• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 5 akuntansi pensiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelompok 5 akuntansi pensiun"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

Akuntansi Pension dan Imbalan Pasca Kerja

Disusun Oleh :

Sony Setiadi (1603501006)

Fera Yunita (1603501031)

Muchtar Ali Habibulloh (1603501037) Pujihastuti Dwi Julianti (1603501049) Sutrisna Djamaludin (1603501060)

Program Studi S1 Akuntansi

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, April 2018

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...1

Daftar Isi...2

BAB I...3

A. Latar Belakang...3

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...4

BAB II...5

A. Jenis Imbalan Kerja...5

1. Imbalan Kerja...5

B. Akuntansi Pensiun...8

1. Pengertian...8

2. Jenis-Jenis Pensiun...9

3. Program Pensiun...9

2. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Program Pensiun...21

3. Metode Pembiayaan Program Pensiun...22

4. Akuntansi Untuk Pensiun...23

5. Pendekatan Akuntansi dalam Pensiun...24

6. Komponen Biaya Pensiun...25

C. Penyajian Informasi Dalam Laporan Keuangan...30

BAB III...33

A. Kesimpulan...33

B. Saran...33

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pada era ini, pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Dimana bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak. Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan tidak akan berhenti meski individu tersebut sudah tidak lagi produktif bekerja. Kebutuhan yang tercukupi merupakan suatu bentuk dari kesejahteraan yang didambakan oleh setiap orang. Terutama ketika memasuki hari tua dengan tenang tanpa harus memikirkan lagi urusan pekerjaan, maka dibutuhkan suatu jaminan. Jaminan kesejahteraan adalah hal terpenting bagi setiap orang yang bekerja. Untuk itu, setiap pekerja berusaha melakukan kewajiban kerja dengan sebaik-baiknya. Namun dengan berusaha sebaik-baiknya dalam bekerja tidaklah cukup tanpa adanya penyisihan pendapatan selama masa aktif bekerja dimana harapan untuk menikmati kesejahteraan di hari tua setelah pensiun sulit untuk terwujud. Mengingat hal tersebut, saat ini dalam masyarakat telah mengenal istilah imbalan pascakerja yang sehari-hari disebut dengan “program pensiun”, “Tunjangan Hari Tua (THT)” atau “program manfaat purnakarya”. Menurut Dwi Martani (2015:289), imbalan pascakerja tidak hanya mencakup pensiun, tapi semua imbalan yang akan diterima karyawan setelah masa kerja selesai, seperti asuransi dan tunjangan kesehatan pascakerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis imbalan kerja?

2. Apa yang dimaksud akuntansi pensiun ? 3. Bagaimana penyajian akuntansi pensiun?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa saja jenis imbalana kerja

(5)

3. Mengatahui definisi akuntansi pensiun

4. Mengetahui perhitungan dari akuntansi pensiun 5. Mengetahui cara penyajian akuntansi pensiun

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Jenis Imbalan Kerja

Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di perusahaan.

Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah: Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

(6)

Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja (entitas) untuk mengakui:

 Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan

 Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

1. Imbalan Kerja

Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk pemutusan kontrak kerja.

Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja di PSAK-24 adalah sebagai berikut:

1) Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui subsidi).

2) Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia, Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.

(7)

panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain.

4) Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti bekerja (pasca kerja=setelah kerja).

Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:

1. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;

2. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat; 3. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;

4. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.

Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat imbalan kerja tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on going concern (berkelanjutan). Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK-24 adalah:

1. Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan adalah sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan (mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo nanti.

(8)

3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut, maka pada periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan imbalan pensiun ini (imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan secara langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan pasca kerja yang telah di catatkan perusahaan di laporan keuangan.

B. Akuntansi Pensiun

1. Pengertian

Dana pensiun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 adalah Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Definisi ini memberi pengertian bahwa dana pensiun merupakan suatu lembaga yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan pensiun tersebut dapat dikelola oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun.

Program Pensiun adalah perjanjian yang menetapkan bahwa pemberi kerja memberikan tunjangan kepada karyawan setelah mereka pensiun atas jasa-jasa yang mereka berikan ketika masih bekerja.

Menurut PSAK No 18, Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang berdiri sendiri dan terpisah dari Pemberi Kerja, yang berfungsi untuk mengeloladan menjalankan program pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

(9)

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun.

2. Jenis-Jenis Pensiun

Proses pelaksanaan pensiun dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Para penerima pensiun dapat memilih salah satu dari berbagai alternatif jenis pensiun yang adas esuai dengan tujuan masing masing, yaitu:

a. Pensiun normal

Pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai masa pensiun seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.

b. Pensiun dipercepat

Ketentuan yang mengizinkan peserta pensiun untuk mempercepat pensiunnya karena suatu hal. Salah satu persyaratan untuk mengajukan pensiun dipercepat adalah mendapatkan pesetujuan dari pemberi kerja.

c. Pensiun ditunda

Ketentuan yang memperkenankan karywannya yang secara mental dan fisik masih sehat untuk tetap bekerja melampaui usia pensiun normal dengan ketentuan pembayaran pensiun dimulai pada tanggal pensiun normal meskipun karyawan yang bersangkutan tetap meneruskan bekerja dan tetap memperoleh gaji dari perusahaan. d. Pensiun cacat

Pensiun yang diberikan bukan karena usia akan tetapi lebih disebabkan karena karyawan yang bersangkutan mengalami kecelakaan atau cacat sehingga dianggap tidak mampu atau tidak cakap lagi dalam bekerja. Pembayaran pensiun dihitung seolah olah sampai usia pensiun normal dan penghasilan dasar pensiun ditentukan pada saat yang bersangkutan dinyatakan cacat.

3. Program Pensiun

Terdapat dua jenis perjanjian program pensiun yang umumnya digunakan, yaitu:

(10)

Defined benefit menetapkan pembayaran pensiun yang akan diterima karyawan pada saat telah tidak bekerja. Formula yang biasanya digunakan untuk menentukan pembayaran adalah fungsi dari tingkat gaji karyawan dan masa kerja karyawan. Dalam program ini yang diperlukan adalah menentukan berapa kontribusi yang harus dilakukan pada masa sekarang untuk memenuhi komitmen pembayaran pensiun dimasa yang akan datang pada karyawan sudah tidak bekerja.

Akuntansi untuk defined benefit sangat kompleks, karena jumlah pembayaran pensiun ditentukan berdasarkan variable-variabel dimasa yang akan datang yang tidak pasti. Perlu dirumuskan pola pendanaan yang baik untuk menjamin tersedianya dana yang cukup sehingga dapat membayar pensiun yang telah dijanjikan pada waktunya. Tingkat pendanaan ini tergantung pada sejumlah faktor, misalnya tingkat turnover, mortalitas, masa kerja karyawan, tingkat gaji, dan tingkat bunga. Besar iuran adalah perkiraan kebutuhan dana yang harus disisihkan sekarang untuk merealisasikan pembayaran manfaat pensiun.

Dalam PPMP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja, faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun.

Rumus Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit):

a. Rumus Sekaligus MP = FPd x MK x PDP Keterangan:

MP = Manfaat Pensiun

FPd = Faktor Penghargaan dalam decimal MK = Masa Kerja

PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat pensiun tidak boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.

(11)

MP = FPe x MK x PDP Keterangan:

MP = Manfaat Pensiun

FPe = Faktor Penghargaan dalam persen MK = Masa Kerja

PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir

Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat pensiun tidak boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.

PPMP membutuhkan bantuan aktuaris secara periodik untuk menentukan besarnya nilai kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuarial yang digunakan dan merekomendasikan tingkat iuran yang seharusnya.

Dalam laporan keuangan dana pensiun yang menyelenggarakan PPMP, perlu diungkapkan penjelasan yang memadai mengenai sumber perhitungan kewajiban aktuaria seperti metode penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris dan tanggal laporan aktuaris yang terakhir. Frekuensi penilaian aktuarial.

Dana pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan dana pensiun harus disebutkan tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang bersangkutan.

Kasus Akuntansi Dana Pensiun PPMP

Pada 1 Januari 2002 PT Sportif, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi perlengkapan olahraga, mendirikan sebuah dana pensiun dengan nama Dana Pensiun PT Sportif yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti. Berikut hasil perhitungan aktuaris pertanggal pendirian:

Kekayaan untuk pendanaan Rp

0,- Kewajiban aktuaria Rp

1.200.000.000,- Kewajiban aktuaria 31/12/03 Rp 1.500.000.000,- (Nilai proyeksi)

 Iuran Normal Pemberi Kerja Rp 120.000.000,- per tahun

(12)

 Iuran Tambahan Rp 120.000.000,- per tahun

Transaksi yang terjadi selama tahun 2002 adalah sebagai berikut :

Iuran normal diterima adalah sebesar Rp 200 jt, masing-masing Rp 120 jt dari pemberi kerja dan sisanya berasal dari peserta. Jumlah iuran tambahan yang dibayar oleh pemberi kerja adalah sebesar Rp 100.000.000,-.

Pada tanggal 30 Juni, pengurus membeli aktiva operasional berupa komputer seharga Rp10.000.000,- dan peralatan kantor lainnya Rp 5.000.000,-. Oleh kebijakan manajemen kedua jenis aset tersebut disusutkan selama 5 tahun tanpa nilai sisa dengan metode garis lurus. Untuk meningkatkan nilai aset Dana Pensiun, pengurus pada tanggal 1 Juli melakukan penanaman investasi sebagai berikut:

o Deposito berjangka waktu satu tahun (ARO Nominal) dalam mata uang dollar USA senilai $10.000,-. dengan tingkat bunga sebesar 4% per tahun. Kurs pada saat penempatan adalah US $ 1 = Rp

9.300,-o Saham PT A (tercatat di bursa efek) dengan harga Rp

20.000.000,-o Obligasi PT B senilai Rp 20.000.000,- dengan tingkat kupon 8% per tahun dengan biaya perolehan sebesar Rp 18.000.000,-. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2008. Dana Pensiun berniat untuk memegangnya sampai jatuh tempo.

o Obligasi PT X senilai Rp 10.000.000,- dengan tingkat kupon 9% per tahun dengan biaya perolehan sebesar Rp 8.000.000,-. Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2006. Dana Pensiun berniat untuk segera menjual obligasi tersebut apabila harga pasarnya telah menguntungkan

o Melakukan penempatan langsung pada PT Gurita yang baru didirikan pada tanggal 1 Januari 2001 dengan biaya Rp 50.000.000,- dengan jumlah kepemilikan 20%. Nilai wajar aset perusahaan pada tanggal tersebut adalah Rp 200.000.000,-. Goodwill diamortisasi selama 5 tahun.

o Pada akhir tahun 2002, PT Gurita mengumumkan laba bersih sebesar Rp 60.000.000,-dan membagikan dividen sebesar Rp

30.000.000,-o Selain di PT Gurita, Dana Pensiun juga melakukan penempatan langsung pada PT Global senilai Rp 40.000.000,-. Nilai kepemilikan yang diperoleh adalah 15%

o Pada akhir tahun, Dana Pensiun menerima dividen dari PT Global sebesar Rp 5.000.000,-o Pada tanggal 25 Agustus Dana pensiun membeli sebidang tanah seharga Rp 40.000.000,-.

Dana pensiun baru membayar sebesar Rp 30.000.000,- atas investasi tersebut

(13)

3.000.000,-o Atas penempatan langsung di PT Gurita, pengurus menggunakan pencatatan metode ekuitas karena dianggap lebih murah dan dianggap akan memberikan nilai yang lebih wajar sehubungan dengan kegiatan usaha PT Gurita selaku supplier dengan turn over persediaan yang cukup tinggi. Sedangkan di PT Global digunakan nilai appraisal

o Kurs US $ pada pada tanggal neraca adalah US $ 1 = Rp 9.500,-o Bunga obligasi dibayarkan satu tahun sekali setiap tanggal 1 Januari o Berikut daftar nilai wajar investasi per 31 Desember 2002

Saham PT A Rp 18.000.000,-Penempatan langsung PT Global Rp 35.000.000,-Obligasi PT B Rp 19.000.000,-Obligasi PT X Rp 11.000.000,-Tanah Rp

45.000.000,-Buatlah jurnal terkait dengan transaksi-transaksi di atas

(14)
(15)

SPI Penempatan PT Gurita

2) Program Pensiun Iuran Pasti (defined contribution)

(16)

Jumlah yang akhirnya diterima oleh karyawan sebagai pensiun tergantung kepada jumlah yang mula-mula dikontribusikan ke badan pensiun dan laba yang diperoleh oleh dana pensiun. Jumlah yang dikontribusikan biasanya diserahkan kepada pihak ketiga ( Badan Perwalian) yang bertindak atas kepentingan karyawan. Badan tersebut memiliki aktiva dari kontribusi dan bertanggungjawab mengadakan aktivitas investasi dan distribusi (pembayaran) kepada karyawan. Badan tersebut terpisah dari perusahaan dan bertindak sebagai wali karyawan.

Akuntansi untuk defined contribution sangat mudah, dengan program jenis ini laba yang diperoleh atau kerugian yang diderita dari aktivitas investasi aktiva yang dikontribusikan kedalam program tersebut menjadi tanggungan karyawan. Perusahaan hanya bertanggungjawab untuk mengadakan kontribusi setiap tahun berdasarkan peraturan dana pensiun.Oleh karena itu, biaya pensiun perusahaan setiap tahun adalah sejumlah yang wajib dikontribusikan ke badan pensiun. Utang akan dilaporkan dalam neraca perusahaan apabila perusahaan telah melakukan kontribusi dalam jumlah yang tidak penuh dan aktiva akan dilaporkan apabila perusahaan telah melakukan kontribusi melebihi yang seharusnya.

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Bantuan aktuaris biasanya tidak diperlukan, meskipun nasehat aktuaris kadang-kadang digunakan untuk memperkirakan manfaat pensiun yang akan diterima peserta pada saat pensiun, berdasarkan jumlah iuran saat ini dan dimasa datang serta estimasi hasil investasi dana pensiun.

Rumus Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contributiont):

a. Rumus Sekaligus IP = 3 x FPd x PDP Keterangan:

IP = Iuran Pensiun

(17)

b. Rumus Bulanan IP = 3 x FPe x PDP Keterangan:

IP = Iuran Pensiun

FPe = Faktor Penghargaan Per Tahun dalam persen PDP = Penghasilan Dasar Pensiun Per Tahun

Tujuan dari pelaporan dana pensiun yang menyelenggarakan PPIP adalah untuk menyediakan informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program pensiun, posisi keuangan serta kinerja investasinya.

Kasus Akuntansi Dana Pensiun PPIP

Pada 1 Januari 2002 PT Sportif, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi perlengkapan olahraga, mendirikan sebuah dana pensiun dengan nama Dana Pensiun PT Sportif yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti. Berdasarkan Peraturan Dana Pensiun ditetapkan sebagai berikut:

o Iuran Normal Pemberi Kerja : 8% PhDP o Iuran Normal Peserta : 2% PhDP

Transaksi yang terjadi selama tahun 2002 adalah sebagai berikut :

o Iuran normal diterima adalah sebesar Rp 90 jt, masing-masing Rp 70 jt dari pemberi kerja dan sisanya berasal dari peserta.

o Pada tanggal 30 Juni, pengurus membeli aktiva operasional berupa komputer seharga Rp 8.000.000,- dan peralatan kantor lainnya Rp 4.000.000,-. Oleh kebijakan manajemen kedua jenis aset tersebut disusutkan selama 5 tahuntanpa nilai sisa dengan metode garis lurus.

o Untuk meningkatkan nilai aset Dana Pensiun, pengurus pada tanggal 1 Juli melakukan penanaman investasi sebagai berikut:

o Deposito berjangka waktu satu tahun (ARO Nominal) senilaiUS$ 4.000,-. dengan tingkat bunga sebesar 8% per tahun. Kurspada saat penempatan adalah US$ 1 = Rp

9.000,-o Saham PT A (tercatat di bursa efek) dengan harga

(18)

o Obligasi PT X senilai Rp 10.000.000,- dengan tingkat kupon 9%per tahun dengan biaya perolehan sebesar Rp 8.000.000,-.Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2006. DanaPensiun berniat untuk segera menjual obligasi tersebut apabilaharga pasarnya telah menguntungkan

o Melakukan penempatan langsung pada PT Gurita yang barudidirikan pada tanggal 1 Januari 2003 dengan biaya Rp20.000.000,- dengan jumlah kepemilikan 20%. Nilai wajar asetperusahaan pada tanggal tersebut adalah Rp 80.000.000,-.Goodwill diamortisasi selama 5 tahun

o Pada akhir tahun 2002, PT Gurita mengumumkan laba bersihsebesar Rp 30.000.000,- dan membagikan deviden sebesar

Rp10.000.000,-o Selain di PT Gurita, Dana Pensiun juga melakukan penempatanlangsung pada PT Global senilai Rp 20.000.000,-. Nilai kepemilikanyang diperoleh adalah 15%

o Pada akhir tahun, Dana Pensiun menerima deviden dari PTGlobal sebesar Rp

2.000.000,-o Pada tanggal 25 Agustus Dana pensiun membeli sebidang tanah seharga Rp 20.000.000,-. Dana pensiun baru membayar sebesar Rp 12.000.000,- atas investasi tersebut

o Beban operasional (Gaji Pengurus & Dewan Pengawas) selama tahun 2002adalah sebesar Rp 2.000.000, o Atas penempatan langsung di PT Gurita, pengurus menggunakan pencatatan metode ekuitas karena

dianggap lebih mudah dan murah. Sedangkan di PT Global digunakan nilai appraisal o Jumlah PhDP tahun 2002 adalah sebesar Rp

1.000.000.000,-o Kurs US $ pada pada tanggal neraca adalah US $ 1 = Rp 9.500,-o Bunga obligasi dibayarkan satu tahun sekali setiap tanggal 1 Januari o Berikut daftar nilai wajar investasi per 31 Desember 2002:

 Saham PT A Rp 9.000.000,- Penempatan langsung PT Global Rp 18.000.000,- Obligasi PT B Rp 21.000.000,- Obligasi PT X Rp 11.000.000,- Tanah Rp

21.000.000.-Dana Pensiun PT Sportif Jurnal Umum Tahun 2002

Account Debit Kredit

Piutang Iuran Normal PK Piutang Iuran Peserta Iuran Normal PK

Iuran Normal Peserta

80.000.000,-

(19)
(20)

Pend belum terealisasi

SPI Saham Penemp PT Global

3.000.000,-2. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Program Pensiun

(21)

3. Met ode

Pembiayaan Program Pensiun

Penghimpunan dana dilakukan dilakukan agar dapat dipakai untuk pembayaran manfaat pada masa yang akan datang. System pendanaan dibedakan dalam:

a. Metode Pay As You Go. Dimana pemberi kerja hanya membiayai manfaat pensiun seorang karyawan atau peserta begitu diperlukan diluar gaji terakhir. Ciri-cirinya adalah:

 Tidak ada ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun Metode Sistem Pendanaan

 Manfaat tidak ditetapkan dan belum dijanjikan

 Pensiun merupakan bagian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha

b. Metode funding system. Sistem Pendanaan. Penghimpunan dana dilakukan agar dapat dipakai untuk pembayaran manfaat pada masa yang akan datang. System pendanaan dibedakan dalam: Single Premium Funding. Dimana biaya setiap peserta program untuk suatu tahun tertentu ditentukan dengan factor anuitas untuk menetapkan nilai sekarang dari pensiun tahunan peserta setelah memperhitungkan masa kerja. Pembayaran pensiun untuk satu tahun tertentu merupakan satu unit manfaat yang besarnya sebagai berikut:

1) 2% dari gaji tahun tersebut 2) 2% dari gaji rata-rata terakhir 3) sebesar 30 ribu per bulan

Program Pensiun Manfaat Pasti

2. Lebih memberikan kepastian kepada peserta

1. Beban pensiun mudah berfluktuasi 2. Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak

mudah ditentukan

1. Besar manfaat pensiun tidak mudah ditentukan

(22)

Level Premium Funding. Adalah metode yang dirancang untuk menghindari kenaikan biaya pensiun yang terjadi pada saat usia peserta semakin bertambah dan pada saat kenaikan gaji

2. Akuntansi Untuk Pensiun

Dua masalah yang muncul dalam akuntansi untuk program pensiun adalah :

1. Berapa jumlah kewajiban pemberi kerja dan berapa jumlah kewajiban pensiun yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan.

2. Berapa beban / biaya pensiun untuk periode tertentu.

Kewajiban pensiun (pension obligation) pemberi kerja adalah kewajiban kompensasi yang ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa mereka menurut persyaratan dalam program pensiun.

Jenis jenis ukuran kewajiban pensiun :

1. Berdasarkan pada tunjangan yang dijamin sepenuhnya kepada para karyawan. Tunjangan terjamin (vested benefit) adalah tunjangan yang berhak diterima karyawan sekalipun karyawan tersebut tidak memberikan jasa tambahan dalam program.Sebagian besar program pensiun mensyaratkan seorang karyawan harus memiliki masa kerja minimum sebelum mencapai status tunjangan terjamin. Ukuran ini disebut Kewajiban tunjangan terjamin (vested benefit obligation)

2. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan pada seluruh tahun masa kerja yang dijalani karyawan setelah mengikuti program – baik yang terjamin maupun yang tidak terjamin – dengan menggunakan tingkat gaji yang berlaku sekarang. Ukuran kewajiban ini disebut Akumulasi kewajiban tunjangan

3. Berdasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan atas masa kerja terjamin maupun tidak terjamin dengan menggunakan gaji masa depan. Ukuran kewajiban ini disebut Proyeksi kewajiban tunjangan.

(23)

Akan tetapi dimungkinkan juga untuk menggunakan akumulasi kewajiban tunjangan dalam situasi-situasi tertentu.

3. Pendekatan Akuntansi dalam Pensiun

Adapun pendekatan dalam akuntansi untuk program pensiun adalah:

1) Pendekatan Non Kapitalisasi

Terjadinya non kapitalisasi karena neraca melaporkan aktiva atau kewajiban untuk perjanjian pensiun hanya jika jumlah yang benar-benar didanai selama suatu tahun oleh pemberi kerja dengan jumlah yang dilaporkan oleh pemberi kerja sebagai beban pensiun tahun berjalan, hal ini juga sering disebut sebagai pembiayaan diluar neraca (off balance sheet financing).

2) Pendekatan Kapitalisasi

Pendekatan ini mengukur dan melaporkan aktiva dan kewajiban pensiun perusahaan kedalam laporan keuangan. KApitalisasi lebih mementingkan substansi ekonomi dari perjanjian program pensiun daripada tahun berjalan.

Peserta berkepentingan untuk mengetahui kegiatan investasi dana pensiun karena sangat menentukan manfaat pensiun yang diterima. Baik peserta maupun pemberi kerja berkepentingan untuk mengetahui apakah iuran telah dilakukan sesuai dengan peraturan dana pensiun, pengawasan atas kekayaan dana pensiun telah dilakukan secara tepat kegiatan operasional dana pensiun telah dilaksanakan secara efisien dan wajar. Sedangkan pemerintah berkepentingan untuk mengetahui apakah dana pensiun telah dikelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Tujuan tersebut lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan yang antara lain terdiri dari:

a. Penjelasan atas kegiatan penting dana pensiun selama suatu periode pelaporan dan dampak setiap perubahan peraturan dana pensiun;

b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan posisi keuangan dana pensiun pada akhir periode pelaporan; dan

(24)

pensiun kepada peserta pada saat tertentu. Tujuan ini lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan yang antara lain terdiri dari:

a. Penjelasan mengenai kegiatan penting selama suatu periode pelaporan dan dampak dari setiap perubahan peraturan dana pensiun;

b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan posisi keuangan dana pensiun pada akhir periode pelaporan;

c. Penjelasan mengenai kebijakan/arahan investasi; dan

d. Perhitungan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris yang terakhir Kewajiban aktuaria.

4. Komponen Biaya Pensiun 1) Biaya Jasa

Merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutang tunjangan pensiun (proyeksi kewajiban tunjangan) kepada karyawan atas jasa yang mereka berikan selama tahun berjalan. Aktuaris menghitung biaya jasa (service cost) sebagai nilai sekarang tunjangan baru yang diperoleh karyawan selama tahun berjalan.

2) Bunga atas kewajiban

Pensiun dicatat atas dasar setelah didiskontokan karena terdapat faktor nilai waktu dari uang.

3) Pengembalian Aktual atas Aktiva Program

Merupakan kenaikan dana pensiun yang berasal dari bunga, deviden, serta perubahan yang telah direalisasi dan yang belum direalisasi dalam nilai pasar wajar aktiva program. Pengembalian aktual dihitung dengan menyesuaikan perubahan aktiva program untuk menentukan pengaruh kontribusi selama tahun berjalan dan tunjangan yang dibayarkan selama tahun itu.

Saldo Akhir Aktiva Program xxx Saldo Awal Aktiva Program xxx

-Kenaikan nilai wajar aktiva program xxx Kontribusi xxx

(25)

-Pengembalian Aktual xxx

(Jika pengembalian aktual bernilai positif selama periode berjalan, maka jumlah itu dikurangkan dalam perhitungan beban pensiun. Tetapi jika bernilai negatif, maka jumlah tersebut ditambahkan dalam perhitungan beban pensiun)

4) Amortisasi Biaya Jasa Sebelumnya yang belum diakui

Yaitu penghargaan yang diberikan kepada para karyawan perusahaan atas tahun-tahun masa kerja yang telah dijalani sebelum tanggal inisiasi / dimulainya program pensiun tunjangan pasti. Biaya jasa sebelumnya (PSC – Prior Service Cost) ini harus diamortisasi karena tunjangan yang berlaku surut (retroaktif) tidak boleh diakui sebagai beban pensiun seluruhnya pada tahun amandemen (tahun dimulainya program pensiun tersebut), tetapi harus diakui selama periode masa kerja karyawan yang diperkirakan akan menerima tunjangan menurut program.

Metode amortisasi yang biasa dipakai adalah metode jumlah tahun masa kerja, tetapi diperbolehkan juga metode alternatif yaitu dengan metode garis lurus sepajang sisa masa kerja rata-rata para karyawan.

Contoh Soal

Nafayya, Co memulai program pensiun tunjangan pasti pada tanggal 1 Januari 2009 yang mencakup 170 karyawan. Dalam negosiasinya denga para karyawan, Nafayya, Co memberikan $ 80.000 biaya jasa sebelumnya kepada para karyawannya. Para karyawan dikelompokkan menurut perkiraan tahun pensiun sbb :

Perkiraan pensiun per 31 Des

Kelompok Jumlah karyawan

2010 A 40

2011 B 20

2012 C 40

2013 D 50

2014 E 20

JUMLAH 170

Informasi yang berhubungan dengan program pensiun untuk tahun 2010 adalah sbb :

 Saldo 31 Desember 2009 :

o Biaya dibayar dimuka $ 1.000

(26)

 Biaya jasa tahunan $ 9.500

 Suku bunga penyelesaian 10%

 Pengembalian aktual atas aktiva program $ 11.100

 Kontribusi (pendanaan) tahunan $ 20.000

 Tunjangan yang dibayarkan kepada para pensiunan selama tahun berjalan $ 8.000

Diminta :

1. Hitung Amortisasi biaya jasa sebelumnya per tahun dengan menggunakan metode amortisasi jumlah tahun masa kerja.

2. Buat lembar kerja dan jurnal untuk tahun 2010

JAWAB :

1. Perhitungan tahun masa kerja dan amortisasi tahunan

TAHUN A B C D E TOTAL

2. Lembar kerja dan jurnal tahun 2010

AYAT JURNAL UMUM CATATAN MEMO

(27)

sblmnya (D)

Jurnal untuk mencatat biaya pensiun tahun 2010 Biaya Pensiun 44.800

Kas 20.000 Biaya Pensiun Dibayar Dimuka 24.800

5) Keuntungan atau kerugian

Volatilitas beban pensiun dapat disebabkan oleh perubahan mendadak dan besar dalam nilai pasar aktiva program.

Kewajiban Aktuaria

(28)

penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris, dan tanggal laporan aktuaris yang terakhir.

Frek uensi Penilaian Aktuarial

Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan Dana Pensiun harus disebutkan tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang bersangkutan.

Laporan Keuangan Dana Pensiun

Laporan keuangan Dana Pensiun terdiri atas laporan aset bersih, laporan perubahan aset bersih, neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Khusus untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, laporan mengenai kewajiban akturia dan perubahannya perlu disusun sebagai lampiran laporan keuangan. Sebagai informasi tambahan atas laporan keuangan perlu disajikan antara lain portofolio investasi, rincian biaya yang merupakan beban Dana Pensiun selama satu periode sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja), atau rincian biaya yang dapat dipungut dari Peserta atau dibebankan pada rekening Peserta selama satu perIode sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan).

Penilaian Aktiva Dana Pensiun

Aset Dana Pensiun dinilai sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, namun mengingat tujuan Dana Pensiun dan kekhususan informasi yang diperlukan, maka dalam neraca, untuk aset tertentu disamping nilai historis, perlu ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi.

(29)

membayar manfaat pensiun, dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya dengan asumsi tingkat pengembalian yang tetap. Jika suatu investasi tidak memiliki nilai wajar, maka perlu diungkapkan alasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan. Asetoperasional dinilai berdasarkan nilai buku.

C. Penyajian Informasi Dalam Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Dana Pensiun perlu mengungkapkan informasi relevan antara lain sebagai berikut:

a) Laporan Aset Bersih

 Nilai aset pada akhir periode dengan klasifikasi yang tepat

 Dasar penilaian aset

 Investasi sesuai dengan rincian jumlah investasi menurut jenis

 Kewajiban selain daripada kewajiban aktuaria b) Laporan Perubahan Aset Bersih

 Biaya jasa kini (iuran normal) yang jatuh tempo, baik yang berasal dari pemberi kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta

 Biaya jasa lalu (iuran tambahan) yang jatuh tempo

 Hasil investasi, antara lain bunga, dividen, dan sewa

 Pendapatan lain-lain

 Manfaat yang sudah dibayarkan dan yang masih terutang, dirinci untuk peserta yang pensiun, meninggal, atau cacat, juga untuk pembayaran manfaat secara sekaligus

 Beban administrasi

 Beban investasi

 Beban lain-lain

 Pajak penghasilan

 Keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi dan penurunan atau kenaikan nilai investasi

 Pengalihan dana ke dan dari Dana Pensiun lain c) Neraca

 Posisi keuangan Dana Pensiun

 Nilai historis (khusus untuk investasi ditentukan juga nilai wajarnya) d) Perhitungan Hasil Usaha

 Pendapatan dan beban investasi

 Beban administrasi

(30)

Laporan arus kas disajikan sesuai dengan sifat kegiatan usaha Dana Pensiun selama periode pelaporan

f) Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan Dana Pensiun

Laporan keuangan Dana Pensiun, baik yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) maupun Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), mencakup:

a) Laporan Aset Bersih

Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jumlah aset bersih yang tersedia untuk membayar manfaat pensiun kepada peserta pada tanggal laporan. Total seluruh aset Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu (past service) yang belum jatuh tempo, dikurangi seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria, menunjukan jumlah aset bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun pada tanggal laporan.

b) Laporan Perubahan Aset Bersih

Laporan ini berisi informasi tentang perubahan atas jumlah aset bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun, serta menguraikan penyebab perubahan tersebut yang terperinci atas penambahan dan/atau pengurangan yang terjadi selam satu periode tertentu.

c) Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, dan Laporan Arus Kas

Neraca, laporan hasil usaha, dan laporan arus kas disusun berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Pelaporan Laporan Keuangan yang berazas utama biaya historis. Khusus untuk investasi, ditentukan juga nilai wajanya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi.

Selisih Penilaian Investasi bukan merupakan unsur hasil usaha, tetapi akan mengoreksi nilai historis mnjadi nilai wajar. Untuk penyusunan laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, penentuan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris terakhir. Dalam Neraca, selisih antara nilai kewajiban aktuaria dan aset bersih disajikan sebagai Selisih Kewajiban Aktuaria. Dalam neraca Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, piutang kepada pemberi kerja sehubungan dengan jasa masa lalu karyawan diakui sebesar jumlah yang telah jatuh tempo pada tanggal laporan.

d) Penilaian Aset Dana Pensiun

Untuk tujuan penyusunan laporan aset bersih dan laporan perubahan aset bersih,aset dinilai sebagai berikut :

 Uang tunai, rekening giro, dan deposito di bank dinilai menurut nilai nominal

(31)

 Surat berharga berupa saham dan obligasi yang diperjual-belikan di bursa efek, dinilai menurut nilai pasar yang wajar pada tanggal laporan

 Penjelasan mengenai kebijakan pendanaan

 Rincian portofolio investasi

 Perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, serta nama dan tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dana pensiun adalah hak seseoarng untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan ini biasanya berupa uang yang dapat diambil setiap bulannya atau diambil sekaligus pada saat seseorang memasuki masa pensiun, hal ini tergantung dari kebijakan yang terdapat dalam suatu perusahaan.

Dana pensiun dan imbalan pascakerja lainnya merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut dimungkinkan dapat menyelesaikan masalah-masalah karyawan yang timbul seiring risiko didalam dunia pekerjaan. Risiko-risiko tersebut antara lain, risiko kehilangan pekerjaan, usia yang kurang produktif (lanjut usia), kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan fisik atau bahkan

meninggal dunia.

B. Saran

1. Perusahaan hendaknya memberikan sebuah asuransi jiwa sebagai jaminan keselamatan kerja.

2. Mengingat adanya masa akan datang dengan dana pensiun dan imbalan pascakerja lainnya agar lebih terjamin.

3. Anda harus merencanakan keuangan yang akan menunjang hidup di masa pensiun mulai sekarang.

(32)

5. Bahwa Asuransi Jiwa terhadap masyarakat sangat penting dilakukan karena akan semakin meningkatkan kesejahteraan rakyat

Daftar Pustaka

http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/

http://noormutia.blogspot.co.id/2014/05/tulisan-akuntansi-untuk-dana-pensiun.html http://eprints.perbanas.ac.id/483/2/BAB%20I.pdf

Referensi

Dokumen terkait

sesuai dengan catatan, dalam hal portofolio investasi Dana Pensiun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun beserta

Menurut Undang-Undang No.11 Tahun 1992, definisi Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana

Kebijakan investasi Dana Pensiun Uni- versitas Surabaya tertuang dalam arahan investasi yang ditetapkan oleh Yayasan Universitas Surabaya dengan berpedoman pada

Secara umum pengelolaan investasi Dana Pensiun HKBP telah dilakukan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Keputusan Menteri Keuangan, dan arahan Investasi

Dampak perubahan status peserta pensiun terhadap penerapan sistem pencatatan akuntansi dana pensiun pada PT Taspen (Persero) KCU Surabaya adalah pencatatan

Permasalahan yang dihadapi bidang investasi adalah secara umumnya investasi (portofolio Dana Pensiun) yang dilakukan masih dominan pada pasar modal dan pasar uang,

Dalam PSAK No.18, kekhususan Standar Akuntansi Keuangan dana pensiun terletak pada penentuan kewajiban manfaat pensiun, penilaian aktiva, dan isi laporan keuangan dana pensiun PT Taspen

iv TINJAUAN PELAKSANAAN INVESTASI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN DPLK BANK JABAR BANTEN CABANG UTAMA BANDUNG ABSTRAK Oleh : Ines Kinanti DPLK merupakan lembaga dana pensiun bagi