KETAHANAN PAPAN KOMPOSIT POLIMER DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT DAN PLASTIK POLIPROPILENA TERHADAP
ORGANISME PENGGEREK KAYU DI LAUT
HASIL PENELITIAN
Oleh:
AZMI PRATAMA
051203043/Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Ketahanan Papan Komposit Polimer dari Limbah Batang Kelapa Sawit dan Plastik Poliropilena terhadap Organisme Penggerek Kayu di Laut
Nama : Azmi Pratama Nim : 051203043 Departemen : Kehutanan
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Iwan Risnasari, S. Hut., M. Si Arif Nuryawan, S. Hut., M. Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan Sekretaris,
Azmi Pratama, Ketahanan Papan Komposit Polimer dari Limbah Batang Kelapa Sawit dan Plastik Polipropilena terhadap Organisme Penggerek Kayu di Laut di bawah bimbingan Iwan Risnasari dan Arif Nuryawan
ABSTRAK
Papan komposit polimer yang terbuat dari limbah batang kelapa sawit dan plastik polipropilena diuji sifat ketahanannya terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut. Pada penelitian ini pengujian ketahanan papan komposit polimer dilakukan di perairan areal PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan,Medan dengan tujuan mengevaluasi ketahanan papan komposit polimer dari limbah batang kelapa sawit dengan plastik polipropilena terhadap organisme penggerek kayu di laut dan identifikasi jenis-jenis organisme penggerek kayu di laut. Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit dan plastik polipropilena dapat dijadikan papan komposit polimer serta yang memiliki ketahanan terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut. Pengujian pada sifat fisis berdasarkan pada standar JIS A 5908-2003 dan ketahanan papan komposit polimer terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut berdasarkan SNI 01-7207-2006. Papan komposit polimer dibuat contoh uji berukuran 30 cm x 5cm x 2,5 cm disusun secara acak dan dirangkai dengan tali. Papan komposit polimer diumpankan di perairan Pelabuhan Belawan, Medan dan diamati setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisis papan polimer komposit seluruhnya telah memenuhi standar JIS A 5908-2003. Papan komposit polimer yang telah direndam selama 3 bulan memiliki intensitas serangan ringan. Sesuai dengan SNI 01-7207-2006 ketahanan papan komposit polimer terhadap organisme penggerek kayu di laut diklasifikasikan kedalam kelas I yaitu sangat tahan. Jenis organisme penggerek kayu di laut yang ditemukan yaitu Holiotis sp, Telescopium sp, Balanus sp, Cardisoma carnifex, Penaeus sp.
Kata kunci : Papan komposit, polipropilena, limbah batang sawit, sifat fisis, penggerek kayu di laut
ABSTRACT
Polimer composites board made from waste oil palm stem and polipropilena plastic testing of the resistance properties to Marine borers attack. This research of testing to polimer composites resistance was in the PT (persero) Indonesian ocean harbour unit I Belawan Medan with aims to evaluated of polimer composites resistance to Marine borers and the identification kinds of
Marine borers. The utilization of the waste oil palm stem and polipropilena
plastic can used polimer composite has been to Marine borers resistance. The physical properties testing were measured based on Japanese Industrial standard (JIS) A 5908-2003 and the polimer composites to Marine borers resistance were measured based on SNI 01-7207-2006. The sample of size polimer composites 30 cm x 5 cm x 2,5 cm made of random and bundles with rope. The polimer composites board in seashore harbor at the ocean of Belawan Medan and then observed after three months. The result of research indicate to all physical properties of the polimer composites board were met the standard JIS A 5908-2003. The polimer composites board were seashore for three month have been low attack intensity. To appropriate SNI 01-7207-2006 the polimer composites board resistance to Marine borers in classification on I class. The kinds of Marine
borers are Holiotis sp, Telescopium sp, Balanus sp, Cardisoma carnifex, Penaeus
sp.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Marindal- Medan pada tanggal 18 September 1986 dari ayahanda Taufik dan ibunda Hartini. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh selama ini :
1. Pendidikan Dasar di SD N 101789 Medan, lulus tahun 1998
2. Pendidikan Lanjutan di SLTP N 22 Medan, lulus tahun 2001
3. Pendidikan Menengah di SMA Swasta UNIVA 1 Medan, lulus tahun 2004 4. Tahun 2005 lulus ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
diterima pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga pernah menjadi asisten Praktik Pengenalan Pengolahan Hutan (P3H) T.A. 2008/2009, Praktikum Pengeringan Kayu T.A.2008/2009, Praktikum Perekat dan Perekatan T.A 2009/2010.
Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan Pengolahan Hutan (P3H) pada 2 lokasi yang berbeda yaitu di Hutan Mangrove Batubara dan Hutan
Pegunungan Lau Kawar (Sinabung). Selain itu penulis juga pernah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Andalas Merapi Timber (AMT), Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat dan diakhir kuliah
penulis melaksanakan penelitian dengan judul Ketahanan Papan Komposit
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan dan shalawat beriring salam kepada Rasulullah SAW semoga di hari kelak kita mendapatkan syafaatnya. Judul dari penelitian ini adalah
Ketahanan Papan Komposit Polimer dari Limbah Batang Kelapa Sawit dan Plastik Polipropilena terhadap Organisme Penggerek Kayu di Laut.
Dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak sehingga memberikan kesan yang berarti di hati penulis. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:
1. Ayahanda tercinta Taufik yang telah banyak memberikan arti kehidupan, semangat, kasih sayang dan motivasi kepada penulis dan Ibunda tercinta Hartini yang telah membimbing penulis selama ini dan memberikan
semangat, dorongan baik secara material dan spiritual serta Adinda Fachma Hamdilla dan Fikha Rosada yang telah menjadi motivasi penulis untuk
segera menyelesaikan pendidikan S-1 penulis.
2. Ibu Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si dan Bapak Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan serta
masukan yang sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis didalam menyelesaikan
penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam hal penulisan ataupun dalam hal lainnya.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkannya dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Papan Komposit Polimer ... 4
Proses Pembuatan ... 5
Kelapa Sawit ... 6
Klasifikasi Kelapa Sawit... 6
Kandungan Batang Kelapa Sawit ... 7
Limbah Kelapa Sawit ... 8
Polimer ... 9
Plastik ... 11
Polipropilena Murni ... 12
Polipropilena Daur Ulang ... 14
Bahan Aditif... 16
Penggerek Kayu di Laut (Marine Borer) ... 17
Crustaceae ... 17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
Alat dan Bahan ... 21
Prosedur Penelitian... 22
Persiapan Bahan Baku ... 22
Proses Pembuatan Papan Komposit Polimer ... 23
Pengadonan (Blending) ... 23
Pembuatan Lembaran ... 24
Pengempaan ... 24
Pengkondisian ... 24
Pengujian ... 24
Pengujian Papan Komposit Polimer ... 24
Pengujian Sifat Fisis Papan Komposit Polimer ... 25
Pengujian Ketahanan WPC Terhadap Penggerek Kayu di Laut ... 26
Analisis Data ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Sifat Fisis ... 31
Kerapatan ... 31
Kadar Air ... 35
Daya Serap Air ... 38
Pengembangan Tebal ... 42
Intensitas Serangan Penggerek Kayu di Laut ... 47
Kehilangan Berat Papan Komposit Polimer ... 52
Jenis Penggerek Kayu di Laut ... 53
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67
Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Sifat-Sifat Dasar Batang Kelapa Sawit dan Kelapa ... 8 2. Karakteristik Kimia Batang Kelapa Sawit, Agathis dan Jati ... 8 3. Karakteristik Polipropilena ... 13 4. Sifat Fisis Mekanis Beberapa Hasil Penelitian Pembuatan Papan Komposit
Polimer dengan Menggunakan Polipropilena Daur Ulang ... 15 5. Komposisi Kebutuhan Bahan Baku Papan Komposit Polimer ... 23 6. Sifat Fisis Mekanis Papan Komposit Polimer dengan Standard JIS A 5908
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Langkah-Langkah dalam Pembuatan Papan Komposit Polimer ... 6
2. Rumus Bangun Polipropilena ... 13
3. Pola Pembagian Kelapa Sawit ... 22
4. Contoh Uji Ketahanan Terhadap Penggerek Kayu di Laut ... 27
5. Skema Rangkaian Contoh Uji dalam Proses Pengumpanan ... 30
6. Papan Komposit Polimer yang Dihasilkan ... 31
7. Rerata Nilai Kerapatan Papan Komposit Polimer ... 32
8. Rerata Nilai Kadar Air Papan Komposit Polimer ... 35
9. Rerata Nilai Daya Serap Air Papan Komposit Polimer 2 Jam ... 38
10. Rerata Nilai Daya Serap Air Papan Komposit Polimer 24 Jam ... 39
11. Rerata Nilai Pengembangan Tebal Papan Komposit Polimer 2 Jam ... 43
12. Rerata Nilai Pengembangan Tebal Papan Komposit Polimer 24 Jam ... 44
13. Rerata Nilai Intensitas Serangan Penggerek Kayu di Laut ... 47
14. Rerata Nilai Kehilangan Berat Akibat Penggerek Kayu di Laut ... 49
15. Serangan Penggerek Kayu di Laut Terhadap Papan Komposit Polimer .... 49
16. Serangan Penggerek Kayu di Laut Terhadap Kayu Sengon (Kontrol) ... 52
17. Holiotis sp ... 54
18. Telescopium sp ... 56
19. Balanus sp... 58
20. Serangan Balanus sp pada papan komposit polimer ... 59
21. Cardisoma carnifex ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Keragaman Kerapatan (g/cm3) ... 73
2. Analisis Keragaman Kadar Air (%) ... 74
3. Analisis Keragaman Daya Serap Air 2 Jam (%)... 74
4. Analisis Keragaman Daya Serap Air 24 Jam (%) ... 75
5. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal 2 Jam (%) ... 76
6. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal 24 Jam (%) ... 77
7. Analisis Keragaman Intensitas Serangan (%) ... 78
8. Analisis Keragaman Kehilangan Berat (%) ... 78
9. Data Identifikasi Organisme Penggerek Kayu di Laut ... 79
Azmi Pratama, Ketahanan Papan Komposit Polimer dari Limbah Batang Kelapa Sawit dan Plastik Polipropilena terhadap Organisme Penggerek Kayu di Laut di bawah bimbingan Iwan Risnasari dan Arif Nuryawan
ABSTRAK
Papan komposit polimer yang terbuat dari limbah batang kelapa sawit dan plastik polipropilena diuji sifat ketahanannya terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut. Pada penelitian ini pengujian ketahanan papan komposit polimer dilakukan di perairan areal PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan,Medan dengan tujuan mengevaluasi ketahanan papan komposit polimer dari limbah batang kelapa sawit dengan plastik polipropilena terhadap organisme penggerek kayu di laut dan identifikasi jenis-jenis organisme penggerek kayu di laut. Pemanfaatan limbah batang kelapa sawit dan plastik polipropilena dapat dijadikan papan komposit polimer serta yang memiliki ketahanan terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut. Pengujian pada sifat fisis berdasarkan pada standar JIS A 5908-2003 dan ketahanan papan komposit polimer terhadap serangan organisme penggerek kayu di laut berdasarkan SNI 01-7207-2006. Papan komposit polimer dibuat contoh uji berukuran 30 cm x 5cm x 2,5 cm disusun secara acak dan dirangkai dengan tali. Papan komposit polimer diumpankan di perairan Pelabuhan Belawan, Medan dan diamati setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisis papan polimer komposit seluruhnya telah memenuhi standar JIS A 5908-2003. Papan komposit polimer yang telah direndam selama 3 bulan memiliki intensitas serangan ringan. Sesuai dengan SNI 01-7207-2006 ketahanan papan komposit polimer terhadap organisme penggerek kayu di laut diklasifikasikan kedalam kelas I yaitu sangat tahan. Jenis organisme penggerek kayu di laut yang ditemukan yaitu Holiotis sp, Telescopium sp, Balanus sp, Cardisoma carnifex, Penaeus sp.
Kata kunci : Papan komposit, polipropilena, limbah batang sawit, sifat fisis, penggerek kayu di laut
ABSTRACT
Polimer composites board made from waste oil palm stem and polipropilena plastic testing of the resistance properties to Marine borers attack. This research of testing to polimer composites resistance was in the PT (persero) Indonesian ocean harbour unit I Belawan Medan with aims to evaluated of polimer composites resistance to Marine borers and the identification kinds of
Marine borers. The utilization of the waste oil palm stem and polipropilena
plastic can used polimer composite has been to Marine borers resistance. The physical properties testing were measured based on Japanese Industrial standard (JIS) A 5908-2003 and the polimer composites to Marine borers resistance were measured based on SNI 01-7207-2006. The sample of size polimer composites 30 cm x 5 cm x 2,5 cm made of random and bundles with rope. The polimer composites board in seashore harbor at the ocean of Belawan Medan and then observed after three months. The result of research indicate to all physical properties of the polimer composites board were met the standard JIS A 5908-2003. The polimer composites board were seashore for three month have been low attack intensity. To appropriate SNI 01-7207-2006 the polimer composites board resistance to Marine borers in classification on I class. The kinds of Marine
borers are Holiotis sp, Telescopium sp, Balanus sp, Cardisoma carnifex, Penaeus
sp.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini permintaan akan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan
terus meningkat. Hal ini tidak seimbang dengan pasokan kayu yang ada di hutan. Kondisi hutan yang ada sekarang ini sulit untuk memenuhi peningkatan
permintaan kebutuhan kayu tersebut. Melimpahnya limbah batang kelapa sawit yang memiliki banyak serat selulosa dan limbah plastik yang sulit untuk terdekomposisi seperti polipropilena dapat dikembangkan menjadi alternatif
dalam rangka mengatasi hal tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang mengkombinasikan bahan berlignoselulosa dengan
limbah plastik tersebut untuk menghasilkan produk-produk turunan papan komposit seperti komposit polimer kayu.
Komposit Polimer Kayu adalah komposit yang mengandung kayu dari
berbagai bentuk yang berfungsi sebagai pengisi (filler) dan resin thermoset ataupun thermoplastic yang berfungsi sebagai matriks atau perekat (Clemons,1997). Sama seperti halnya kayu, papan komposit polimer banyak
digunakan baik untuk exterior maupun interior, misalnya sebagai komponen interior kendaraan (mobil, kereta api, pesawat terbang), perabot rumah tangga,
maupun sebagai eksterior bangunan seperti jendela, pintu, dinding, lantai dan jembatan (Youngquist,1995 ; Febrianto, 1999).
Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap organisme
perusak kayu. Pemakaian papan komposit polimer berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi masa pakai dan keawetan papan
berbagai faktor baik biologis, fisis, mekanis, maupun kimia. Diantara keempat
faktor tersebut yang paling banyak menimbulkan kerusakan kayu adalah faktor biologis. Faktor biologis perusak kayu yang terpenting adalah jamur, bakteri,
serangga, dan binatang laut (marine borer). Jasad hidup tersebut merusak karena mereka menjadikan kayu sebagai tempat tinggal (shelter), atau sebagai makanannya.
Keawetan suatu jenis kayu ditentukan oleh berbagai hal antara lain lokasi dimana kayu tersebut dipergunakan. Sebagai contoh, jenis kayu yang sama
apabila dipakai di dataran rendah dan di dataran tinggi maka keawetannya berbeda. Keawetan yang digunakan di bawah atap dan di luar sangat berbeda, begitu pula kayu yang dipakai di darat dan di laut. Perbedaan ini terjadi karena
jenis oganisme yang menyerangnya berlainan.
Jenis-jenis binatang yang biasa menyebabkan kerusakan pada kayu di
dalam lingkungan air laut pada umumnya disebut marine borer atau binatang laut. Binatang laut ini hidup tersebar hampir di seluruh bagian dunia, tetapi kerusakan yang besar terutama di daerah-daerah berair hangat (Tambunan dan Nandika,
1989). Kerugian akibat serangan-serangannya cukup besar yang menimbulkan kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi baik pada pohon yang masih berdiri, balok
segar, kayu gergajian, maupun produk-produk kayu lain dalam penyimpanan dan pemakaian. Di daerah perairan tropis seperti Indonesia di mana terdapat banyak spesies binatang laut, kerugian yang ditimbulkannya belum dapat diantisipasi
secara pasti (Tambunan dan Nandika,1989).
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan papan komposit
melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini dengan judul ”Ketahanan Papan
Komposit Polimer dari Limbah Batang Sawit dengan Polipropilena Terhadap Organisme Penggerek Kayu di Laut”.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi ketahanan papan komposit polimer dari limbah batang sawit dengan plastik polipropilena terhadap organisme penggerek kayu di laut. 2. Identifikasi jenis-jenis organisme penggerek kayu di laut.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Tersedianya data ketahanan papan komposit polimer dari limbah batang sawit dengan plastik polipropilena terhadap penggerek kayu di laut.
2. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis organisme laut yang menyerang
papan komposit polimer.
3. Sebagai informasi bagi pihak- pihak yang membutuhkan atau bagi pengguna
papan komposit polimer, terutama dalam memilih papan komposit yang akan digunakan pada lokasi tertentu.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan adalah bagian batang limbah sawit (dalam, luar dan campuran dalam-luar) dan jenis matriks (plastik polipropilena murni dan
TINJAUAN PUSTAKA
Papan komposit polimer
Komposit Polimer Kayu adalah komposit yang mengandung kayu dari berbagai bentuk yang berfungsi sebagai pengisi (filler) dan resin thermoset ataupun thermoplastic yang berfungsi sebagai matriks atau perekat. Kelahiran
industri papan komposit polimer menyangkut pertemuan dua industri yaitu, industri kayu dan plastik, yang keduanya memiliki pengetahuan, kepakaran dan perspektif yang sangat berbeda. Sampai saat ini industri papan komposit polimer
masih merupakan bagian kecil dari keseluruhan industri perkayuan, namun sudah menciptakan pasar tertentu terutama di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.
Menurut studi pasar terkini di USA, pasar papan komposit polimer adalah 320 ribu ton pada tahun 2001 dan diprediksi akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2005 (Clemons, 1997).
Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan–potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama. Mengacu pada pengertian di atas, komposit serbuk kayu plastik
adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk kayu sebagai pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya. Penambahan filler ke
dalam matriks bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit volume. Dari segi kayu, dengan adanya matrik polimer di dalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya juga akan meningkat (Febrianto
1999 dalam Setyawati 2003). Menurut Maloney, (1993) komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari
Pembuatan komposit dengan menggunakan matriks dari plastik yang telah
didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu, juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik disamping
menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih
bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan,
serta bersifat dapat didaur ulang (recycleable). Beberapa contoh penggunaan produk ini antara lain sebagai komponen interior kendaraan (mobil, kereta api, pesawat terbang), perabot rumah tangga, maupun komponen bangunan (jendela,
pintu, dinding, lantai dan jembatan) (Youngquist, 1995: Febrianto, 1999).
Proses Pembuatan
Pada dasarnya pembuatan komposit serbuk kayu plastik daur ulang tidak berbeda dengan komposit dengan matriks plastik murni. Komposit ini dapat dibuat melalui proses satu tahap, proses dua tahap, maupun proses kontinyu. Pada
proses satu tahap, semua bahan baku dicampur terlebih dahulu secara manual kemudian dimasukkan ke dalam alat pengadon (kneader) dan diproses sampai
menghasilkan produk komposit. Pada proses dua tahap bahan baku plastik dimodifikasi terlebih dahulu, kemudian bahan pengisi dicampur secara bersamaan di dalam kneader dan dibentuk menjadi komposit. Kombinasi dari tahap-tahap ini
dikenal dengan proses kontinyu. Pada proses ini bahan baku dimasukkan secara bertahap dan berurutan di dalam kneader kemudian diproses sampai menjadi
menghasilkan produk yang lebih baik dari proses satu tahap, namun proses satu
tahap memerlukan waktu yang lebih singkat.
Gambar 1 : Langkah- langkah dalam pembuatan papan komposit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Di Indonesia perkebunan kelapa sawit pertama kali dikembangkan dan diusahakan secara massal di Sumatera Utara dan Lampung sejak tahun 1970
(Bakar, 2003). Sekarang sawit telah menyebar di hampir seluruh Nusantara dan menjadi primadona subsektor perkebunan dengan luas 5,2 juta hektar pada tahun 2006.
Tanaman sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif sawit meliputi akar, batang, dan daun
sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah (Fauzi et. al. 2004).
Klasifikasi Tanaman Sawit
Klasifikasi botani kelapa sawit diuraikan sebagai berikut (Hadi, 2004) : Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Pteropsida Kelas : Angiospermae
Penyiapan Filler
Penyiapan Matriks
Subkelas : Monocotiledonae
Ordo : Cocoidae Familia : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq Varietas : Dura, Psifera, Tenera
Varietas kelapa sawit digolongkan berdasarkan (Fauzi et al, 2004) :
1. Ketebalan tempurung dan daging buah, diantaranya yaitu Dura, Pisifera,
Tenera, Macro carya, dan Diwikka-wakka.
2. Warna kulit buah yaitu : Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Kandungan Batang Kelapa Sawit
Batang kelapa sawit dan kelapa mempunyai sifat yang sangat beragam dari bagian luar ke pusat batang dan sedikit bervariasi dari bagian pangkal ke ujung batang.penting dari setiap bagian batang disajikan pada Tabel 1.
Salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang kelapa sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan. Meskipun telah dikeringkan hingga mencapai
kadar air kering tanur, batang kelapa sawit dapat kembali menyerap uap air dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20%. Pada kondisi ini beberapa jenis jamur dan cendawan dapat tumbuh subur baik pada permukaan maupun bagian
dalam kelapa sawit. Hal ini terutama berhubungan dengan karakteristik kimia kelapa sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih
Tabel 1. Sifat-sifat Dasar Batang Kelapa Sawit dan Kelapa
Sifat-sifat Penting Spesies
Kelapa Sawit Kelapa
Berat Jenis 0,28 0,60
Kadar Air, % 260 60
Kekauan Lentur, Kg/cm2 8800 13500
Keteguhan Lentur, Kg/cm2 53 131
Susut Volume, % 38 10
Kelas Awet V III
Kelas Kuat V III
Sumber : Bakar (2003) dan Choon et al (1991)
Tabel 2. Karakteristik Kimia Batang Kelapa Sawit, Agathis dan Jati
Sifat Kimia Sawit Agathis Jati
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah padat yang berlimpah sepanjang tahun dan pemanfaatan limbah ini masih terbatas. Limbah padat kelapa
sawit yang tersedia adalah berupa tandan kosong, pelepah dan batang kelapa sawit. Ketiga jenis limbah padat ini mengandung lignisellulosa yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat. Berdasarkan
1. Limbah lapangan
Merupakan sisa tanaman yang ditinggalkan waktu panen, peremajaan atau pembukaan areal perkebunan baru. Contoh limbah lapangan adalah batang, ranting, daun, pelepah, dan gulma hasil penyiangan kebun. Setiap pembukaan
perkebunan baru, dihasilkan kayu tebangan hutan antara 40-50 m3/tahun. 2. Limbah pengolahan
Merupakan hasil ikutan yang terbawa pada waktu panen hasil utama dan
kemudian dipisahkan dari produk utama waktu proses pengolahan. Pemanfaatan batang kelapa sawit sebagai substitusi kayu tropis memiliki aspek lingkungan yang sangat baik dalam kaitannya dengan upaya nasional dan intenasional dalam
penyelamatan hutan tropis (Balfas, 2003). Pemanfaatan batang kelapa sawit sebaiknya dimanfaatkan berdasarkan sifat kimia dan fisika yang terkandung dalam
batang. Cara pemanfaatan batang kelapa sawit yang tepat adalah sebagai berikut : 1. Bagian bawah sampai ketinggian 2 meter dapat dimanfaatkan untuk furniture.
Karena pada bagian ini mempunyai karakteristik khusus, yaitu terdapat
bercak-bercak hitam yang popular disebut sebagai tiger wood yang dapat dijadikan sebagai perabot eksotik.
2. Bagian atas (> 2 meter) dapat dimanfaatkan untuk papan serat atau papan partikel (Lubis et.al, 1994).
Polimer
Polimer adalah molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
perulangan satuan-satuan monomernya. Istilah makromolekul lebih menggarisbawahi struktur-struktur yang kompleks. Berkembang dari pangkal
rumit dan kebanyakan berasal dari bahan baku turunan minyak bumi. Beberapa
sistem polimer yang paling penting secara industri adalah karet, plastik, serat, pelapis (coating) sampai perekat (adhesive) (Hartomo et.al., 1992).
Polimer merupakan obyek kajian yang amat rumit. Oleh karena itu, dibuat pengelompokan-pengelompokan polimer. Menurut Hartomo et.al. (1992), polimer dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Secara struktur, terdiri atas polimer yang merupakan molekul individual, ada yang bercabang, ada yang merupakan jaringan raksasa makroskopik. Ada
yang bercabang, ada polimer linier. Gugus-gugusnya ada yang acak, ada yang terarah tertentu.
2. Secara keadaan fisik, terdiri atas yang kristal, nirtata (disordered), yang nirtata
dapat gelas (sifatnya getas), yang lelehan bercirikan viskositas cairan, yang elastis seperti karet.
3. Menurut reaksinya terhadap lingkungan, yang mempengaruhi pemrosesannya dan penggunaannya, terbagi atas thermoplastic (mempunyai suhu defleksi/ menjadi lembek) dan thermoset.
4. Pengelompokkan secara kimia sesuai dengan gugus yang dikandungnya, terbagi atas eter, ester, hidroksil, vinil dan sebagainya.
Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan
kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset.
Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi
bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah dalam bentuk thermoplastic.
Plastik thermoplastik adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya panas. Yang termasuk plastik thermoplastik antara lain : PE
(Polietilena), PP (Polipropilena), PS (Polisterena), ABS (Akriloniteril, Butadiena dan Stirena), Nylon, PET (Polietilen Terephthalate), Polyacetal (POM), PC
(Polivinil-klorida) dll. Sedangkan plastik thermoseting adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Yang termasuk plastik thermoseting
adalah : PU (Poly Urethena), UF (Urea Formaldehyda), MF (Melamine
Formaldehyda), Polyester, Epoksi dll. Untuk membuat barang-barang plastik agar
mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau zat aditif (Tsoumis, 1991).
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan
kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut
Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah
tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air,
maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan (YBP, 1986).
Polipropilena Murni
Polipropilena (PP) adalah merupakan salah satu polimer termoplastik, yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi seperti, pembungkus makanan, bahan tekstil, barang-barang plastik dan berbagai
jenis barang bekas yang boleh digunakan lagi serta komponen-komponen otomotif. Menurut Amstead et.al. (1993), polipropilena dapat dibentuk dengan
berbagai teknik termoplastik. Bahan ini memiliki sifat-sifat listrik yang baik, nilai nampak dengan kekuatan yang tinggi, sangat tahan terhadap suhu dan bahan-bahan kimia. Filament tunggal polipropilena dianyam menjadi tali/ tambang, jala
dan tekstil. Contoh produk lain adalah alat untuk peralatan rumah sakit dan laboratorium, mainan anak-anak, koper, perabot, lembaran untuk pengemasan
makanan, kotak televisi dan isolasi listrik.
mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer polipropilena diperoleh dengan
pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilena, propilena dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan destilasi pada temperatur
rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polipropilena dapat diperoleh dari propilena (Birley, et al., 1988)
Gambar 2. Rumus Bangun Polipropilena
Tabel 3. Karakteristik Polipropilena
Deskripsi Polipropilena
Tahanan volumetrik (ohm/ cm2) Konstanta dielektrik (60 – 108 cycles) Permeabilitas gas Sumber : Bost (1980) dalam Syarief et.al. (1989)
Polipropilena Daur Ulang
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik
sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et.al.,1995).
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan
plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya
tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan
untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Bost (1980) dalam Syarief et.al. (1989), mengatakan bahwa sifat-sifat
utama polipropilena yaitu :
1. Ringan (kerapatan 0,90 g/ cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih
dalam bentuk film.
2. Mempunyai kekuatan tarik yang lebih besar dari polietilena, pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -300C mudah pecah sehingga perlu
3. Lebih kaku dari polietilena dan tidak gampang sobek sehingga lebih mudah
penanganannya.
4. Permeabilitas uap air redah, perrmeabilitas gas sedang.
5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 1500C. 6. Titik leleh cukup tinggi pada suhu 1700C.
7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak, tidak terpengaruh oleh pelarut
pada suhu kamar kecuali HCl.
8. Pada suhu tinggi polipropilena akan bereaksi dengan benzena, siklena,
toluena, terpentin dan asam nitrat kuat.
Bahan Aditif
Menurut Mujiarto (2005) bahan tambah aditif pada material plastik berupa:
Penstabil (stabilizer)
Stabilizer berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan, baik selama proses, dalam penyimpanan maupun aplikasi produk.
UV stabilizer
UV stabilizer berfungsi mencegah kerusakan batang plastik akibat
pengaruh sinar matahari. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultra violet dengan panjang gelombang 3000-4000 0A yang mampu memecah sebagian besar senyawa kimia terutama senyawa organik.
Antioksidan
Antioksidan berfungsi mencegah atau mengurangi kerusakan produk
plastik karena pengaruh oksidasi yang dapat menyebabkan pemutusan rantai polimer.
Maleated polipropilena (MAPP) memiliki tingkat leleh 13 g/menit dan
titik lebur 1600C dan digunakan sebagai modifikator untuk serat kayu, komposit polipropilena murni dan polipropilena daur ulang. MAPP biasanya digunakan
Penggerek Kayu di Laut (Marine Borer)
Organisme perusak kayu dilaut sering disebut dengan marine borer. Organisme ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada bagian- bagian
tiang-tiang dan kayu-kayu dermaga yang bersentuhan dengan air asin atau setengah air asin dan perahu- perahu yang terbuat dari kayu. Binatang ini tersebar luas di sebagian besar perairan asin di dunia dan lebih banyak merusak di daerah-
daerah tropis dari pada di daerah sub tropis (Hunt dan Granat, 1986 ).
Di daerah tropis organisme ini dapat berkembang dengan subur dan
dijumpai sepanjang tahun. Pada umumnya organisme ini hidup pada perairan yang mempunyai salinitas sekitar 10-40 per mil. Aktivitas perkembangan penggerek kayu di laut dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, arus, pasang surut, gerakan
ombak dan lain sebagainya (Muslich dan Sumarni, 1987).
Adapun penggerek kayu dilaut yang sering dijumpai dan banyak
menimbulkan kerusakan pada kayu terdiri atas dua golongan yaitu crustaceae dan
mollusca. Kedua golongan ini masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda, demikian pula cara menyerangnya. Dua tipe serangan yang dikenal
adalah shipworn dan gribble. Tipe shipworn merupakan tipe penyerangan pada
crustaceae dengan menempel pada bagian kayu dengan pengeboran yang
cenderung lebih pendek sedangkan tipe gribble merupakan tipe penyerangan pada
mollusca dengan merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat serambi
kecil untuk tempat tinggalnya (Muslich dan Sumarni, 1998).
Crustaceae
Kira- kira ada lebih dari 25.000 spesies Crustacea, kebanyakan kecil dan
ekosistem laut, konsumen tingkat pertama terutama terdiri atas sejumlah besar
hewan crustaceae. Hewan- hewan ini menjadi makanan utama hewan-hewan lain, dari ikan yang sangat kecil sampai ikan paus raksasa. Teritip (Lepas sp) wujudnya
sangat berbeda dengan hewan- hewan crustacea yang lain. Walaupun larvanya hidup dengan berenang- renang bebas, tetap larva ini segera beristirahat dan selanjutnya hidup melekat pada suatu permukaan yang keras di laut, misalnya
lunas kapal, malahan dapat melekat pada punggung hewan lain, misalnya penyu (Muslich dan Sumarni, 1987).
Kelas Crustaceae memiliki tiga genera yang penting yaitu limnoria,
chelura, dan shpaeroma. Ketiga genera ini memperbanyak diri dengan bertelur.
Limnoria disebut juga gribble merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat
serambi kecil untuk tempat tinggalnya. Serangan limnoria terlihat seperti bunga karang. Besar kecilnya gerakan air laut dapat mempengaruhi aktifitas dari
limnoria, semakin besar gerakan air laut akan semakin besar dorongan limnoria
membuat lubang untuk tempat berlindungnya, sehingga akan memperluas kerusakan kayu. Jenis lain dari kelas crustaceae adalah chelura dan sphaeroma.
Sphaeroma lebih destruktif dibandingkan dengan limnoria, umumnya
terdapat di perairan tropik dan subtropik. Struktur badannya hampir sama dengan
limnoria, tetapi ukurannya jauh lebih besar dan kuat. Saluran-saluran serangan
pada kayu lebih lebar dan dapat mencapai kedalaman tiga sampai empat inchi (Muslich dan Sumarni, 1987).
Mollusca
Mollusca memperlihatkan keanekaragaman yang luas dalam pola
banyak bagian. Tetapi ada pula anggota-anggotanya yang tidak mempunyai
dinding. Beberapa jenis merayap pada permukaan yang keras. Jenis lainnya bergerak sangat perlahan- lahan dengan susah payah melalui pasir dan lumpur,
sedangkan ada lagi yang menggunakan pancaran air untuk maju, seperti ikan gurita dan cumi-cumi.
Beberapa genera terpenting dari kelas Mollusca yaitu bankia, teredo,
martesia dan xylophage. Bankia dan teredo termasuk dalam famili teredinidae
sedangkan martesia dan xylophege termasuk dalam famili pholadidae. Teredo dan
bankia sering disebut terenide borer atau shipworn, binatang ini dapat hidup dan
berkembang normal di air yang mempunyai salinitas 10 – 30 per mil. Jenis lain dari mollusca adalah martesia dan xylophage. Martesia striata linne merupakan
salah satu species yang dijumpai di perairan pantai yang mempunyai bentuk seperti buah pir. Kerusakan yang dapat ditimbulkan dapat mudah diketahui,
berupa pengikisan bagian luar kayu dengan lubang- lubang yang dangkal. Sedangkan Xylophage dorsalis selain merusak kayu juga merusak kawat yang ada di laut. Jenis ini mempunyai panjang tidak lebih dari 40 mm (Muslich dan
Sumarni, 1998).
Larva dari organisme ini bebas bergerak dalam air dan menempel pada
tiang- tiang dan kayu lain yang terendam, kemudian melubangi kayu dan masuk ke dalam kayu. Sekali berada dalam kayu, binatang ini melanjutkan pengeboran dan menerobos kayu yang cukup untuk pertumbuhan tubuhnya (Hunt dan Garratt,
1986). Lubang yang terbentuk dari kegiatan pengeboran binatang ini biasanya tegak lurus dari permukaan, panjang dan diameternya sesuai dengan ukuran
berupa lubang kayu yang dangkal pada permukaan kayu yang diserang dan
kadang- kadang hewan tersebut juga terlihat.
Larva cacing kapal menempel pada permukaan kayu dan hanya membuat
lubang masuk yang kecil di permukaan kayu tersebut. Sekali ada di dalam, cacing- cacing tersebut membuat lubang-lubang yang tidak teratur sepanjang serat. Jika organisme ini tumbuh, lubang-lubang tersebut menjadi bertambah besar
hingga kayu menyarang lebah seluruhnya. Lubang-lubang dilapisi dengan bahan yang terbentuk seperti kerang. Cacing kapal sering terpusat dekat garis lumpur
pada tonggak atau pancang dan meninggalkan bukti luar yang kecil tentang kehadirannya hingga kerusakan menjadi berat (Hunt dan Garratt, 1986).
Kulit dan kepala cacing kapal mengikis habis kayu untuk membentuk
lubang-lubang. Bagian belakang tubuhnya tetap berada pada kedua dekat lubang masuk untuk dapat memperoleh air dan mengeluarkan sisa-sisa. Jika cacing kapal
memanjang dan bersembunyi lebih dalam dari lubang masuknya, panjangnya dapat mencapai beberapa kaki (Muslich dan Sumarni, 1998).
Kerusakan oleh folad serupa dengan kerusakan oleh cacing kapal kecuali
bahwa pengeborannya cenderung lebih pendek. Folad mencapai panjang sampai 2,5 inchi. Folad tetap tampak seperti kerang berkatup dua ketika tumbuh,
sedangkan cacing kapal hanya mempunyai satu kulit pada kepalanya. Folad menyerang pangkal- pangkal kayu dengan kerusakan yang lebih besar daripada
Limnoria karena lebih mudah dikenal dan terdapat pada lapisan permukaan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 sampai dengan bulan Agustus 2009. Pembuatan papan komposit polimer dan pengujian sifat fisis dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Kimia Polimer FMIPA Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Pengelolaan SDA dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Biokomposit Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Lokasi Pengujian papan komposit polimer dengan penggerek kayu di laut dilakukan di Perairan atau Areal PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Cabang Belawan, Medan Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chainsaw untuk memotong batang sawit, mesin serut untuk penyerutan batang sawit menjadi
partikel, extruder sebagai tempat pengadonan bahan baku, kaliper untuk pengukuran dimensi, oven untuk pengeringan bahan baku dan pengujian sifat fisis, aluminium foil untuk alas plat kempa, bingkai papan dan plat besi ukuran 30
cm x 15 cm x 2,5 cm untuk mencetak lembaran papan, mesin bandsaw untuk pemotongan contoh uji, mesin cold and hot press untuk pengempaan, dan alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel batang
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) yang didapatkan dari Kebun Pagar Merbau-Galang PTPN II Tanjung Morawa, polipropilena murni dan daur ulang dari CV
Akmal Medan, Maleated Polipropilena (MAPP) dan alkohol 70 % dari Toko Bahan Kimia Rudang Jaya Medan.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Baku
Batang kelapa sawit yang telah dibersihkan dari kotoran kemudian dilakukan pembuangan kulit. Dari masing-masing potongan kayu langsung dipisahkan antara bagian dalam dan potongan bagian luar. Potongan kayu diserut
dengan mesin serut sehingga diperoleh partikel. Kemudian partikel tersebut direndam selama 24 jam dengan tiga kali ulangan untuk menghilangkan
kandungan patinya. Setelah itu partikel yang dihasilkan kemudian dikeringkan dengan oven sampai kadar air sekitar 5-10%. Partikel tersebut diayak dengan ayakan ukuran 2 mm untuk memisahkan bagian yang halus.
Matriks yang digunakan adalah jenis plastik polipropilena (PP) murni dan
daur ulang dalam bentuk potongan-potongan kecil (pellet). Bahan aditif yang digunakan adalah Maleated Polypropylena (MAPP) sebanyak 5 % dari berat
polipropilena yang digunakan (Karina at al, 2007).
Kebutuhan partikel, polipropilena, dan MAPP yang digunakan untuk membuat papan komposit polimer tergantung pada perlakuan yang dilakukan dan
kerapatan sasaran yang dipakai yaitu sebesar 0,8 gr/cm3.
Tabel 5. Komposisi Kebutuhan Bahan Baku Papan Komposit Polimer Perlakuan
Letak Batang Aditif
Kadar Dalam Penambahan aditif
MAPP 5 %
270 630
Luar Penambahan aditif MAPP 5 %
270 630
Dalam + luar Penambahan aditif MAPP 5 %
270 630
Proses Pembuatan Papan Komposit Polimer Pengadonan (Blending)
Extruder terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 170ºC dan diputar dengan
kecepatan 37 rpm. Sejumlah plastik daur ulang yang telah dicampur dengan
serbuk batang sawit dan MAPP dimasukkan ke dalam extruder dan diputar selama beberapa menit. Pengadukan dilakukan secara terus-menerus sehingga campuran antara plastik daur ulang dengan serbuk batang sawit dan MAPP menjadi
Pembuatan Lembaran
Campuran filler dengan matriks dimasukkan kedalam alat pencetak lembaran berukuran 30 cm x 15 cm x 2,5 cm dan ditekan supaya adonan menjadi
padat.
Pengempaan
Setelah pellet tersusun secara padat pada alat pencetak, maka dilakukan
pengempaan panas dengan suhu 170°C dan tekanan sebesar 30 kg/cm2 selama sekitar 10 menit.
Pengkondisian
Selanjutnya cetakan lembaran dikeluarkan dari alat kempa. Lembaran yang masih dalam keadaan sangat panas dan sangat lunak dibiarkan selama 10
menit agar terjadi pengerasan perekat sebelum dikeluarkan dari cetakan. Lalu dilakukan pengkondisian selama 1 minggu untuk mencapai distribusi kadar air
yang seragam dan melepaskan tegangan sisa dalam papan akibat pengempaan lalu dibuat pola pemotongan sebelum dilakukan pengujian. Papan yang dihasilkan disimpan dalam plastik pengkondisian sebelum dilakukan pengujian.
Pengujian Papan Komposit Polimer
Pengujian sifat-sifat papan komposit polimer menggunakan Standar
Japanese Industrial Standard (JIS) A 5908-2003, Decorative Particleboard dan
Based Particleboard, Tipe 8 (Tabel 5). Berdasarkan sifat mekanisnya, papan
partikel dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Decorative Particleboard
b. Based Particleboard
Tabel 6. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Komposit Polimer dengan Standar JIS A 5908 2003
No. Sifat Fisis Mekanis JIS A 5908-2003
1. Kerapatan (g/cm3) 0,4-0,9
11. Emisi Formaldehyda (ppm) Min 0,3
Pengujian Sifat Fisis Papan Komposit Polimer a. Kerapatan
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contoh uji berukuran 10 cm x 5 cm x 2,5 cm ditimbang beratnya,
lalu diukur rata-rata panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. Nilai kerapatan papan komposit polimer dihitung dengan rumus :
Kerapatan (g/cm3) =
Contoh uji berukuran 10 cm x 5 cm x 2,5 cm yang digunakan adalah bekas contoh uji kerapatan. Kadar air papan komposit polimer dihitung berdasarkan berat awal (BA) dan berat kering tanur (BKT) selama 24 jam pada suhu 103±2
°C. Nilai kadar air papan komposit polimer dihitung berdasarkan rumus :
Kadar Air (%) = x100%
BKT BKT
c. Daya Serap Air
Contoh uji berukuran 30 cm x 5 cm x 2,5 cm ditimbang berat awalnya (B1). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam, setelah itu
ditimbang beratnya (B2). Nilai daya serap air papan komposit polimer dihitung berdasarkan rumus :
Contoh uji berukuran 30 cm x 5 cm x 2,5 cm sama dengan contoh uji daya
serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum (T1) yang diukur pada keempat sudut dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah perendaman (T2) dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Nilai
pengembangan tebal papan komposit polimer dihitung berdasarkan rumus :
Pengembangan Tebal (%) = 100%
Pengujian Ketahanan WPC Terhadap Penggerek Kayu di Laut
-Ukuran papan komposit polimer yang digunakan sebagai contoh uji dan kontrol berukuran 30 cm x 5 cm x 2,5 cm, Untuk kontrol dalam pengujian ini menggunakan kayu sengon (Paraserianthes falcataria) yang memiliki kelas
keawetan dan kekuatan V yang sama dengan pohon sawit, kayu damar laut (Hopea dryobalanoides Miq) yang memiliki kelas keawetan/kekuatan II dan
-Bagian tengah contoh uji dilubangi dengan diameter sebesar 1,5 cm dan diberi pipa plastik sebagai pembatas papan.
-Contoh uji yang telah dilubangi dioven selama 24 jam dengan suhu 103±2 0C dan ditimbang untuk mendapatkan berat awal kering oven (BA KO).
- Kemudian dirangkai contoh uji dengan tali tambang yang dimasukkan pada lubang yang ada pada contoh uji seperti pada Gambar 4.
-Contoh uji disusun sedemikian rupa dengan posisi papan diletakkan secara horizontal serta diberi pemberat.
Gambar 4 . Contoh uji ketahanan terhadap penggerek kayu di laut
-Contoh uji yang telah disusun dipasang di perairan pantai yang bebas pencemaran,dan air pasang surut maksimal 1,5 – 2 meter seperti pada Gambar 5.
-Setelah 3 (tiga) bulan contoh uji diangkat, dibersihkan permukaannya kemudian ditimbang dan dioven pada suhu 103±2 0C untuk mendapatkan berat konstan kering oven.
-Selanjutkan dilakukan penimbangan (didapat berat akhir) dan diukur kembali volumenya.
-Pengamatan secara visual terhadap kerusakan yang terjadi. Tambang
plastik Contoh
uji
Pipa plastik 5 cm
2.5 cm
2.5 cm 30 cm
-Identifikasi organisme/ penggerek kayu di laut yang menyerang contoh uji
-Data intensitas serangan penggerek kayu di laut dianalisis dengan menggunakan standar SNI 01-7207-2006 sebagai berikut :
Tabel 7. Klasifikasi Ketahanan Kayu terhadap Penggerek Kayu di Laut kelas Intesitas serangan
(persen)
Salang intensitas serangan
I < 7,3 Sangat tahan
II 7,3 - 27,1 Tahan
III 27,1-54,8 Sedang
IV 54,8-79,1 Buruk
V >79,1 Sangat buruk
- Tingkat serangan dinilai berdasarkan perbandingan bagian yang rusak dengan
luas permukaan yang diukur.
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh letak batang sawit (luar dan dalam), kadar
plastik dan aditif serta interaksi ketiganya terhadap sejumlah pengujian maka dilakukan analisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan dua faktor perlakuan yaitu : 1. Letak batang
a. A1 : Bagian dalam batang kelapa sawit
b. A2 : Bagian luar batang kelapa sawit
c. A3 : Campuran bagian dalam dan bagian luar
2. plastik
a. B1 : Polipropilena Murni
Dengan demikian akan diperoleh 18 sampel perlakuan, yaitu : A1B1,A1B2 ,A2B1,A2B2, A3B1, A3B2
Jumlah ulangan : 3 Jumlah papan yang dibuat : 18
Model statistik dari rancangan percobaan ini adalah :
Yijk = µ + Ai+ Bj + (AB)ij + ∑ijk
Yijk = Nilai pengamatan letak batang ke-i, plastik ke-j serta ulangan ke-k
µ = Nilai rata-rata umum Ai = Pengaruh letak batang ke-i Bj = Pengaruh plastik ke-j
(AB)i = Pengaruh interaksi antara letak batang ke-i dengan plastik ke-j
∑ijk = Kesalahan percobaan pada perlakuan letak batang ke-i,jenis
plastik ke-j serta ulangan Hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Letak batang, jenis plastik tidak berpengaruh terhadap sifat fisis papan komposit polimer.
H1 : Letak batang, jenis plastik berpengaruh terhadap sifat fisis papan komposit polimer.
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan yang dicoba,
dilakukan analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung ≤ F tabel maka H 0 diterima dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak. Untuk mengetahui taraf
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan
Multiple Range Test).
Gambar 5 . Skema rangkaian contoh uji dalam proses pengumpanan Pelampung
Contoh uji Paralon
Tambang plastik
Pemberat Pipa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Fisis
Sifat fisis produk komposit yang diuji antara lain, kerapatan, kadar air,
daya serap air dan pengembangan tebal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap masing-masing sifat fisis papan yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor perlakuan yaitu posisi batang sawit (dalam,luar dan campuran) dan plastik polipropilen (murni dan daur ulang). Gambar 6 menunjukkan papan komposit polimer yang dihasilkan.
Gambar 6. Papan komposit polimer yang dihasilkan
Kerapatan
Kerapatan papan komposit merupakan salah satu sifat fisis yang sangat
berpengaruh terhadap sifat fisis mekanis lainnya. Bowyer et,al. (2003), menyatakan bahwa kerapatan adalah massa atau berat persatuan volume. Data hasil pengujian kerapatan papan komposit polimer yang dihasilkan pada penelitian
Keterangan :
A= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang B= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
C= Campuran (dalam dan luar) dengan PP murni dan PP daur ulang D= Kontrol (kayu sengon)
E= Kontrol (kayu damar laut) F= Kontrol (plastik daur ulang)
G= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang H= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
Gambar 7. Grafik rerata nilai kerapatan papan komposit polimer
Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerapatan papan komposit polimer
yang dihasilkan pada perlakuan bagian batang sawit (dalam, luar dan campuran) dengan polipropilena murni berkisar 0,61–0,68 g/cm3 sedangkan dengan
polipropilena daur ulang berkisar 0,60-0,71 g/cm3. Nilai kerapatan rata-rata
tertinggi papan komposit polimer terdapat pada papan komposit polimer A yang merupakan perlakuan bagian dalam batang sawit dengan polipropilena daur ulang
sebesar 0,71 g/cm3 sedangkan nilai kerapatan rata-rata terendah terdapat pada papan komposit polimer B yang merupakan perlakuan bagian luar batang sawit dengan polipropilena daur ulang sebesar 0,6 g/cm3. Hal ini disebabkan adanya
pengaruh posisi bagian batang sawit terhadap kerapatan yang dihasilkan serta penggunaan plastik daur ulang yang digunakan. Selain itu perbedaan kerapatan
sesuai dengan Nuryawan et,al. (2008), yang menyatakan bahwa faktor yang
menyebabkan perbedaan kerapatan juga dikarenakan adanya spring back atau usaha pembebasan dari tekanan yang dialami pada waktu pengempaan.
Nilai kerapatan rata-rata tertinggi pada kontrol terdapat pada batang kayu damar laut sebesar 0,77 g/cm3 dan kerapatan rata-rata terendah terdapat pada batang kayu sengon sebesar 0,34 g/cm3. Kerapatan pada damar laut lebih tinggi
dibandingkan kerapatan papan komposit polimer. Hal ini disebabkan damar laut memiliki nilai BJ maksimum sebesar 1,03. Martawijaya dan Kartasujana (1977)
menyatakan bahwa BJ damar laut memiliki nilai rerata sebesar 0,70 (1,03-0,42), termasuk ke dalam kelas awet II-III dan kelas kuat II-III. Bowyer et,al. (2003) menambahkan bahwa perbedaan nilai kerapatan sangat dipengaruhi oleh tebal
dinding, jenis kayu, kadar air dan proses perekatan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai kerapatan tertinggi papan komposit
polimer yang dihasilkan dengan perlakuan polipropilena murni terdapat pada perlakuan batang bagian luar. Hasil kerapatan tidak mengalami perbedaan yang signifikan terhadap nilai kerapatan pada perlakuan polipropilena murni dengan
batang bagian dalam serta polipropilena daur ulang dengan batang bagian dalam. Hasil ini diduga karena distribusi partikel serbuk batang sawit dengan
polipropilena murni pada pembentukan lembaran tidak dilakukan dengan merata. Kerapatan tertinggi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan kerapatan yang diperoleh Prianda dan Panjaitan (2009). Prianda dan Panjaitan (2009)
menunjukkan nilai kerapatan tertinggi yang diperoleh papan komposit polimer menggunakan polipropilena murni dan polipropilena daur ulang terdapat pada
ukuran mal (cetakan) yang digunakan berbeda sedangkan perbandingan komposisi
kebutuhan matriks dan filler pada cetakan sama yaitu 70:30%.
Hasil kerapatan yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan adanya
penambahan bahan aditif berupa Maleated Polypropylene (MAPP) maka dapat meningkatkan kerapatan papan komposit. Menurut Febrianto (1999) menyatakan penambahan bahan aditif pada papan komposit ini berfungsi sebagai
compatibilizer yaitu bahan untuk meningkatkan kekuatan.
Hasil uji jarak Duncan pada (Lampiran 1) menunjukkan bahwa adanya pengaruh
nyata terhadap perlakuan interaksi antara bagian batang sawit (dalam, luar dan campuran) dengan polipropilena murni dan daur ulang terhadap kerapatan pada papan komposit polimer yang dihasilkan. Jika dibandingkan dengan standar JIS A
5908–2003, maka nilai kerapatan papan komposit polimer yang dihasilkan dalam penelitian ini seluruhnya sudah memenuhi standar JIS A 5908–2003 yang
mensyaratkan kerapatan papan komposit polimer antara 0,40–0,9 g/cm3. Kerapatan papan komposit polimer yang dihasilkan seluruhnya tidak mencapai kerapatan sasaran yang diinginkan yaitu sebesar 0,80 g/cm3. Hal ini diduga
disebabkan oleh tekanan pada saat pengempaan kurang optimal sehingga menghasilkan papan komposit polimer dengan variasi kerapatan pada beberapa
lembaran. Papan komposit polimer yang dihasilkan termasuk dalam kategori komposit plastik dengan kerapatan sedang. Kategori ini sesuai dengan Tsoumis (1991) yang membagi papan menjadi tiga kelompok yaitu kerapatan rendah (0,25
- 0,40 g/cm3), kerapatan sedang (0,40 – 0,80 g/cm3), dan kerapatan tinggi (0,80 -1,20 g/cm3).
Bowyer et,al. (2003), menyatakan kadar air adalah banyaknya kandungan
air yang terdapat di dalam kayu dibandingkan berat kering tanur yang dinyatakan dalam persen. Data hasil pengujian kadar air papan komposit polimer yang
dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada Lampiran 2. Grafik pengujian kadar air dapat dilihat pada Gambar 8.
Keterangan :
A= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang B= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
C= Campuran (dalam dan luar) dengan PP murni dan PP daur ulang D= Kontrol (kayu sengon)
E= Kontrol (kayu damar laut) F= Kontrol (plastik daur ulang)
G= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang H= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
Gambar 8. Grafik rerata nilai kadar air papan komposit polimer
Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar air papan komposit polimer yang dihasilkan pada perlakuan bagian batang sawit (dalam, luar, campuran) dengan polipropilena murni berkisar 0,88-1,10 %, sedangkan dengan
polipropilena daur ulang berkisar 0,47-1,38%. Nilai rata-rata kadar air papan komposit polimer tertinggi terdapat pada papan komposit polimer B yang
1,38% sedangkan nilai rata-rata kadar air terendah terdapat pada papan komposit
polimer A yang merupakan bagian dalam batang sawit dengan polipropilena daur ulang sebesar 0,47%. Nilai kadar air bervariasi diduga adanya pengaruh oleh
kadar air pada saat pegadonan,tekanan kempa dan cara pengempaan. Balfas (2003) menyatakan bahwa salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang kelapa sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan.
Hasil kadar air yang diperoleh antara masing-masing perlakuan tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Sebaliknya hasil kadar air papan komposit polimer
yang diperoleh mengalami perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kayu sengon dan damar laut sebagai kontrol. Rendahnya nilai rata-rata kadar air papan komposit polimer diduga karena partikel campuran (plastik PP) yang
terdapat pada permukaan papan komposit polimer. Plastik PP yang dipanaskan telah menutupi sebagian permukaan partikel sawit yang pada akhirnya
mengurangi kemampuan partikel untuk menyerap uap air. Penambahan partikel plastik kedalam papan komposit akan mengurangi kemampuan papan komposit secara keseluruhan untuk menyerap air. Menurut Ruhendi et,al. (2007) bahwa
kadar air papan partikel dipengaruhi oleh kerapatannya, papan dengan kerapatan tinggi memiliki ikatan antara molekul partikel dengan molekul perekat terbentuk
dengan kuat sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang terdapat dalam papan partikel karena telah terisi dengan molekul perekat.
Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air tertinggi papan komposit polimer
pada perlakuan bagian batang sawit (Dalam, luar dan campuran) dengan polipropilena (Murni dan daur ulang) terdapat pada bagian luar batang sawit
(2009) yang menunjukkan nilai kadar air tertinggi terdapat pada bagian dalam
batang sawit dengan polipropilena daur ulang. Sedangkan penelitian prianda (2009) menunjukkan nilai kadar air tertinggi terdapat pada bagian luar batang
sawit dengan polipropilena murni. Perbedaan kadar air diduga serbuk batang sawit pada saat pemakaian menjadi tahap selanjutnya dalam kondisi lingkungan yang lembab sehingga serbuk sawit mampu menyerap uap air dari lingkungan yang ada
disekitarnya.
Tsoumis (1991) menyatakan bahwa kadar air juga sangat tergantung pada kondisi
lingkungan sekitarnya, karena papan komposit terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga bersifat higroskopis dan kadar air dapat berubah sesuai keadaan kelembaban udara sekelilingnya. Sedangkan pemakaian
polipropilena (murni dan daur ulang) pada papan hanya mengurangi kemampuan papan komposit polimer didalam menyerap air. Hal ini dikarenakan polipropilena
merupakan plastik yang memiliki sifat hidrofobik.
Kadar air papan komposit polimer yang dihasilkan lebih kecil dari pada kadar air bahan baku yang digunakan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari perlakuan panas
yang diterima papan komposit polimer pada saat pengempaan panas. Di samping itu partikel sawit yang berada dalam papan (inti) tidak bebas terhadap air akibat
adanya ikatan rekat plastik.
Hasil analisis sidik ragam yang disajikan (Lampiran 2) menunjukkan bahwa faktor posisi batang sawit (dalam, luar dan campuran) dan polipropilena murni
dan daur ulang serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air papan komposit polimer yang dihasilkan. Jika
papan komposit polimer dari partikel sawit dan plastik yang dihasilkan telah
memenuhi standar dengan nilai yang dipersyaratkan 5-13%.
Daya Serap Air
Daya serap air merupakan sifat fisis papan komposit yang mencerminkan
kemampuan papan untuk menyerap air setelah direndam dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Air yang masuk kedalam papan dapat dibedakan atas 2 (dua) macam,
yaitu air yang dapat masuk langsung kedalam papan, serta air yang masuk kedalam partikel atau serat kayu pembentuk papan komposit (Massijaya, 1999). Data hasil pengujian daya serap air selama 2 jam disajikan pada Lampiran 6,
sedangkan nilai rata-rata daya serap air selama 2 jam terdapat pada Gambar 9.
Keterangan :
A= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang B= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
C= Campuran (dalam dan luar) dengan PP murni dan PP daur ulang D= Kontrol (kayu sengon)
E= Kontrol (kayu damar laut) F= Kontrol (plastik daur ulang)
G= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang H= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
Gambar 9 menunjukkan bahwa daya serap air papan komposit polimer selama
perendaman 2 jam pada bagian batang sawit (dalam, luar, campuran) dengan polipropilena murni diperoleh nilai rata-rata berkisar 3,16-4,43%, sedangkan
dengan polipropilena daur ulang diperoleh nilai rata-rata berkisar 1,12-11,57%. Data hasil pengujian daya serap air selama 24 jam disajikan pada Lampiran 7, sedangkan nilai rata-rata daya serap air selama 24 jam terdapat pada Gambar 10.
Keterangan :
A= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang B= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
C= Campuran (dalam dan luar) dengan PP murni dan PP daur ulang D= Kontrol (kayu sengon)
E= Kontrol (kayu damar laut) F= Kontrol (plastik daur ulang)
G= Bagian dalam dengan PP murni dan PP daur ulang H= Bagian luar dengan PP murni dan PP daur ulang
Gambar 10. Grafik rerata nilai daya serap air papan komposit polimer selama 24
jam
Gambar 10 menunjukkan bahwa daya serap air papan komposit polimer selama
perendaman 24 jam pada bagian batang sawit (dalam, luar, campuran) dengan polipropilena murni diperoleh nilai rata-rata berkisar 5,06-6,27%, sedangkan dengan polipropilena daur ulang diperoleh nilai rata-rata berkisar 1,82-13,59%.
perendaman selama 2 jam dan 24 terdapat pada papan komposit polimer B yang
merupakan perlakuan bagian luar batang sawit dengan plastik polipropilena daur ulang sebesar 11,57% dan 13,59%, sedangkan nilai rata-rata terendah daya serap
air dengan perendaman 2 jam dan 24 jam terdapat pada papan komposit polimer A yang merupakan perlakuan bagian dalam batang sawit dengan plastik
polipropilena daur ulang sebesar 1,12% dan 1,82%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin lama perendaman maka akan meningkatkan daya serap air pada papan komposit yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit
mempunyai sifat yang sangat higroskopis dalam menyerap air. Menurut Balfas (2003) salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan.
Hasil penelitian juga menunjukkan posisi bagian luar batang sawit dengan polipropilena daur ulang memiliki nilai daya serap air yang lebih tinggi dari pada
nilai daya serap air pada bagian dalam batang sawit. Hal ini disebabkan karena pada papan komposit yang terbuat dari partikel bagian dalam dengan
polipropilena daur ulang memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan komposit yang terbuat dari partikel bagian luar dengan polipropilena daur ulang. Menurut Silaban (2006) bahwa daya serap air dipengaruhi oleh nilai
kerapatannya. Dengan kerapatan yang lebih tinggi, kemampuan papan tersebut untuk menyerap air menjadi lebih berkurang, sehingga daya serap air semakin rendah.
Daya serap air pada papan komposit polimer memiliki nilai rata-rata lebih sedikit jika dibandingkan dengan daya serap air pada kayu batang sengon yang jauh
yang diberikan maka lapisan permukaan papan komposit polimer akan tertutupi
oleh plastik yang mempunyai sifat tidak dapat menyerap air, sedangkan pada batang sengon memiliki kerapatan yang sangat rendah sehingga kemampuan
untuk menyerap air sangat tinggi, selain itu sengon memiliki BJ yang rendah. Gambar 10 juga menunjukkan bahwa papan plastik (100% plastik) yang dijadikan kontrol mempunyai kemampuan menyerap air, hal ini diduga karena
tekanan pada saat pengempaan kurang optimal sehingga menghasilkan papan plastik yang memiliki rongga-ronga pada permukaannya.
Rendahnya nilai daya serap air terhadap papan komposit polimer dapat
meningkatkan kualitas papan komposit polimer. Hasil penelitian menunjukkan nilai daya serap air terendah papan komposit polimer antara perlakuan bagian
batang sawit (Dalam, luar dan campuran) dengan polipropilena (Murni dan daur ulang) terdapat pada bagian dalam batang sawit dengan polipropilena daur ulang.
Hal ini dikarenakan pengolahan polipropilena menjadi polipropilena daur ulang melibatkan pencampuran bahan aditif yang dapat meningkatkan kompatibel pada papan komposit polimer sehingga air sulit untuk masuk. Wirjosentono (1997)
menyatakan kompatibilitas material yang utama dipengaruhi oleh yang
ditambahkan pada proses pengolahan. Penambahan bahan aditif berfungsi untuk
mendapatkan bahan plastik yang bermutu tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai daya serap air selama perendaman 2 jam dan 24 jam lebih besar dibandingkan hasil penelitian Panjaitan (2009) dan Prianda
(2009). Hasil penelitian panjaitan dan prianda (2009) menunjukkan nilai daya serap air pada perendaman 2 jam dan 24 jam yaitu dibawah 5 %. Besarnya nilai