1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada intinya, "bank" dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak, Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Perbankan No.7
tahun 1992 tentang perbankan yang telah dirubah menjadi Undang-Undang No.
10 tahun 1998, yang menjelaskan pengertian bank sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa dan memiliki kegiatan pokok dengan 3 fungsi pokok,
sebagai berikut (Ikatan Bankir Indonesia 2013:6)
1. Menerima penyimpanan dana masyarakat dalam berbagai bentuk.
2. Menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat untuk
mengembangkan usaha.
3. Melaksanakan berbagai jasa dalam kegiatan perdagangan dan pembayaran
dalam negeri maupun luar negeri, serta berbagai jasa lainnya di bidang
keuangan.
Dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya, bank membutuhkan
modal agar pengelolaan usaha bank dapat berjalan dengan baik. Modal bagi bank
sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsi sebagai sumber utama
pembiayaan terhadap kegiatan operasionalnya juga berperan sebagai penyangga
berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank
dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sebagai salah satu
aspek paling mendasar dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian, bank harus
memenuhi kecukupan permodalannya. Hal ini menjadi fokus utama dari seluruh
otoritas pengawasan bank diseluruh dunia. Modal yang dimiliki oleh suatu bank
pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risiko usaha yang dihadapi
bank. Jika Bank tidak memiliki modal yang cukup maka bank akan menghadapi
permasalahan dalam mengantisipasi risiko. Untuk mengantisipasi risiko salah satu
cara yang dilakukan adalah mengukur kecukupan modal dengan melihat rasio
modal itu terhadap berbagai aset bank yang bersangkutan.
Semua bank diwajibkan memenuhi tingkat kecukupan pemenuhan
modal yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio keuangan salah satunya
yaitu menggunakan (Capital Adequacy Ratio-CAR), yang memadai untuk
menjaga likuiditasnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa modal bank
dapat menyerap kerugian yang timbul dari kegiatan yang dilakukannya. CAR
pada bank harusnya meningkat dari tahun ketahun. Jika CAR meningkat maka
reputasi bank akan membaik dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank
akan semakin besar, sehingga akan meningkatkan investasi pada bank dan akan
meningkatkan pendapatan dan permodalan pada Bank- Bank umum Swasta
Nasional Go Public itu sendiri. Tetapi, tidak halnya yang terjadi pada CAR
bank-bank umum swasta nasional devisa go public di Indonesia, seperti yang
ditunjukkan pada tabel 1.1 yaitu perkembangan CAR pada Bank Umum Swasta
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN CAR PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA GO PUBLIC
dengan tahun 2015 (Triwulan II) cenderung mengalami penurunan, yang
ditujukkan dengan rata-rata trend sebesar -0,04. Hal ini menunjukkan masih ada
No Nama Bank 2010 2011 Trend 2012 Trend 2013 Trend 2014 Trend 2015 trend
Rata-1 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk 13.65 12.65 -1 16.45 3.8 15.82 -0.63 15.76 -0.06 13.84 -1.92 14.70 0.04 2 PT BANK BUKOPIN, Tbk 12.06 12.71 0.65 16.34 3.63 15.12 -1.22 14.21 -0.91 14.23 0.02 14.11 0.43 3 PT BANK BUMI ARTA, Tbk 25.01 19.96 -5.05 19.18 -0.78 16.99 -2.19 15.07 -1.92 15.93 0.86 18.69 -1.82 4 PT BANK CAPITAL INDONESIA, Tbk 29.29 21.58 -7.71 18 -3.58 20.13 2.13 16.43 -3.7 16.85 0.42 20.38 -2.49 5 PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk 13.5 12.75 -0.75 14.24 1.49 15.66 1.42 16.86 1.2 19.04 2.18 15.34 1.11 6 PT BANK CIMB NIAGA, Tbk 13.24 13.09 -0.15 15.08 1.99 15.38 0.3 15.39 0.01 15.87 0.48 14.68 0.53 7 PT BANK DANAMON INDONESIA, Tbk 13.25 16.62 3.37 18.38 1.76 17.48 -0.9 18.17 0.69 19.61 1.44 17.25 1.27 8 PT BANK EKONOMI RAHARJA, Tbk 19.05 16.37 -2.68 14.21 -2.16 13.1 -1.11 13.41 0.31 13.35 -0.06 14.92 -1.14 9 PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906, Tbk 19.69 13.38 -6.31 10.35 -3.03 13.07 2.72 21.71 8.64 19.52 -2.19 16.29 -0.03 10 PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk 12.65 12.03 -0.62 12.92 0.89 12.76 -0.16 16.01 3.25 15.62 -0.39 13.67 0.59 11 PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL, Tbk 20.4 14.68 -5.72 10.93 -3.75 14.07 3.14 10.44 -3.63 11.91 1.47 13.74 -1.70 12 PT BANK MEGA, Tbk 15.03 11.86 -3.17 16.83 4.97 15.74 -1.09 15.23 -0.51 16.43 1.2 15.19 0.28 13 PT BANK MNC INTERNASIONAL, Tbk 12.63 10.47 -2.16 11.21 0.74 13.09 1.88 17.79 4.7 13.87 -3.92 13.18 0.25 14 PT BANK MUTIARA, Tbk 11.16 9.41 -1.75 10.09 0.68 14.03 3.94 13.58 -0.45 14.53 0.95 12.13 0.67 15 PT BANK NUSANTARA PARAHYANGAN,Tbk 12.94 13.45 0.51 12.17 -1.28 15.75 3.58 16.6 0.85 17.31 0.71 14.70 0.87 16 PT BANK OCBC NISP, Tbk 16.04 13.75 -2.29 16.49 2.74 19.28 2.79 18.74 -0.54 18.67 -0.07 17.16 0.53 17 PT BANK OF INDIA INDONESIA, Tbk 26.91 23.19 -3.72 21.1 -2.09 15.28 -5.82 15.27 -0.01 31.24 15.97 22.17 0.87
18 PT BANK PERMATA, Tbk 14.13 14 -0.13 15.86 1.86 14.28 -1.58 13.58 -0.7 14 0.42 14.31 -0.03
19 PT BANK PUNDI INDONESIA, Tbk 41.42 12 -29.42 13.27 1.27 11.43 -1.84 10.05 -1.38 10.51 0.46 16.45 -6.18 20 PT BANK SINARMAS, Tbk 14.1 13.98 -0.12 18.09 4.11 21.82 3.73 18.38 -3.44 15.06 -3.32 16.91 0.19 21 PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk 23.4 20.47 -2.93 21.49 1.02 23.09 1.6 23.3 0.21 24.27 0.97 22.67 0.17 22 PT BANK VICTORIA INTERNASIONAL Tbk 11 14.86 3.86 0.18 -14.68 18.2 18.02 18.35 0.15 19.62 1.27 13.70 1.72 23 PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL, Tbk 17.12 11.67 -5.45 13.86 2.19 14.68 0.82 14.15 -0.53 15.49 1.34 14.50 -0.33
24 PT BRI AGRONIAGA, Tbk 14 16.39 2.39 14.8 -1.59 21.6 6.8 19.06 -2.54 17.11 -1.95 17.16 0.62
25 PT PAN INDONESIA BANK, Tbk 16.58 17.45 0.87 14.67 -2.78 15.32 0.65 15.62 0.3 16.45 0.83 16.02 -0.03 26 PT. QNB BANK KESAWAN, Tbk 9.92 46.49 36.57 27.76 -8.81 18.73 -9.03 15.1 -3.63 12.57 -2.53 21.76 2.51 Jumlah 448.17 415.26 -32.91 393.95 -11.39 421.9 27.95 418.26 -3.64 432.9 14.64 421.74 -1.07
masalah pada CAR Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public, sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan CAR tersebut. Inilah menyebabkan penulis tertarik meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go
Public.
Tinggi rendahnya CAR yang dimiliki bank akan dapat dipengaruhi
oleh risiko usaha yang dihadapi oleh bank. Menurut PBI nomor 11/25/PBI/2009
dinyatakan bahwa risiko usaha yang dihadapi oleh bank adalah risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum,
risiko reputasi, dan risiko strategik. Namun risiko yang dapat dihitung dengan
rasio keuangan adalah risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko
operasional.
Risiko Likuiditas adalah risiko yang terjadi jika perusahaan mengalami
kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Jika risiko likuiditas ini tidak
ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat menjadi risiko solvabilitas
atau solvency risk,yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan (Mamduh
M, Hanafi 2012:239). Risiko likuiditas ini dapat diukur dengan rasio keuangan
antara lain denga rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Investing
Policy Ratio (IPR).
Rasio LDR ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban kepada dana pihak ketiga dengan mengandalkan jumlah kredit yang
disalurkan. LDR memiliki pengaruh negatif terhadap risiko likuiditas. Hal ini
kredit yang disalurkan dengan persentase peningkatan lebih besar daripada
persentase peningkatan total DPK. Akibatnya terjadi peningkatan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga atau dengan kata lain
mengalami peningkatan likuiditas, sehingga potensi terjadinya ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajiban kepada dana pihak ketiga menjadi semakin kecil
yang berarti terjadi penurunan risiko likuiditas. Pada sisi lain LDR berpengaruh
positif terhadap CAR. Hal ini dapat terjadi karena apabila LDR meningkat, berarti
telah terjadi peningkatan total kredit yang disalurkan dengan persentase lebih
besar daripada persentase peningkatan total DPK. Akibatnya terjadi peningkatan
ATMR, sehingga laba meningkat, modal bank meningkat, dan CAR bank
meningkat.
Pengaruh IPR terhadap risiko likuiditas adalah negatif. Hal ini dapat
terjadi apabila IPR meningkat berarti terjadi kenaikan investasi surat berharga
dengan persentase yang lebih besar daripada persentase kenaikan dana pihak
ketiga. Akibatnya terjadi kenaikan pendapatan yang lebih besar dari kenaikan
biaya sehingga kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban pada pihak ketiga
dengan mengandalkan surat berharga semakin tinggi yang berarti risiko likuiditas
bank menurun. Pada sisi lain pengaruh IPR terhadap CAR adalah positif. Hal ini
dapat terjadi apabila IPR meningkat berarti terjadi kenaikan investasi surat
berharga dengan persentase yang lebih besar daripada persentase kenaikan dana
pihak ketiga. Akibatnya terjadi kenaikan pendapatan yang lebih besar daripada
akhirnya CAR juga meningkat. Jadi pengaruh risiko likuiditas terhadap CAR
adalah negatif.
Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank (PBI No.14/18/PBI/2012). Risiko kredit
yang dihadapi bank dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan yaitu
adalah Non Performing Loan (NPL) dan Aktiva Produktif Bermasalah (APB) .
Risiko kredit pada umumnya dihadapi oleh industri jasa perbankan , walaupun
perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank tidak tertutup
kemungkinan untuk terkena risiko ini.
Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal diantaranya :
1. Adanya kemungkinan peminjaman yang diberikan oleh Bank atau surat
berharga yang dibeli bank yang tidak dibayar.
2. Tidak dipenuhi kewajiban, dimana bank yang terlibat didalamnya dapat
melalui pihak lain.
3. Penyelesaian dengan nilai tukar,suku bunga, produk deverative.
NPL mempunyai pengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat
terjadi apabila NPL meningkat, maka terjadi peningkatan kredit bermasalah
dengan persentase yang lebih besar daripada persentase peningkatan total kredit
yang dimiliki bank. Ini menunjukkan ketidakmampuan nasabah dalam
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai dengan
jangka waktu sehingga menyebabkan risiko kredit meningkat. Pada sisi lain NPL
berpengaruh negatif terhadap CAR. Hal ini dapat terjadi apabila NPL mengalami
lebih tinggi dari persentase peningkatan total kredit yang dimiliki oleh bank.
Akibatnya pendapatan bank menurun, laba menurun, modal bank juga menurun
dan menyebabkan CAR juga mengalami penurunan. Pengaruh risiko kredit
terhadap CAR adalah negatif karena jika NPL meningkat maka risiko kredit
meningkat dan CAR mengalami penurunan. Dengan demikian pengaruh antara
risiko kredit terhadap CAR adalah negatif.
APB memiliki pengaruh positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat
terjadi karena apabila APB meningkat, berarti telah terjadi peningkatan aktiva
produktif bermasalah dengan persentase yang lebih besar dibanding persentase
peningkatan aktiva produktif. Akibatnya risiko kredit yang dihadapi bank
meningkat. Pada sisi lain, Pengaruh APB terhadap CAR adalah negatif. Hal ini
dapat terjadi karena apabila APB mengalami peningkatan, berarti telah terjadi
peningkatan aktiva produktif bermasalah dengan persentase yang lebih besar
dibanding dengan persentase kenaikan aktiva produktif. Akibatnya, terjadi
kenaikan biaya pencadangan yang lebih besar dibanding peningkatan
pendapatan. Sehingga laba bank menurun, modal bank menurun, dan
menyebabkan CAR mengalami penurunan. Dengan demikian pengaruh risiko
kredit yang di ukur dengan APB adalah negatif terhadap CAR, karena dengan
meningkatnya APB menyebabkan risiko kredit meningkat namun CAR menurun.
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi deveratif akibat perubahan secara keseluruhan
dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option (PBI
Risiko pasar yang dihadapi oleh bank dapat diukur dengan menggunakan Interest
Rate Risk (IRR) dan Posisi Devisa Netto (PDN).
Pengaruh risiko pasar terhadap CAR bisa negatif atau positif. Ini
terjadi apabila IRR meningkat maka terjadi peningkatan interest rate sensitivity
asset (IRSA) dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan
interest rate sensitivity liabilities (IRSL). Jika suku bunga naik maka kenaikan
pendapatan bunga lebih besar dibandingkan kenaikan biaya bunga, maka laba
bank akan meningkat, modal bank akan meningkat dan CAR juga akan ikut
meningkat, maka risiko pasar yang dihadapi oleh bank akan menurun. Jadi
hubungan CAR dengan risiko pasar negatif begitu juga sebaliknya.
Pengaruh PDN terhadap risiko pasar dapat negatif atau positif. Hal ini
dapat terjadi apabila PDN naik maka kenaikan aktiva valas dengan persentase
lebih besar daripada persentase kenaikan pasiva valas. Jika pada saat itu nilai
tukar cenderung mengalami peningkatan maka kenaikan pendapatan valas dengan
persentase akan lebih besar daripada persentase kenaikan biaya valas yang berarti
risiko nilai tukar menurun. Jadi pengaruh PDN terhadap risiko pasar negatif.
Sebaliknya apabila nilai tukar mengalami penurunan maka akan terjadi penurunan
pendapatan valas dengan persentase lebih besar daripada persentase penurunan
biaya valas yang berarti risiko nilai tukar yang dihadapi oleh bank meningkat jadi
pengaruh PDN terhadap risiko pasar adalah positif. PDN apabila dihubungkan
dengan CAR pengaruhnya juga bisa positif atau negatif. Hal ini dapat terjadi
apabila PDN meningkat maka kenaikan aktiva valas dengan persentase lebih besar
mengalami peningkatan maka kenaikan pendapatan valas dengan persentase akan
lebih besar daripada persentase kenaikan biaya valas sehingga laba bank
meningkat, modal bank meningkat dan CAR juga meningkat. Jadi pengaruh PDN
terhadap CAR adalah positif. Sebaliknya apabila nilai tukar mengalami penurunan
pendapatan valas dengan persentase lebih besar daripada persentase penurunan
biaya valas sehingga laba menurun, modal bank menurun dan CAR menurun jadi
pengaruh PDN terhadap CAR adalah negatif. Dengan demikian pengaruh risiko
nilai tukar terhadap CAR dapat positif dan dapat juga negatif.
Risiko Operasional merujuk pada kesepakatan basel II secara spesifik
mendefinisikan rasio operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank (PBI No.
14/18/PBI/2012). Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko ini adalah Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Fee Based Income Ratio
(FBIR).
Pengaruh FBIR terhadap risiko operasional adalah negatif. Hal ini
dapat terjadi karena dengan meningkatnya FBIR berarti peningkatan pendapatan
operasional selain bunga dengan persentase lebih besar daripada persentase
peningkatan pendapatan operasional yang berarti risiko operasional menurun.
Pada sisi lain pengaruh FBIR terhadap CAR adalah positif karena dengan
meningkatnya FBIR berarti peningkatan pendapatan operasional selain bunga
dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan pendapatan
juga meningkat. Dengan demikian pengaruh risiko operasional terhadap CAR
adalah negatif.
Pengaruh BOPO terhadap risiko operasional adalah positif. Hal ini
dapat terjadi karena dengan meningkatnya BOPO berarti peningkatan biaya
operasional dengan persentase lebih besar daripada persentase peningkatan
pendapatan operasional yang berarti risiko operasional menigkat. Di sisi lain,
pengaruh BOPO terhadap CAR adalah negatif karena dengan meningkatnya
BOPO berarti peningkatan biaya operasional dengan persentase lebih besar
daripada persentase peningkatan pendapatan operasional. Akibatnya laba bank
menurun, modal bank menurun dan CAR juga akan mengalami penurunan.
Pengaruh risiko operasional terhadap CAR adalah negatif karena kenaikan pada
biaya operasional dengan prosentase lebih besar dibandingkan dengan persentase
kenaikan pendapatan operasional mengakibatkan laba bank menurun dan CAR
menurun tetapi risiko operasional meingkat. Jadi pengaruh risiko operasional
terhadap CAR adalah negatif.
Dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka
perlu dilakukan penelitian ini dengan judul "PENGARUH RISIKO USAHA
TERHADAP CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) PADA BANK UMUM
SWASTA NASIONAL DEVISA GO PUBLIC"
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
1. Apakah LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR, BOPO secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank-Bank Umum
Swasta Nasional Devisa Go Public ?
2. Apakah LDR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
3. Apakah IPR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
4. Apakah NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
5. Apakah APB secara parsial mempunyai pengarh negatif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public?
6. Apakah IRR secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
7. Apakah PDN secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
8. Apakah FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
9. Apakah BOPO secara Parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
terhadap CAR pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public ?
10.Variabel apakah diantara LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR dan BOPO
yang memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank-bank Umum
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui signifikansi pengaruh dari rasio LDR, IPR, NPL, APB, IRR,
PDN, FBIR dan BOPO secara bersama-sama terhadap CAR pada Bank-bank
Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
2. Mengetahui signifikansi pengaruh positif LDR secara parsial terhadap CAR
pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
3. Mengetahui signifikansi pengaruh positif IPR secara parsial terhadap CAR
Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
4. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif NPL secara parsial terhadap CAR
pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
5. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif APB secara parsial terhadap CAR
pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
6. Mengetahui signifikansi pengaruh IRR secara parsial terhadap CAR pada
Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
7. Mengetahui signifikansi pengaruh PDN secara parsial terhadap CAR pada
Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
8. Mengetahui signifikansi pengaruh positif FBIR secara parsial terhadap CAR
pada Bank-bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public.
9. Mengetahu signifikansi pengaruh negatif BOPO secara parsial terhadap CAR
10.Mengetahui variabel diantara LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, FBIR dan
BOPO yang memiliki pengaruh dominan terhadap CAR pada Bank-bank
Umum Swasta Nasional Devisa Go public.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Bank-Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai saran, evaluasi dan
menjadi pertimbangan untuk pihak manajemen bank dalam pengambilan
keputusan maupun menetapkan strategi yang efektif guna memperoleh kondisi
bank yang sehat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
2. Bagi Penulis :
Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang dunia perbankan dan kinerja
suatu bank selama periode tertentu dan dapat menerapkan teori yang sudah
didapat atau dipelajari dalam penelitian ini.
3. Bagi STIE Perbanas Surabaya :
Dapat menambah referensi perpustakaan STIE Perbanas Surabaya, Khususnya
tentang pengaruh risiko usaha bank terhadap Capital Aqequacy Ratio (CAR)
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public dan sebagai
pembanding bagi semua mahasiswa yang akan mengambil judul dan tema
yang sama untuk bahan penelitian dan menambah wawasan mahasiswa
1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan Skripsi ini, dibagi dalam beberapa bab secara berurutan.
Masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang disusun secara sistematis, yaitu
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang dimulai dari
Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Pustaka, Penelitian
Terdahulu dan Landasan Teori yang melandasi penelitian. Selain itu,
dipaparkan tentang Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai Rancangan Penelitian, Batasan
Penelitian, Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Pengukuran
Variabel, Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel, Data dan
Metode Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data yang digunakan.
BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini dijelaskan tentang Gambaran Subyek Penelitian dan
Analisis Data.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskan tentang Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian,