Tugas Kepemimpinan
Review artikel
Blusukan Jokowi dan Kepemimpinan Mengahadapi Masa Depan
Disusun Oleh:
Ayu Novia Hariatiningsih 071211131104
S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Review artikel
Tokoh Jokowi adalah pemimpin yang dekat dengan rakyatnya dan memperkanalkan slogan “Blusukan” menjadi ciri khas kepemimpinannya. Hal tersebut didasari oleh latar belakang kehidupan pribadinya selama ini. Dari artikel tersebut dapat diketahui sosok jokowi yang dipandang merakyat, adil, jujur dan tampil apa adanya walau posisinya telah menjadi gubernur.
Artikel yang kedua membahas mengenai kepemimpinan untuk menghadapi masa depan. Dalam artikel tersebut kepemimpinan dilihat dari aspek global dan modernisasi yang terjadi saat ini, sehingga kepemimpinan ini melihat berbagai aspek dalam menyimpulkan kepemimpinan masa depan. Menurut artikel ini pemimpin masa depan harus bercirikan kepemimpinan modern yang memiliki semangat tinggi, nilai-nilai dan pemikiran modern. Namun Indonesia memiliki warisan dari para leluhur bangsa tentang prinsip-prinsip kepemimpinan. Hal tersebut juga tidak boleh lepas dari kepemimpinan Indonesia masa depan. Dengan demikian, kepemimpinan modern, selain memiliki sifat-sifat tradisional yang melambangkan moral kepemimpinan bangsa, juga harus merupakan sosok modern. Artinya pemimpin adalah seorang yang memiliki wawasan kebangsaan, jiwa kerakyatan, professional, inovatif, dan rasional.
Berdasarkan beberapa teori yang telah ada sosok Jokowi dalam artikel tersebut dapat digambarkan sebagai sosok pemimpin yang lahir dari masyarakat kecil dengan kehidupan yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat lainnya dan didukung oleh situasi social ekonomi serta pengalaman hidup. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh S. P. Siagian dan Fred Fielder. S. P. Siagian dengan teori ekologisnya yang menjelaskan bahwa pemimpin itu adalah bukan hanya bakat bawaan, melainkan juga merupakan pendidikan dan pengalaman hidup, sehingga mampu menjadi pemimpin. Sedangkan teori yang dikembangkan oleh Fred Fielder
adalah teori kontingensi (Situasional) menjelaskan keberhasilan seorang pemimpin karena kemampuan yang dimiliki serta keadaan sekitar yang menunjang. Dalam hal ini, terdapat dua kiat kepemimpinan. Yangmana Jokowi lebih mendekati yang human relationship oriented atau mengutamakan hubungan kemanusiaan.
Bicara masalah kepemimpinan Indonesia masa depan adalah membahas bagaimana masyarakat Indonesia kedepannya. Karena pemimpin merupakan cerminan masyarakatnya (you deserve your leader). Maka dari itu, jiwa kepemimpinan juga harus ditanamkan pada diri masyarakat Indonesia. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu bekerja secara tim. Hal itu karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan masing-masing daerah memiliki pemimpin sendiri-sendiri.
lingkungan kerja, da yang terakhir sebagai juru bicara organisasi. Peran terakhir adalah bersifat pengambil keputusan, terdapat beberapa hal dalam sifat ini yakni entrepreneur, disturbances handler, resource allocator, negosiator dan pemimpin bertanggungjawab atas segala sumber daya manusia, dana, waktu, sarana prasarana, sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan peran kepemimpinan menurut Henry Mintzberg tokoh jokowi dalam artikel tersebut memerankan tiga peran sekaligus. Pertama, interpersonal (interpersonal role) yang dilakukan adalah sebagai figure yang memperkenalkan slogan “Blusukan”. Kedua, bersifat informasional (informational role) yakni sebagai pemantau langsung kondisi lapangan dalam artikel tersebut dijelaskan dengan blusukan ke Pasar Tanah Abang dan memantau langsung pedagang yang ada pinggiran jalan. Terakhir bersifat pengambil keputusan (decisional role) mengunakan prinsip entrepreneur yang dimilikinya untuk memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja yang dipimpinnya serta menciptakan inovasi baru untuk pengembangan organisasinya.
Artikel kedua yang membahas tentang kepemimpinan menghadapi masa depan. Dalam artikel tersebut sosok pemimpin harapan cenderung lebih dilihat dari factor pendidikan dan pengalaman pribadi. Hal tersebut disimpulkan karena kondisi masyarakat sekarang yang lebih modern. Pengertian masyarakat modern merupakan bentuk derajad rasionalitas yang tinggi, maksudnya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang impersonal dan efektif. Selain itu derajad rasionalitas tidak lepas dari perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi pendorong bagi proses modernisasi dalam masyarakat.
memiliki pengetahuan untuk dapat secara efektif membawa yang dipimpin kearah tujuan, seorang pemimpin harus menjadi teladan dan sumber inspirasi. Oleh Karena itu seorang pemimpin diharapkan yang beriman dan bertaqwa, sehingga pembangunan manusia yang berakhlaq dapat terlaksana.
Berdasarkan kepemimpinan yang dijelaskan dalam artikel ini maka teori yang sesuai adalah teori Transformasional. Pemimpin transformasional mempunyai kemauan dan kemampuan melakukan perubahan terhadap segala hal yang melekat dalam organisasi melalui penyempurnaan visi jelas dan tega, kemudian meyakinkan dan memastikan pencapaian visi tersebut. Hal ini sesuai dengan nilai yang pertama yakni idealisme. Sosok pemimpin yang jelas kemana atau kearah mana ia akan membawa yang dipimpinnya. Selain itu juga sesuai dengan nilai yang kedua yakni pemimpin yang berpengatahuan. Jika pemimpin itu sudah mengerti akan dibawa kemana tentu ia akan menetukan cara yang paling efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi, seorang pemimpin bukan hanya mengerti teknik kepemimpinan, tetapi juga menguasai bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Terakhir, transformasional juga berkaitan dengan memberi teladan dan sumber inspirasi berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Hal itu sesuai dengan tujuh karakteristik kepemimpinan transformasional dari
Daftar pustaka
Sendarmayanti. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi Dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama