• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP CARING DAN KELUARGA SERTA APLIKAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP CARING DAN KELUARGA SERTA APLIKAS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP CARING DAN KELUARGA SERTA APLIKASI

KONSEP CARING DALAM HUBUNGAN ANTARA

MAHASISWA DENGAN ORANG YANG LEBIH MUDA

Oleh

KELOMPOK 5

Anasthasya Amanda, 1506758191 Egi Rizky Septiana, 1506690422 Nindy Atika Rahayu, 1506728264

Novri Andini, 1506689912 Shafa Dwi Andzani, 1506690063

Ukhti Afini, 1506728610

KONSEP DASAR KEPERAWATAN I KELAS C

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kelompok 5 diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Caring Dan Keluarga Serta Aplikasi Konsep Caring Dalam Hubungan Antara Mahasiswa Dengan Orang Yang Lebih Muda”. Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang penulis alami, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Ibu Dr. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar

Keperawatan I (KDK I) kelas C yang telah memberikan arahan serta motivasi dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa mengucap doa, keluarga yang telah memberikan kontribusi ide yang baik, dan teman-teman yang telah memberikan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas mengenai kegunaan ilmu filsafat di dalam bidang keperawatan. Oleh karena itu penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis mohon maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan penulis menyadari masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, penulis sangat mengharapkan akan pemberian saran dan kritik yang membangun.

Depok, Septermber 2015 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Abstrak ... iv

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan Penulisan ... 2

Bab II Isi 2.1. Konsep Caring 2.1.1. Pengertian Caring secara Umum ... 3

2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring ... 4

2.1.3. Beberapa Teori Caring ... 6

2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan ... 9

2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing ... 10

2.2. Konsep Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis ... 11

2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga ... 12

2.2.3. Jenis/Tipe Keluarga ... 14

2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga ... 15

2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga ... 16

2.3. Aplikasi Konsep Caring ... 18

(4)

3.2.

Saran ... 21 Daftar Pustaka ... 22

ABSTRAK

Keperawatan membutuhkan konsep caring dan keluarga untuk membantu penemuan solusi dari masalah-masalah yang tidak pernah luput sekalipun. Guna konsep caring dan keluarga pada bidang ilmu keperawatan ini adalah untuk membantu perawat dalam memperhatikan dan memenuhi kebutuhan klien, seperti fisik, psikis, spiritual, dan sosial klien tersebut dimulai dari yang sederhana hingga sampai ke kompleks. Konsep caring dan keluarga dijadikan pedoman oleh banyak klien atau pasien dalam membuat persepsi mengenai keperawatan.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, segala bidang kehidupan sedang mengalami dinamika perkembangan dan kemajuan. Bidang pelayanan kesehatan salah satunya, tidak hanya sarana dan prasarana saja yang mengalami kemajuan, tetapi juga profesionalisme dari tenaga kesehatan.

Ketika berada di rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, wajib bagi perawat untuk terus meningkatkan profesionalismenya. Dengan meningkatkan perilaku caring saja, klien akan merasa puas, dan bagi perawat sendiri kepuasan klien tersebut adalah kepuasan untuk dirinya juga karena telah sukses memberi pelayanan dengan baik. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi tanpa mengabaikan rasa aman dan keselamatan klien. (Carruth et all, 1999).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian caring secara umum? 2. Bagaimana persepsi klien tentang caring? 3. Sebutkan beberapa teori dasar mengenai caring!

4. Bagaimana perilaku caring dalam praktik keperawatan? 5. Apa perbedaan caring dan curing?

6. Apa pengertian keluarga secara umum dan teoritis? 7. Bagaimana tahap perkembangan keluarga?

8. Sebutkan jenis dan tipe keluarga! 9. Apa saja struktur dan fungsi keluarga?

10. Jelaskan konsep keperawatan keluarga dalam kehidupan sehari-hari! 11. Bagaimana aplikasi dari konsep caring kepada orang yang lebih muda

(6)

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I, serta menambah wawasan tentang konsep caring dan keluarga di sepanjang rentang kehidupan, agar mahasiswa mengerti serta memahami tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan dan sebagai salah satu sarana penunjang

(7)

BAB II

ISI

2.1. Konsep Caring

2.1.1. Pengertian Caring secara Umum

Pengertian caring secara umum merupakan suatu pengabdian diri kepada orang lain yang berupa pengawasan, perhatian, rasa empati, maupun rasa cinta dan kasih sayang yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring juga dapat diartikan sebagai rasa kepedulian kita untuk orang lain,

pengawasan kita terhadap orang lain, perasaan empati dan perasaan cinta serta rasa menyayangi terhadap sesama makhluk hidup.

Caring bukan sesuatu yang harus diajarkan, melainkan hasil dari tindakan dari rasa peduli yang kita miliki. Seorang perawat harus memiliki sifat caring, karena seorang perawat sudah sepatutnya peduli terhadap pasiennya dan juga kepada orang lain. Tindakan caring seorang perawat tentunya bukan hanya kepada keluarga atau orang terdekatnya saja, melainkan kepada siapapun.

Sikap dari seorang perawat yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengar keluh kesah seorang

pasiennya, memahami pasien, caring dalam spiritual dan juga dalam perawatan keluarga. Keperawatan sebagai suartu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat, Keperawatan adalah ilmu kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring (Lindbreg, 1990).

(8)

akan berbeda pada setiap kultur dan etik serta pada sistem profesioanal carenya (Leininger, 1991).

Proses keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya dengan konsep caring ditunjukkan dengan memperkenalkan diri kita kepada pasien kita serta membuat kontak hubungan yang baik,

memanggil klien kita dengan menyebutkan namanya secara halus, selalu memotivasi klien kita, meyakinkan klien bahwa seorang perawat akan terus membantunya jika terjadi masalah, memenuhi kebutuhan dasar seorang klien dengan iklas, menjadi pendengar yang aktif, bersikap jujur, dapat mengendalikan perasaan kita dengan baik, dan tentunya rasa empati kita terhadap seorang klien.

Bentuk pelayanan kesehatan yang bekerja dengan terampil, cermat, cepat, dan berdasarkan ilmu perawat yang benar dan sesuai akan membuat klien kita senang dengan bentuk pelayanan yang profesional tentunya. Bentuk dari sebuah caring dalam keperawatan merupakan inti dari profesi keperawatan. Caring memliki banyak makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994). Caring di dalam suatu praktik keperawatan juga termasuk dalam tidak menerima uang atau meminta uang kepada seorang klien, kolaborasi dengan baik bersama anggota tim kesehatan yang lain, dan dalam kegiatan jaminan mutu.

2.1.2. Persepsi Klien tentang Caring

Pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar dari tingkat kepuasan seorang klien atau pasien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman kerja yang aktif dalam merencanakan perawatan (Attree, 2001). Dalam penelitian, klien menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan aksi sebuah caring.

(9)

takut untuk dipasangkan kateter intravena. Kebetulan juga perawat ini masih baru dan belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut pun memutuskan untuk dibantu oleh perawat yang sudah terampil sehingga klien tidak akan cemas. Dengan mengetahui karakteristik klien, seorang perawat akan terbantu dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan klien.

Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan

menempatkan perawat sebagai seseorang yang menolong klien, memecahkan dilematis dengan cara menghadirkan hubungan dan

memberikan prioritas kepada seorang klien. Kepuasan klien dapat diukur dengan kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan kepuasan terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar manusia (Pohan, 2006).

Persepsi klien wanita terhadap perilaku caring cenderung hadir secara fisik. Karena itu perawat harus merespon keunikan klien, memahami dan mendukung klien, memiliki sikap dan berperilaku yang membuat klien merasa dihargai, kembali kepada klien dengan sukarela, menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan relaksasi kepada klien, serta bersuara halus dan lembut dan memberi perasaan yang nyaman untuk klien. Dengan adanya tindakan-tindakan tersebut klien akan merasa dihargai dan membuat klien tersebut merasa nyaman (Riamen, 1986).

Selain itu terdapat klien dewasa yang berpersepsi bahwa kehadiran perawat dapat menentramkan hati, memberikan informasi,

(10)

2.1.3. Beberapa Teori Caring

Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1984) sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan beberapa fenomena dalam

keperawatan (dikutip oleh Taylor C. Dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam rangka membedakan antara keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan

mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri dari empat konsep yang berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit, dan konsep lingkungan. Meski keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan antara konsep ini berbeda antara teori yang satu dengan teori yang lain.

Pada teori Watson (1978, 1988), caring adalah model holistik keperawatan yang menyebutkan bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002). Watson (2002) menggabungkan bahwa proses pelayanan manusia dengan

lingkungan pemulihan menyertakan proses generasi kehidupan, penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia, serta pemulihan untuk perawat dan kliennya.

Watson (1988) juga menambahkan, teori ini menggambarkan suatu kesadaran perawat untuk mengetahui apa itu perawat, sakit, caring, serta pulih. Oleh karena itu, caring transpersonal menolak tempat maupun pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyakit sebelum pengobatan sebab harus dilihat apa penyebab penyakit klien dan bagaimana

pengobatannya terlebih dahulu. Selain itu juga harus mencari sumber pemulihan dari dalam untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi diri secara menyeluruh.

Teori Watson juga berhubungan erat dengan spiritual dan

(11)

sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring

dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Teori Watson sebagai pembangun struktur ilmu caring, yaitu :

1. Membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik yang dapat dipraktikkan dengan menggunakan kebaikan hati dan kasih sayang untuk memperluas diri dan juga sikap membuka diri untuk

mempromosikan persetujuan terapi dengan klien. Jadi, dari kata altruistik dapat diartikan bahwa perawat harus memiliki nilai mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.

2. Menciptakan kepercayaan, keyakinan, dan harapan, yaitu dengan cara menciptakan suatu hubungan baik dengan klien yang menawarkan maksud dan petunjuk saat mencari arti dari suatu penyakit.

3. Meningkatkan rasa sensitif terhadap diri sendiri dan sesama, yaitu dengan cara belajar menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain, atau menempatkan kedudukan diri dengan orang lain secara merata.

4. Membangun pertolongan hingga memperoleh kepercayaan. Caranya dengan belajar, membangun, mendukung pertolongan, dan lain-lain melalui komunikasi yang efektif dengan klien.

5. Mempromosikan dan mengungkapkan perasaan positif dan negatif dengan cara mendukung dan menerima perasaan klien.

6. Menggunakan proses caring yang kreatif dalam penyelesaian masalah dengan cara menerapkan proses keperawatan secara sistematis dalam membuat keputusan pemecahan masalah secara ilmiah dalam

menyelenggarakan pelayanan berfokus pada klien.

7. Mempromosikan transpersonal belajar-mengajar dengan cara belajar bersama kepada klien guna mendapatkan keterampilan perawatan diri yang dapat diimplementasikan pada kehidupan klien ke depan.

(12)

meningkatkan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.

9. Mendapatkan kebutuhan manusia dengan cara membantu klien mendapatkan kebutuhan dasar dengan caring yang disengaja atau disadari.

10. Mengizinkan adanya kekuatan-kekuatan fenomenal yang bersifat spiritual dengan cara memberikan pengertian yang lebih baik mengenai diri dan klien.

Adapun teori caring menurut Swanson dapat dibedakan menjadi lima proses pelayanan, yaitu :

1. Mengetahui, dengan cara berusaha mengerti kejadian yang berarti dalam kehidupan seseorang akan menghindari asumsi, fokus pada pelayanan seseorang, penilaian menyeluruh, mencari petunjuk dan mengikat diri atau keduanya.

2. Melakukan bersama, dengan hadir secara emosional akan berakibat berada di sana menunjukkan kemampuan berbagi perasaan dengan tidak marah-marah.

3. Sebisa mungkin melakukan sesuatu kepada orang lain seperti melakukannya terhadap diri sendiri yang berakibat timbulnya kenyamanan dan antisipasi dengan cara menunjukkan kepercayaan dan keterampilan.

4. Kemampuan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan seperti kelahiran dan kematian atau kejadian tak terduga. Caranya dengan memberi tahu, menjelaskan, mendukung, atau mengizinkan fokus membuat alternatif, membenarkan, dan memberikan umpan balik.

5. Mengatasi kepercayaan dengan menaruh kepercayaan menjalani hidup atau transisi dalam menghadapi masa depan. Caranya dengan

(13)

2.1.4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring merupakan sikap peduli terhadap semua makhluk hidup, misalnya keluarga, teman, orang-orang di sekitar, bahkan terhadap makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Caring bukan hanya sekedar sikap peduli saja tetapi juga menunjukkan perhatian, rasa empati, kasih sayang, dan lain-lain. Tindakan caring bertujuan untuk memberikan pelayanan, asuhan, dan memperhatikan emosi sang pasien. Pelaksaan caring dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan memperbaiki image perawat di kalangan masyarakat.

Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring yaitu

kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami klien atau pasien. Itu semua merupakan tindakan caring dalam keperawatan. Caring dilakukan pada saat pendekatan pelayanan dalam setiap pertemuan dengan klien atau pasien.

Kehadiran bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan manfaat-manfaat caring pada suatu pertemuan. Kehadiran seorang perawat sangat penting bagi pasien ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kehadirannya, perawat dapat memberikan dukungan, kenyamanan, dan menenangkan hati seorang klien atau pasien. Bentuk kehadiran juga merupakan suatu keadaan dimana seorang perawat dapat selalu ada dan bersedia untuk sang pasien. Dengan adanya kehadiran perawat, pasien juga dapat merasakan dan mengerti tentang keadaan dirinya sendiri.

(14)

Mendengarkan merupakan suatu tindakan caring yang membantu kita untuk memahami dan mengerti maksud klien serta memberikan respon balik. Dalam melakukan tindakan tersebut, perawat dapat membangun kepercayaan, membuka topik pembicaraan, dan mendengarkan apa yang klien katakan. Dengan begitu perawat akan terlibat dalam kehidupan klien, sehingga perawat lebih bisa memahami dan mengerti apa yang klien rasakan. Mendengarkan klien mungkin saja sulit tetapi dengan

mendengarkan, perawat dapat memperkuat hubungan yang baik dengan pasien atau klien.

Memahami klien berarti fokus pada klien tersebut dan ikut serta dalam hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis. Dengan memahami klien, perawat dapat memperkuat suatu hubungan yang baik dengan klien dan membuat klien lebih merasa nyaman dan aman.

2.1.5. Perbedaan Caring dan Curing

Perbedaan caring dan curing yaitu, caring merupakan

mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien, membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi, serta membantu pasien atau klien beradaptasi dengan masalah kesehatan. Intinya caring lebih menitikberatkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian perawatan. Sedangkan curing merupakan suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien, melakukan tindakkan pengobatan dengan obat, serta menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah masalah penyakit dan penanganannya.

(15)

menghadapi situasi yang sesulit apapun. Sedangkan curing merupakan lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya.

2.2. Konsep Keluarga

2.2.1. Pengertian Keluarga secara Umum dan Teoritis

Keluarga merupakan suatu gambaran individu dewasa dan anak yang hidup bersama dalam kebahagiaan. Keluarga mengalami perubahan konsep, struktur, dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga seiring

berjalannya waktu. Sebagai contoh, karena faktor kesehatan, merawat anak, perubahan struktur dan pergerakan keluarga, serta perlakuan kepada orang tua yang telah usia lanjut. Ketahanan, ketangguhan, dan ragam yang

merupakan karakteristik keluarga dapat membantu proses adaptasi keluarga dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada (Ford-Gilboe, 2002;

Hanson, et al., 2005; Potter & Perry, 2009).

Ketahanan atau durability keluarga adalah istilah untuk bentuk dukungan dari dalam keluarga yang melewati batasan rumah tangga.

Ketangguhan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk beradaptasi dalam perubahan terduga ataupun tidak terduga yang dapat memberikan

pengetahuan baru bagi anggota keluarga dan orang di sekitarnya.

Keragaman suatu keluarga dapat diartikan sebagai keunikan dari keluarga tersebut yang menjadi pembeda ataupun menunjukkan kesamaan dengan keluarga lain.

Keluarga juga dapat diartikan dua orang atau lebih yang saling bergantung satu sama lain dalam hal emosional, jasmani, dan dukungan ekonomi (Kaakinen, et al., 2015). Definisi dari keluarga menjadi sebuah perdebatan di antara ahli sosial dan hukum karena memiliki definisi yang berbeda. Selain itu, keluarga juga dapat didefinisikan dari segi biologis.

(16)

dalamnya dengan adanya ketergantungan untuk mencapai tujuan. Bailon dan Maglaya (1989) berpendapat bahwa keluarga adalah hubungan antar dua atau lebih individu karena perkawinan, hubungan darah, dan adopsi di rumah tangga yang berinteraksi untuk mempertahankan suatu budaya.

Burges, dkk. (1963) menyebutkan bahwa keluarga disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan adopsi yang menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka dan saling berinteraksi dengan kultur atau budaya yang sama. Departemen kesehatan RI (1988) mengemukakan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang lainnya yang tinggal satu atap dengan keadaan saling bergantung (Ali, 2006).

2.2.2. Tahap Perkembangan Keluarga

Seiring berjalannya waktu suatu keluarga akan terus mengalami perkembangan dan perubahan pada hal-hal tertentu. Contohnya adalah bukanlah hal yang normal bisa dalam satu keluarga terdapat dua orang tua dan anak. Contoh lainnya adalah menikah pada usia tua atau pasangan yang menunda bahkan tidak berniat untuk memiliki anak kini sudah marak di masyarakat. Selain itu perubahan pada keluarga juga dapat dipengaruhi oleh adanya dua pencari nafkah dalam satu keluarga, perceraian, kehamilan pada remaja, pasangan biseksual, dan lain-lain.

Keluarga akan tumbuh dengan seiringnya waktu yang berisi

bergaman tantangan, kebutuhan, dan sumber daya yang harus diselesaikan sebelum berpindah ke tingkat selanjutnya. McGolrick dan Carter (1985) membuat tingkat kehidupan keluarga berdasarkan ekspansi, kontraksi, dan penyusunan ulang suatu hubungan keluarga yang mendukung proses dan perkembangan masing-masing anggota. Tingkatan ini terdiri dari orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan anak kecil, keluarga dengan remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga dalam

(17)

Pada tahap orang tua tunggal, pihak keluarga harus menerima perpisahan anak dari orang tua atau sebaliknya. Perpisahan ini dapat berupa sang anak yang memisahkan diri dari orang tuanya atau orang tua yang telah meninggal sehingga anak akan hidup bersama keluarga besar (paman, bibi, nenek, atau kakek) dan hidup sendiri ketika sudah dewasa (anak tersebut meninggalkan keluarga asalnya. Dalam tahap ini sang anak harus bisa menghadapi pemisahan diri dari keluarga, membentuk hubungan dekat dengan kelompok pergaulan, dan pencapaian diri dalam dunia kerja.

Saat tahap pernikahan atau dapat disebut penyatuan keluarga, orang yang sudah melewati tahap sebelumnya harus dapat berkomitmen kepada sistem baru pada tahap ini. Selain itu, orang tersebut harus mampu membentuk sistem keluarga yang baru dan penyusunan ulang semua hubungan dengan menyertakan pasangan. Pada tahap ini seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan keluarga yang baru dengan peran yang berbeda

Tahap selanjutnya adalah keluarga dengan anak kecil. Pada tahap ini pasangan menerima anggota generasi baru di keluarga. Pasangan juga harus menyesuaikan sistem pernikahan mereka dengan kehadiran anak dan mulai berperan sebagai orang tua. Beberapa keluarga juga akan menyertai peran kakek-nenek pada tahap ini.

Tingkat keluarga dengan remaja akan membuat perubahan baru di keluarga, yaitu orang tua akan mulai memberikan kebebasan bertanggung jawab pada anak. Anak pada masa remaja tentu membutuhkan ruang untuk bergerak bebas guna mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Anak remaja akan mempunyai rasa ingin tahu lebih dan akan lebih banyak menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk bersosialisasi. Pada tahap ini orang tua tetap harus mengawasi anak sembari mempersiapkan

kebutuhan paruh baya.

(18)

beradaptasi dengan adanya pengurangan anggota, membangun hubungan dewasa antara anak dan orang tua, menyesuaikan hubungan baru yang disertai cucu dan besan. Dalam beberapa kasus sang anak juga harus bisa mengatasi keterbatasan fungsional dan kematian orang tuanya.

Tahap terakhir adalah keluarga dalam kehidupan lanjut. Orang tua kini harus menerima perpindahan generasi dan mengalami masa

mempertahankan minat di tengah penurunan fungsi fisiologis serta memilih peran sosial dalam keluarga baru. Orang tua akan menyediakan ruangan untuk kebijakan dan pengalaman lansia, mendukung generasi yang lebih tua tanpa perlu campur tangan terlalu jauh, berhadapan dengan masa pensiun, dan mempersiapkan diri untuk kehilangan pasangan atau saudara, bahkan kematian diri sendiri.

2.2.3. Jenis / Tipe Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seseorang memulai

kehidupannya. Keluarga dapat disebut juga sebagai suatu wadah yang dapat menyatukan antara ayah, ibu dan anak. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk dan membangun kepribadian serta karakter seorang anak. Sikap saling peduli antar anggota keluarga akan menimbulkan kenyamanan dan kebersamaan.

Jenis-jenis keluarga muncul beriringan dengan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu. Jenis-jenis keluarga ini dapat dibagi

berdasarkan suatu kelompok tertentu. Jenis-jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua berkarir, keluarga dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri.

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga besar yaitu keluarga selain keluarga inti, termasuk kerabat seperti bibi, paman, nenek, kakek dan sepupu. Keluarga dengan orang tua tunggal terbentuk apabila salah satu orang tua dari keluarga inti mengalami

(19)

orang tua yang membawa anaknya ke keluarga baru. Sedangkan, keluarga dengan orang tua berkarir akan menyebabkan anak kurang perhatian. Apabila dalam satu atap tinggal satu atau lebih keluarga dengan generasi berbeda disebut dengan keluarga dengan generasi. Orang dewasa yang tinggal sendiri adalah orang tua yang telah menikah, tetapi ditinggalkan oleh pasangannya (Potter & Perry, 2009).

Setiap keluarga memiliki masalah yang berbeda-beda jika dilihat dari jenis-jenis keluarga tersebut. Perawat harus bisa memberikan solusi

terhadap masalah yang dihadapi oleh masing-masing keluarga. Hal tersebut juga tergantung pada tiap keluarga. Struktur dan fungsi keluarga akan membantu keluarga dalam menghadapi masalahnya.

2.2.4. Struktur dan Fungsi Keluarga

Keluarga memiliki struktur dan cara tersendiri dalam menjalankan fungsinya. Struktur dan fungsi saling berhubungan erat dan terus

berinteraksi. Struktur didasarkan pada keanggotaan keluarga dan pola hubungannya yang bersifat kompleks.

Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi, struktur peran, struktur kekuatan dan nilai serta norma

keluarga. Pola dan proses komunikasi dapat berfungsi dengan baik apabila setiap keluarga bersikap terbuka, jujur dan dapat menyelesaikan konflik keluarga. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan, baik peran formal maupun informal. Struktur kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi prilaku orang lain.

Nilai keluarga yaitu sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan, norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial. Struktur dapat meningkatkan atau memperburuk kemampuan keluarga untuk memberikan respon

(20)

fungsi. Struktur yang terlalu terbuka juga memberikan masalah bagi keluarga (Potter & Perry, 2009).

Fungsi keluarga merupakan apa yang dilakukan keluarga tersebut. Fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan. Fungsi afektif adalah fungsi utama keluarga dalam mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan.

Fungsi reproduksi berguna untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Dalam fungsi ekonomi, keluarga harus dapat memenuhi segala kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya. Fungsi keperawatan merupakan fungsi yng bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga (Friedman, 1998).

2.2.5. Konsep Keperawatan Keluarga

Sebagai sebuah ilmu, keperawatan mempunyai konsep-konsep yang dapat dikembangkan berdasarkan filosopi dan paradigma keperawatan. Menurut Nursalam (2008), terdapat tiga unsur utama pada filosopi

keperawatan yaitu humanism, holism, dan care. Dari filosopi keperawatan berkembang empat konsep utama paradigma keperawatan yakni manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.

Pengertian keperawatan sebagai sebuah profesi ialah sebuah ilmu kesehatan yang melingkupi asuhan atau pelayanan keperawatan yang mempunyai istilah lain yaitu The Health Science Of Caring (Lindberg, 1990). Caring atau asuhan adalah membantu individu sesuai dengan kasus yang dialami dan kebutuhannya. Menurut H. Zaidin Ali (2006), terdapat tiga tingkat masyarakat yang menerima asuhan perawatan yaitu individu,

(21)

Pada tingkat individu, asuhan keperawatan diberi khusus kepada individu dan sesuai dengan kasus yang dialami. Pada tingkat keluarga, asuhan keperawatan bertuju untuk menghadapi keluarga yang anggotanya menderita kasus tertenru. Pada tingkat masyarakat, asuhan keperawatan berfokus pada satu kesatuan masyarakat seperti asuhan penanggulangan wabah penyakit dalam lingkungan masyarakat.

Peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan salah satu anggota keluarga. Terkadang peran primer pengasuh pasien akan diambil oleh keluarga (Potter, 2009). Menurut H. Zaidin Ali (2006), tujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh melalui upaya keperawatan secara tidak langsung juga mengangkat derajat kesehatan setiap anggota keluarga.

Menurut Potter (2009), terdapat tiga tingkat pendekatan yang penting dalam menyediakan pelayanan keperawatan yang efektif. Tingkat pendekatan yang pertama adalah keluarga sebagai konteks. Pada tingkat pendekatan tersebut hanya satu orang anggota yang menerima pelayanan keperawatan. Tingkat pendekatan yang kedua adalah keluarga sebagai klien dimana seluruh anggota keluarga terlibat dalam pelayanan harian. Tingkat pendekatan yang ketiga adalah keluarga sebagai sistem. Tingkat pendekatan tersebut mencakup konsep hubungan dan transaksi dalam keluarga. Menurut H. Zaidin Ali (2006), penting bagi seorang perawat untuk mengkaji individu dan juga keluarga agar mendapat pengkajian holistik.

(22)

dalam membuat pertimbangan. Dibutuhkan pendekatan yang dalam terhadap klien beserta keluarga agar mendapat asuhan yang tepat untuk klien.

Dalam keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang penting. Konsep keluarga bersifat individu yaitu pelayanannya berfokus pada sikap klien terhadap keluarga. Struktur dan fungsi keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan individu. Sensitivitas kebudayaan keluarga juga berpengaruh besar kepada keperawatan keluarga.

2.3. Aplikasi Konsep Caring

Caring berarti kita harus peduli dan mempunyai sikap empati terhadap orang lain. Caring tidak hanya dilakukan dalam bidang keperawatan, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh pengaplikasian konsep caring dalam keperawatan keluarga adalah caring mahasiswa terhadap seseorang yang lebih muda (adik).

Dalam kehidupan sehari-hari, peran seorang kakak dalam keluarga bisa dikatakan sebagai pengganti posisi seorang ibu atau ayah. Bila ibu sedang sibuk atau sedang bekerja, seorang kakak harus bisa merawat dan menjaga adiknya sebaik mungkin dengan menerapkan caring, yaitu dengan cara memperhatikan kesehatan, merawat, serta memberikan pengetahuan baru tentang hidup yang baik.

(23)

Di samping itu kita sebagai seorang kakak harus mampu

mengajarkan seorang adik untuk belajar pada setiap waktu karena dengan belajar memungkinkan seorang adik untuk cerdas karena dapat mengingat kembali materi apa saja yang telah dipelajari. Tidak lupa kita sebagai seorang kakak harus mengajarkan seorang adik untuk belajar disiplin. Seorang kakak harus bisa mengayomi adik ketika ia membutuhkan seorang kakak.

(24)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Caring merupakan sikap kepedulian, perhatian, kasih sayang, dan simpati yang dapat kita berikan kepada siapapun. Sikap caring harus

dilakukan perawat karena dapat mempengaruhi persepsi klien akan perawat. Beberapa ahli telah mengemukakan teori caring, contohnya Watson dan Swanson. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan, serta memahami klien atau pasien yang dilakukan dalam setiap pertemuan dengan pasien.

Curing lebih fokus sikap atau tindakan dalam pengobatan dan penanggulangan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan respon pasien. Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara total (Hoover, 2002), oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu

menerapkan caring dan curing.

Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berdasarkan ikatan pernikahan, adaptasi, dan kelahiran, tinggal di satu atap, dan saling bergantung untuk mencapai tujuan. McGolrick dan Carter (1985) membuat tingkatan keluarga, yaitu tingkat orang dewasa tunggal, pernikahan, keluarga dengan anak kecil, keluarga dengan remaja, melepas anak dan melanjutkan hidup, dan keluarga dalam kehidupan lanjut (Potter & Perry, 2009).

Jenis keluarga ada tujuh, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga dengan orang tua berkarir, keluarga dengan regenerasi, dan orang dewasa yang tinggal sendiri. Struktur dan fungsi saling berhubungan erat dan terus berinteraksi. Struktur didasarkan pada keanggotaan keluarga dan pola hubungannya yang bersifat kompleks. Fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi

(25)

Keperawatan keluarga penting bagi seorang perawat untuk berinteraksi dengan keluarga pasien. Terdapat tiga faktor yang mengatur pendekatan keluarga terhadap proses keperawatan, yaitu perawat meninjau seluruh individu dalam konteks keluarganya, keluarga memiliki dampak terhadap individu, dan individu memliki dampak terhadap keluarga. Dalam keperawatan keluarga terdapat beberapa konsel yang penting.

Contoh aplikasi konsep caring pada kehidupan sehari-hari adalah kepada orang yang lebih muda secara usia di lingkungan keluarga,

pendidikan, maupun dunia kerja. Di dalam keluarga seorang perawat dapat menerapkan konsep caring kepada adik. Di dalam lingkungan pendidikan konsep caring dapat diterapkan kepada junior. Di dalam lingkungan kerja perawat dapat menerapkannya kepada pasien yang lebih muda tanpa membedakan dari yang lebih tua secara usia.

3.2. Saran

Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :

1. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Z. (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Efy Afifah, M.Kes. (n.d.). Konsep Caring. 12 September 2015. Diakses dari http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/konsepcaringef.pdf pada pukul 20.19 WIB.

Friedman, M M. (1998). Family Nursing: Research, Theory and Practice. Norwalck CT : Alpleton & Lange.

Kaakinen, J., et al. (2015). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research Ed. 5. Amerika : F. A. Davis Company.

Nursalam, Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice, 6th Ed. ST Louis, MI : Elsevier Mosby.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing Ed. 7th. (Terj. Tem Salemba Medika bekerja sama dengan Dr. Adrina Ferderika). Jakarta : Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice, 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Referensi

Dokumen terkait

komitrnen organisasi yang dibentuk menghasilkan nilai CR 2,227 ' Nilai tersebut lebih besar >-t l.96 (Tabel t, p = 0,05) sehingga hipotesis nol dapat ditolak'

Serangkaian kegiatan pada PPL 2 diadakan dengan tujuan agar mahasiswa praktikan dapat belajar bagaimana melakukan proses belajar mengajar yang baik dan mempunyai

Pada percobaan uji kelarutan lemak pada pelarut organik (alkohol campuran alkohol, dan asam asetat) dan pelarut basa (NaOH, SDS, Detergent dan sabun colek), pelarut yang paling

Pada contoh, dan nilai yang dikirim balik berada pada nama fungsi ini harus digunakan untuk dikirimkan dari fungsi, sebagai berikut :.. yang berisi nilai yang

Signifi cance of Six Minute Walking Distance in Predicting Functional Capacity Status of Patients with Pulmonary Hypertension Complicating an Atrial Septal Defect.. Anggia Endah

(Penelitian ke-2), wawancara dengan Maralutan Hasibuan Gelar Adat Tongku Batara Doli Pinayungan, tetua Adat Padang Lawas Utara, yang dilaksanakan di Jl.Perhubungan No.45,

Metode yang digunakan adalah metode maserasi, merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut etanol 96% karena etanol merupakan pelarut yang umum digunakan untuk

Ramulyo, Idris, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Edisi Revisi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), Cet.. Syarifudin,