• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: permainan bahasa, media sosial, bunyi bahasa,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata kunci: permainan bahasa, media sosial, bunyi bahasa,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERMAINAN BUNYI BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL

Ni Wayan Sartini FIB UUNAIR yaniwiratha@yahoo.com

ABSTRAK

Maraknya penggunaan media sosial di berbagai bidang telah mempengaruhi komunikasi masyarakat Indonesia. Media sosial telah merambah ke seluruh ruang-ruang dan waktu. Media sosial sebagai sebuah ranah memilki ragam bahasa yang sangat khas dan variatif. Untuk itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dinamika permainan bunyi bahasa dalam media sosial. Data diambil dari percakapan dalam media sosial facebook. Permainan bunyi bahasa tersebut akan dikaji dari tataran fonologi. Dari analisis data ditemukan permainan bunyi bahasa dalam media sosial berupa ellipsis, abbreviation, prosodic spelling, phonetic spelling, lexical substitution, dan regiolectal spelling. Permainan bahasa dalam media sosial ini untuk mendapatkan mengekspresikan ide, emosi, efek-efek tertentu lainnya. Percakapan dalam media sosial secara teknis berbentuk tulisan dengan kreativitas pungtuasi untuk mengekspesikan emosi. Oleh sebab itu banyak aspek percakapan lisan juga ditemukan dalam ruang-ruang percakapan di media sosial.

Kata kunci: permainan bahasa, media sosial, bunyi bahasa,

ABSTRACT

The increasing usage of social media in various fields had influenced the communication of Indonesian society. Social media had penetrated throughout space and time. Social media as a domain had a very distinctive and varied language. In related with it, this research aimed to determine the dynamics of the sound language in social media. Data were taken from conversations in social media, facebook. The sound language games were examined from the phonological level. It was found that the sound of language in social media were in the form of ellipsis, abbreviation, prosodic spelling, phonetic spelling, lexical substitution, and regiolectal spelling. The sound language game in social media was to get express ideas, emotions, and certain other effects. The conversations in social media were technically in the form of writing with punctuation to express emotions. Therefore, many aspects of oral conversation were also found in conversation spaces in social media.

Keywords: language games, social media, language sounds

PENDAHULUAN

(2)

media soal memegang peran penting dalam proses komunikasi yang dilakukan seseorang, sekelompok masyarakat, organisasi atau komunitas-komunitas

Media sosial adalah sebuah media online yang para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi dan berbagi informasi. Kaplan dan Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet atas dasar ideologi dan teknologi yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content. Dengan kata lain, media sosial adalah website and application used for social networking, sarana masyarakat dalam melakukan komunikasi yang berbasis internet dengan menggunakan aplikasi perangkat teknologi komunikasi (gadget) (Gayatri, 2015). Media sosial yang sering diakses oleh masyarakat adalah facebook, twitter, path, youtube, instagram, kaskus, line, whatsapp, bbm dan sebagainya. Masing-masing media sosial tersebut memiliki keunggulan dalam menarik penggunanya seperti akses yang cepat dan kekayaan fitur-fitur fasilitas lainnya. Dengan fasilitas itu, pengguna media sosial dapat dengan bebas mengedit, menambahkan, memodifikasi tulisan, gambar dan sebagainya.

Pesatnya perkembangan media sosial saat ini disebabkan oleh kemudahan untuk memiliki media sendiri tanpa susah payah mengurus segala sesuatunya yang berkaitan dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Perkembangan tersebut bukan berarti bebas dari segala pengaruh yang ditimbulkannya. Media sosial telah banyak memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Pengaruh itu nampak pada remaja, pendidikan, perekonomian, budaya, bahasa dan sebagainya. Akhir-akhir ini media sosial digunakan untuk menyebarkan berita bohong, mencaci maki seseorang atau masyarakat, menghina, menghasut dan hal-hal negatif lainnya. Namun media sosial juga dapat berdampak posistif ketika media itu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat untuk masyarakat.

We are Social mencatat penetrasi pengguna Facebook via mobile phone di Indonesia tertinggi di dunia yakni mencapai 88,1 % tahu 2014 dan naik menjadi 92,4% pada tahu 2015. Phua pendiri Paktor menyatakan bahwa masyarakat menggunakan media sosial 73% hobi berkenalan, 53% menghabiskan waktu luang, 12<7% cara berkenalan yang praktir, 8% pelarian hubungan yang tidak bahagia (viva.co.id, 2015). Hingga tahun 2015 jumlah pengguna internet telah menjangkau 140 jutaan.

Bagi masyarakat Indonesia menggunakan salah satu media sosial merupakan suatu kebutuhan. Media sosial memberikan berbagai akses dan kemudahan seperti : (1) memungkinkan untuk berkomunikasi secara lintas wilayah, (2)efisiensi waktu; (3) kebebasan untuk mengekspresikan diri secara emosional, teks, dan visual; (4) kebebasan menyampaikan ide, gagasan atau pendapat tanpa harus bertatap muka secara langsung; (5) mempertautkan relasi yang berjarak (long distance relationship), (6) sumber pengetahuan; (7) memberi ruang untuk eksistensi diri; promosi usaha; (80 menyimpan data atau dokumentasi personal dan sosial; (9) sarana diskusi dan curah pendapat (sharing).

Walaupun media sosial adalah media yang dapat diakses secara pribadi, namun di Indonesia saat ini ada UU no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mengatur etika berkomunikasi di media sosial. Dalam Bab VII pasal 27 –pasal 33 membahas perbuatan yang dilarang dalam penyebaran informasi dan transaksi elektronik yaitu tentang muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan (pencemaran nama baik), dan muatan pemerasan atau atau pengancaman. Pasal 28 memuat tentang menyebarkan berita bohong dan mnenyesatkan, serta menyebarkan kebencian atau permusuhan individu atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan.

(3)

sebagainya. Kajian ini sangat penting karena bahasa sangat berperan dalam memunculkan berbagai makna. Dengan bahasa, sebuah pesan itu akan sampai pada penerima apakah positif atau negatif bergantung karakteristik atau bentuk-bentuk bahasa yang digunakan seperti pemilihan diksi dan struktur (gramatika). Tujuan-tujuan penggunaan bahasa walaupun tidak tersurat secara jelas, namun dapat dipahami secara tersirat dari karakteristik bahasanya.

Penelitian tentang media sosial telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti, namun penelitian tentang karakteristik bahasa media sosial terutama yang berkaitan dengan permainan bahasa dalam media sosial belum banyak dilakukan. Dalam media sosial proses komunikasi melibatkan komunikator (sender) yang mengirim pesan (message) kepada komunikator (reciever) yang memberikan umpan balik (feedback). Model komunikasi ini dipengaruhi oleh; 1) latar belakang budaya, 2) ikatan kelompok, 3) harapan, 4) pendidikan, 5) situasi dimana perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan faktor-faktor tersebut dalam mengekspresikan diri, akan muncul berbagai bentuk permainan bahasa baik dari sender maupun reciever.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Language Games Wittgenstein

Teori yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini adalah Teori Language Games (permainan bahasa) oleh Wittgenstein yang menyatakan bahwa bahasa tidak hanya memiliki satu struktur logis melainkan bersifat kompleks dari segi penggunaannya dalam hidup manusia yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran Wittgenstein tersebut kemudian membuka cakrawala baru dalam berfilsafat yaitu berfilsafat tidak lagi didasarkan atas bahasa yang memiliki struktur logika yang ketat, tidak lagi didasarkan atas logika formal dan matematis, melainkan didasarkan kepada bahasa sehari-hari, yaitu bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari (oradinary language). Oleh karena kehidupan sehari-hari itu bersifat kompleks yaitu meliputi bermacam-macam bidang kehidupan maka penggunaan bahasanya pun juga meliputi bermacam-macam. Banyaknya jumlah ini senantiasa berkembang dan tidak tetap sehingga senantiasa muncul jenis-jenis bahasa baru yang silih berganti dan yang lama menjadi terlupakan.

Istilah Language Games (tata permaina bahasa) yang dipakai Wittgenstein dalam arti bahwa menurut kenyataannya bahasa merupakan sebagian dari suatu kegiatan atau merupakan suatu bentuk kehidupan. Setiap ragam permainan bahasa mengandung aturan permainan tertentu yang mencerminkan ciri atau corak khas dari permainan bahasa yang bersangkutan. Keanekaragaman dalam gidup manusia memerlukan bahasa yang digunakan dalam konteks-konteks tertentu. Oleh karena itu setiap konteks kehidupan manusia menggunakan bahasa tertentu yang memiliki aturan-aturan tertentu. Setiap permainan bahasa memiliki aturan permainan sendiri-sendiri yang tidak dapat dicampuradukkan dengan tata aturan permainan satu dengan yang lainnya. Penggunaan bahasa dalam konteks (ragam) tertentu tidak boleh dicampur dengan konteks ragam yang lainnya. Kekacauan akan timbul bila kita mencampuradukkan aturan permainan bahasa yang satu dengan yang lainnya.

(4)

pengubahan bentuk-bentuk kata (bahasa) dapat menyampaikan berbagai ide, maksud, ekspresi dan dapat memunculkan efek-efek tertentu dalam interaksi di media sosial.

Cyberpragmatics

Cyberpragmatics adalah studi tentang komunikasi lewat internet (study of internet-mediated communication) (Yus,2010). Bidang ini menganalisis bagaimana informasi diproduksi dan diinterpretasi dalam lingkungan internet. Cyberpragmatics juga tertarik pada bagaimana pengguna mengakses konteks informasi dan bagaimana pengguna memproduksi kata-kata untuk kelancaran komunikasi dalam media siber (cyber) ini. Untuk mengalisis bentuk-bentuk permainan bahasa dalam media sosial ini diterapkan teori yang disampaikan oleh Yus (2011). Menurut Yus (2011) dalamS komunikasi virtual terjadi permainan bentuk bahasa dalam mengekspresikan ide, makna, emosi, dan perasaan. Berikut ini adalah tipe-tipe permainan bahasa (kata) dan model perubahan bentuk kata (deformation) dalam media sosial.

a) Orthographics mistake adalah bentuk kata yang dibentuk dengan dengan kesalahan-kesalahan ortografi. Beberapa di antaranya diproduksi dengan kesalahan-kesalahan dalam stressing the keys, namun di lain pihak kesalahan itu memang sengaja dibuat, sebagai bagian dari permaian bahasa. Kesalahan ini biasa dalam ruang percakapan (chat room) dan bisa diterima sebagai bagian dari teks interaksi berikut ini.

b) Phonetic orthography and eye dialect. Tipe ini merupakan strategi untuk melisankan kata-kata (pesan-pesan) dalam media sosial. Tipe ini meliputi bentuk-bentuk dengan terminologi seperti yang disusulkan oleh Androutsopoulos (2000:521—522) yakni;

(i) Phonetic spelling adalah strategi dalam mereproduksi teks seperti dalam ucapan (contoh; menulis ―imeil‖ untuk ―e-mail‖)

(ii) Collocial spelling merujuk pada produksi kata-kata yang sesuai dengan lafal ujaran. Contoh : What d‟yu wanna do?

(iii) Prosodic spelling; (iv) Interlingual spelling; (v) Regiolectal spelling

(vi) Homophone spellings; termasuk lexical substitutions dan graphem substitutions

c) Abbreviations, acronyms, clippings

Dalam ruang percakapan (chatt room) banyak sekali terdapat tipe-tipe ini. Memulai paragraf dengan berbagai hiroglif misalnya. Hal ini hanya pengguna yang menguasai konvensi (aturan-aturan) dari dari strategi ini.

d) Ellipsis.

Tipe ini digunakan oleh pengguna untuk menghemat waktu ketika mengetik pesan dengan lingkungan yang dinamik. Ellipsis adalah alat yang tepat untuk itu.

PEMBAHASAN

(5)

Tipe ephemeral terlihat pada bentuk alegro yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan (Chaer,1995:93). Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dari dialek-dialek dan bahasa daerah atau bahasa asing. Demikian juga dengan struktur morfologi dan sintaksisnya. Seringkali struktur morfologi dan sintaksis yang normatif tidak digunakan. Ragam santai ini juga dapat disebut dengan jargon. Jargon ini merupakan variasi sosial yang digunakan oleh kelompok tertentu dan seringkali tidak dipahami maknanya oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya (Chaer, 1995:89). Dalam konteks kekinian, bahasa (jargon-jargon) dalam media sosial ini dapat dikategorikan bahasa gaul. Bahasa gaul adalah bahasa yang diciptakan untuk tujuan komunikasi di antara komunitas tertentu seperti remaja, dan kelompok-kelompok sosial lainnya.

Ciri atau keunikan bahasa media sosial khususnya facebook ini terlihat pada keleluasaan atau kebebasan dari seorang pengguna media sosial dalam membentuk sebuah kata (istilah). Keleluasaan itu terlihat pada penyimpangan bentuk katanya. Namun dalam kelompok sosial ini makna sebuah istilah telah disepakati bersama antarpengguna media sosial sehingga tidak terjadi gangguan dalam berkomunikasi. Ciri kesantaian, arbitrary dan permainan bunyi jelas sekali terlihat dalam istilah-istilah dalam media sosial ini.

Untuk mengetahui permainan dan dinamika bahasa dalam media sosial, data bahasa akan dianalisis dari tataran fonologi. Fenomena ini menarik karena dalam media sosial ditemukan permainan bunyi bahasa untuk mengekspresikan ide dan perasaan para pengguna media sosial.

Fonologi adalah struktur bahasa yang mengkaji penggunaan fonem-fonem atau bunyi (fonetik) dalam suatu bahasa. Dalam tataran fonologi, dinamika bahasa media sosial terlihat dalam struktur kata yang sangat variatif antara lain dengan cara menghilangkan atau menambahkan satu atau beberapa fonem dalam kata dan menuliskan kata-kata asing dengan lafal (fonetis). Berikut ini adalah tipe-tipe permainan bahasa yang ditemukan dalam media sosial facebok.

Ellipsis

Elipsis merupakan sebuah alat (tool) yang digunakan oleh pengguna media sosial untuk menyingkat waktu ketika menulis pesan. Dalam komunikasi sehari-hari masyarakat biasanya meninggalkan (menghilangkan) unsur-unsur implisit, non-coded. Berikut ini data kata yang termasuk fenomena fonologi dengan ellipsis (pelesapan) satu atau beberapa fonem pada kata-kata yang digunakan dalam media sosial facebook.

Tabel 1. Kata-kata yang mengalami proses ellipsis No. Kata baku Data kata medsos

1. tahu Tau

2. lihat Liat

3. habis Abis

4. sudah Udah

5. saja Aja

6. semangat Mangat

7. tidak ngga, ga, g

8. belum Lum

(6)

Tabel 2. Kata sapaan yang mengalami proses ellipsis No. Kata Baku Data Medsos Proses Fonologi

1. Sister Sis Pemotongan suku kata kedua 2. Brother Bro Pemotongan suku kata kedua 3. Juragan Gan Pemotongan dua suku kata pertama

4. Cinta Cin Pemotongan suku kata kedua

5. Mommy Mom Pemotongan suku kata kedua 6. Baby Beib Pelesapan bunyi [i] di akhir kata 7. Friend Pren Perubahan [f] menjadi [p] 8. Sayang Say Pemotongan suku kata kedua

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sapaan dalam media sosial memiliki pola yang hampir sama yaitu trancation role (kaidah pemotongan) dan pertukaran bunyi. Sebagian besar mengalami pemotongan pada suku kata kedua kecuali data Gan berasal dari kata Juragan terjadi pemotongan suku kata jura Sapaan Beib jika direkonstruksi berasal dari lafal kata baby yaitu [beibi] dengan melesapkan satu bunyi [i] di akhir kata. Begitu juga dengan sapaan pren muncul dari perubahan bunyi [f] dalam friend menjadi bunyi [p]. Kata-kata yang mewarnai media sosial memiliki ciri khas dan karakteristik tertentu. Memodifikasi bunyi-bunyi dalam kata-kata merupakan suatu bentuk kebebasan dalam mengekspresikan ide dan tujuan-tujuan komunikasi. Penggunaan kata-kata sapaan yang bentuknya merupakan pemenggalan dari kata aslinya merupakan suatu gejala allegro dan ciri dari ragam akrab atau intimate. Di samping sapaan-sapaan tersebut juga digunakan sapaan-sapaan seperti halnya dalam bahasa Indonesia yaitu ibu, bapak, saudara, kakak, adik, tante dan sebagainya.

Bentuk-bentuk sapaan dalam media sosial tersebut merupakan sapaan dalam percakapan informal (informal conversational). Hal ini menunjukkan adanya kedekatan hubungan atau keakraban di antara peserta percakapan dalam media sosial ini. Keintiman dan topik-topik emosional mendorong penggunaan ucapan ((spelling) non-standar dan juga menggunakan simbol-simbol yang secara tipikal merupakan percakapan virtual.

Abbreviation (penyingkatan)

Bagian dari permainan bahasa dalam media sosial adalah munculnya bentuk-bentuk penyingkatan (singkatan) seperti dalam tabel berikut.

Tabel 3. Data abbreviation

No. Kata Baku Bentuk penyingkatan

1. dari dr

2. dulu dl

3. bisa bs

4. cepat cpt

5. dapat dpt

6. sampai smp

7. dan n

8. karena krn

9. juga jg

Regiolectal Spelling

(7)

ayu menjadi wayu, uayu cantik menjadi cuantik seneng menjadi sueneng seger menjadi sueger

Dalam bentuk kata, dalam media sosial juga ditemukan bentuk leksikal yang merupakan variasi regional atau regiolectal word.

(1) Terus terang saya merasakan nikmatnya menimba ilmu waktu kuliah ketemu dengan dosen-dosen cantik termasuk Bu Lina salah satunya. Saya maturnuwun

sekaliiii.

(2) Thanks Buk Dewi for the compliment. All the best with your routines. Have a plleasnt long holiday. Rahajeng.

(3) Inggihh Astungkara...salam buat keluarga nggihh. (4) Ojo dibulii yoo..he he

(5) Matur tengkiu untuk jempol cantiknya ya prennn... (6) Ready size m dan L mbak.

Bentuk regiolektal pada data di atas merupakan variasi regional yaitu bahasa Jawa dialek Suroboyo. Penambahan fonem /u/ pada kata-kata di atas tujuannya untuk mempertegas makna untuk mendapat efek penyangatan. Penambahan vokal /u/ pada adjektiva disertai dengan pengucapan yang panjang atas vokal itu menunjukkan makna ‗sangat‘, ‗mengagumkan‘, ‗luar biasa‘. Variasi regiolektal juga banyak digunakan terutama kata-kata atau ujaran-ujaran yang umum seperti dalam bahasa Bali inggih ‗ya‘, matur suksma ‗terima kasih‘, rahajeng ‗selamat‘, dan bahasa Jawa seperti maturnuwun ‗terima kasih‘Mas ‗kakak laki-laki dalam bahasa Jawa‘ , ojo ‗jangan‘ dan sebagainya.

Prosodic Spelling

Prosodic spelling merujuk pada transkripsi tekstual dari prosodic contour bunyi-bunyi dengan memendekkan kemudian mengulang (repetition) huruf-huruf, kapitalisasi, dan menggunakan secara kreatif tanda-tanda pungtuasi (Yus, 2011). Strategi ini banyak digunakan dalam berbagai media sosial seperti twitter, facebook, dan media sosial lainnya. Data berikut menunjukkan penggunaan prosodic spelling dalam media sosial facebook.

(1) Haiiiii...apa kabar adik-adik cantik. (2) Aku kangennnnnnnn!

(3) Siippp...yukkk...

(4) Prennn gue ga bisa datang ya. (5) Wahh..sayur pare mauuuu!!! (6) Pergi bareng? NO WAY..!!! (7) Aku sUDAHh siyap he he..

(8) HBD my best friend wish u all the best.

Lexical Substitution

Strategi ini berisi kata-kata atau bagian kata yang diucapkan sama atau ekuivalen pada awal kata tetapi lebih pendek atau kata-kata tertentu disubstitusi oleh bentuk lain seperti angka-angka yang pengucapan sama dengan kata-kata tertentu. Berikut ini adalah data yang ditemukan dalam media sosial yang termasuk lexical substitution.

Tabel 4. Data Lexical Substitution

No. Word use Standar equivalen

1. 4get forget

(8)

3. 2morrow tomorrow

4. 1day oneday

5. U2 you too

6. 18er later

7. An3dis Anti gadis

8. 7an tujuan

Di samping kata-kata dalam tabel–tabel di atas, dalam media sosial juga ditemukan kata-kata yang berbentuk phonetic spelling sebagai strategi dalam mereproduksi teks. Kata-kata yang diproduksi ini merupakan kata-kata yang dibentuk dari ucapan yang dituliskan (oralize text).

Tabel 5. Kata-kata yang mengalami phonetic spelling

No. Kata baku Word use

1. Download Donlot, donlod

2. Upload aplot

3. By the way bedewe

4. Happy birthday hepibesde

5. Anyway aniwe

6. Fashion fesyen

7. Thank you tengkiu

8. Caption kapsyen

9. Concern konsen

10. Combain kombin

11. Comment komen

12. Share serr

13. Complain komplin

14. Cover kover

15. Custumer kastemer

16. My lovely mailuphli

17. Love you luphyu

18. Guys Gaiss

19. Bully buli

Dari data dalam tabel di atas, terlihat bahwa seluruh kata yang merupakan phonetic spelling berasal dari bahasa Inggris. Pengucapannya disesuaikan dengan lafal bahasa Indonesia. Secara pragmatik munculnya kata-kata dengan phonetic spelling tersebut bertujuan untuk mendapatkan efek-efek tertentu dalam interaksinya terutama kedekatan atau keintiman.

Ciri khas bahasa dalam media sosial adalah kebebasan memodifikasi bentuk kata baik penambahan, pengurangan, penghilangan, penggantian, penyingkatan fonem atau bunyi. Variasi bentuk kata banyak ditemukan dalam media sosial baik dalam dialog maupun monolog dalam bentuk status yang dibuat para pengguna media sosial. Sebagai contoh kata terima kasih memiliki berbagai bentuk seperti makasih, trims, tks, maaci, makacih

(1) a. Cantik dua duanyaaa (emoticon kiss) b. Hihi...maaci te ima. Kapan ke Bali.

(9)

(3) a. Trims ya atas bantuan teman-teman semua, maaf tidak bisa ikut.

(4) a. Harap semua hadir tepat waktu. Tks.

Penggunaan berbagai bentuk ungkapan terima kasih dalam bahasa media sosial ditentukan oleh faktor social distance atau jarak sosial antara partisipan dalam percakapan.

SIMPULAN

Ciri atau keunikan bahasa media sosial khususnya facebook ini terlihat pada keleluasaan atau kebebasan dari seorang pengguna media sosial dalam membentuk sebuah kata dengan memodifikasi bunyi-bunyi bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu. Keleluasaan itu terlihat pada proses pembentukannya yaitu elipsis, penyingkatan, phonetic spelling, regiolektal spelling, dan lexical subsitution. Proses-proses tersebut menjadi ciri khas dari bahasa siber (cyber language). Walaupun menyimpang dari bentuk-bentuk standar, namun dalam kelompok sosial ini makna sebuah istilah telah disepakati bersama antarpengguna media sosial sehingga tidak terjadi gangguan dalam berkomunikasi. Ciri kesantaian, arbitrary dan permainan bunyi jelas sekali terlihat dalam istilah-istilah dalam media sosial ini.

Munculnya berbagai bentuk permainan bunyi bahasa dalam media sosial ini menunjukkan kreativitas para pengguna media sosial. Bentuk-bentuk non- standar yang digunakan dalam komunikasi ini merupakan tipikal dari komunikasi virtual sebagai akibat adanya keakraban dan topik-topik emosional dalam percakapan di media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Naomi. 2008. Always On. Language in an Online and Mobile World. Oxford : Oxford University Press.

Barron, Anne.2006. ―Understanding Spam: a Macro-Textual Analysis‖. Journal of Pragmatics 38.

Endarmono, Eko. 2014. ―Singkat Kata‘‖ dalam Kompas. Oktober, 2014.

Gayatri, Ida Ayu Made. 2015. ―Peran Media Sosial dalam Memperkuat Karakter Bangsa‖ Makalah disampaikan pada Seminar Bulan Bahasa FIB Unud Denpasar.

Kramsch, Claire. 2001. Language and Culture. Oxford : Oxford University. Litoseti, Lia. 2010. Research Methods in Linguistics. New York : Continuum.

Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of Pragmatics. London : Longman Limited. Raper, J. 2005. ―The Impact of the Internet on the Ownership of Information‖ In D. Nicholas & R.Ian,eds. The Internet : Its Impact and Evaluation. London : Aslib/IMI

Muhajir, Noeng. 1996. Metode penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta: Rake Serasin Sartini, Ni Wayan. 2015. ―Dinamika Bahasa di Media Sosial‖. Makalah disajikan dalam

International Conference Linguistic Scientific Meeting Faculty of Humanity Postgraduate Program Padjadjaran University.

Wijana, I Dewa Putu. 2004. ―Angka, Bilangan, dan Huruf dalam permainan Bahasa‖ dalam Linguistik Indonesia No 1 Tahun-21. Jakarta : Yayasan Obor

Wittgenstein, Ludwig. 1963. Tractatus Logiko Philosophicus. London : Routledge & Kegan Paul Ltd.

Gambar

Tabel 1. Kata-kata yang mengalami proses ellipsis
Tabel 2. Kata sapaan yang mengalami proses ellipsis
Tabel 5. Kata-kata yang mengalami phonetic spelling

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis tutupan terumbu karang di Perairan Kota Makassar ditemukan dalam tiga kondisi menurut standar ukuran Braun-Blanquet (1965) yaitu Bagus (50-75%) ditemukan

Sebagai anak yang melakukan pelanggaran atau kejahatan (berkonflik dengan hukum), seringkali hak-hak anak tersebut tidak terlindungi pada setiap fase pemeriksaan,

Pengukuran komposisi unsur logam adalah faktor utama dalam penggunaan data untuk menentukan kemungkinan sumber pencemar, dimana proses identifikasi dan

Mengingat Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis yang disepakati di Jakarta oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana

Fenomena yang menarik disini yang per- tama adalah inflasi berpengaruh positip dan signifikan terhadap PBV, ini berarti kenaikan harga- harga di pasar produk ternyata

Peneliti ingin mengambil sampel siapa saja yang menurut pertimbangan sesuai denganh maksud dan tujuan peneliti. Informan yang dipilih merupakan masyarakat yang

Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara.. 5 hubungan timbal balik