengujian sistem MPPT FLC, (a) tanpa sistem MPPT FLC, (b) dengan sistem MPPT FLC

Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian tanpa menggunakan MPPT

R( Tabel 4.4 Hasil Pengujian dengan menggunakan MPPT

R(

Gambar 4.11 Kurva perbandingan hasil pengujian daya output panel surya (PV) dengan menggunakan

MPPT, tanpa MPPT

Gambar 4.12 Kurva kenaikan efisiensi panel surya pada setiap nilai beban

Dari hasil data pengujian pada tabel 4.3 dan 4.4 didapatkan kenaikan efisiensi antara sistem dengan MPPT FLC dengan yang tidak memakai MPPT FLC sebesar 21.87% pada beban antara 40-80 Ohm. pengujian dilakukan mulai pada beban dibawah 40 ohm karena pada beban tersebut tegangan input ada dibawah titik MPP, sedangkan Buck Converter hanya dapat menurunkan tegangan.

Secara keseluruhan, dari hasil pengujian yang dilakukan sistem yang dirancang berjalan dengan baik. sensor-sensor yang digunakan berjalan dengan baik, kemudian mikrokontroller juga menjalankan perannya dengan sangat baik, baik proses pengonversian ADC, pembangkitan sinyal PWM, dan menampilkannya ke LCD.

(9)

9 Converter tidak dapat menaikkan tegangan, sehingga apabila tegangan input MPPT kurang dari tegangan 10V buck Converter tidak dapat di-drive menuju titik MPP.

Desain perangkat keras pada tugas akhir ini memungkinkan untuk digunakan penelitian lanjut, terutama pada bagian board utama yang bisa dikatakan berjalan dengan baik.

V.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil yang sudah dicapai pada tugas akhir ini didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tegangan pada daya maksimal (Vmpp) panel surya untuk suhu 38-390C pada iradiasi 690 W/m2– 883 W/m2 berada pada tegangan sekitar 12 V.

2. Pada pengujian modul sensor ini didapatkan hasil yakni rata-rata Error pada sensor arus, tegangan, suhu, cahaya masing-masing sebesar 0.86%, 0.72%, 0%, dan 5.94%,

3. Buck Converter hasil perancangan mempunyai nilai efisiensi yang berubah-ubah untuk beban resistor 100 ohm, nilai efisiensi paling baik pada tegangan input 10-20V dengan rata-rata efisiensi 85.65%.

4. Maximum Power Point Tracking (MPPT) dengan metode Fuzzy dapat memaksimalkan Daya pada panel surya dengan penambahan efisiensi sebesar 21.87% pada beban antara 40-80 ohm dengan iradiasi 255 W/m2 dan suhu 33oC

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya didesain kembali DC to DC Converter dengan konfigurasi yang berbeda agar dapat menaikkan dan menurunkan tegangan dengan efisiensi yang baik.

Penelitian dengan panel surya ini pada praktiknya sering terkendala karena pengambilan data dilakukan dalam musim penghujan. Untuk kedepannya, sebaiknya data diambil dalam cuaca yang cerah (tidak berawan) dengan kondisi level iradiasi dan suhu cenderung tetap dalam beberapa waktu.

Secara keseluruhan sistem yang telah dirancang memungkinkan untuk dilakukan studi lebih lanjut mengenai usaha peningkatan efisiensi Panel Surya, serta mencoba membandingkan hasil optimasi MPPT Fuzzy dengan metode-metode yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Nugroho, Tauhid Adi, Desain dan Implementasi MPPT dengan Metode Maximum Power Line untuk Photovoltaic dengan Kompensasi Suhu. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2011. [2] Surojo, Ashari, Mochammad, Purnomo, Mauridhi

H., ”Desain dan Simulasi Maximum Power Point Tracking (MPPT) Sel Surya Menggunakan Fuzzy Logic Control Untuk Kontrol Boost Konverter , 7th Basic Science National Seminar Proceeding, , Malang, Februari, 2010.

[3] Ashari, Mochamad, DC to DC Converter, Department of Electrical Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 2011.

[4] __________, Atmega32,

http://www.atmel.com/ATmega32, 23 November 2009 handbook, University of Florida,University of West Florida Joint rogram and Computer Engineering University of West Florida Pensacola, Florida, 2001

[7] Kusumadewi, Sri, Purnomo, Hari, “Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, Edisi kedua, Yogyakarta, Maret, 2010

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 11 Nopember 1989. Melalui ujian SPMB, penulis diterima pada Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2007. Semasa perkuliahan, penulis terlibat aktif dalam beberapa organisasi non akademis seperti menjadi fungsionaris Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro pada tahun 2008--2010 dan beberapa kepanitiaan lainnya. Penulis juga tercatat sebagai asisten praktikum rangkaian listrik dan praktikum elektronika serta merangkap sebagai koordinator asisten bidang studi elektronika pada kepengurusan 2010-2011.

Gambar

Gambar 2.2  Karakteristik P-V untuk level iradiasi (cahaya matahari) berubah-ubah [2]
Gambar 2.4 Pengaruh pembebanan pada kurva VI panel surya [5]
Gambar 3.2 Blok Diagram Perancangan Alat
Gambar 3.5 (a) Membership E(k), (b) Membership CE(k), (c) Membership Duty Cycle.
+4

Referensi

Dokumen terkait

pelemahan bursa global dan regional IHSG pada perdagangan kemarin ditu- tup melemah signifikan -3.7% pada level 4,629.9 ; Pernyataan Bernanke yang diperkirakan akan

Setelah menyelesaikan bahan ajar ini, peserta diklat dapat melanjutkan ke pengetahuan selanjutnya, seperti mengetik atau program aplikasi Pengolah Kata (Word Processing),

Pertama kali Windows Mobile muncul sebagai sistem operasi Pocket PC 2000, sebagian besar perangkat yang menggunakan Windows Mobile memiliki stylus pen yang digunakan

berukuran lebih kecil diembankan ke dalam zeolit lebih dulu, kemudian diikuti logam Mo. Dalam katalis Mo-Ni/Z ini hanya pengaruh jumlah Ni terhadap distribusi maupun keasaman

Konselor menetapkan jenis bantuan berdasarkan diagnosa, yaitu berupa bimbingan konseling Islam dengan menggunakan terapi realitas, karena melihat kasus yang dialami oleh

Berdasarkan data stratigrafi yang diperoleh, lokasi penelitian tersusun atas 5 litofasies, yaitu fasies perselingan batulanau dengan batupasir gradasi normal (mT- gS), fasies

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi singkapan dan hubungan antara batuan metamorf dengan jenis batuan lain di sekitarnya, mengetahui komposisi

Aceh Jaya Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Timur berbatasan dengan Kab... Ujung Batee dan Ujung Kareung