• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum Hak Atas Lingkungan Hidu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penegakan Hukum Hak Atas Lingkungan Hidu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Hak Atas Lingkungan Hidup yang Sehat

sebagai Pemenuhan Hak Asasi Manusia

Totoh Wildan Tohari (1143050162)

Ilmu Hukum-D

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung

Jalan A.H. Nasution No. 105, Cipadung, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat 40614, Indonesia Telepon: +62 22 7800525

Abstrak

Hak asasi manusia adalah isu penting pasca reformasi. Penegakan supremasi hukum dalam konteks hak asasi manusia tidak boleh dipandang dalam kaca mata yang sempit. Memasuki abad millennium, kompleksitas masalah menuntut perluasan cakupan konsep hak asasi manusia.

Masalah lingkungan hidup mengemuka, terutama setelah isu perubahan iklim menjadi nyata dan mengancam kehidupan manusia. Khusus Indonesia, ancaman itu semakin mengemuka dengan kegagalan Negara dalam menjaga lingkungan hidup yang sehat bagi warganya sendiri.

Kasus pencemaran lingkungan hidup di Rancaekek menjadi referensi tentang potret belum tegaknya penegakan hukum lingkungan di Indonesia. Pasal 28H ayat (1) mengamanatkan agar seluruh warganegara Indonesia mendapatkan hak untuk hidup nyaman dan sehat di lingkungannya.

Kata kunci : hak asasi manusia, penegakan hukum, lingkungan hidup sehat, kawasan Rancaekek.

A. Pendahuluan

Indonesia adalah Negara hukum, 1 tidak hanya berdasarkan pada kekuas aan belaka.

1 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945

(2)

hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya.

Pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara hukum juga mempunyai konsekuensi, bahwa Negara Indonesia menerapkan hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan sertakesejahteraan bagi warga negara, sehingga hukum itu bersifat mengikat bagi setiap tindakanyang dilakukan oleh warga negaranya.

Negara hukum harus memenuhi beberapa unsur, antara lain pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, harus

berdasar hukum

atau peraturan perundang-undangan, adanya jaminan terhadap hak asasi m anusia, adanya pembagian kekuasaan dalam negara, adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.

Jaminan terhadap hak asasi manusia (HAM), dapat diartikan bahwa di dalam setiap konstitusi selalu ditemukan adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (warga negara). Perlindungan konstitusi terhadap hak asasi manusiatersebut, salah satunya adalah perlindungan terhadap nyawa

warga negaranya seperti yang tercantum dalam Pasal 28A Undang Undang Dasar 1945: ”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

Nyawa dan tubuh adalah milik manusia yang paling berharga dan merupakan hak asasi setiap manusia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada seorang pun yang dapat merampasnya. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.

(3)

sebagaimana ditegaskan dalam Mukadimah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia/DUHAM, HAM perlu dilindungi dengan merumuskannya dalam instrumen hukum agar orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kezaliman dan penindasan sebagaimana ditunjukan dalam sejarah HAM itu.2

Lingkungan hidup atau yang disebut juga dengan lingkungan adalah istilah yang dapat mencakup makhluk hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutaan. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

2 Kusniati, R. 2011. Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan Konsepsi Negara Hukum. Jurnal Ilmu Hukum. 4(5)

dalam strategi pembangnan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

B. Permasalahan

- Bagaimana kaitannya hak asasi manusi dengan pelestarian lingkungan hidup ?

- Bagaimana penegakan hukum hak asasi manusia dan lingkungan hidup dalam kasus pencemaran lingkungan hidup di Rancekek, Kabupaten Sumedang ?

C. Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.3

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, seperti :

- Undang-Undang Dasar 1945 - Undang-Undang

- Yurisprudensi Mahkamah Agung

3 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

(4)

- Peraturan perundang-undangan dibawah Undang-Undang.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis bahan hukum primer, antara lain :

- Hasil karya ilmiah ( buku, makalah, tulisan dimajalah hukum)

- Hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan

2. Analisis Data

Analisis data adalah tahap yang paling penting dalam kegiatan penelitian, karena pada tahapini ini berfungsi memberi intrepetasi serta arti terhadap data yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh disajikan secara kualitatif, dengan menggunakan analisis deskriftif, yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh ke dalam bentuk penjelasan-penjelasan. 4Artinya problem yang ada dianalisis dan dipecahkan berdasarkan teori dan peraturan yang ada, serta dilengkapi dengan analisis.

4 Ibid

D. Pembahasan

1. Definisi Hak Asasi Manusia

Definisi hak asasi menurut KBBI hukum merupakan peraturan atau ada yang secara resmi dianggap mengikat dan dilakukan oleh penguasa atau pemerintah, undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.5

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Sedang jika menurut para ahli, definisi hak asasi manusia adalah :

- Prof. Dardji darmodihardjo : Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah tuhan yang

5 Retno Listyarti dan Setiadi. Pendidikan Kewarganegaraan. Surabay:

(5)

maha esa dan menjadi dasar dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.6

- Prof Padmo Wahyono : Hak asasi manusia adalah hak yang memungkinkan orang hidup berdasarkan sauatu harkat dan martabat tertentu.7

2. Definisi Pelestarian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakuannya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.8

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi 6 Pandji setijo. Pendidikan pancasila Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Cikal Sakti. hlm 84

7 Ibid

8Prof. Dr, Jur Adi Hamzah. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta:

SinarGrafika.2008. hlm, 1

perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.9

Sedang makna pelestarian dalam Undang-Undang tadi, artinya rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.10

Salah satu hal terpenting dari ini lahirnya aturan tadi adalah tentang ha katas lingkungan yang baik. Pasal 5 ayat (1) UUPLH berbunyi “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat” sedangkan dalam Pasal 5 ayat (1) UUPLH dipertegas menjadi “hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

3. Hubungan Penegakan Hak Asasi Manusia dengan Pelestarian Lingkungan Hidup

Menurut UUD 1945 semua masyarakat berhak atas lingkungan yang baik dan sehat tanpa terkecuali. Begitu pula bagi kewajiban aparat negara untuk melindungi lingkungan agar menjadi lingkungan yang baik dan sehat seperti dalam pengelolahan

9 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(6)

lingkungan, yaitu dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi,

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Heinhard Steiger menyatakan c.s menyatakan bahwa apa yang dinamakan hak-hak subyektif adalah bentuk yang paling baik dan sehat.11 Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya.

Tuntutan itu mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu:

- Yang dikaitkan dengan hak membela diri terhadap gangguan dari luar yang menimbulkan kerugian pada lingkungannya.

- Yang dikaitkan dengan hak dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki.

11 Koesnadi Hardjasoemantri. Hukum Tata Lingkungan edisi 8. Yogyakarta: UGM Press, 2013. Hlm. 102

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan baik sebagaimana tertera dalam berbagai konstitusi dikaitkan dnegan kewajiban untuk melindungi lingkungan hidup. Ini berarti lingkungan hidup dengan sumber-sumber dayanya adalah kekayaan bersama yang dapat digunakan setiap orang, yang harus dijaga untuk kepentingan masyarakat dan untuk kepentingan generasi-generasi mendatang.

Perlindungan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya dengan demikian mempunyai tujuan ganda, yaitu: melayani kepentingan masyarakat-masyarakat secara keseluruhannya dan melayani kepentingan individu-individu.

Mengacu pada isi pasal 28H ayat (1) tadi, bahwa setiap warga negara tanpa terkecuali bahwa setiap warga negara berhak mendapat haknya sebagaimana termuat dalam konstitusi negara indonesia. Kewajiban negara melindungi hak setiap warga negara salah satunya adalah dengan sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

(7)

lingkungan hidup. Akan tetapi apabila diperhatikan ada beberapa hak asasi yang berkaitan erat dengan masalah lingkungan hidup terutama hak yang terkait dengan generasi ketiga HAM yaitu solidarity rights. Hak ini termasuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih right to a clean environment. Hak ini dapat dibagi lagi menjadi hak untuk hidup, hak mendapat kehidupan yang baik dan sehat, hak untuk mendapatkan kesehatan serta hak untuk mendapatkan kebebasan atas harta benda, dan juga perlindungan.

1. Hak untuk Hidup (The Right to Life)

Hak untuk hidup adalah hak yang paling dasar, karena itu tidak dapat diganggu akibat kerusakan atau tercemarnya lingkungan hidup yang berakibat matinya manusia.12 Setiap orang berhak untuk hidup dan tidak ada seorang pun dan juga negara dapat sewenang-wenang menghentikan kehidupan seseorang. Negara harus melakukan berbagai tindakan atau paling tidak, tidak boleh lalai untuk melindungi kehidupan manusia.

12 Pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945

Jadi, kerusakan atau tercemaranya lingkungan hidup dapat berakibat matinya orang, sehingga di sini negara tidak boleh lalai untuk melindungi kehidupan manusia dari kerusakan dan pencemaran lingkungan seperti yang telah terjadi di berbagai belahan bumi akibat industri atau polusi dari berbagai sumber maupun radiasi raktor nuklir.

2. Hak atas Lingkungan yang Sehat

Sebenarnya tidak ada dokumen HAM maupun Konstitusi Negara-negara yang menentukan dengan tegas mengenai hak atas lingkungan yang sehat. Hal ini, meskipun tidak ada yang secara tegas mengatakan lingkungan sehat, tetapi setidaknya terdapat hak untuk mendapat kondisi kerja yang sehat atau untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan sehat pada lingkungan kerja. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kehidupan yang sehat. Dengan perlindungan terhadap lingkungan hidup, pada akhirnya manusia juga akan menikmati lingkungan yang bersih, bebas dari polusi, baik pada lingkungan kerja maupun lingkungan rumah.

(8)

Hak atas kesehatan berarti setiap orang berhak atas kesehatan baik fisik maun mental. Hak atas kesehatan tidak lepas dari lingkungan yang sehat, sebab tanpa lingkungan yang sehat tidak mungkin kesehatan terjamin. Hal ini berarti negara harus menjamin perlindungan kesehatan setiap warganya. Seperti yang tertera dalam Pasal 28 H Ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan baik fisik maun mental, dan negara menjamin kehidupan lingkungan yang baik dan sehat. Lingkungan hidup harus terhindar dari polusi dan pencemaran. Hal ini dimaksudkan agar kesehatan manusia tetap terjaga karena polusi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Sebagai contoh penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang banyak terjadi di daerah yang polusi udaranya sangat tinggi, seperti wilayah yang diselimuti asap karena kebakaran hutan, pencemaran udara akibat asap pabrik

atau kendaraan bermotor atau juga pada masyarakat yang menggunakan air sungai yang sudah tercemar mengakibatkan gatal-gatal kulit. Di sinilah peran negara untuk melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran dan polusi udara yang membahayakan kesehatan masyarakat.

4. Penegakan Hukum dalam

kasus Pencemaran

Lingkungan Hidup di Rancaekek

(9)

baik dan sehat manusia juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan untuk tetap menjadi lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Hubungan antara HAM dengan lingkungan hidup serta perlindungan atasnya dalam konteks hukum memang tidaklah sederhana.13 Instrumen pokok HAM internasional terkemuka seperti Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia 1948 (UDHR) tidak memuat mengenai suatu hak atas lingkungan hidup dalam muatannya.

Hal ini dikarenakan muatannya dirumuskan jauh sebelum adanya kesadaran dunia sepenuhnya atas isu lingkungan, dalam ketentuannya tidak ada ketentuan yang merujuk isu lingkungan secara langsung (eksplisit). Namun seiring dengan perkembangan zaman, isu lingkungan menjadi sorotan masyarakat dunia yang kemudian memiliki pengaruh kuat terhadap hukum internasional.14

Sejak diselenggarakannya United Nations Conference on the Human Environment (Konferensi Perserikatan

13 Alan Boyle, “Human Rights and the Environment: Where Next?”, The European Journal of International Law, Volume 23 no. 3 (2012), hlm 616

14 Council of Europe, Manual on Human Rights and The Environment: 2nd Edition, (Strasbourg: Council of Europe Publishing, 2011), hlm. 11

Bangsa-Bangsa mengenai Lingkungan Manusia) di Stockholm, Swedia 1972 yang menghasilkan Deklarasi Stockholm dan United Nations Conference on Environment and Development (Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Lingkungan dan Pembangunan) di Rio de Janeiro, Brazil, 1992 yang menghasilkan Deklarasi Rio, negara-negara di dunia memahami bahwa isu lingkungan merupakan isu global. Di mana telah terjadi kerusakan lingkungan secara masif serta menipisnya sumber daya lingkungan yang menimbulkan dampak luas dan serius bagi dunia secara menyeluruh.

(10)

(the right to development) ke dalam konsep HAM.

Penerapan hak atas lingkungan itu merupakan bagian terpenting dari implementasi undang-undang lingkungan, karena keberadaan hak tersebut memang telah diatur dalam undang-undang lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa penerapan hukum di Indonesia, termasuk di dalamnya hukum mengenai hak atas lingkungan tampaknya masih jauh harapan kita. Menurut pengamatan Arimbi, konflik-konflik yang bersumber dari perencanaan dan alokasi sumber daya alam semakin meningkat, pada tahun 1995 saja ada 133 konflik lingkungan terjadi. Sementara pada tahun 1997 dicekam dengan kasus kebakaran hutan, yang membakar lahan sampai 1 juta hektar.15

Kasus di Jawa Barat yang cukup memprihatinkan adalah pencemaran di daerah Rancaekek. Berdasarkan kasus di Rancaekek, ada beberapa fakta yang mencengangkan, bahwa pencemaran yang dilakukan oleh beberapa industry tekstil mempengaruhi hak warga untuk

15 Arimbi HP, 2000, “Hak atas Lingkungan yang Baik dan Sehat” dalam: E. Shobirin Nadj et al. Diseminasi Hak Asasi Manusia, Pespektif dan Aksi,Cesda LP3ES, Jakarta.

sehat, seperti yang diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1).

Di kawasan Rancaekek Kabupaten Bandung misalnya yang dikenal dengan kawasan industrinya, dampak lingkungan akibat pencemaran industri, khususnya terhadap aliran sungai telah lama dikeluhkan masyarakat sekitar. Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2013,16 yang lalu menegaskan bahwa beban pencemaran air telah melebihi daya tampung sungai di sekitar industri, yakni sungai Cikijing dan sungai Cimande yang tercemar oleh limbah industri. Kedua anak sungai Citarum ini telah menjadi sumber utama pengairan atau irigasi sawah di Kecamatan Rancaekek sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan adanya pencemaran tersebut, tidak hanya beratus hektar sawah yang terkena dampaknya, namun kebun, kolam dan ternak pun terkena imbasnya. Berdasarkan evaluasi dengan metode Storet yang dilakukan oleh BPLHD Jawa Barat (2014)17 Sungai Cikijing termasuk sungai tercemar berat. Terlebih lagi, penelitian yang dilakukan 16 Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Laporan Verifikasi Sengketa Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Limbah ke Sungai Cikijing

(11)

oleh Andarani dan Roosmini 5 menunjukkan tingginya konsentrasi logam berat berupa kromium (Cr), tembaga (Cu) dan seng (Zn) di Sungai Cikijing.

Pencemaran limbah industri tersebut masih terjadi hingga saat ini tanpa penyelesaian yang transparan dan

efektif. Sementara

pertanggungjawaban industri terhadap pencemaran yang telah terjadi puluhan tahun tersebut juga semakin kabur. Penegakan hukum dan pertanggungjawaban industri yang lemah memperkuat kesan bahwa ‘mencemari itu murah’. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab masifnya polusi bahan berbahaya industri terhadap sumber-sumber air dan lingkungan kita, selain regulasi manajemen bahan beracun berbahaya yang juga tidak efektif dalam mencegah pencemaran.

Akibat pencemaran ini, setidaknya ada 2 Biaya kerugian yang terjadi, yaitu :

- Biaya Remediasi

Biaya tergantung pada sensitivitas penduduk dan potensi dampak yang akan dirasakan berdasarkan jenis dan besar dampak dari kegiatan di masyarakat. Jumlah lahan yang tercemar di wilayah Rancaekek

berdasarkan studi yang dilakukan adalah seluas 933,805 Ha. Maka biaya yang dibutuhkan untuk remediasi lahan tercemar adalah sekitar Rp 8.045.421.090.700 (kurs per tanggal 30 November 2015, Rp 21.014.18

- Biaya Kerugian masyarakat

Diketahui bahwa desa-desa ini dahulu merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Barat dengan produktivitas gabah per hektarnya 75 kuintal (7,5 ton) dengan intensitas panen 2-3 kali setahun.

Namun, setelah pabrik berdiri, diketahui bahwa intensitas panen di lokasi studi mengalami penurunan menjadi 1-2 kali setahun dengan penurunan produktivitas hingga 97%. Kondisi ini diperparah dengan jebolnya tanggul sungai Cikijing di Blok Cipasir Desa Linggar pada Tahun 2013, sehingga air sungai Cikijing yang telah bercampur dengan limbah mengairi areal pertanian. Hal tersebut mengakibatkan lahan sawah tidak dapat ditanami padi dan sebagian arealnya ditumbuhi oleh tanaman “Walini” yang tidak memiliki nilai ekonomi seperti gabah.

18 Berdasarkan kalkulasi laporan lengkap : Sunardi, dkk. 2015. Valuasi Ekonomi Dampak Pencemaran di Kawasan Industri Rancaekek. Institute of Ecology –

(12)

Nilai ekonomi total dari sawah dihitung dengan menjumlahkan nilai guna langsung (direct use) dan nilai guna tak langsung (indirect use value). Total nilai guna langsung yang berupa nilai ekonomi produksi tanaman per tahunnya adalah sebesar Rp 69.989.942.600 sedangkan nilai guna tidak langsung yang berupa Willingness to Pay untuk melestarikan keberadaan burung kuintul adalah sebesar Rp 155.215.250. Sehingga nilai ekonomi total (NET) sawah di lokasi penelitian adalah Rp 70.145.157.750/tahun Total Kerugian di Sektor Pertanian saja selama 12 Tahun: Rp 841.741.893.000.19 Ini belum dihitung kerugian sector perikanan, perkebunan, peternakan.

Dari kasus ini, seharusnya para pelaku

pencemaran limbah B3

bertanggungjawab penuh atas tindakannya; melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup dengan penghentian pencemaran dan pembersihan unsur pencemar; melakukan remediasi; rehabilitasi; dan restorasi lingkungan dan lahan masyarakat yang tercemar; dan juga membayar ganti rugi atas kerugian lingkungan dan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh

19 Ibid

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dalam kasus pencemaran lingkungan diatas adalah hilangnya hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (Pasal 9 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang merupakan salah satu bagian dari hak untuk hidup. Hak untuk hidup yang diatur dalam UU HAM terdiri dari: hak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya; hak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin; dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

(13)

hidup yang tertuang dalam Pasal 28 UUD RI Tahun 1945.

Dengan demikian, jika tindakan pencemaran lingkungan mengakibatkan terganggunya pemenuhan hak untuk hidup yang telah saya uraikan di atas, maka perbuatan tersebut merupakan pelanggaran hak untuk hidup. UU HAM melalui Pasal 90 memberikan perlindungan bagi pihak yang merasa hak asasinya dilanggar untuk mengajukan laporan dan pengaduan kepada Komnas HAM disertai dengan identitas pengadu yang benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan. Selain itu, bagi kasus pelanggaran HAM berat dapat diajukan ke Pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum.

Dalam penegakan hukum berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup, ada 3 jalur yang bisa dilakukan, yaitu :

- Jalur Pidana

Regulasi pidana yang bisa menjadi dasar hukum penegakan hukum lingkungan adalah Undang-Undang No. 39 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan dalam regulasi

tadi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum.

Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam undang-undang PPLH. Sedikitnya ada 7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika ketentuan dilanggar oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :

 Ketentuan tentang baku mutu

 Ketentuan tentang rekayasa genetika

 Ketentuan tentang Limbah

 Ketentuan tentang Lahan

 Ketentuan tentang Izin Lingkungan

 Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup

- Jalur Perdata

Penegakan hukum lingkungan

dalam perdata dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu :

Class Action atau Gugatan

Masyarakat

(14)

Hak Gugat Pemerintah baik

itu pemerintah pusat dan

daerah

Salah satu konsep hukum yang bisa dipakai adalah konsep perbuatan melawan hukum.20

- Jalur Tata usaha Negara

Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge melalui 2 cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi. Pengawasan jika kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup pengawasan dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Peran pengawasan pemerintah dalam pasal 71 disebutkan dilakukan oleh Gubernur, Walikota atau Bupati. Dalam pasal 71 angka 2 disebutkan pula, peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun peran pejabat yang diberi wewenang itu adalah :

 melakukan pemantauan;

 meminta keterangan;

 membuat salinan dari dokumen dan/atau

20 Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

 membuat catatan yang diperlukan;

 memasuki tempat tertentu;

 memotret;

 membuat rekaman audio visual;

 mengambil sampel;

 memeriksa peralatan;

 memeriksa instalasi dan/atau alat

 transportasi; dan/atau

 menghentikan pelanggaran tertentu.

Sedang peran masyarakat menurut pasal 70 adalah :

 pengawasan sosial;

 pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau

 penyampaian informasi dan/atau laporan.

(15)

pelanggaran. Sanksi yang diberikan menurut pasal 76 ayat 2 adalah :

 teguran tertulis;

 paksaan pemerintah;

 pembekuan izin lingkungan; atau

 pencabutan izin lingkungan. Dalam kasus di Rancaekek, jalur yang sudah dipakai adalah jalur tata usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung memenangkan gugatan koalisi masyarakat melawan limbah. Pemkab Sumedang dinilai bersalah atas surat keputusannya yang memberikan izin pembuangan limbah cair (IPLC) ke Sungai Cikijing kepada tiga pabrik besar yakni PT Kahatex, PT Five Star Textile Indonesia dan PT Insan Sandang Internusa.

Bila Pemkab Sumedang dan ketiga pabrik tersebut melanggar keputusan tersebut, mereka bisa langsung dijerat delik pidana.

Ketua Majelis Hakim PTUN Nelvi Christin menyatakan tiga surat izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) Pemkab Sumedang untuk PT Kahatex, PT Five Star Textile Indonesia dan PT Insan Sandang Internusa segera

dicabut.21Sampai saat ini kasus ini masih bergulir di Mahkamah Agung.22

Dari kasus ini, kita dapat melihat bahwa hubungan penegakan hak asasi manusia dan lingkungan hidup sangat erat. Karena ketika lingkungan tercemari, hak warga untuk hidup nyaman, sehat terancam dan itu melanggar konsep hak untuk hidup dan hak untuk sehat, seperti yang diamanatkan dalam pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

E. Penutup

- Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan baik sebagaimana tertera dalam berbagai konstitusi dikaitkan dnegan kewajiban untuk melindungi lingkungan hidup. Ini berarti lingkungan hidup dengan sumber-sumber dayanya adalah kekayaan bersama yang dapat digunakan setiap orang, yang harus dijaga untuk kepentingan masyarakat 21 BREAKING NEWS: Pemkab Sumedang dan PT Kahatex Kalah di PTUN,

http://jabar.tribunnews.com/2016/05/24/br eaking-news-pemkab-sumedang-dan-pt-kahatex-kalah-di-ptun, diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul 01.30 WIB. 22 Kasus Limbah Rancaekek Masuk ke Mahkamah Agung,

(16)

dan untuk kepentingan generasi-generasi mendatang. Perlindungan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya dengan demikian mempunyai tujuan ganda, yaitu: melayani kepentingan masyarakat-masyarakat secara keseluruhannya dan melayani kepentingan individu-individu.Mengacu pada isi pasal 28H ayat (1) tadi, bahwa setiap warga negara tanpa terkecuali bahwa setiap warga negara berhak mendapat haknya sebagaimana termuat dalam konstitusi negara indonesia.

- Pencemaran limbah industry di Rancaekek, tersebut masih terjadi hingga saat. Dari 3 jalur yang bisa ditempuh menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, yaitu jalur pidana, perdata dan tata usaha Negara, yang sudah ditempuh adalah jalur tata usaha Negara, dengan dikabulkannya gugatan masyarakat pada tingkat pertama pada tahun 2016 yang lalu, meski saat ini masih bergulir di Mahkamah Agung.

Daftar Pustaka

Buku

Boyle, Alan . “Human Rights and the Environment: Where Next?”, The European Journal of International Law, Volume 23 no. 3 (2012),

Hamzah, Adi . Penegakan Hukum Lingkungan.

Jakarta: SinarGrafika.2008.

Hardjasoemantri, Koesnadi. Hukum Tata Lingkungan edisi 8. Yogyakarta: UGM Press, 2013.

HP, Arimbi , 2000, “Hak atas Lingkungan yang Baik dan Sehat” dalam: E. Shobirin Nadj et al. Diseminasi Hak Asasi Manusia, Pespektif dan Aksi,Cesda LP3ES, Jakarta.

(17)

Listyarti, Retno dan Setiadi. Pendidikan Kewarganegaraan. Surabay:

Erlangga,2008.

Setijo , Pandji. Pendidikan pancasila Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Cikal Sakti.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Rajawali Press, Jakarta, 1985),

Hasil Penelitian

Badan Pengelola Lingkungan Hidup. 2014. Laporan

Hasil Uji. UPT Laboratorium Lingkungan BPLH Kabupaten Bandung.

Council of Europe, Manual on Human Rights and The Environment: 2nd Edition, (Strasbourg: Council of Europe Publishing, 2011),

Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Laporan Verifikasi Sengketa Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Limbah ke Sungai Cikijing

Sunardi, dkk. 2015. Valuasi Ekonomi Dampak Pencemaran di Kawasan Industri Rancaekek. Institute of Ecology –

Universitas Padjadjaran. Internet

BREAKING NEWS: Pemkab Sumedang dan PT Kahatex Kalah di PTUN,

http://jabar.tribunnews.com/2016/05/24/br eaking-news-pemkab-sumedang-dan-pt-kahatex-kalah-di-ptun,

Kasus Limbah Rancaekek Masuk ke Mahkamah Agung,

http://regional.kompas.com/read/2017/03/ 14/10050091/kasus.limbah.rancaekek.mas uk.ke.mahkamah.agung,

Peraturan

Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan peran sikap profesionalisme auditor internal dalam mengungkapkan temuan audit, maka dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu

Selain dalam bentuk makanan, pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli juga dapat dilihat dari berkurangnya rata-rata bantuan yang diberikan masyarakat sekitar dalam

Pendapat lain yang mendukung tentang pengaruh panas terhadap penurunan kadar aloin adalah yang dikemukakan oleh Ramachandra and Rao (2008) yang menyatakan bahwa

Dengan demikian, angsuran per bulan yang harus dibayar Atekan kepada KJKS BMT NUSYA yang terdiri dari angsuran pokok hutang dan biaya sewa adalah:. Angsuran Pokok :

Jika inflow yang masuk Waduk Kedungombo tidak dapat mencukupi kebutuhan debit rencana, maka sebaiknya perlu pengaturan pada pintu pengatur agar debit yang keluar dapat

[r]

[r]

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan metode pengeringan granulator (50°C selama 5 jam, 60°C selama 4 jam, dan 70°C selama 3 jam). Variabel