BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyakit Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina.
1.1.Etiologi
Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang yang
sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadic, penyebab utama
penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk,
pertumbuhan dan perkembangan bangsa serta bepergian ke daerah endemik.
1.1.1 Pejamu/inang (Host)
Malaria mempunyai dua inang yaitu, manusia (intermediate host),
nyamuk Anopheles (Defenitive host).
1. Manusia (intermediate host)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat
terkena malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin
sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi
keterpaparan terhadap gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria
transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki,
namun kehamilan menambah risiko terkena malaria. Malaria pada wanita
hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak
antara lain berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur, dan
kematian janin intrauterin. Malaria kongenital sebenarnya sangat jarang
dan kasus ini berhubungan dengan kekebalan yang rendah pada ibu.
Secara proporsional, insiden malaria kongenital lebih tinggi di daerah
prevalensi.
Faktor-faktor genetik pada manusia sangat mempengaruhi terjadinya
malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respon
imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa
faktor genetik bersifat protektif terhadap malaria ialah : a). golongan darah
Duffy negative, b). hemoglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia,
c). thalasemia (alfa dan beta), d). hemoglobinopati lainnya (HbF dan
HbE), e). defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase), f).
ovalositosis.
2. Nyamuk Anopheles (Defenitive host)
Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2000 spesies,
sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia
menurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles,
sedang yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 16 spesies dengan
nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat
hidup tersebut yaitu tempat berkembang biak, tempat istirahat, dan tempat
mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada
malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai
tengah malam sampai menjelang pagi hari.
1.1.2 Penyebab (Agent)
Penyebab malaria adalah genus Plasmodium. Ada 4 macam plasmodium yaitu (1). Plasmodium falciparum (malaria tropika), (2).
Plasmodium vivax (malaria tertiana), (3). Plasmodium malarie (malaria
kuartana), dan (4). Plasmodium ovale.
Plasmodium falciparum (malaria tropika) merupakan spesies yang
paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi
berat. Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan
hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang
terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah
yang terbagi dalam : 1) fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2)
fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular
penyakit bagi nyamuk malaria. Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual
yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.
Lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat (Ferry & Makhfudli, 2009).
Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia
dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan
mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang
akan datang saling berpengaruh (Friaraiyatini, Keman, & Yudhastuti,
2006).
a. Lingkungan Fisik
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan
transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda-beda bagi setiap
spesies. Pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari
untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax,
14-15 hari untuk Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
1.Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang
optimum berkisar antara 200C dan 300C. Makin tinggi suhu (sampai batas
makin rendah suhu, maka makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
2. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas
paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban
yang lebih tinggi, nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria.
3. Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung dari
jenis dan deras hujan, jenis vektor, dan jenis tempat perindukan. Hujan
yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya
nyamuk Anopheles.
4. Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada
ketinggian di atas 2000 meter jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa
berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Di
pegunungan Papua, yang dulu jarang ditemukan malaria, kini lebih sering
transmisi malaria ialah 2500 meter di atas permukaan laut (di Bolivia).
5. Angin
Kecepatan dan arah angina dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk
dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
6. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles
sundaicus lebih suka tempat yang teduh, Anopheles hyrcanus sp dan
Anopheles pinctulatus sp lebih suka tempat yang terbuka. Anopheles
barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.
7. Arus air
Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau
lambat. Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras, dan
Anopheles letifer menyukai air tergenang.
8. Kadar garam
Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya
12-18 % da tidak berkembang pada kadar garam 40 % keatas. Namun, di
Sumatera Utara ditemukan pula perindukan Anopheles sundaicus dalam
air tawar.
b. Lingkungan Biologik
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan tumbuhan lain dapat
matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya
berbagai jenis ikan pemakan larva seperti iakn kepala timah, gambusia,
nila, mujair, dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu
daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi
jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila ternak tersebut tidak
dikandangkan tidak jauh dari rumah.
c. Lingkungan Sosial Budaya
Kebiasaan untuk di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya
bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara
lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang
kawat kasa pada rumah, dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai
kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan, dan pembangunan pemukiman baru sering mengakibatkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (man-made
malaria). Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor
penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan
perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus
malaria yang diimport (Suriadi,1999).
Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi
malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling
sering dan menyebabkan malaria vivax/tertian. Plasmodium falciparum
menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup
ganas, mudah resistensi dengan pengobatan menyebabkan malaria
falciparum/tropika. Plasmodium malariae jarang dan dapat menimbulkan
sindrom nefrotik dan menyebabkan malaria malariae/quartana. Dan
Plasmodium ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh
spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Umumnya, gejala yang disebabkan Plasmodium falciparum lebih berat
dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lain, sedangkan gejala
yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale paling
ringan (Prabowo, 2004).
Selama perkembangan di dalam sel darah merah, P. falciparum
mengekspor berbagai jenis protein pada permukaan sel darah merah terinfeksi.
Protein dapat mempengaruhi sistem imun pada tubuh manusia melalui
mekanisme variasi antigen. Selain itu, sel darah yang terinfeksi tersebut dapat
melekat (cytoadhesion) pada reseptor sel-sel endothelial tubuh manusia
sehingga terhindar dalam mekanisme clearance pada sistem imun host
Malaria dapat menimbulkan berbagai komplikasi termasuk anemia.
Anemia yang diderita ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan bahkan
kematian saat persalinan, berat bayi lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan
pada anak yang mengakibatkan mundurnya kemampuan kognitif dan
kemampuan memahami pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, jika Indonesia
berhasil bebas dari malaria, akan didapat peningkatan kesehatan masyarakat
dan mutu generasi penerus bangsa (Depkes RI, 2010).
Berbagai langkah dan upaya ini diharapkan akan meningkatkan akses
masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan demikian
masyarakat semakin dekat dengan pelayanan kesehatan dan siap-siaga dalam
menghadapi berbagai tantangan di bidang kesehatan termasuk malaria dan
penyakit potensial wabah lainnya, menurunkan angka kesakitan penyakit
menular, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, guna mencapai visi
Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”
(Depkes RI, 2010).
Faktor lain yang turut memperparah kondisi malaria di dunia, termasuk
di Indonesia adalah akibat resistensi nyamuk terhadap insektisida dan obat anti
malaria. Zaman dulu DDT merupakan insektisida yang sangat ampuh
membunuh nyamuk malaria dan berhasil menekan kasus malaria di berbagai
belahan bumi. Namun belakangan diketahui bahwa ternyata nyamuk telah
menjadi kebal dengan DDT dan juga pengaruh negatif DDT terhadap
kematian serangga lain yang ternyata secara ekologis berguna bagi manusia
1.3.Patologi dan Gejala
Perjalanan penyakit malaria terdiri dari serangan demam yang disertai
oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala khas
demamnya adalah periodisitasnya. Masa tunas intrinsik pada malaria adalah
waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala
demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada spesies
parasit (terpendek untuk P. falciparum, terpanjang untuk P. malariae), pada
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi
hospes. Masa tunas intrinsik parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk
kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falsiparum, 13-17 hari untuk
malaria vivaks dan ovale, dan 28-30 hari untuk malaria malariae (kuartana).
Di samping itu juga tergantung pada cara infeksi yang mungkin disebabkan
oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfuse
darahyang mengandung stadium aseksual. Masa pra-paten berlangsung sejak
saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali,
karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (FK UI, 1996).
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal,
yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan
mual dan muntah.
Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium:
1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga
selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi
biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah.
Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara
15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah
menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas
seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah,
nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik
sampai 410C (1060F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai
6 jam.
3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak
sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang
sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak
dan waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4
jam.
Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan
berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya
serangan demam ini untuk tiap spesies tidak sama.
Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya
disebut relaps. Relaps dapat bersifat : a). rekrudesensi (relaps jangka pendek)
yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.
Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu sesudah serangan pertama hilang.
eksoeritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga
demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang.
Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan
pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis,
walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali.
Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah
tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
1.4.Penatalaksanaan
1.4.1. Upaya Pencegahan
Berbeda dengan penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan
meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat
tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Usaha pembasmian penyakit
malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena
beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang
tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan
sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha
yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan
pemberantasan terhadap penularan parasit (Prabowo, 2004).
Program pencegahan penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai
penyakit dan kematian yang disebabkan oleh malaria, sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan yang utama.
Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun
masyarakat yaitu: 1) mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang
berdiam di daerah endemik, 2) mengobati karier malaria menggunakan
primakuin, karena mampu memberantas bentuk gametosit. Namun
penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan secara missal karena
mempunyai efek samping, 3) pengobatan pencegahan pada orang yang
akan masuk ke daerah endemis malaria, 4) memberantas nyamuk
Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan menggunakan
insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang nyamuk
Anopheles, 5) menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan
menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang
diusapkan pada malam hari pada kulit badan jika berada di luar rumah
pada malam hari (Soedarto, 2008).
Pembasmian malaria berlangsung dalam 4 fase, yaitu : a). Fase
persiapan: pengenalan wilayah, penyediaan tenaga, bahan, alat,
kendaraan. b). Fase penyerangan : penyemprotan rumah dengan
insektisida yang mempunyai efek residual disertai dengan PCD dan
ACD. c). Fase konsolidasi : fase ini dimulai jika API (Annual Parasite
Incidence) kurang dari 1 %. Kegiatan terpenting adalah PCD dan ACD.
Fase ini berakhir jika selama 3 tahun berturut-turut tidak ditemukan lagi
ini dapat berjalan beberapa tahun untuk mempertahankan hasil yang
dicapai sampai dinyatakan bebas malaria oleh tim WHO setelah
beberapa syarat dipenuhi antara lain berfungsinya suatu jaringan
pelayanan kesehatan primer.
Dalam tahapan pencegahan penyakit peran tenaga kesehatan,
keluarga atau orang-orang dalam lingkungan terdekat sangat penting dan
dibutuhkan. Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi
malaria meliputi: 1). menghindari atau mengurangi kontak/gigitan
nyamuk Anopheles (pemakaian kelambu, penjaringan rumah, repelon,
obat nyamuk, dan lain-lain). 2). membunuh nyamuk dewasa dengan
menggunakan berbagai insektisida. 3). membunuh jentik (kagiatan
antilarva) baik secara kimiawi (larvisida) maupun biologik (ikan,
tumbuhan, jamur, bakteri). 4). mengurangi tempat perindukan (source
reduction). 5). mengobati penderita malaria jika sudah ada anggota
keluarga yang terkena malaria. 6). Pemberian pengobatan pencegahan
(profilaksis). 7). vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial).
Peran keluarga sangat vital untuk pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria. Orang tua harus memberikan dan mengajarkan apa itu
arti kebersihan dan manfaatnya kepada anak-anaknya. Mulai dari hal-hal
kecil seperti cuci tangan sebelum makan, mandi yang bersih, dan
sebagainya (Suriadi,1999).
terhadap kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber
daya yang tersedia (Sembel, 2009).
Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah
memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan
hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan
enviroment ). Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang
biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk
Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia
dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan
pengobatan penderita malaria. Lingkungan tempat perindukan nyamuk
harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya
genangan-genagan air di lingkungan manusia (Dinkes Prov Maluku, 2009).
Pengendalian dengan cara sanitasi, yaitu membersihkan
sarang-sarang pembiakan nyamuk, harus dilakukan secara serentak oleh seluruh
masyarakat. Pengendalian malaria dibutuhkan koordinasi dengan
berbagai elemen seperti Departemen Kesehatan/Dinas Kesehatan di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, organisasi internasional (misal
WHO dan UNICEP), agen-agen pemerintah dan non-pemerintah,
sektor-sektor privat, dan masyarakat (Sembel, 2009).
Aktivitas-aktivitas utama yang dapat dilakukan untuk intervensi
komunitas untuk diberi informasi tentang apa yang harus dibuat untuk
mencegah dan mengobati malaria, pelatihan dan supervisi
pekerjaan-pekerjaan kesehatan, serta penyediaan peralatan dan bahan (mikroskop,
obat-obat, kelambu) untuk memberi kesempatan kepada pekerja-pekerja
dan masyarakat melakukan intervensi (Sembel, 2009).
1.4.2. Pengobatan
Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap
obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, resiko efek toksik, juga
sebab lain yang sederhana seperti ada tidaknya obat tersebut di pasaran,
pilihan dan harga obat. Penggunaan obat antimalaria yang utama ialah
sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan kuratif
(terapeutik) dan pencegahan transmisi.
Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara
operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat antimalaria digunakan
oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi maka disebut proteksi
individu atau profilaksis individu. Bila obat digunakan sebagian atau
seluruh penduduk disebut proteksi dengan obat secara kolektif. Dalam
program pemberantasan malaria cara pengobatan juga penting seperti
pengobatan presumtif, pengobatan radikal dan pengobatan masal.
Pengobatan presumtif adalah tindak pencegahan yang terbatas pada
Sedangkan pengobatan masal dilakukan di daerah dengan endemisitas
tinggi (FKUI, 1996).
2. Peran Serta Masyarakat
2.1.Defenisi Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Di
dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan
masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat
memotivasi, mendukung, dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007)
Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. Apabila masyarakat hanya
menerima saja pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah atau
instansi penyelenggara kesehatan yang lain, masyarakat tidak merasa
mempunyai tanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Penyembuhan
atau pengobatan penyakit terhadapnya hanya dianggap sebagai barang
pinjaman dari luar saja, sehingga mereka tidak belajar apa-apa tentang
2.2.Elemen-Elemen Peran Serta Masyarakat
2.2.1.Motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk
bertindak, dimana bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari
luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi
itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya
motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya
datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasi
yang muncul dari diri kita (Sudrajat, 2008).
Fungsi motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun
bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan
motivasi yang jelas. Untuk itu motivasi memiliki beberapa fungsi antara
lain : motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat, fungsi motivasi
dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan
motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam kegiatannya;
motivasi sebagai penentu arah perbuatan, motivasi akan menuntun
seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah
dan tujuan yang ingin dicapainya; motivasi sebagai proses seleksi
perbuatan, motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan yang mana harus dilakukan; motivasi sebagai
pendorong pencapaian prestasi, prestasi dijadikan motivasi utama bagi
Jenis motivasi sendiri dilihat dari dasar pembentukannya yaitu:
motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita
tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk
mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan
dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan
keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki
keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun sering kali
dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini
bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidakberdayaan. Motivasi yang
dipelajari yaitu motivasi akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajaran. Selanjutnya motivasi
kognitif, bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan
proses fikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik. Motivasi ekspresi
diri, motivasi individu dalam melakukan aktifitas/kegiatan bukan hanya
untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dalam kegiatan
tersebut, dan motivasi aktualisasi diri yaitu motivasi bisa dijadikan sebagai
bentuk aktualisasi diri (Setiawan, 2008).
Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar
pembentukannya terdiri atas: motivasi bawaan, motivasi jenis ini ada
sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah
tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
2.2.2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pengoperasian rangsangan
(stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak
(non-verbal), untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan
ini dapat berupa suara atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan,
maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan
dapat dimengerti oleh pihak lain dan pihak lain tersebut merespon atau
bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari pihak yang memberikan
stimulus tersebut.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan
pesan yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada
masyarakat. Media massa seperti tv, radio, poster, film, dan sebagainya.
Sebagian dari informasi tersebut adalah sangat efektif untuk
menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi
(Notoatmodjo, 2007).
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.
Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan
masyarakat adalah sebagai berikut: komunikasi antar pribadi yaitu
komunikasi langsung, tatap muka antar satu orang dengan orang yang lain
baik perorangan maupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau
komunikasi antar pribadi ini terjadi antara petugas kesehatan health
provider dengan client, atau kelompok masyarakat atau anggota
masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi
massa. Artinya pesan-pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat
media massa dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar
pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan. Metode
antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena
didalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau
klien terjadi dialog. Klien lebih terbuka menyampaikan masalah dan
keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir
(Notoatmodjo, 2007).
Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis diantaranya
yaitu: sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan,
memperkenalkan perilaku sehat, pertukaran informasi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan secara mandiri dan pemenuhan permintaan
pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi selanjutnya yaitu tujuan praktis,
dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu diantaranya
untuk meningkatkan berbagai pengetahuan terkait dengan komunikasi,
efektif dan untuk membentuk sikap dan perilaku berkomunikas yang baik
(Setiawati,2008)
2.2.3. Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama dengan instansi-instansi di luar
kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak
diperlukan. Adanya team work antara mereka ini akan membantu
menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerja sama antara badan, instansi,
unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga
merupakan suatu usaha yang sinkron/teratur untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan (Nasir, 2009).
Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan
untuk saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam
perusahaan besar sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling
berlomba untuk kemajuan. Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian
harus saling menghargai. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling
menghargai akan makin bersemangat. Cara mengadakan koordinasi yaitu
antara lain: memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat,
keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang
berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk
bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Serta mendorong
anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan
sasaran.
2.2.4. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada
tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal
mungkin sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menetukan
prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring
dan program. Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan
bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2007).
3. Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga
maupun masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri berdasarkan azas kebersamaan dan
kemandirian (Agung, 2008).
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan
pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap
masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pencegahannya. Untuk itu
diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan
dalan rangka mencapai tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah salah
satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Dalam menurunkan angka kejadian penyakit malaria, sangat dibutuhkan
partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,
keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya (Depkes RI,
2001).
Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan
Kesehatan Masyarakat itu mencakup: a). sanitasi lingkungan, b). pemberantasan
penyakit, c). pendidikan kesehatan, d). manajemen (pengorganisasian) pelayanan
kesehatan, dan e). pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan
kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan di
antaranya yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekaya sosial adalah
menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi
pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar
penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu
upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat
serta pentingnya upaya-upaya dan fasilitas fisik tersebut dalam rangka
pemeliharaan, dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas
pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil secara optimal (Notoatmodjo,
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat
Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai
saat ini belum dapat diatasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi
masyarakat yaitu faktor pengetahuan, faktor lingkungan, faktor perilaku dan gaya
hidup masyarakat, faktor sosial ekonomi, dan faktor pelayanan kesehatan.
4.1.Faktor Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang
yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari
pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media
informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga
media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996).
Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam
mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini juga yang dapat
mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan. Pengetahuan
kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yaitu (1). Kepercayaan
berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan
nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung
bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain,
sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran
pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang
dituakan. (3). Panca indera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini
merupakan pengalaman indrawi. Kemampuan panca indera ini sering
diragukan kebenarannya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal
pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan.
(5). Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat
spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman
batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).
4.2.Faktor Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo, 2003).
Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan
yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi
faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian.
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu
langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam
hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran
masyarakat setempat. Faktor lingkungan yang sering menjadi penyebab
masalah dalam masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam
mengatasi kesehatan dan kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat dalam
bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di
suatu daerah. Adanya air payau, genangan air, pesawahan, pembukaan hutan,
dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat
perindukan nyamuk malaria.
4.3. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat
Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu 1). perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan seperti
memelihara lingkungan, 2). perilaku terhadap pencegahan penyakit seperti
tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, mengolesi
badan dengan obat anti gigitan nyamuk malaria, dan 3). perilaku sehubungan
dengan pencarian pengobatan seperti membeli obat sendiri tanpa resep
(Notoatmodjo, 2003). Agar tidak terjadi resisten pengobatan lagi, sangat
diharapkan para petugas kesehatan memberikan dosis pengobatan yang tepat
dan juga pasien atau masyarakat harus taat minum obat sesuai dosis yang
disarankan. Jangan karena merasa sudah sembuh, lantas pengobatan
dihentikan. Ini akan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi
obat malaria di masa depan.
Kebiasaan buruk sebagian masyarakat untuk berada di luar rumah
sampai larut malam di mana vektor lebih bersifat eksifilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Masih banyak insiden kebiasaan
masyarakat yang dapat merugikan kesehatan dan adat yang kurang bahkan
tidak menunjang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).
4.4. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya
dengan angka kesakitan dan kematian, dan ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Keadaan sosial ekonomi
imunitas alami sehingga lebih tahan. Sedangkan orang dengan status gizi
rendah juga bisa lebih rentan terkena infeksi parasit dibandingkan orang
berstatus gizi baik. Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan
ekonomi (Nursalam & Pariani, 2001).
Faktor sosial ekonomi, meliputi: pendidikan dan pekerjaan. Konsep
dasar pendidikan adalah suatu proses perkembangan, atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok
atau masyarakat. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di
dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai
kelebihan (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat
yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/berubah, karena manusia selama
hidupnya selalu berubah untuk menyesuaian diri terhadap perubahan
lingkungan, dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Nurcahyo, 2008).
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan
(Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001). Pekerjaan berkaitan erat dengan
penghasilan. Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transportasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003 & 2007).
4.5. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub
sistem di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun
demikian tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak
melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).
Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata rantai
siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah satu bentuk intervensi petugas
kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan
sarang nyamuk penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat
bertujuan agar masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan
pemberantasan malaria, sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup sehat