• Tidak ada hasil yang ditemukan

catatan perjalanan batik banten. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "catatan perjalanan batik banten. pdf"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BATIK BANTEN

“Beragkat dari kearifan lokal yang terbenam dalam-dalam ditengah puing-puing reruntuhan Keraton

Banten. Bak Intan terpendam, kini muncul ragam hias artefak terwengkal dalam fenomena menarik

untuk bekal karya cipta anak cucu di tanah Banten. Ragam hias benda kuna itulah yang menjadikan

inspirasi pada berbagai Artefak Terwengkal direkonstruksi pada arkeolog, telah di transformasi ke

media kain katun dan sutra yang disebut Batik Banten, sebuah rekonstruksi sejarah pesonanya kain

batik yang dapat bercerita tentang budaya Banten bermakna intelektual”

“THESE CLOTHES TELL STORIES”

Siang yang sangat terik. Setelah selesai melakukan sesi foto di studio untuk kepentingan

kelas, kami bertiga buru-buru pergi ke tempat industri Batik Banten. Anggota kelompok kami masih

kurang dua orang lagi, yang satu telat dan yang satunya lagi tidak bisa ikut karena habis kecelakaan.

Jadi kami bertiga pun duluan pergi ke tempatnya. Kami sangat buru-buru sekali karena sebelumnya

sudah membuat janji akan datang jam 1 dan ini sudah lewat. Untungnya saja tempat Batik Banten

cukup dekat dari studio tempat kami melakukan pemotretan tadi. Lokasi Batik Banten berada di

daerah Cipocok dekat dengan Kebun Kubil. Setelah panas-panasan akhirnya kami pun sampai di

Industri Batik Banten. Aku dan Mini masuk ke dalam galeri, sedangkan Ilham diluar men setting

kamera terlebih dahulu. Di dalam galeri aku bertemu dengan penjaga galeri disitu. Ternyata pemilik

Batik Banten yaitu Pak Uke sedang tidak ada disitu, penjaga itu bilang kalau Pak Uke berada di

tempat Batik Banten yang satunya lagi tak jauh dari sini. Aku memutuskan untuk mengambil gambar

di dalam galeri dulu, terdapat banyak ragam kain batik, baju, tas, sandal dan lain lain. Setelah selesai

mengambil gambar, kami pun keluar dan menunggu anggota kami datang yaitu Bara. Setelah 5 menit

ia pun datang dan kami pergi ke tempat Batik Banten yang kedua. Kami belum pernah ke tempat itu

sebelumnya, kami putuskan untuk berjalan kaki saja, dan bertanya ke Ibu penjaga warung didekat

situ sambil membeli minuman.

Setelah diberitahu kami melanjutkan berjalan kaki, kami tak menyangka ternyata cukup jauh

jaraknya, ditambah panas matahari yang terik. Tapi kami semua tetap semangat melanjutkan.

Akhirnya kami sampai di tempat Batik Banten yang kedua. Tempatnya lebih besar dari pada yang

pertama. Dari bangunan kelihatan seperti bangunan baru. Karena terlihat sepi kami pun masuk

(3)

bangunan ini sudah rapih, hanya tinggal bagian belakangnya saja yang masih di bangun. Kami pun

bertemu kuli yang berada disana bertanya dimana Pak Uke. Akhirnya kami bertemu dengan beliau.

Beliau sedang memantau pembangunan gedung bagian belakang Batik Banten. Setelah

berbincang-bincang sedikit kami semua pun masuk kedalam gedung bagian depan untuk melakukan wawancara.

Setelah men setting ruangan dan kamera, kami memulai sesi wawancaranya. Tentunya saya sebagai

pembawa acaranya melontarkan beberapa pertanyaan kepada beliau. Ilham dan Bara mengambil

gambar saya dengan beliau dan mini mencatat apa saja yang penting dalam wawancara. Saya

bertanya tentang bagaimana sejarah Batik Banten. Beliau menjawabnya dengan panjang dan rinci.

Berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas daerah

pada rancang bangun gedung-gedung pemerintah dan pemerhati lingkungan pada penataan

kota budaya Banten yang telah berjaya dimasa lalu. Ditengah masanya pengkajian

benda-benda sejarah hasil ekskavasi (penggalian) para Arkeolog, menjadikan inspirasi untuk

mencapai tujuan pembangunan kota yang berbudaya, dalam rangka mengisi dimensi kekinian

guna pra perencanaan pembangunan Anjungan Banten di TMII dan rancang bangun RUMAH

ADAT khas Banten serta merevitalisasi pada penataan bangunan sejarah di Propinsi Banten.

Dengan rekonstruksi benda purbakala mengantarkan perhatian para tokoh masyarakat,

pemerintah daerah, bersama-sama arkeolog, Juni 2002 telah mengadakan pengkajian ragam

hias selama enam bulan berhasil menemukenali ragam hias khas Banten menjadi 75 motif

berikut dikukuhkan oleh pemerintah propinsi melalui Surat Keputusan Gubernur Banten

nomor : 420/SK-RH/III/2003 tanggal 12 Maret 2003.

Tahun 1976, ketika Pusat Penelitian Arkeologi mengadakan penelitian dan ekskavasi

di Situs Keraton Surosowan yang merupakan Situs Keraton Kesultanan Banten, ditemukan

sejumlah gerabah dan keramik lokal yang berpola hias. Penelitian dan pengamatan yang

dilakukan dalam mengungkap keberadaan gerabah dan keramik memperlihatkan adanya pola

hias yang dikerjakan dengan beberapa teknik dekorasi. Teknik dekorasi yang diterapkan pada

gerabah dan keramik lokal Banten ini antara lain teknik gores, teknik pukul (tatap berukir),

teknik tekan (cap dan bukan cap), teknik cubit, dan teknik tempel (dengan cetakan dan tidak

dengan cetakan). Lalu pola hias yang ditemukan dari rekonstruksi gerabah dan keramik lokal

Banten ini berjumlah 75 pola hias yang merupakan pola hias tunggal dan pola hias gabungan

(Hasan Muarif Ambary, dalam artikel Pakaian Tradisional di Daerah Banten).

Peranan gerabah dan keramik lokal Banten ini sangatlah penting bagi masyarakat kala

(4)

kehidupan keseharian masyarakat Banten sekitar abad ke-18 dan ke-19 M. Sebagai barang

kegiatan rumah tangga dan kegiatan industri seperti pembuatan alat logam perunggu dan besi.

Dari ke-75 motif hias yang terdapat dalam temuan gerabah dan keramik hasil penelitian

arkeologis di situs Keraton Surosowan inilah, Ir. Uke Kurniawan seorang “Wong Banten”

yang perduli terhadap kebudayaan daerahnya mengangkat motif-motif tersebut menjadi motif

batik khas Banten dan “menghidupkan” kembali tradisi membatik di daerah Banten yang

telah hilang selama lebih dari 200 tahun. Selain motif dan corak Batik Banten yang

arsitektural pada ragam hias tersebut diatas, warna pada batik Banten pun berbeda dengan

batik-batik lainnya di Indonesia, warna pada Batik Banten cenderung abu-abu soft,

menunjukan, sifat dan karakter masyarakat Banten dengan berpenampilan yang selalu ingin

sederhana. Nama motif Batik Banten diambil dari nama toponim desa-desa kuna, nama gelar

bangsawan /sultan dan nama tataruang istana kerajaan Banten. Pada corakpun identik dengan

cerita sejarah yang mengandung filosofi (penuh arti) pada motifnya dengan bermakna

intelektual bagi pemakai bahan dan busana Batik Banten : These Clothes Tell Stories.

Sejak dipatenkan tahun 2003, Batik Banten telah mengalami proses panjang hingga

akhirnya diakui di seluruh Dunia. Batik banten memiliki 75 motif, 12 motif pertama yang

sudah dipatenkan, banten merupakan provinsi yang pertama kali mematenkan batik, dengan

tujuan agar kekayaan budaya indonesia di banten ini tidak mudah dicuri Batik Banten

dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 Negara di dunia.

Batik Banten mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan pada 5 Juni

hari Batik sedunia, Banten menjadi Batik pertama yang punya hak paten di UNESCO. Saat

ini sudah ada 54 motif yang telah terdaftar dan telah mendapatkan legitimasi dari lembaga

hak intelektual tertinggi di indonesia. Ada sekitar 20 motif batik Banten yang diberi

penamaan berdasarkan filosofinya, antara lain yaitu motif Sebakingking, Srimanganti,

Pasulaman, Mandalikan, Kawangsan, Kapurban, Surosowan, Pejantren, Pamaranggen,

Pancaniti, Datulaya, Langenmaita, Wamilahan, Panjunan, Kaibonan, Memoloan, Kesatriaan,

Panembahan, Singayaksa dan motif Pasepen. Berbagai kajian pemanfaatan ragam hias

khas Banten telah ditransformasikan dan didesain ke dalam media kain katun dan sutra yang

disebut batik Banten . Batik ini kaya akan muatan filosofi yang mengandung arti dalam

setiap motif yang diambil dari toponim. Inilah tatanan aset yang menjadi ciri

khas batik Banten tersebut. Batik banten itu sudah masuk di kancah internasional , bukan

karena bentuk dan tatanananya saja, melainkan juga ciri khas yang dimiliki.

Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) memilki khas tersendiri

(5)

setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin Banten .

Semua batiknya mengandung muatan filosofi. Batik Banten memilki ciri yang khas dan

unik karena di samping setiap motifnya bercerita sejarah , juga berasal dari benda-benda

peninggalan seperti gerabah dan nama-nama penembahan kerajaan Banten seperti

Aryamandalika, Sabakingking, dan lain-lain.

75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi Nasional

Ada 3 perbedaan Batik Banten dengan Batik lain di Indonesia diantaranya adalah:

1. Motif Batiknya, pola dasar ragam hias berasal dari benda sejarah purbakala yang

disebut Artefak Terwengkal hasil ekskavasi Arkeolog tahun 1976 di Banten.

2. Warnanya, apapun warnanya batik banten cenderung warna abu-abu soff menunjukan

karakter wong Banten , ciri-ciri dari sifat warna abu-abu soff antara lain : Cita-citanya,

idenya, kemauannya, dan tempramennya cenderung tinggi namun pembawaan selalu

sederhana serta kalem/ ayu atau cantik warna batiknya (pernyataan : Launching Batik Banten

(6)

3. Filosofi (Artinya) Nama Motif dan motif batik saling berkaitan dengan sejarah Banten.

Nama motif berasal dari “Toponim desa-desa kuna, nama gelar bangsawan / sultan dan tata

nama ruang di Kesultanan Banten”.

Paduan warna Batik Banten dipengaruhi oleh air dan tanah; yang dalam proses

pencelupannya mereduksi warna-warna terang menjadi warna pastel akibat kandungan yang

ada di dalamnya. Warna-warna tersebut, konon, cocok betul menggambarkan karakter orang

Banten yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi, ekspresif, tapi tetap rendah hati.

Masing-masing motif batik kemudian diberi nama-nama khusus, yang diambil dari nama

tempat, ruangan, maupun bangunan dari situs Banten Lama, serta nama gelar di masa

Kesultanan Banten. Dan, sampai sekarang, sudah lebih dari 50 ragam hias yang dituangkan

dalam bentuk kain batik, bahkan 12 diantaranya telah dipatenkan sejak tahun 2003.

Motif yang mengambil nama tempat, diantaranya, Pamaranggen (tempat tinggal pembuat

keris), Pancaniti (bangsal tempat Raja menyaksikan prajurit berlatih), Pasepen (tempat Raja

bermeditasi), Pajantren (tempat tinggal para penenun), Pasulaman (tempat tinggal pengrajin

sulaman), Datulaya (tempat tinggal pangeran), Srimanganti (tempat Raja bertatap muka

dengan rakyat), dan Surosowan (Ibukota Kesultanan Banten).

Sementara motif dari nama gelar, antara lain, Sabakingking (gelar dari Sultan

Maulana Hasanudin), Kawangsan (berhubungan dengan Pangeran Wangsa), Kapurban

(berhubungan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan (berhubungan dengan

Pangeran Mandalika). Namun, yang menjadi ciri khas utama Batik Banten adalah motif

Datulaya, yang namanya diambil dari tempat tinggal pangeran. “Datu itu artinya pangeran,

laya tempat tinggal," jelas Uke. Motif Datulaya memiliki dasar belah ketupat berbentuk

bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan adalah motif

dasar biru, dengan variasi motif pada figura sulur-sulur daun abu-abu di dasar kain kuning.

Setelah wawancara selesai kami pun pamit dan berterima kasih kepada beliau karena

beliau sudah menyempatkan waktunya. Kami berjalan kaki lagi kembali ke tempat Industri

Batik Banten. Sesampainya disana kami meminta izin untuk melihat dan mengambil gambar

proses pembuatan Batik Banten. Kami pun bertemu Pak Asep yang akan menjelaskan proses

proses membatik. Membuat batik dengan cara pengecapan, terlebih dahulu kain harus sudah

dirapihkan pada gawangan/rak kayu. Sebelum dilakukan pengecapan panaskan lilin malam

pada kompor dalam keadaan matang/panas dan disimpan canting besar atau canting booh

kedalam lilin malam yang berada di ender/ketel dalam keadaan panas, setelah canting dalam

(7)

tidak boleh menumpuk dipermukaan ender/ketel. Apabila tetap dilakukan pengecapan

akibatnya hasil cap pada kain akan berwarna hitam tidak akan tembus pada kain dan dalam

penulisan pewarnaan akan mudah melebar. Cara membatik pada Batik Banten sama seperti

batik pada umumnya. Pada proses pewarnaan saya diperbolehkan untuk mencobanya sedikit.

Saya mewarnai pola yang masih polos warnanya dengan hati-hati dan hasilnya cukup

lumayan untuk seorang pemula. Proses membatik ini bisa mencapai 2 hari lamanya. Pak

Asep mengatakan bahwa dalam proses pembuatan Batik Banten tak ada satupun yang

terbuang. Limbah lilin malam bisa dipakai lagi dengan cara mencampurkannya dengan lilin

putih dengan begitu lilin malam dapat dipakai lagi. Jadi sangat efisien karena tak ada bahan

baku yang terbuang.

Tak terasa hari mulai sore kami pun berterima kasih kepada Pak Asep yang

membimbing pada proses pembuatan batik. Kami pamit karena harus kembali ke kampus

karena ada jam mata kuliah lagi. Sungguh hari yang melelahkan namun menyenangkan,

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma yang termasuk kelompok ini adalah algoritma yang memecahkan persoalan besar den- gan mentransformasikannya menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil yang berukuran

Mapannya dan mantapnya identitas kenasionalan bahasa Indonesia akan terwujud jika seluruh pemakai bahasa Indonesia, mulai dari kaum elit sampai dengan kawula

Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar

Jika bayi tidak digendong dan dipeluk dengan posisi tepat, kemungkinan ibu akan mengalami nyeri, lecet pada puting susu, pembengkakkan payudara dan mastitis (infeksi) karena

Sebelum menempati daerah Martajaya pada awalnya mereka tinggal di rumah penduduk lokal di daerah Pasangkayu karena Martajaya saat itu adalah hutan yang lebat dengan

Balai Riset dan Observasi Kelautan adalah suatu wadah atau gedung yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dengan tuntas dan peninjauan secara cermat tentang segala

bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Penerapan metode dan penggunaan media yang