• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

475

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh

Teuku Muana Refi, SE, M.S.M

Akademi Keuangan dan Perbankan (AKP) Nusantara

Abstrak: Kepuasan kerja karyawan terkait dengan persepsi mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi tempat dia bekerja yang lebih dikenal dengan budaya organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh. Budaya organisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah budaya orgnanisasi syariah yang berlaku pada bank tersebut. Responden penelitian adalah seluruh karyawan perusahaan tersebut yaitu 43 orang yang diambil dengan metode sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan kuesioner yang berisi pertanyaan/pernyataan yang berhubungan dengan budaya organisasi dan kepuasan kerja. Peralatan analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Penelitian ini menemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh. Hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja karyawan tergolong erat. Ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,724. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar 6,722, lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 0,020. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh dapat diterima. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, semakin baik persepsi karyawan terhadap budaya organisasi yang berlaku pada Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh, akan semakin tinggi pula kepuasan kerja mereka pada bank tersebut.

Kata Kunci : Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi

Latar Belakang Penelitian

Kepuasan kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan. Hal ini disebabkan,

kepuasan kerja tidak hanya mampu

mempengaruhi semangat pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan, akan tetapi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan instansi secara umum. Pegawai yang tidak puas dalam

melaksanakan pekerjaan, akan cenderung

memiliki semangat kerja yang rendah, yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap perbaikan kinerja pegawai itu sendiri.

Tinggi rendahnya kepuasan kerja seorang karyawan tidak terlepas dari pandangan karyawan tersebut terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada perusahaan. Karyawan yang menemukan adanya kesesuaian antara nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam dirinya dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh organisasi akan cenderung puas bekerja dalam organisasi tersebut. Sebaliknya, karyawan yang merasakan tidak adanya kesesuaian antara nilai yang dianut organisasi dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dianutnya sendiri, akan cenderung tidak puas dalam bekerja, bahkan

bisa membuat karyawan tersebut ingin

meninggalkan perusahaan dan mencari

perusahaan lain yang memiliki nilai-nilai dan

norma-norma yang sesuai dengan apa yang dianutnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa budaya organisasi tidak hanya dapat memberikan variasi bagi kepuasan kerja karyawan. Akan tetapi juga dapat berpengaruh pada keinginan karyawan untuk bertahan atau keluar dari organisasi. Karena itu, kepemimpinan yang sesuai juga diperlukan untuk menumbuhkan budaya organisasi yang dapat diterima oleh seluruh anggotanya demi kelangsungan hidup perusahaan. Kepemimpinan harus mampu menjadi pengayom dan pengikat

kebersamaan yang mendorong ke arah

pelaksanaan kerja yang paling unggul.

Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan bank yang tidak asing lagi dalam dunia perbankan. Nilai-nilai yang dianut oleh lembaga tersebut berpegang pada ajaran Alqur’an dan Hadist. Dengan arti kata pengelolaan lembaga Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga keuangan penuh dengan nilai-nilai religius ke-Islaman.

Dengan demikian nilai-nilai ke-Islaman

merupakan budaya organisasi tersebut, sehingga berbeda dengan budaya yang ada pada lembaga keuangan konvensional.

Dalam menjalankan usahanya Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh memiliki visi: Menjadi Bank Syariah Pilihan Mitra Usaha. Sejak

awal pendiriannya menanamkan budaya

(2)

476

karimah. Dimana sikap tersebut terangkum dalam lima dasar yang disingkat SIFAT. Pertama, seorang karyawan harus memiliki sifat siddiq, yakni jujur. Kedua, karyawan harus bersifat teguh, sabar dan bijaksana, atau istiqamah. Keempat, amanah, yakni penuh tanggung jawab dan saling menghormati dalam menjalankan tugas dan melayani mitra usaha, serta kelima, tablig yaitu mendidik, membina dan memotivasi pihak lain.

Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa semua karyawan Bank Syariah Mandiri semuanya menganut agama Islam. Hal ini berarti terdapat kesesuaian antara budaya organisasi syariah yang berlaku pada bank tersebut dengan nilai-nilai yang dipegang oleh karyawannya. Dengan kata lain, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada organisasi Bank Syariah Mandiri yang mengacu pada ajaran Islam juga dianut oleh seluruh karyawannya.

Sebagaimana yang telah diuraikan

sebelumnya, secara teoritis budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan yang bekerja dalam organisasi itu sendiri. Bagaimana halnya dengan Bank Syariah Mandiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islam sebagai budaya organisasi sebagai pedoman yang harus dipatuhi oleh karyawannya. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengentahui pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Kepuasan Kerja

Dalam melaksanakan kegiatan organisasi, setiap karyawan dituntut agar bekerja sesuai dengan keinginan organisasi, ia membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masal lalu yang menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Jadi kepuasan kerja itu sendiri berkaitan antara harapan karyawan dan apa yang diperoleh dari pekerjaan.

Tiffin (dalam As’ad, 2003:104)

mengemukakan bahwa kepuasan kerja

mempunyai hubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama dengan pimpinan dan dengan sesama karyawan. Sementara Blum (dalam As’ad, 2003:107) mengemukakan bahwa kepuasan kerja para karyawan merupakan sikap umum hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individual diluar kerja.

Setiap perusahaan ingin karyawannya

memiliki kemampuan produktivitas yang tinggi dalam bekerja. Ini merupakan keinginan yang ideal bagi perusahaan yang berorientasi pada profit, sebab bagaimana mungkin perusahaan memperoleh keuntungan apabila didalamnya diisi oleh orang-orang yang tidak produktif.

Akan tetapi perusahaan tidak mampu membedakan mana karyawan yang produktif dan mana karyawan yang tidak produktif. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap karyawan

sebagai investasi yang akan memberikan

keuntungan, akibatnya perusahaan menjadikan karyawan tak ubahnya seperti mesin. Anoraga (2003:125) menyatakan, “kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan kerja”. Pada dasarnya kepuasan bersifat individual, setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini karena ada perbedaan pada masing-masing individu tersebut, semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dan akan memperoleh tingkat kepuasan yang rendah jika terjadi sebaliknya. Menurut Handoko (2001:193) “kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana karyawan memandang pekerjaan mereka”.

Menurut Davis (2001:105) “kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak menyenangkan dari pekerjaan mereka”. Sementara itu Strauss dan

Sayles (1986:6) mengemukakan bahwa

“karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan paga gilirannya akan menjadi frustasi, sebab karyawan seperti ini akan melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering mencari dan melakukan hal-hal yang tidak

ada hubungannya dengan pekerjaan yang

seharusnya dilakukan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, berarti kepuasan kerja mengandung arti yang sangat penting, baik dari sisi pekerja maupun perusahaan serta bagi masyarakat secara umum. Oleh karena itu, menciptakan keadaan yang bernilai positif dalam lingkungan kerja suatu perusahaan mutlak merupakan kewajiban dai setiap jajaran pimpinan perusahaan yang bersangkutan.

(3)

477

Kepuasan kerja dapat dijadikan ukuran proses pembangunan iklim manusia yang berkelanjutan dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, kepuasan kerja yang tinggi digunakan oleh para manajer karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi juga merupakan suatu pertanda pengelolaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik dan mencerminkan fungsi manajerial yang efektif.

Herzberg (dalam As’ad, 2003:185) mengemukakan satu prinsip dari dua hal yang

berbeda atau juga disebut dengan Herzberg’s Two

Theory yaitu kepuasan kerja dan ketidakpuasan

kerja. Artinya kepuasan dan ketidakpuasan kerja bukan merupakan variabel yang kontinyu. Teori ini didasarkan pada hasil penelitiannya dimana ia membagi sutuasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok pemuas (satisfier) dan kelompok bukan pemuas (dissatisfier).

1. Kelompok pemuas (satisfier) merupakan

faktor-faktor yang meliputi prestasi

(achievement), pengakuan (recognation),

tanggung jawab (responsbility), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work it self) dan kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth).

2. Kelompok bukan pemuas (dissatisfier)

merupakan faktor tidak adanya kepuasan yang terdiri dari upah, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur pekerjaan, mutu supervisi, mutu hubungan pribadi diantara rekan, dengan atasan dan dengan bawahan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam bekerja. Agar kepuasan kerja karyawan dapat dicapai, maka faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja tersebut perlu diidentifikasikan terlebih dahulu. Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kerja bagi setiap karyawan berbeda karena adanya perbedaan sistem nilai, persepsi dan pribadi masing-masing

karyawan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja itu merupakan segala sesuatu yang erat hubungannya dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan sendiri dan biasanya lebih cenderung dengan situasi yang menyenangkan, baik situasi dalam melaksanakan pekerjaannya maupun kerjasama antara atasan dan bawahannya. Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Blum (dalam As’ad, 2003:114) yaitu:

a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan,

watak dan harapan.

b. Faktor sosial, meliputi hubungan

kekeluargaan, pandangan masyarakat,

kesempatan berekreasi, dan kegiatan

perserikatan pekerja, kebebasan politik dan hubungan kemasyarakatan.

c. Faktor utama dalam pekerjaan meliputi upah,

pengawasan, ketenteraman kerja, kondisi kerja dan kesempatan kerja untuk maju. Selain itu penghargaan terhadap kecakapan,

hubungan sosial di dalam pekerjaan,

ketetapan dalam menyelesaikan konflik antar

manusia, perlakuan yang adil baik

menyangkut pribadi maupun tugas.

Faktor lain dikemukakan oleh Giselli dan Brown (dalam As’ad, 2003:112) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan yaitu:

a. Kedudukan (posisi)

b. Pangkat (golongan)

c. Umur

d. Jaminan finansial dan jaminan kerja

e. Mutu pengawasan

Robbins (2003:123) juga menyebutkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya:

a. Pekerjaan yang secara mental menantang,

artinya apakah pekerjaan yang dilakukan karyawan saat ini ada tantangannya atau tidak sama sekali.

b. Ganjaran yang pantas, karyawan

menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang adil.

c. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan

peduli akan lingkungan baik untuk

karyawan pribadi maupun untuk

mempermudah pelaksanaan tugas.

d. Rekan kerja atau atasan yang mendukung.

Bagi kebanyakan karyawan bekerja bukan sekedar untuk mendapatkan upah, tetapi juga untuk mengisi kebutuhan interaksi sosial.

Berdasarkan pendapat di atas, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada dasarnya adalah majemuk dan saling berpengaruh antara satu dengan yang lain.

Pengukuran Kepuasan Kerja

Pengukuran kepuasan kerja dapat

dikelompokkan kedalam tiga macam, seperti yang dikemukakan oleh Wekley & Yukl yaitu:

1. Discrepancy Theory

Locke dalam buku As’ad (2003:106)

menerangkan bahwa kepuasan kerja

(4)

478

antara should be (expectations, needs atau

value) dengan apa yang menurut perasannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi.

Apabila yang didapat lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat dicrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan dibawah standar minimum sehingga menjadi dicrepancy yang negatif, maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

2. Equity Theory

Prinsip dan teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan

equity dan inequity atas suatu situasi,

diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain.

3. Two Factor Theory

Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda (Herzberg, dalam As’ad 2003:175). Artinya, kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu

tidak merupakan suatu variabel yang

kontinue.

Budaya Organisasi

Budaya perusahaan pada dasarnya

merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam perusahaan (Kotter dan James, 2002:97). Norma mencerminkan pola perilaku para individu di dalam perusahaan, contohnya: kesigapan dalam memberikan layanan para

pelanggan, sedangkan nilai mencerminkan

keyakinan atau kepercayaan mereka akan hal-hal tertentu yang dapat mendatangkan kesuksesan, contohnya: perhatian yang besar pada kepuasan pelanggan.

Schermerhorn, Hunt dan Osborn (2001:267-268) menyebutkan ada dua fungsi budaya bagi

perusahaan yaitu sebagai instrument external

adaptation dan internal integration. Dalam

external adaptation, budaya organisasi berfungsi sebagai: 1) Petunjuk (guide line) pencapaian tujuan, dan 2) pedoman dalam menghadapi pihak luar. Dalam hal ini budaya organisasi berfungsi bagi perusahaan dalam menghadapi kondisi

eksternal organisasi. Seringkali kondisi ini mempengaruhi bahkan mengombang ambingkan

perusahaan. Pada konteks inilah budaya

diproyeksikan mampu memberikan kekuatan bagi upaya menjaga eksistensi perusahaan. Budaya yang mampu memberikan petunjuk ini bermanfaat untuk menuntun perilaku employee.

Sementara internal integration berarti budaya

organisasi sebagai instrument yang dapat

membentuk collective indentity dan sebagai

finding ways yang mengkolaborasikan metode

bekerja dan kehidupan bersama (living together). Pada bagian ini budaya organisasi mampu mengidentifikasikan tiga aspek utama dalam kehidupan berorganisasi yaitu: 1) memberikan batasan siapa anggota dan bukan anggota, 2) menentukan perilaku anggota yang dapat diterima dan yang tidak dalam organisasi, 3) membatasi konsep keberpihakan, mana kawan dan lawan. Dalam konteks ini pun budaya organisasi seringkali dihubungkan dengan konsep-konsep alokasi power, status, peran dan otoritas.

Orientasi budaya organisasi seperti

diungkapkan di atas berkaitan erat dengan

pendefinisian budaya perusahaan. Smircich

(dalam Bachtiar, E, 1996) menyatakan “budaya organisasi merupakan nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama anggota organisasi”. David (dalam Gordon, 1991) menyatakan, “budaya organisasi dipandang sebagai suatu sistem spesifik organisasi yang terdiri dari asumsi-asumsi dan nilai-nilai umum yang mencetuskan pola-pola perilaku tipikal. Sistem ini ditransmisikan secara formal dan informal”.

Robbin (2003:215) menyatakan, “budaya

organisasi (organizational culture) sebagai suatu

sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi sebagai sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain”. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi ("a system of shared meaning held by members that

distinguishes the organization from other

organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key characteristics that the organization values").

Lebih lanjut Robbins (2003:251-256)

memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:

1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko

(Inovation and risk taking), adalah sejauh

mana organisasi mendorong para

(5)

479

mengambil resiko. Selain itu bagaimana

organisasi menghargai tindakan

pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan;

2) Perhatian terhadap detil (Attention to

detail), adalah sejauh mana organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian kepada rincian. Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara lain :

dilakukan pencatatan jumlah arus

kendaraan dan penumpang yang keluar masuk terminal, memeriksa kelengkapan adminstrasi persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan;

3) Berorientasi kepada hasil (Outcome

orientation), adalah sejauh mana

manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara lain: melaksanakan penjualan TPR pangkalan, pemungutan retribusi, menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan tugas;

4) Berorientasi kepada manusia (People

orientation), adalah sejauh mana

keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di

dalam organisasi. Penerapan dalam

organisasi terminal penumpang umum antara lain: mendorong karyawan yang menjalankan ide-ide mereka, memberikan penghargaan kepada karyawan yang

berhasil menjalankan ide-ide; (5)

Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak

hanya pada individu-individu untuk

mendukung kerjasama. Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara lain: dukungan manajemen pada karyawan untuk bekerja sama dalam satu tim, dukungan manajemen untuk menjaga hubungan dengan rekan kerja di anggota tim lain;

5) Agresifitas (Aggressiveness), adalah

sejauh mana orang orang dalam organisasi

itu agresif dan kompetitif untuk

menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya. Penerapan dalam organisasi terminal penumpang umum antara lain: persaingan yang sehat antar karyawan dalam bekerja, karyawan didorong untuk mencapai produktivitas optimal;

6) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana

kegiatan organisasi menekankan status

quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

Penerapan dalam organisasi terminal

penumpang umum antara lain:

manajemen mempertahankan karyawan yang berpotensi, evaluasi penghargaan dan kinerja oleh manajemen ditekankan kepada upaya-upaya individual, walaupun senioritas cenderung menjadi faktor utama dalam menentukan gaji atau promosi.

Martin (dalam Luthans, 2001:127)

menyatakan “budaya organisasi terdiri dari norma-norma tertentu, kisah tentang organisasi, aturan-aturan dan prosedur formal organisasi, kode formal dalam berprilaku, ritual, tugas-tugas, system pengupahan tertentu, jargon-jargon, dan jokes, yang hanya dipahami oleh orang-orang yang berada dalam organisasi.”.

Sedangkan Paramita (dalam Ndraha,

1999:80) menyatakan, “budaya kerja secara umum sebagai sekelompok pola pikir dasar atau program mental yang dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama

manusia yang dimiliki suatu golongan

masyarakat. Budaya kerja dapat dibagi menjadi:

1) Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan

akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan

pekerjaannya sendiri, atau merasa

terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.

2) Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin,

berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat

untuk mempelajari tugas dan

kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau sebaliknya.

Lebih lanjut Ndraha (1999:87) menyatakan, “dari sikap terhadap pekerjaan lahir perilaku saat bekerja. Misalnya dari bilief bahwa kerja adalah ibadah, lahir sikap antusias (enthusiastics, bersemangat) terhadap suatu pekerjaan.

Rumengan (2002), menyatakan, “bila

organisasi tidak memiliki nilai-nilai yang

diyakininya, organisasi cenderung mempasrahkan dirinya pada nasib, dan sulit untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. Nilai-nilai yang diyakini oleh kebanyakan anggota organisasi sebagai suatu aturan main yang sah membuat nilai-nilai itu menjadi budaya.

Bagaimanapun juga, organisasi harus

(6)

480

paling vital yaitu manusia yang mempunyai nilai dan norma.

Bank Syariah Mandiri dan Budaya Organisasi Syariah

Pada dasarnya Bank Syariah sama dengan Bank Konvensional yang berperan sebagai lembaga intermediatori yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa perbankan lainnya. Akan tetapi pada Bank Syariah dalam operasionalnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam.

Menurut Ensiklopedi Islam (Sumitro,

2001:5) Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip Syariah Islam. Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam yaitu

mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Bank Islam (Bank Syariah) adalah bank

yang menjalankan kegiatan usahanya

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, serta memberikan jasa perbankan lainnya sesuai dengan prinsip Syariah Islam dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Hafidhudin dan Tanjung (2002:72-75)

menyatakan, budaya kerja yang diterapkan di institusi syariah adalah sebagai berikut:

1) Siddiq, berarti memiliki kejujuran dan

selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan

yang sengaja antara ucapan dan

perbuatan.

2) Istiqamah, artinya konsisten dalam iman

dan nilai-nilai yang baik, meskipun

menghadapi godaan dan tantangan.

Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam bentuk keteguhan, kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.

3) Fathanah, berarti mengerti, memahami

dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat.Amanah, berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban.

Amanah ditampilkan dalam bentuk

keterbukaan, kejujuran dan pelayanan

optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik)

dalam segala hal.

4) Tablig, berarti mengajak sekaligus

memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5) Selanjutnya selain yang dibahas di atas,

corporate culture dari institusi syariah juga mencerminkan nilai-nilai Islam, misalnya dalam cara melayani nasabah, cara berpakaian, membiasakan shalat berjamaah, doa di awal dan di akhir bekerja dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam budaya syariah ada rambu-rambu yang diterapkan dan harus diikuti. Antonio (1999:46) menyatakan, Islam mendorong

penganutnya berjuang, untuk

mendapatkan materi/harta dengan

berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. Rambu-rambu tersebut diantaranya: carilah yang halal lagi baik; tidak menggunakan

cara-cara bathil; tidak

berlebih-lebihan/melampuai, tidak dizhalimi;

menjauhkan diri dari riba, maisir

(perjudian dan intended speculation); dan

gharar (ketidakjelasan atau manipulatif), serta tidak melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infaq dan shadaqah.

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Esensi “nilai” dalam budaya organisasi erat

kaitannya dengan kepuasan kerja karena

mempengaruhi nilai, sikap dan perilaku anggota organisasi (Hamidah dan Agus Sunan, 2001). Gambar 1 memperlihatkan alur pengaruh budaya

organisasi terhadap efektivitas organisasi

(7)

481

Gambar 1

Pengaruh Kultural Terhadap Efektivitas Organisasi

Kultur Organisasi

Nilai, Sikap Keyakinan Norma-norma

Efektivitas Organisasi Produksi Mutu Efisiensi Fleksibel Kepuasan Kemampuan bersaing Pengembangan Kelangsungan hidup Kultur Nasional

Nilai, Sikap Keyakinan Adat istiadat Kepercayaan Bahasa Sejarah

Tempat Kerja/ Pekerja Nilai, Sikap Keyakinan Norma-norma Tujuan

Sumber: Kreitner dan Angelo Kunicki (dalam Gibson, 2002).

Berdasarkan gambar di atas dapat

disimpulkan bahwa budaya organisasi yang didalamnya terkandung nilai, sikap, keyakinan, dan norma-norma yang dianut oleh anggota organisasi akan berpengaruh pada efektivitas organisasi dan kepuasan kerja anggota organisasi tersebut. Dengan demikian nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh seseorang yang bekerja pada organisasi syariah juga akan berpengaruh pada kepuasan kerjanya.

Hasil Penelitian Sebelumnya

Hamidah dan Agus Sunan, (2001)

mengadakan penelitian yang berjudul pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada lembaga keuangan syariah baitul maal wat tamwil. Penelitian diadakan di Blitar Jawa Timur. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Adanya pengaruh signifikan dari faktor-faktor

budaya organisasi pada lembaga keuangan

syariah secara bersama-sama terhadap

kepuasan kerja karyawan. makna yang

diambil adalah budaya pada lembaga

keuangan syariah telah terinternalisasi dengan baik sehingga mampu memberikan pengaruh

yang signifikan kepada kepuasan

karyawannya.

2. Hasil uji analisis regresi linier berganda

menunjukkan pengaruh masing-masing faktor terhadap kepuasan kerja secara signifikan dan positif. Hal ini berarti meningkatnya budaya organisasi pada masing-masing faktor akan

semakin meningkatkan kepuasan kerja

karyawan.

Selanjutnya Daryatmi (2005) dalam penelitiannya dengan judul “Pengaruh Motivasi,

Pengawasan dan Budaya Kerja Terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa Kabupaten Karanganyar”, menyimpulkan bahwa Motivasi, pengawasan dan budaya kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhdap produktivitas kerja karyawan. Budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan pada produktivitas kerja, ditunjukkan oleh nilai t hitung budaya kerja = 3,600 > t tabel = 2,392 pada taraf alpha = 1%.

Hipotesis Penelitian

Dari latar belakang penelitian dan landasan teoritis yang telah penulis uraikan sebelumnya, yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini adalah budaya organisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh.

METODE PENELITIAN

Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini diadakan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh. Objek penelitian berhubungan dengan budaya syariah yang berlaku pada bank tersebut dan dikaitkan dengan kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri itu sendiri. Sesuai dengan variabel utama penelitian yaitu budaya organisasi dan kepuasan kerja karyawan, maka budaya perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai, norma-norma dan peraturan yang berlaku pada Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh sebagai lembaga yang dijalankan berdasarkan

syariah Islam. Budaya tersebut adalah siddiq,

istiqamah, fatanah, amanah dan tablig.

Selanjutnya kepuasan kerja yang dimaksudkan dilihat dari kepuasan karyawan dalam bekerja sehubungan dengan penerapan budaya syariah itu sendiri.

Populasi dan Penarikan Sampel

(8)

482

Teknik Pengumpulan Data dan Skala Pengukuran

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan melalui pengedaran kuesioner. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan/pernyataan yang berhubungan dengan budaya organisasi dan kepuasan kerja karyawan. Responden diminta untuk menentukan pilihan jawabannya terhadap masing-masing pernyataan terkait.

Skala pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari skala nominal dan skala ordinal. Skala nominal digunakan untuk data yang diperoleh dengan cara katagorisasi atau klasifikasi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dengan menggunakan skala nominal adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan karakteristik responden. Skala ordinal adalah pemberian skala yang dimaksudkan untuk membedakan tingkatan data. Dalam penelitian ini, skala ordinal yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert (Liker Scale) untuk memberikan skor/bobot untuk

masing-masing alternatif pilihan jawaban

kuesioner dengan ketentuan 1 = tidak setuju/tidak puas, 2 = kurang setuju/kurang puas, 3 = cukup setuju/cukup puas, 4 = setuju/puas dan 5 = sangat setuju/sangat puas.

Peralatan Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam mencari

pengaruh budaya organisasi (independent

variable) terhadap kepuasan kerja karyawan (dependent variable), maka dapat dirumuskan bahwa kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh merupakan fungsi dari budaya organisasi. Berdasarkan uraian di atas maka model empiris yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana (simple linier regression) (Umar, 1995:145):

Y = a + bX + e Dimana:

Y = Kepuasan kerja

a = konstanta

b = koefisien regresi X = Budaya perusahaan.

e = Error term

Untuk mencari hubungan antara independent

variable (budaya organisasi) dengan dependent

variable (kepuasan kerja karyawan) digunakan

peralatan statistik koefisien korelasi product moment (product moment corelation) dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 1999:213).

 

 

2 2

)

(

)

(

x

n

y

y

x

n

y

x

xy

n

rxy

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi

y = Skor jawaban responden atas pernyataan

yang berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan.

x = Skor jawaban responden atas pernyataan

yang berhubungan dengan budaya

perusahaan.

n = Jumlah responden

Pada tingkat keyakinan 95 persen, hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut. Ho : Budaya organisasi tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh.

Ha : Budaya organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja

karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh.

Untuk menerima atau pun menolak

hipotesis digunakan uji t, yaitu dengan

membandingkan besaran nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95%

(

5%). Nilai t hitung dapat dirumuskan

sebagai berikut.

)

1

(

)

2

(

2 0

r

n

r

t

dengan dk = n – 2

Dimana:

t0 = t hitung

r = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah responden

 Apabila nilai t hitung > t tabel, hipotesis (Ha)

diterima, sebaliknya hipotesis (Ho) ditolak yang bermakna bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Banda Aceh.

 Sebaliknya nilai t hitung < t tabel, maka

hipotesis (Ha) ditolak, hipotesis (Ho) diterima yang bermakna budaya organisasi tidak berpengaruh positif dan siginifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Banda Aceh.

Untuk memudahkan dan mempercepat

perhitungan penulis menggunakan bantuan

komputer melalui software SPSS (Statistical

(9)

483

Operasional Variabel

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka variabel dalam penelitian terdiri dari budaya organisasi sebagai

independent variable dan kepuasan kerja

karyawan sebagai dependent variable. Kepuasan

kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan kerja (Anoraga, 2003:125). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan terdiri dari Rasa senang dengan pekerjaan dibebankan, Rasa puas terhadap nilai-nilai Islami yang berlaku di tempat kerja, Rasa puas bekerja dengan tidak melalaikan kewajiban sebagai muslim, Rasa puas terhadap peraturan-peraturan yang sesuai dengan ajaran Islam, Rasa puas terhadap cara pelayanan BSM yang sesuai dengan nilai-nilai islami, Rasa puas terhadap tanggung jawab yang diberian BSM menurut ajaran Islam dan Kepuasan terhadap sistem perbankan di BSM yang sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Budaya organisasi syariah adalah nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi Bank Syariah Mandiri Banda Aceh, yang meliputi siddiq, istiqamah, fatanah, amanah,

tablig, dan nilai-nilai ke-Islaman lainnya.

(Hafidhudin & Tanjung, 2002:72). Indikator pengukuran budaya organisasi terdiri dari

Memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam, konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik, meskipun menghadapi godaan dan tantangan, Mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban, Memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban, Mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan nilai-nilai ke-Islaman lainnya.

HASIL PENELITIAN

Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas

Pengujian reliabilitas digunakan untuk

mengetahui kehandalan kuesioner. Tolok ukur

reliabilitas secara statistik adalah nilai cronbach

alpha, dengan ketentuan suatu kuesioner

dinyatakan handal apabila nilai cronbach alpha di atas 0,60. (Malhotra, 1996:203). Hal ini berarti apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai cronbach alpha dibawah 0,60 maka kuesioner

yang digunakan untuk pengumpulan data

dinyatakan tidak handal.

Hasil pengujian reliabilitas variabel

penelitian memperlihatkan bahwa 2 (dua) variabel yang menjadi penilaian dalam penelitian secara keseluruhan diperoleh tingkat kehandalan telah memenuhi persyaratan baik menurut Malhotra.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai cronbach alpha

masing masing variabel seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1

Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner

No Variabel Jumlah

Item

Nilai

Alpha Keterangan

1

2

Kepuasan kerja Budaya Organisasi

7

5

0,784

0,736

Reliabel

Reliabel

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai cronbach alpha untuk masing-masing variabel sebesar 0,784 untuk variabel kepuasan kerja dan sebesar 0,736 untuk variabel budaya organisasi.

Kedua nilai cronbach alpha tersebut lebih besar

dari 0,60 sehingga dapat diartikan bahwa semua instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan budaya organisasi model penelitian ini telah memenuhi syarat keandalan dan layak dilakukan penelitian.

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan

menggunakan uji Pearson Product-Moment

Coeffesient of Corelation dengan bantuan

software computer melalui program Statistic

Package for Social Science (SPSS). Sedangkan

jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan nilai

kritis korelasi product moment dimana apabila

nilai korelasi hitung lebih besar bila

dibandingkan dengan nilai kritis r product moment (r hitung > r tabel) maka item terkait dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel dapat diartikan item pernyataan terkait tidak valid.

(10)

484

menunjukkan nilai r hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapat diartikan seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel kepuasan kerja dinyatakan valid.

Selanjutnya variabel budaya organisasi terdiri dari 5 item pernyataan, yang disimbolkan dengan item (B1-B5). Nilai r hitung untuk pernyataan

pertama yang disimbolkan dengan B1

menunjukkan angka sebesar 0,860, lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar

0,301. Selanjutnya nilai r hitung untuk

pernyataan kedua yang disimbolkan dengan B2 menunjukkan angka sebesar 0,806 juga lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapat diartikan bahwa item pernyataan pertama (B1) dan item pernyataan kedua (B2) pada variabel budaya organisasi dinyatakan valid. Begitu juga halnya dengan item pernyataan lainnya memperlihatkan r hitung > r tabel. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil pengujian validitas dapat dilihat tabel 2.

Tabel 2

Hasil Pengujian Validitas Data

Variabel Item Koefesien

Korelasi

Nilai Kritis

r ( n = 43) Ket

Kepuasan Kerja A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 0,559 0,630 0,507 0,790 0,676 0,738 0,718 0,301 0,301 0,301 0,301 0,301 0,301 0,301 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Budaya Organisasi B1 B2 B3 B4 B5 0,860 0,806 0,715 0,639 0,450 0,301 0,301 0,301 0,301 0,301 Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai r hitung untuk seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan budaya organisasi menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan dengan nilai kritis r product moment (r tabel). Sehingga dapat diartikan semua item pernyataan dinyatakan valid.

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh

Budaya organisasi syariah merupakan

kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai yang dianut pada organisasi tersebut dan diwujudkan dalam sikap dan perbuatan anggota organisasi. Budaya

organisasi syariah meliputi siddiq, istiqamah,

fathanah, amanah, dan tablig. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa budaya tersebut berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data dengan menggunakan peralatan statistik analisis regresi linier sederhana seperti terlihat dalam bagian output SPSS dibawah ini.

Tabel 3

Bagian Ouput SPSS yang Memperlihatkan Nilai Konstanta dan Nilai Koefisien Regresi

Coefficientsa

1.324 .388 3.414 .001

.673 .100 .724 6.722 .000

(Constant) Budaya organisasi Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coeff icients Beta Standardized Coeff icients t Sig.

Dependent Variable: Kepuasan Kerja a.

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Persamaan regresi linier sederhana yang menjelaskan keterkaitan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja karyawan dituliskan sebagai berikut.

Y = 1,324 + 0,673X

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,362 dapat diartikan peningkatan nilai rata-rata skor alternatif jawaban responden terhadap pernyataan

yang berhubungan dengan budaya organisasi

sebesar 1,00 akan meningkaktan nilai rata-rata

skor alternatif jawaban mereka terhadap

pernyataan yang berhubungan dengan kepuasan kerja sebesar 0,362. Dengan kata lain, semakin baik pelaksanaan budaya organisasi syariah yang

dalam hal ini terdiri dari siddiq, istiqamah,

fathanah, amanah dan tablig, akan semakin tinggi kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh.

Budaya organisasi yang berlaku pada Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh yang meliputi siddiq, istiqamah, fathanah, amanah, dan tablig mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan kerja karyawan bank tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) dan nilai koefisien determinasi seperti terlihat dalam bagian output SPSS berikut ini.

Tabel 3

Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien

Determinasi (R2)

Model Summaryb

.724a .524 .513 .4266694

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

St d. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Buday a organisasi a.

Dependent Variable: Kepuasan Kerja b.

(11)

485

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,724 lebih besar dari 0,50. Selanjutnya nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,524 dapat diartikan

hanya sebesar 52,4 persen kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh budaya organisasi syariah. Sedangkan sebesar 67,6 persen (1-0,524) lagi dipengaruhi oleh faktor lain selain budaya organisasi (siddiq, istiqamah, fathanah, amanah, dan tablig). Faktor-faktor tersebut meliputi faktor lain selain budaya organisas, seperti pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan, lingkungan kerja, kompensasi, gaya kepemimpinan atasan dan lain sebagainya.

Pembuktian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan peralatan statistik uji t. Hal ini disebabkan variabel independent penelitian hanya terdiri dari satu variabel yaitu budaya organisasi. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai t hitung sebesar 6,722. Sedangkan nilai nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar 2,020. Dengan demikian hipotesis Ha ditolak, sebaliknya hipotesis Ho diterima, yang bermakna, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh.

Temuan penelitian ini sangat konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Hamidah dan Agus Sunan, (2001) pada lembaga keuangan

syariah Baitul Maal wat Tamwil di Blitar Jawa

Timur yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan dari faktor-faktor budaya organisasi pada lembaga keuangan syariah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan. Makna yang diambil adalah budaya pada lembaga keuangan syariah telah terinternalisasi dengan baik sehingga mampu memberikan pengaruh yang signifikan kepada kepuasan karyawannya. Secara parsial, pengaruh masing-masing faktor terhadap kepuasan kerja secara signifikan dan positif. Hal ini berarti meningkatnya budaya organisasi pada masing-masing faktor akan semakin mening-katkan kepuasan kerja karyawan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Budaya organisasi berpengaruh positif

terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan diwujudkan dalam bentuk prosedur atau pun peraturan kerja yang ada pada bank tersebut sudah sesuai dengan

keinginan karyawan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka.

2. Hubungan antara budaya organisasi dengan

kepuasan kerja karyawan tergolong erat. Ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,724. Selanjutnya nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,524 dapat diartikan

hanya sebesar 52,4 persen kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh budaya organisasi syariah.

3. Hasil pengujian statistik dengan

menggunakan uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar 6,722, lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 0,020. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan

budaya kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh dapat diterima.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka sebagai rekomendasi dan saran penelitian ini adalah, sebaiknya pimpinan Bank

Syariah Mandiri Cabang Banda Aceh

mewujudkan budaya organisasi dalam bentuk peraturan perusahaan yang harus dipatuhi oleh semua karyawannya. Hal ini disebabkan, budaya organisasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah sesuai dengan ajaran Islam, dinyatakan mampu meningkatkan kepuasan karyawan dalam bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji (2003) Perilaku Keorganisasian,

PT Dunia Pustaka Utama, Jakarta.

As’ad, Moh (2003) Psikologi Industri, Liberty, Yogyakarta.

Bachtiar, E (1996) Manajemen Budaya

Perusahaan Untuk Pengendalian Organisasi, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 02 TH XXV, Februari.

Daryatmi (2005) Pengaruh Motivasi, Pengawasan dan Budaya Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Desa

Kabupaten Karanganyar, Jurnal

Manajemen Sumber Daya Manusia, Vol. 8, No. 2 Hal 321-339.

Davis, Keit dan Jhon W. Newston (2001) Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.

Gordon, G. G, (1991) Industry Determinants of

Organizational Culture, Academy of

(12)

486

Hafidhuddin, Didin dan Henri Tanjung (2003) Manajemen Syariah Dalam Praktik, Gema Insani Press, Jakarta.

Handoko, T. Hani (2001) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Liberty, Yogyakarta.

Ismanggil, Wagiono (2002) Berfikir Strategik,

Keberhasilan dan Mengendalikan

Perubahan, Manajemen Usahawan

Indonesia, No. 09 TH XXXI September.

Kotter, J. P & Heskett, J. L., (2002) Corporate

Culture and Performance, New York, Free Press.

Luthans, F. (2001) Organizational Behaviour,

Seventh Edition, Mc Grow-Hill, New York.

Malhotra, K. Naresh (2005) Marketing Researh,

Printice Hall, New York.

Ndraha, Taliziduhu (1999) Pengantar Teori

Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Robbin, Stephen (2003) Perilaku Organisasi,

Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta.

Singarimbun, Masri (2006). Metode Penelitian

Survey, Cetakan Kedua, LP3ES, Jakarta. Soetjipto, Budi W dan Firdaus Noor (2003)

Memodifikasi Perilaku, Manajemen

Usahawan Indonesia, No. 11 TH XXX

Nopember.

Sugiyono (1999) Statistika Untuk Penelitian,

Edisi Pertama, Penerbit CV. Alpha Betha, Bandung.

Sumitro, Warkum (2001) Azas-azas Perbankan

Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (Bumi dan Tafakur) di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Umar, Husein (1995) Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia, Jakarta. Wiener, Y (1998) Forms of Value System: A

Focus on Organizational Effectiveness and

Cultural Change and Maintanance,

Gambar

Gambar 1  semakin
Hasil Pengujian Validitas Data Tabel 2 Y = 1,324 + 0,673X  Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Adanya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer maka tindakan manajer akan selaras dengan pemegang saham sehingga dengan hubungan selaras tersebut maka

Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata

Kini internet telah menyediakan situs - situs web yang menyediakan informasi untuk suatu organisasi, tentu saja seiring dengan kemajuan zaman.Penulis dapat membantu pihak

Berdasarkan perbandingan tersebut dihasilkan kesamaan semua faktor yang menjadi pertimbangan dalam penataan dan pembangunan menara BTS di Kota Bandung antara lain pertimbangan

Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau badan, yang bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang

keluarga terhadap perilaku keagamaan remaja di dalam bermasyarakat di Desa.. Sumberingin Kidul Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung

tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan

Hisab penentuan awal bulan Kamariah berdasarkan tingkat akurasinya terbagi menjadi hisab „ urfi , hisab taqrībi, hisab haqīqi bit- tahqīq , dan hisab haqīqi