• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Persepsi Agresi Pengamen terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Persepsi Agresi Pengamen terhadap"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Persepsi Agresi Pengamen terhadap Kecemasan Penumpang Bus Kota

This study aims to determine how far the role of street singers’ perception of aggression toward city bus passengers’ anxiety in Blok M area. This study uses quantitative method. The population in this study is all city bus passengers in Blok M area, with 97 people for the sample. The sampling technique uses purposive sampling. Perception of agression and anxiety measured using Likert scale, scale from both variable is made by the writer based on Buss and Perry’s aggression dimension alsoHamilton’s anxiety symptoms. The data were analyzed using simple regression test. The result in this study shows role of perception of agression towards the anxiety by 24% and 76% influenced by other factors, such asbad or unpleasant experiences when taking public transportation. This result indicates that perception of agression is not the only factor that causes the anxiety of the city bus passenger in Blok M.

Key words: Perception of agression, anxiety, street singer.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran persepsi agresi pengamen terhadap kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M dengan menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang bus kota yang berada di kawasan Blok M, dengan sampel sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Persepsi agresi dan kecemasan diukur dengan menggunakan skala Likert, skala dari kedua variabel disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi agresi dari Buss dan Perry serta gejala kecemasan yang diungkapkan oleh Hamilton.Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adanya peran persepsi agresi terhadap kecemasan sebesar 24 % dan sisanya sebesar 76 % dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya seperti pernah mengalami pengalaman yg tidak menyenangkan atau tidak aman ketika naik transportasi umum. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi agresi bukanlah satu-satunya faktor yang menimbulkan kecemasan pada penumpang bus kota di kawasan Blok M.

(2)

LATAR BELAKANG

Transportasi di Indonesia sangat beragam, mulai dari yang tradisional hingga transportasi

modern. Transportasi di Indonesia berkembang pesat seiring berjalannya waktu, begitu pula di

Jakarta. Mobilitas penduduk terutama di ibu kota setiap hari sangat padat. Setiap hari semua

penduduk di ibu kota melakukan aktivitasnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya

matahari. Baik orang-orang yang bekerja bahkan anak-anak yang bersekolah.

Untuk menuju ke suatu tempat, bagi sebagian warga di ibu kota yang memiliki kendaraan

pribadi bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi dirasa lebih praktis karena tidak perlu

susah payah untuk menggunakan angkutan umum. Bagi sebagian warga di ibu kota yang tidak

memiliki kendaraan pribadi dapat menggunakan transportasi umum untuk bepergian atau menuju

suatu tempat yang diinginkan. Terdapat situasi dimana seseorang yang memiliki kendaraan

pribadi tetap memilih untuk menggunakan kendaraan umum karena beberapa hal, misalnya

menghindari kelelahan membawa kendaraan pribadi karena kondisi jalan yang macet, lebih

memilih untuk beristirahat di kendaraan umum, atau juga menghindari pemborosan bahan bakar.

Pemerintah di Jakarta menyediakan berbagai angkutan umum yang dapat dipilih dan

digunakan sesuai dengan kebutuhan setiap warga yang tinggal di ibu kota Jakarta. Angkutan

umum tersebut memberikan rute-rute yang dapat dipilih oleh calon penumpang sesuai dengan

tujuan, salah satunya adalah bus kota.

Penumpang atau pengguna transportasi yang ada di Jakarta pun beragam baik pria dan

wanita, baik tua ataupun muda, mulai dari pelajar serta orang-orang yang sudah bekerja. Para

pengguna transportasi umum di Jakarta tak lepas dari hiruk pikuk yang terjadi di dalamnya. Para

pengguna transportasi umum harus siap berdesak-desakan dengan orang lain agar dapat

menggunakan transportasi yang diinginkan, serta harus berpacu dengan waktu agar mereka tidak

tertinggal alat transportasi yang akan digunakan.

Menggunakan transportasi umum tak lepas dengan hal-hal yang menimbulkan kecemasan

bagi pengguna transportasi umum, terutama bus kota yang ada di Jakarta. Berdasarkan data yang

tercatat di Humas Polda Metro Jaya di Jakarta, angka kriminalitas di angkutan umum sepanjang

tahun 2012 sebanyak 31 kasus (Sumber: inilah.com). Terdapat banyak hal yang mengancam para

(3)

beroperasi di dalam bus kota, telat sampai di tempat kerja karena kondisi jalan yang macet,

maraknya tindak kriminal, serta keamanan yang belum tentu terjamin. Hal-hal tersebut membuat

pengguna transportasi umum sering merasa cemas, salah satunya adalah kecemasan terhadap

adanya pengamen.Berdasarkan data kriminalitas polri resor Jakarta Selatan (Juni 2014)

mengungkapkan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pengamen dan terjadi di dalam bus

kawasan terjadinya pencurian sebanyak 15 kasus, sedangkan pencopetan sebesar 7 kasus.

Pengguna transportasi umum khususnya bus kota, seringkali berhadapan dengan

pengamen. Pengamen muncul dengan berbagai cara baik dengan cara seni misalnya seperti

bernyanyi dengan diiringi alat musik atau dengan membaca puisi, maupun dengan cara berpidato

dengan mengatakan baru keluar dari penjara (Sumber: kompas.com). Terkadang penumpang bus

kota merasa gelisah atau cemas dengan adanya kehadiran pengamen. Penumpang merasa gelisah

atau cemas karena ada beberapa pengamen yang meminta uang kepada penumpang bus dengan

cara mengancam misalnya dengan sambil membawa benda tajam atau dengan kata-kata

mengancam. Seperti kasus yang terjadi pada bulan Desember 2013 telah terjadi pencurian di

dalam bus yang dilakukan oleh 3 orang pengamen. Pengamen berpura-pura membaca puisi di

dalam bus kemudian salah satu dari pelaku mengambil handphone yang sedang dipegang milik

korban. Hal tersebut terjadi karena korban tidak memberikan uang kepada pengamen tersebut

(Sumber: liputan6.com). Pengamen dengan cara seperti itu yang seringkali membuat pengguna

bus kota merasa tidak nyaman dan cemas menaiki alat transportasi yang digunakan.

Tidak semua orang yang menggunakan bus kota merasa aman karena maraknya

kejahatan merupakan salah satu hal yang ditakutkan oleh sebagian orang di ibu kota. Kejahatan

tidak hanya dapat terjadi di tempat umum namun juga dapat terjadi di dalam kendaraan umum.

Berdasarkan wawancar awal dengan polri resor Kebayoran Baru pada tanggal 9 Juni 2014 data

kriminalitas yang terjadi di wilayah hukum polsek metropolitan Kebayoran Baru Jakarta Selatan,

pada sepanjang tahun 2013 terdapat 15 kasus pengamen yang membawa benda tajam, sedangkan

pada bulan Januari hingga Juni 2014 terdapat 9 kasus pengamen yang membawa benda tajam.

Kejahatan tersebut dilakukan oleh pengamen yang berada di angkutan umum. Ada beberapa

pengamen di angkutan umum yang bersikap agresi dengan berbicara kasar kepada penumpang

(4)

LANDASAN TEORI Persepsi Agresi

Persepsi (perception) yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls

sensorik menjadi suatu pola bermakna (Tavris&Wade, 2007). Menurut Rakhmat (2000) persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan suatu proses yang

didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu

saja, melainkan stimulus tersebut dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu

proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan

proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito,1978).

Agresi merupakan perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk menyakiti seseorang

(Myers, 2013).Istilah agresi seringkali disamaartikan dengan agresif. Baron (1977) menyebutkan

agresi merupakan segala bentuk tingkah laku yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai

makhluk hidup lain. Hal ini agresi sebagai suatu motif untuk melakukan respon terhadap

perlakuan kasar, penghinaan, dan frustasi. Menurut Berkorwitz (1993) perilaku agresi adalah

bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik fisik maupun secara psikologis.

Raven dan Rubin (1976) mendefinisikan agresi sebagai perilaku seseorang atau kelompok

dengan niat menyakiti orang lain.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan agresi merupakan perilaku yang

dimunculkan seseorang untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Dimensi

agresi menurut Buss dan Perry (1992) diantaranya: agresi fisik, agresi verbal, agresi kemarahan,

agresi permusuhan.

Dapat dijelaskan persepsi agresi ialah penyimpulan dan menafsirkan pesan informasi

berdasarkan pengalamannya mengenai menyakiti seseorang secara fisik maupun psikis.

Kecemasan

Menurut Freud (Alwisol, 2005) kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan

individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif

(5)

memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan bila tidak dilakukan tindakan yang tepat maka

bahaya tersebut akan meningkat sampai ego dikalahkan.

Stuart (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek

yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu

yang berbahaya. Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Menurut Ermawati, dkk. (Pieter, dkk, 2011), kecemasan merupakan istilah yang sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni menggambarkan keadaaan kekhawatiran,

kegelisahan yang tak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang disertai

berbagai keluhan fisik. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan

perasaan atau emosi yang ditandai oleh adanya perasaan bahaya, kekhawatiran, terancam, serta

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas.

Kecemasan terdiri dari beberapa ciri diantaranya fisik, kognisi, dan behavioral. Ciri fisik

dari kecemasan adalah gelisah, tangan dan tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan

yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit bicara, sulit

bernafas. Ciri kognisi diantaranya ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah, berpikir

bahwa semua tidak lagi bisa dikendalikan, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, mengalami

kebingungan, khawatir akan di tinggal sendiri dan sulit berkonsentrasi. Sedangkan ciri

behavioral diantaranya menghindar, perilaku melekat atau dependen, dan perilaku terguncang.

Penumpang Bus Kota

Menurut Pasal 1 Angka 25 UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (Pandu, 2014) penumpang berarti orang yang berada di kendaraan selain

pengemudi dan awak kendaraan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2013) bus kota

adalah bus yang melayani angkutan penumpang di dalam kota. Jadi dapat disimpulkan

penumpang bus kota adalah seseorang yang berada di dalam bus yang melayani angkutan

(6)

Pengamen

Pengamen adalah orang yang menjual jasa berupa nyanyian untuk mendapat upah yang

sewajarnya (Suparlan&Chulaifah, 1993).

METODE

Responden dan Desain Penelitian

Subjek penelitian sebanyak 97 orang yang terdiri dari 33 orang laki-laki dan 64 orang

perempuan penumpang bus kota di kawasan Blok M dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Kriteria subjek yang digunakan ialah penumpang bus kota, dapat membaca serta

menulis, dan berada pada rentang usia 14-60 tahun. Desain penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

peran persepsi agresi terhadap kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M.

Alat Ukur dan Prosedur Penelitian

Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan skala persepsi agresi dan skala

kecemasan.Untuk mengukur persepsi agresi digunakan skala persepsi agresi yang dibuat dengan

dimensi agresi berdasarkan Buss&Perry (1992), dengan reliabilitas sebesar 0,851. Selanjutnya

untuk mengukur kecemasan digunakan skala kecemasan yang disusun berdasarkan gejala-gejala

kecemasan yang diungkapkan oleh Hamilton (1959), dengan reliabilitas sebesar 0,900. Subjek

penelitian diminta untuk menjawab setiap item berdasarkan keadaan subjek yang sebenarnya,

masing-masing item memiliki empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS). Dan sangat tidak setuju (STS).

Peneliti menyebarkan skala di kawasan terminal Blok M. Setelah data diperoleh, peneliti

mengolah data tersebut fengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for the

Social Science) dalam membantu proses penghitungan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Proses

selanjutnya, peneliti menganalisis dan menginterpretasi data, menyusun laporan hasil penelitian,

(7)

HASIL

Analisis Deskriptif

Tabel 1. Deskripsi Data Berdasarkan Skor Empirik dan Hipotetik

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

nilai maksimalnya adalah sebesar 46 serta memiliki standar deviasi 4,543.

Pada variabel kecemasan memiliki nilai rata-rata 48,78. Nilai minimal yang didapat dari

persebaran data variabel kecemasan sebesar 34, dan nilai maksimal sebesar 71, serta memiliki

standar deviasi sebesar 6,574.

Gambaran Umum Subjek

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

(8)

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Frekuensi Naik Bus

Frekuensi Naik Bus

sebanyak 49 orang (50,51%), subjek yang berada pada kategori persepsi agresi sedang sebanyak

42 orang (43,31%), subjek yang berada pada kategori persepsi agresi tinggi sebanyak 3 orang

(3,09%), dan tidak ada subjek yang berada pada kategori sangat tinggi (0%).

(9)

Tabel 7 menunjukkan subjek yang berada pada kategori kecemasan sangat rendah

sebanyak 1 orang (1,03%), subjek dengan kecemasan pada kategori rendah sebanyak 35 orang

(36,08%), subjek dengan kategori sedang sebanyak 46 orang (47,42%), subjek dengan kategori

kecemasan tinggi sebanyak 12 orang (12,38%), subjek dengan kategori kecemasan sangat tinggi

sebanyak 3 orang (3,09%).

Uji Asumsi

Pengujian asumsi klasik dalam data berikut meliputi uji asumsi normalitas, linearitas, dan

heterokedastisitas. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan metode

statistik one sample Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel

persepsi agresi sebesar 0,059 (p>0,05), sedangkan variabel kecemasan sebesar 0,058 (p>0,05)

sehingga dapat diartikan data persepsi agresi dan kecemasan berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas juga dapat dilihat dari pola penyebaran data dengan histogram pada gambar 1 dan

2.Dari gambar diketahui bahwa pola penyebaran data menyebar di sekeliling kurva dan kurva

berbentuk lonceng. Sehingga dapat penulis simpulkan data kedua variabel berdistribusi normal.

Gambar 1. Histogram Gambar 2. Histogram

Variabel Persepsi Agresi Variabel Kecemasan

Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansinya dimana pada uji linearitas

didapatkan nilai signifikansinya 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa variabel persepsi agresi

(10)

Uji Heterokedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi suatu heterokedastisitas atau

tidak, salah satunya dengan menggunakan uji Glejser.Bisa juga dengan menggunakan cara lain

yaitu dengan melihat pola titik pada scatterplots regresi. Adapun pola dilihat dengan syarat

sebagai berikut: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang

teratur maka terjadi heterokedastisitas (2) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik yang

menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa semua gangguan memiliki varian yang sama. Model

regresi yang baik ialah yang memiliki ragam residual yang sama.

Gambar 3. Grafik Scatterplot

Uji Hipotesis

Dari hasil uji regresi sederhana nilai r diperoleh sebesar 0,240 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000<0,05 maka hipotesis diterima bahwa ada peran persepsi agresi pengamen tehadap

kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M. Melalui uji hipotesis nilai R square yang di

dapat adalah 24%, hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi agresi memiliki kontribusi

sebesar 24% terhadap variabel kecemasan dan 76% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Koefisien regresi sebesar 0,709 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu nilai pada variabel persepsi agresi akan memberikan kenaikan skor sebesar

(11)

DISKUSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai peran persepsi agresi

tehadap kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan regresi sederhana untuk mengukur variabel bebas dengan variabel terikat.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat

peran yang signifikan antara variabel persepsi agresi dengan kecemasan pada penumpang bus

kota di kawasan Blok M. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. dari hasil uji t nilai yang

diperoleh dari t hitung sebesar 5,477 dan t tabel sebesar 1,66105. Dari data yang diperoleh jika

kedua nilai tersebut dibandingkan maka didapatkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Hal ini

berarti hipotesis alternatif signifikan yaitu terdapat peran persepsi agresi terhadap kecemasan

penumpang bus kota di Blok M di terima artinya persepsi agresi mempengaruhi kecemasan

seseorang terhadap pengamen bus kota di kawasan Blok M.

Setiap penumpang memiliki persepsi yang berbeda terhadap bentuk agresi

pengamen.Bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh pengamen pun ditangkap berbeda oleh setiap

penumpang sehingga setiap penumpang mengalami kecemasan yang berbeda-beda. Ada

penumpang yang merasa cemas ketika mempersepsikan agresi pengamen yang berbentuk verbal,

fisik, kemarahan, serta permusuhan. Dari persepsi agresi yang ditimbulkan oleh setiap

penumpang kecemasan yang akan muncul pun berbeda di setiap orang. Tanda kecemasan di

setiap orang bisa timbul melalui fisik atau secara psikis. Gejala kecemasan yang muncul pada

fisik misalnya seperti perut yang terasa sakit, jantung berdebar, tangan berkeringat dingin, dan

sebagainya. Gejala kecemasan yang muncul secara psikis misalnya seperti merasa cemas, tidak

dapat tidur, terbayang-bayang akan bertemu lagi, dan sebagainya (Hamilton, 1959).

Hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa persepsi agresi mempengaruhi

kecemasan penumpang terhadap pengamen di bus kota. Dengan nilai R sebesar 0,240,

menandakan bahwa 24% persepsi agresi mempengaruhi kecemasan penumpang, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang

salah satunya adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Lazarus (Giantari, 2008)

menyatakan 2 faktor yang dapat menimbulkan kecemasan diantaranya pengalaman yang tidak

menyenangkan dan faktor lingkungan.suatu pengalaman yang tidak menyenangkan yang

ditimbulkan oleh ketegangan dapat menyebabkan kecemasan pada seseorang. Lingkungan pun

(12)

tidak menyenangkan dan situasi tersebut berada di luar kendali serta menekan maka akan timbul

kecemasan.

Faktor lain selain persepsi agresi menurut Scholten (Giantari, 2008) yang mempengaruhi

kecemasan seseorang ialah persepsi yang salah dan keyakinan yang irrasional. Dalam penelitian

ini penumpang bus kota mempersepsikan lingkungan sekitar dengan cara mempersepsikan

bentuk agresi pengamen yang sering terjadi di kawasan Blok M sehingga hal tersebut dapat

membuat seseorang merasa cemas. Griest dan kawan-kawan (Giantari, 2008) juga mengatakan

salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan pada seseorang adalah adanya pola

pikir dan persepsi negatif terhadap situasi. Pola dan persepsi negatif terhadap adanya bentuk

agresi dari pengamen terhadap penumpang bus kota dapat menyebabkan penumpang bus kota

merasa terancam dan cemas. Persepsi negatif tersebut tercipta tak hanya dari pengalaman namun

juga dari media yang memberitakan mengenai agresi yang dilakukan oleh

pengamen.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Currie, Delbosc, dan Mahmoud (2010)

90% responden pernah mendengar seseorang yang merasa terancam melalui media.Penelitian

yang dilakukan di Melbourne, Australia pada tahun 2010 menyebutkan selain persepsi terhadap

keamanan dalam transportasi umumhal lain yang mempengaruhi kecemasan adalah pengalaman

yang tidak aman ketika naik transportasi umum. Sebanyak 4% penumpang pernah diserang, 27%

penumpang pernah terancam, 31% penumpang pernah melihat seseorang diserang, 52%

penumpang pernah melihat seseorang diancam, serta 73% orang pernah merasa diancam (Currie,

Delbosc dan Mahmoud, 2010). Tak hanya pengalaman secara langsung yang membuat

penumpang bus merasa tidak aman ketika menaiki transportasi umum khususnya bus, namun

juga penumpang pernah mendengar mengenai keadaan atau kondisi yang tidak aman tentang

transportasi umum.Hal tersebut yang mempengaruhi terciptanya persepsi seseorang terhadap

pengamen di kawasan Blok M.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peran yang positif antara persepsi agresi

terhadap kecemasan dapat dikatakan bahwa persepsi agresi mempengaruhi kecemasan pada

seseorang yang menaiki bus kota di kawasan Blok M. Sehingga semakin tinggi persepsi agresi

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Baron, Robert. A. (1977). Human Aggression. New York: Plenum Press.

Berkorwitz, L. (1993). Aggression: its causes, consequences, and control. New York:

McGraw-Hill, Inc.

Buss, A. H. & Perry, M. (1992). “The aggression questionnaire”.Journal of Personality and

Social Psychology, 454.

Currie, G., Delbosc, A., Mahmoud, S. (2010). “Perceptions and Realities of Personal Safety on

Public Transport for Young People in Melbourne”, Journal of Public Transportation.

16, (1) 1-19.

Departemen Pendidikan Nasional.(2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat.

Jakarta: Gramedia Pustaka Indonesia

Giantari, Mega. (2008). Kecemasan pada Penumpang Pesawat Terbang Ditinjau dari Persepsi

terhadap Keamanan Penerbangan.Skripsi. (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas

Psikologi: Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. .

Hamilton, M. (1959). “The Assessment of Anxiety States by Rating”.Journal of Medical

Psychology 32, 50-55.

Myers, David G. (2013). Social Psychology. New York: McGraw-Hill.

Pandu, Yudha. (2014). Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas&Angkutan

Umum. Jakarta: CV Karya Gemilang.

Pieter, H.Z., Janiwarti, B., & Saragih, N.M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk

Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Poerwanti, Endang. (2000). Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian Perilaku. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

(14)

Raven, B. H & Rubin, J. Z. (1976). Social Psychology: second edition. United State: John

Willey&Sons.

Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa: Edisi kelima. Jakarta: EGC.

Suparlan, Y.B., & Chulaifah.(1993). Studi Kasus Pengamen dalam Bus Antarkota di Yogyakarta.

Yogyakarta: Departemen Sosial RI.

Tavris, Carol.,& Carole, Wade. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Walgito, Bimo. (1978). Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

http://news.liputan6.com/read/785262/pura-pura-ngamen-komplotan-pencopet-di-metromini-diringkusdiakses pada tanggal 18 Februari 2015.

http://m.inilah.com/news/detail/1942297/angkutan-umum-di-jakarta-belum-aman-untuk-semua

diakses tanggal 1 Agustus 2014.

http://nasional.kompas.com/read/2011/01/19/10350963/Penjahat.Kambuhan.Berkedok.Pengame

Gambar

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 1. Histogram
Gambar 3. Grafik Scatterplot

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai macam identifikasi karakter tingkat energi terendah telah dilaporkan [3]; antara lain dilaporkan bahwa tingkat energi terendah adalah transisi transfer muatan dari

Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014..

Sesuai anggaran Dasar Persatuan Aktuaris Indonesia (AD-PAI) yang tertuang dalam Pasal 7 ayat 2 perihal permohonan keanggotaan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI), bersama ini saya

Hasil rendah dipengaruhi oleh Mn/K daun yang tidak berimbang dan protein daun yang tinggi akibat pengaruh karakteristik tanah Inseptisols (pH lebih rendah, Mn dan K lebih tinggi)

Penerima bantuan perluasan akses PKBM adalah PKBM yang dirintis berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa, disetiap kecamatan atau desa yang belum memiliki PKBM, dan

Salah satu bagian dari face recognition yang telah dikembangkan saat ini adalah pengenalan jenis kelamin ( gender recognition ) Kemiripan antara gender recognition

switching dari inverter dengan menggunakan kontroler logika fuzzy sehingga diperoleh pengaturan kecepatan motor induksi dengan respon yang lebih cepat dan halus.Untuk

Setelah dilakukan implementasi sistem informasi Student Performance Indicator Systems dapat membantu proses pengawasan ( monitoring ) yang dilakukan oleh pihak School of