• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak dan zakat dalam pembangunan ekonom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pajak dan zakat dalam pembangunan ekonom"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mutlak yang harus dilakukan oleh suatu negara untuk mensejahterahkan kehidupan masyarakat. Pembangunan negara merupakan kewajiban bagi seluruh penduduk negara tersebut, bukan hanya dilakukan oleh pemerintah. Dalam proses pembangunan negara diperlukan sinergisitas antara pemerintah, masayarakat, dan entitas ekonomi (Boediono, 1992). Pemerintah sebagai pemimpin masyarakat dan entitas ekonomi harus bisa mengatur dua elemen penting tersebut agar dapat menjaga keseimbangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Untuk menjaga keseimbangan ekonomi, pemerintah harus menentukan langkah-langkah strategis melalui regulasi-regulasi yang dapat mengikat masyarakat dan entitas ekonomi agar tetap sesuai dengan rencana pemerintah guna mencapai pembangunan ekonomi yang optimal dan merata.

Saat ini, pemerintah menggunakan regulasi pajak bagi masayarakat maupun entitas ekonomi dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi Indonesia. Pemerintah menggunakan pajak sebagai sumber pendapatan utama dalam membangun perekonomian Indonesia. Setiap aktivitas dari kedua elemen tersebut akan dikenai tarif pajak yang proporsional. Menurut Direktorat Jendral Pajak, dalam handbook yang diterbitkan dengan judul Lebih Dekat dengan Pajak (2013), menjelaskan bahwa Hasil dari pemungutan pajak tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan umum yang manfaatnya secara tidak langsung diterima oleh masyarakat. Bagi entitas ekonomi membayar pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi sebagai kompensasi dari fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah dalam kegiatan operasionalnya. Namun, selama ini pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat masih belum dapat membantu masyarakat kecil secara langsung dalam meningkatkan kesejahteraannya.

(2)

masyarakat dapat menikmatinya. Jika disimpulkan, maka pajak hanya memberikan manfaat berupa tersedianya fasilitas umum, tersedianya pelayanan publik yang memadai, pendidikan, dll. Manfaat pajak bagi masyarakat hanya berupa penyedia fasilitas penunjang, tetapi tidak memberikan manfaat secara substansial yang berupa peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi yang kuat tentunya harus dimulai dari tingkat mikro (Boediono, 1993). Oleh karena itu, Peningkatan kapasitas dan kemampuan ekonomi masyarakat harus ditingkatkan agar tercipta pembangunan ekonomi yang kuat dan mampu bersaing ditengah-tengah krisis ekonomi global.

Potensi zakat dalam membantu perekonomian Indonesia sangatlah besar. Hal ini dikeranakan Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar ke 4 di dunia. dari total keseluruhan penduduk Indonesia, yang termasuk penduduk muslim sebesar kurang lebih 170 juta dari total keseluruhan penduduk (BPS, 2013). Berdasarkan kondisi demografi tersebut, Indonesia berpeluang mendapatkan sumber pendapatan maksimal dan alternatif sumber pendapatan dalam kuantitas dan kualitas optimal yang dapat digunakan sebagai instrumen dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam Islam, setiap muslim diwajibkan membayar zakat untuk membersihkan harta dari hak-hak orang yang bersangkutan. Jika setiap muslim diwajibkan membayar zakat, jika dikalikan dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia, maka Indonesia akan memperoleh sumber pendapatan alternatif dari zakat yang sangat besar (Salmadanis, 2008). Zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim besarnya sesuai dengan nishab yang telah diatur dalam Al-Qur’an. Zakat yang diberikan tidak harus berupa uang tunai ataupun beras, tetapi bisa berupa barang-barang produksi yang dapat digunakan untuk berwirausaha (Sartika, 2008). Jika ditinjau dari manfaatnya, zakat memberikan manfaat secara mikro, dalam artian zakat langsung memberikan manfaat secara substansial, yaitu dapat menjadi solusi dalam peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat secara mikro.

(3)

tengah-tengah krisis ekonomi glonal, diperlukan sinergisitas antara pajak dan zakat sebagai sumber pendapatan negara dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul “Sinergisitas Pajak dan Zakat Sebagai Instrumen Optimalisasi Pendapatan Negara dalam Rangka Pembangunan Ekonomi Indonesia yang Merata secara Mikro maupun Makro” yang diajukan sebagai tugas terstruktur pada mata kuliah Ekonomi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana cara mensinergikan pajak dan zakat sebagai instrumen optimalisasi pendapatan negara dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia yang merata secara mikro maupun makro?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sinergisitas antara pajak dan zakat melalui input desentralisasi konservatif sebagai instrumen optimalisasi pendapatan negara dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia yang merata secara mikro maupun makro. 1.4 Manfaat

1. Pemerintah

Dapat memberikan instrumen alternatif sebagai cara untuk mengoptimalisasi pendapatan negara melalui pajak dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia yang merata, baik secara makro maupun mikro.

2. Masyarakat

(4)

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung (Dirjen Pajak, 2014). Menurut Wijono (2010), Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Berdasarkan pengertian diatas, pemerintah menggunakan pajak sebagai sumber pendapatan utama untuk membiayai biaya operasional negara. Kemudian sisa dari pendapatan pajak yang telah dialokasikan untuk kegiatan operasional negara digunakan untuk mengadakan maupun memperbaiki fasilitas umum.

2.1.1 Jenis-jenis pajak

Menurut Dirjen Pajak, dalam handbook yang diterbitkan dengan judul “Lebih Dekat dengan Pajak” (2013), mengemukakan jenis-jenis pajak yang dapat dikenakan dapat digolongkan dalam 3 golongan sebagai berikut:

1. Pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. 2. Menurut sasaran/objeknya, jenis-jenis pajak menurut sasarannya/objeknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pajak pajak subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif merupakan pajak yang dikenakan langsung kepada subjek pajak. Subjek pajak dalam hal ini adalah bendahara pemerintah dan lembaga pemungut pajak lainya. Sementara itu, pajak objektif yaitu pajak yang dikenakan kepada objek pajak secara langsung. Objek pajak dalam hal ini bisa dicontohkan sebagai konsumen.

(5)

2.1.2 Tarif Pajak

Berdasarkan Peraturan yang telah dikeluarkan oleh Dirjen Pajak (2014), ada 4 tarif pajak, yaitu:

1. Tarif sebanding/proporsional, Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai. Tarif pajak ini disesuaikan dengan besarnya jumlah pendapatan.

2. Tarif tetap, Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak Sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Tarif pajak ini tetap, tidak terpengaruh dengan jumlah pendapatan.

3. Tarif progresif, Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.Tarif pajak ini akan semakin meningkat ketika pendapatan yang diterima juga meningkat

4. Tarif degresif, Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.Tarif pajak ini akan semakin menurun jika pendapatan naik.

2.1.3 Asas Pemungutan pajak

Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pajak (2014) yang di pakai sebagai landasan negara untuk mengenakan pajak sebagai berikut:

1. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence principle), negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Asas sumber, Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan (nationality/citizenship principle), Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara

2.1.4 Pajak Dalam Perspektif Islam

(6)

ushul fiqh dijelaskan bahwa suatu kewajiban jika tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Sesuatu yang dimaksud dalam kaidah ini adalah kemaslahatan umat( Fawaz, 2011). Jika seorang muslim hanya membayar zakat tetapi tidak membayar pajak, maka seorang muslim tersebut telah membiarkan terjadinya kemudharatan. Hal ini akan mengakibatkan zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim menjadi tidak sempurna karena seorang muslim tersebut membiarkan terjadinya kemudharatan—krisis multidimensional.

Qardhawi (2013),“Jika sekiranya seorang penguasa (pemerintahan muslim) hendak menyiapkan sebuah pasukan perang, maka sepantasnya dia menyiapkannya dengan harta yang diambil dari baitul mal kaum muslimin (kas negara) jika di dalamnya memang ada harta kekayaan yang mencukupinya, dan tidak boleh baginya mengambil harta sedikitpun dari rakyat. Akan tetapi jika di dalam baitul mal tidak ada harta yang mencukupi penyiapan pasukan perang, maka dibolehkan bagi penguasa/pemerintah muslim menetapkan kebijakan kepada mereka (orang-orang kaya agar membayar pajak) sehingga pasukan perang yang akan berjihad menjadi kuat”.

Berdasarkan pendapat Qardhawi diatas, pajak memiliki peran yang sangat krusial. Selama ini pemerintah tidak memiliki sumber pendapatan lain selain dari pajak. Oleh karena itu, membayar pajak merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang muslim untuk mengisi kekosongan anggaran negara. Selain itu, dengan membayar pajak, maka masyarakat telah memperlancar pembangunan ekonomi yang diselenggarakan negara.

2.2 Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan orang arab, kata zakat merupakan kata dasar(masdar) dari zakat yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji, yang semua arti ini digunakan didalam menerjemahkan Al-Qur’an dan hadits (Fawaz, 2011). Menurut terminologi syariat(istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. .

2.2.1 Tujuan Dikeluarkannya Zakat

Tujuan dikeluarkannya zakat menurut Qardhawy (1993):

(7)

2. Zakat menghilangkan rasa dengki dan benci, sifat hasad dan dengki akan menghancurkan keseimbangan pribadi, jasmani, dan rohaniah seorang. Sifat ini akan melemahkan bahkan menghentikan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu sama lain

2.2.2 Zakat Penghasilan

Qardhawy (1993) menjelaskan bahwa zakat penghsilan adalah penghasilan bersih yang sudah dikurangi utang dan merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok dan sudah sesuai nishab maka wajib membayar zakatnya sebesar 2,5% dari penghasilan bersihnya yang dibayarkan sekali dalam satu tahun

2.2.3 Penerima zakat

Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, sesuai dengan Al Qur’an surat At-Taubah: 60. Delapan golongan tersebut adalah:

A. Fakir, adalah orang yang penghasilannya belum dapat menutupi separuh dari kebutuhannya.

B. Miskin, adalah orang yang penghasilannya baru bisa memenuhi separuh atau lebih dari kebutuhannya, tetapi belum bisa terpenuhi semuanya.

C. Amil Zakat, adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, organisasi, lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat. Atas kerjanya tersebut, seorang amil zakat berhak mendapatkan jatah dari uang zakat.

D. Muallaf, adalah singkatan dari istilah “al-Muallaf Qulubuhum“ sebagaimana yang disebutkan al-Qur’an dalam surat at-Taubah, ayat : 60. Yang artinya adalah orang-orang yang hati mereka dilunakkan agar masuk Islam, atau agar keimanan mereka meningkat, atau untuk menghindari kejahatan mereka

E. Fi ar- Riqab, adalah budak belian. Maksud pemberian zakat kepada mereka bukanlah kita memberikan uang kepada mereka, tetapi maksudnya adalah memerdekakan mereka.

F. Al-Gharim, adalah orang-orang yang dililit utang, sehingga dia tidak bisa membayarnya. G. Fi Sabilillah, Yang dimaksud fi sabilillah adalah perang di jalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi

(8)

seperti ini, walaupun dia kaya di kampung halamannya, berhak untuk mendapatkan zakat sekedarnya sesuai dengan kebutuhannya sehingga dia sampai tujuan.

2.3 Pembangunan Ekonomi

2.3.1 Konsep pembagunan ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan proses pembentukan struktur ekonomi seutuhnya secara bertahap guna menciptakan perekonomian yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik secara makro maupun mikro (Boediono, 1992). Pembangunan ekonomi dilakukan secara bertahap karena pembangunan ekonomi meliputi seluruh aspek dimensional penunjang kesejahteraan masyarakat. Jika dianalogikan dengan pemabangunan rumah, maka dalam pembangunan rumah tersebut harus dimulai dengan membangun pondasi yang kuat. Setelah pondasi dirasa sudah kuat, maka pembangunan memasuki tahap kedua, yaitu membangun tembok, setelah tembok terbentuk, maka dibentuklah atap sebagai pelindung penghuni rumah dari sinar matahari dan cuaca. Dalam pembangunan ekonomi tentunya harus dimulai dengan membentuk pondasi yang kuat—Pendapatan perkapita masyarakat. Penguatan pendapatan perkapita masyarakat sangatlah penting karena sumber perekonomian bangsa adalah dari pendapatan perkapita masyarakat (Michael, 2000). Pendapatan perkapita masyarakat yang meningkat akan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga akan meningkatkan pemintaan pasar. Dengan meningkatnya permintaan pasar akan memberikan ekses positif bagi produsen untuk menambah kapasitas produksi guna menyesuaikan dengan ekulibrium pasar. Dengan perilaku produsen yang meningkatkan kapasitas produksi, maka otomatis akan menyerap sumber daya produksi lebih banyak lagi—Mengurangi pengangguran. Dengan berkurangnya pengangguran akan mengurangi beban negara dan akan menambah wajib pajak baru sehingga pendapatan negara dari sektor pajak akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan negara dari sektor pajak, maka pemerintah akan mendapatkan ruang fiskal yang dapat digunakan untuk membangun perekonomian Indonesia.

2.3.2 Komponen pembangunan ekonomi

(9)
(10)

BAB III Diskursus

Pajak jika dilihat dari segi kebermanfaatannya, hanyalah memberikan manfaat secara makro, sehingga tidak maksimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak dipungut dari seluruh rakyat Indonesia yang sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Karena dipungut dari seluruh rakyat Indonesia, maka jumlah pajak yang dipungut dari masyarakat sangatlah besar jumlahnya. Berdasarkan data dari BPS (2013) total penerimaan pajak Indonesia sebesar 1.497.521 miliar rupiah. Namun, penerimaan pajak sebesar itu, hanya digunakan untuk menyediakan dan memperbaiki fasilitas umum dimana fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, tapi hanya dimanfaatkan oleh sebagian kelompok masyarakat. Sementara itu, yang menanggung pajak adalah seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, jika ditinjau dari segi kebermanfaatanya maka pajak hanya memberikan manfaat secara makro dan kebermanfaatan pajak bagi sektor mikro ekonomi masyarakat masih sangat rendah. Menurut Abu Azka dan Lukman Mohammad Baga (2011) hasil dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara. Jika negara hanya mengandalkan pajak sebagai instrumen pembangunan ekonomi, maka pembangunan ekonomi yang tercipta akan sangat lemah, hal ini dikarenakan pondasi dasar perekonomian Indonesia—Kehidupan mikro ekonomi masyarakat tidak dibenahi dengan baik.

(11)

Dalam rangka optimalisasi potensi zakat, maka pemerintah bisa melakukan pemungutan zakat kepada masyarakat. Menurut Qardhawi (1993), negara yang memungut zakat dari rakyatnya adalah diperbolehkan karena pada zaman Kulafaur Rasyidin, banyak dari sahabat yang mendapat tugas khusus dari rasulullah sebagai petugas zakat untuk tiap-tiap kaum dan suku bangsa yang telah masuk Islam. Berdasarkan contoh tersebut, rasulullah telah mencontohkan bahwa pemerintah mempunyai kewenangan untuk memungut pajak dari kaum muslim serta mendistribusikannya secara adil dan tepat sasaran. Untuk mengoptimalkan potensi zakat di Indonesia, pemerintah harus turun tangan langsung untuk memungut dan mendistribusikan zakat agar perputaran zakat di Indonesia lebih efektif dan efisien serta tepat sasaran. Dalam pemungutan zakat, pemerintah harus membedakan pemungutan zakat dengan program-program pemerintah yang lain.

Sinergisitas Pajak dan Zakat

(12)

PAJAK ZAKAT

EFEK MAKRO EFEK MIKRO

FASILITAS PUBLIK ZAKAT PRODUKTIF

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PEMBANGUNAN

EKONOMI

(13)

mikro berupa peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan daya beli masyarakat. dengan adanya efek mikro ini akan memberikan dampak yang signifikan pada perekomian secara makro. Jika diperinci lagi, peningkatan pendapatan perkapita masyarakat akan otomatis meningkatkan daya beli masyarakat, dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka akan meningkatkan perputaran uang dan barang dipasar, sehingga distribusi kekayaan dalam suatu perekonomian akan semakin merata. dengan meratanya distribusi kekayaan, maka akan muncul wajib pajak baru yang bisa menambah pendapatan negara.

Meningkatnya pendapatan negara disektor pajak, memberikan kemudahan bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi. dengan pendapatan yang melimpah, pemerintah bisa membangun infrastruktur yang dapat menunjang perekonomian masyarakat, memberikan subsidi kepada masyarakat kurang mampu, memberikan bantuan pendidikan, dll. Selain itu, pemerintah bisa membangun sentra pelatihan kerja untuk menciptakan profesi baru dari kalangan masyarakat kurang mampu. Meningkatnya penerimaan sektor pajak pada intinya akan mempermudah pemerintah dalam membangun perekonomian yang kuat dan berdaya saing.

Pajak jika dilihat dari segi kebermanfaatannya, memberikan manfaat secara makro. Manfaat secara makro bisa disebut sebagai keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan ekonomi, terutama dalam hal penyediaan fasilitas umum. Dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas fasilitas umum, maka bisa dibilang secara makro masyarakat sudah sejahtera. Berbeda dengan zakat, zakat cenderung memberikan manfaat secara mikro, karena memang golongan penerima zakat sudah ditentukan dalam Al-Qur’an sehingga pendistribusian zakat langsung ditujukan kepada individu yang berhak menerimannya. Oleh karena itu, adanya sinergisitas dari kesejahteraan secara mikro dan makro akan mempermudah pemerintah dalam membangun perekonomian yang kuat dan mampu bersaing dalam kancah pereknomian global.

Dalam pembangunan ekonomi, arus distribusi kekayaan tentunya akan terus mengalir. Dalam bagan diatas, pembangunan ekonomi akan tetap menciptakan adanya pajak yang harus dipungut dari masayarakat seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas umum. Selain itu, adanya pembangunan ekonomi kuantitas masyarakat kurang mampu akan semakin berkurang, sehingga aliran zakat dari pemberi zakat akan semakin besar seiring bertambahnya harta yang sudah masuk nishab dan haul yang sudah wajib dikeluarkan zakatnya.

(14)

ZAKAT

Daya beli

Pendapatan Perkapita

Permintaan Pasar

Respon Produsen

Jangka Panjang

Jangka Pendek Wajib Pajak Baru PEMBANGUNAN EKONOMI

Wajib Pajak Baru

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Multiplier Effect Sinergisitas Pajak dan Zakat dalam Pembangunan Ekonomi

Dengan adanya sinergisitas pajak dan zakat, maka peningkatan kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat baik secara makro maupun mikro. Secara mikro, peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari peningkatan pendapatan perkapita yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, secara makro peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari semakin banyaknya fasilitas umum baik dalam segi kualitas maupun kuantitasnya. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara makro didorong oleh peningkatan pendapatan perkapita yang menciptakan wajib pajak baru sehingga pendapatan negara dari pajak meningkat. dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi secara mikro maupun makro, sehingga pembangunan ekonomi akan semakin cepat. Dan hasil dari pembangunan ekonomi akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Berikut adalah bagan yang menggambarkan tentang multiplier effect dari zakat.

(15)

perusahaan memandang dinamika pasar sebagai sebuah dasar dalam menentukan masa depan perusahaan. Sehingga ada perusahaan yang menyikapi dinamika pasar dengan langkah jangka pendek, yaitu meningkatkan harga jual. untuk menciptapkan ekluibrium yang baru. Respon produsen, baik jangka panjang maupun jangka pendek otomatis akan meningkatkan pendapatan produsen. Sehingga otomatis akan meningkatkan kuantitas dan kualitas wajib pajak. Dengan terjadinnya peningkatan pendapatan pemerintah disektor pajak, maka laju pembangunan ekonomi akan semakin lancar.

Sementara itu, jika zakat diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, maka zakat akan memberikan efek jangka panjang. Multiplier effect nya pun tidak jauh berbeda dengan zakat yang diberikan dalam bentuk barang konsumtif. Yang membedakan, yaitu zakat produktif memberikan kesempatan bagi kaum dhuafa untuk secara mandiri memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Kemandirian masyarakat merupakan sebuah efek jangka panjang yang dapat menjadi pondasi perekonomian Indonesia yang kuat dan mampu bersaing di kancah perekonomian global. Dengan suksesnya pembangunan ekonomi, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat baik secara makro maupun mikro.

Multiplier effect dari pajak sendiri lebih condong pada sektor makro. Meningkatnya pajak akan mempermudah pemerintah dalam membangun perekonomian. Fasilitas umum akan semakin banyak dan kualitasnya pun akan semakin bagus. Sehingga secara makro, kesejahteraan masyarakat sudah terpenuhi. Kesejahteraan masyarakat yang meningkat akan mengalirkan lagi distribusi kekayaan melalui zakat dan pajak.

Konsekuensi Logis Sinergisitas Pajak dan Zakat

Sinergisitas pajak dan zakat memberikan peluang bagi pemerintah untuk menciptakan sebuah pembangunan ekonomi yang berdasarkan produktifitas masyarakat. Perekonomian yang di dasari oleh produktifitas masyarakat akan menciptakan kesejahteraan masyarakat baik secara makro maupun mikro. Indonesia akan semakin mandiri dalam mengelola sumber daya yang ada. Sehingga, Indonesia dapat mengoptimalkan sumeber daya yang dimiliki untuk mensejahterakan masyarakat secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak asing. Selain itu, dengan adanya sinergisitas pajak dan zakat dapat menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.

(16)
(17)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Pajak dan zakat merupakan suatu hal yang harus dibayarkan oleh seorang muslim dalam rangka meningkatkan kesejateraan umum. Dari segi kebermanfaatannya, pajak dan zakat memiliki perbedaan. Pajak hanya memberikan manfaat secara makro dan kebermanfaatan pajak bagi sektor mikro ekonomi masyarakat masih sangat rendah. Menurut Abu Azka dan Lukman Mohammad Bagahasil dari pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara. Pajak hanya memberikan manfaat secara makro, tetapi manfaat pajak untuk sektor mikro sangatlah kurang. Sementara itu, zakat yang dikeluarkan, telah memiliki sasaran yang jelas, dan sasaran tersebut termasuk dalam kategori. Zakat yang diberikan tidak harus berupa uang tunai, tetapi bisa berupa barang-barang modal yang dapat digunakan untuk kegiatan produksi. Dengan digunakannya zakat produktif, maka zakat telah memberikan dampak yang signifikan bagi sektor mikro.

Sinergisitas pajak dan zakat dalam pembangunan ekonomi Indonesia sangatlah penting, karena pajak dan zakat memiliki kebermanfaatan yang saling melengkapi. Dengan disinergikannya pajak dan zakat, maka pembangunan ekonomi yang terbentuk adalah ekonomi yang kuat dan dapat bersaing ditengah-tengah krisis ekonomi yang mengancam. Hal ini dikarenakan penguatan sektor mikro yang di tunjang dengan zakat. Zakat produktif telah memberikan efek jangka panjang untuk menciptakan sektor mikro yang kuat. Dengan diberdayakan zakat produktif untuk sektor mikro maka akan berpotensi menciptakan wajib pajak yang akan menambah pendapatan negara dari sektor pajak. Dengan meningkatnya pendapatan pemerintah dari sektor pajak, maka pemerintah akan memperoleh ruang fiskal yang cukup untuk membangun perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat baik makro maupun mikro.

4.2 Saran

(18)

Daftar Pustaka

Al-Qardawi, Y. (1993). Fiqhuz Zakat. Jakarta: Litera AntarNusa

Azka, A., Baga, L.M, 2011. Sari Penting Kitab Fiqh Zakat Dr Yusuf Al-Qardhawi. Dept. of Agr. Economics and Business, Massey University. Palmerston North, New Zealand.

Bank Indonesia. 2014. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia.

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit BPFE BPS.2014. Realisasi Penerimaan Negara 2007-2014

Direktorat Jendral Pajak. 2013. Lebih Dekat dengan Pajak. Jakarta Selatan: Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat

Fawaz, M.W.A. 2011. Hukum Pajak dalam Fiqh Islam. Diakses dari Yufid.com (online), pada tanggal 25 November 2014 pukul 20.00 WIB.

Michael, P.,T. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Salmadanis, 2008, Posisi Zakat dalam mengurangi kemiskinan, diakses dari http://www.fk-kbih.or.id, diakses pada tanggal 20 April 2009.

Sartika, M. 2008. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan

Mustahiq pada LAZ Yayasan SoloPeduli Surakarta. Jurnal EKonomi Islam "La Riba". Vol. II, No. 1, Juli 2008

Wijono, W.W. 2010. Sumber-Sumber Pendapatan Ekonomi, Jurnal Manajemen dan Fiskal Vol V, No. 2 Jakarta.

(19)

Curicullum Vittae

a. Nama Lengkap : Dhimas Fuad Hassan b. Tempat Tanggal Lahir : Malang, 08 Juli 1995

c. No. Telp dan Email : 08990350587 dan Dhimasfuad86@yahoo.com d. Alamat Lengkap : Jalan Watugilang III Malang

e. Karya Ilmiah yang dihasilkan : Emon (Empowering Baitul Maal For Nation) sebagai Optimalisasi Dana Infak Masjid sebagai Upaya Pemberdayaan Kaum Dhuafa di Indonesia

f. Pengalaman Organisasi :- Staf Departemen Kakak-Adik Asuh (Kadiksuh) Forum Studi Islam dan Lingkungan (Forstilling) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2013

- Staf Departemen Sumber Daya Manusia

Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis (LSME) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2013

- Staf Departemen Kewirausahaan

Center for Islamic Economic Studies (CIES)

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Sinergisitas pajak dan zakat dalam pembangunan ekonomi
Gambar 3.2 Bagan multiplier effect zakat dan pajak dalam pembangunan ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dilakukan dengan menyesuaikan aturan kebijakan dan tujuan

Turunnya tebal epitel tubulus seminiferus dikarenakan hadirnya zat aktif di dalam ekstrak biji pepaya berupa senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, papain dan

Puji dan Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, atas rahmat dan berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul

bahwa dengan memberikan kesempatan melakukan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi segera saat di meja operasi dapat memberikan rasa nyaman pada ibu serta

Secara ekologi, asosiasi antara dua tumbuhan sejenis atau bukan sejenis berawal dari tumbuh bersama dalam relung ekologi yang sama (Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974),

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan etika liberasi, nilai karakter pada kumpulan puisi Negeri Daging karya A. Mustofa Bisri, , dan penerapannya

358 1816011050 I Komang Agus Wiriasa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan.

1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan skripsi, saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun, seperti penjiplakan, pembuatan