• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang Sangiran Darwin dan Dogma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tentang Sangiran Darwin dan Dogma"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Tentang Sangiran, Darwin, dan Dogma

Lidah terasa sedikit kelu saat membincangkan Sangiran dan tarik-menarik kepentingan di dalamnya. Soal-soal semacam ini terkadang sangat rentan memicu friksi. Apa pun yang bersinggungan dengan keyakinan seseorang atas dogma acapkali menimbulkan benturan.Tetapi meski bukan sesuatu yang baru, atau diistilahkan menarik, tidak salah membuka sedikit ruang renung terhadapnya. Bukan untuk membatalkan satu dan membenarkan yang lain, tapi untuk memasukkan asumsi logis lain agar keduanya bisa didamaikan dalam pemahaman.

Saya membayangkan saat itu Indonesia belum ada, bukan dalam struktur wilayah yang berdaulat. Sangiran adalah wilayah kecil yang ada di kedalaman pulau jawa. Melihat keadaan lokasinya sekarang, bisa jadi dulu Sangiran adalah tanah tak bertuan. Pithecanthropus erectus (manusia kera yang dapat berdiri) belum menemukan bentuk sebagai species yang valid ketika Eugène Dubois melakukan penggalian di Trinil tahun 1891. Di Sangiranlah ketika dengan tiba-tiba seorang paleontolog bernamaGustav Heinrich Ralph von Koenigswald, pada tahun 1936 menjawab 342 halaman laporan keraguan, yang sebelumnya menyerang Eugène Dubois. Kubah Sangiran (begitu mereka menamainya ketika itu) ternyata menyimpan banyak fosil. Sebuah lokasi terpencil yang tiba-tiba muncul ke permukaan akibat erosi dan ditemukan oleh orang yang tepat adalah sebuah misteri besar, atau bisa dikatakan sebuah keajaiban besar.

Maka didapati sebuah kesimpulan, Pithecanthropus erectus benar-benar pernah ada, meski ia juga benar-benar telah punah seluruhnya. Temuan itu tentunya menguatkan teori evolusi, yang pertama kali digelontorkan oleh Alfred Russel Wallace perihal seleksi alamnya. Teori yang justru membuat Charles Darwin lebih terkenal dari dirinya.

Sejak dulupun, bahkan sebelum lahirnya pemikir besar seperti Sokrates dan Plato, manusia telah teridentifikasi sebagai liyan. Pemikiran dan pengamatan yang dilakukan, sejauh itu sebagai upaya negasi. Manusia adalah sebuah struktur yang sangat berlainan dari seluruh entitas yang ada. Darwin dengan asumsinya, menilik kekerabatan sebagai sumber hipotesis, yang kemudian memperkuat teori evolusi. Ada yang sepakat, ada yang menolak, ada yang pura-pura menolak tapi menyepakatinya. Rumusan bahwa nenek moyang manusia adalah kera menjadi tidak terbantahkan. Satu-satunya yang menjadi oposit adalah misteri, kenapa seluruh Pithecantropus erectus itu punah? Kenapa semua manusia modern berasal dari satu induk, dari afrika sana? Dari sana kita membaca adanya kemungkina lain.

Ini memang bukan antitesis untuk membatalkan hipotesis itu, tapi bisa dijadikan penjeda dari suara bulat yang masih terus diperdebatkan, karena ketidak-lengkapan bukti selain asumsi belaka.

(2)

Maka selama itu pula ia dijadikan pegangan. Padahal seringkali, temuan baru membatalkan hipotesis sebelumnya. Tapi manusia memang tidak boleh malu mengakui kekeliruan, juga tidak boleh meyakini sebuah hipotesis sebagai kemutlakan. Atom Dalton, teori yang begitu kokoh runtuh dengan temuan struktur atom pada plutonium. Newton tak berdaya dengan fisika quantum. Sedangkan Leinan dibatalkan Darwin. Di belakang itu, manusia terus mencari penyejuk dari dahaga keingintahuannya. Tapi manusia selalu menemukan kesalahan-kesalahan atas apa yang telah diyakininya. Kesalahan-kesalahan-kesalahan yang kadang harus dibayar mahal dengan membongkar ketetapan yang ada. Itu artinya menarik kembali informasi yang telah tersebar dan diyakini manusia.

Tapi apakah hipotesis yang mengatakan manusia berasal dari kera bisa dibenarkan sebagai kebenaran mutlak?

Diakui atau tidak, hipotesis itu diajarkan di seluruh dunia sebagai sebuah kebakuan. Bahkan asumsi itu terus berkembang hingga menyentuh pada nenek moyang manusia diayakini berasal dari makhluk sejenis tikus bernama Juramaia Sinensis. Makhluk marsupial yang menjadi nenek moyang mamalia berplasenta. Asumsi logis semacam ini tentu didasarkan pada banyak penelitian termasuk pengkajian DNA untuk memperkuatnya. Meskipun, asumsi seakurat apa pun tetaplah sebuah asumsi. Ia tegak berdiri selama belum ada asumsi lebih logis yang menumbangkannya. Untuk itulah ia terus diajarkan sebagai sebuah kebenaran ilmu pengetahuan, walaupun akar yang sebenarnya hanya asumsi logis belaka.

(3)

Aristoteles dengan teliti mencatat fenomena seperti itu dan dijadikan hukum selama ribuan tahun. Sekarang, meski banyak teorinya mendapatkan sanggahan, ketelitian dan ketekunan dalam menyingkap misteri kehidupan itu patut dihormati. Darwin kurang lebih juga dalam posisi yang sama. Ia, meski telah melawan dogma, hipotesisnya soal evolusi yang mengerucut pada pemahaman nenek moyang manusia berasal dari kera adalah upaya untuk menyingkap misteri. Hipotesis itu bisa jadi dibatalkan oleh adanya temuan-temuan baru, atau ia kembali dikuatkan oleh temuan lainnya. Siapapun boleh memberikan antitesis dengan cara-cara cerdas. Selama diniatkan atas nama ilmu pengetahuan dan prinsip kebenaran, upaya yang dilakukan manusia itu adalah pembuktian dari akal budi manusia.

Saat mendatangi Sangiran dan merenungi tulang-belulang yang ada di sana, kita berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak habis. Paradoks itu adalah sebuah opsi dengan kandungan misteri besar di dalamnya. Bukan sebagai sebuah kepastian, tapi asumsi logis yang menempati ruang mungkin dalam pembenaran. Mahluk-mahluk itu memang benar-benar pernah ada, dan mereka telah punah seluruhnya. Yang menjadi pertanyaan mungkin berkaitan dengan urutan logis dari muasal kehidupan pertama hingga terwujud kehidupan modern. Meskipun soal awal kehidupan pun masih menjadi perdebatan sampai sekarang antara Biogenesis dan Abiogenesis.

Terlepas dari uraian logis mengenai asal mula manusia beserta kehidupan modernnya, kita hanya bisa memberikan jeda dalam pemahaman. Selebihnya tentu dikembalikan pada prinsip masing-masing, karena bagaimanapun itu, kita tidak bisa mengingkari bahwa kita telah ada, dan kita dengan ajaib memiliki kemampuan untuk berpikir.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Islamic Corporate Governance memiliki pengaruh positif terhadap indikasi terjadinya fraud pada Bank Umum Syariah, Shariah

Penyelenggara menyediakan 5 (lima) kamar Hotel (minimal Bintang 3 – wajib memiliki fasilitas Hot Spot/ Wi-Fi) atau Hotel terbaik pada kota penyelenggaraan pertunjukan

Kriteria-kriteria tersebut dapat digunakan sebagai kriteria pertimbangan lain untuk menilai kinerja supplier kemasan di PT Sinar Sosro Gresik, sehingga diharapkan dari

Dengan bantuan salah satu tombol fungsi Anda bisa beralih ke pengukuran kasar antena, pada tampilan yang diperluas yang menunjukkan noise offset, kualitas dan

Adapun identifikasi masalah yang ada yaitu belum ada perancangan sign system dalam pembangunan Pasar Sarijadi; banyaknya fasilitas yang ditawarkan dan luas bangunan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah, berkah, rahmat, taufik dan karunia yang tiada besar kiranya dalam hidup penulis, sehingga dengan iringan rahmat, inayah

kelom ompok pok kat kata a men menjad jadi i kal kalima imat t atau atau den dengan gan kat kata a lai lain n sin sintak taksis sis ada adalah lah su suatu