• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMOTIONAL INTELLIGENCE DIFFERENCES BETWEEN THE FOLLOWING STUDENTS EXTRACURRICULAR FOOTBALL AND NOT FOLLOWING IN SMPN 10 BEKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMOTIONAL INTELLIGENCE DIFFERENCES BETWEEN THE FOLLOWING STUDENTS EXTRACURRICULAR FOOTBALL AND NOT FOLLOWING IN SMPN 10 BEKASI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DAN

TIDAK MENGIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhi Salah Satu SyaratMemperolehGelarSarjanaSains

Program StudiIlmuKeolahragaan

Oleh

ANDRI HERMAWAN YUSUF 0704967

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

==========================================================

Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Sepak Bola Dan Tidak Mengikuti Di Smpn 10

Bekasi

Oleh

AndriHermawan Yusuf

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan OlahragadanKesehatan

© AndriHermawan Yusuf Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ANDRI HERMAWAN YUSUF NIM : 0704967

JUDUL : PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENGIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dra.YatiRuhayati, M.Pd. NIP. 196311071988032002

Pembimbing II

ImanImanudin, S.Pd,.M.Pd. NIP.197508102001121001

Mengetahui,

JurusanPendidikanKesehatandanRekreasi / Program StudiIlmuKeolahragaan,

Ketua,

(4)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu i ABSTRAK

PerbedaanKecerdasanEmosionalSiswaAntara Yang

MengikutiEkstrakurikulerSepakbola DanTidakMengikuti Di SMP N 10 Bekasi

AndriHermawan Yusuf

Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengungkapkanperbedaankecerdasanemo sionalsiswa yang mengikutiekstrakurikulersepakbola dantidakmengikuti di SMPN 10 Bekasi.Metode yang digunakandalampenelitianiniadalahex post factodengansampel 30 orang siswayang mengikutiekstrakurikulersepakbola dan30 orang siswa yang tidakmengikutiekstrakurikuler di SMPN 10 Bekasi. Instrument pengumpulan data dalampenelitianiniadalahmenggunakanangkettertutup.Hipotesisdalampenelitianiniada lahterdapatadanyaperbedaanyang signifikanpadakecerdasanemosionalsiswa yang mengikutiekstrakurikulersepak bola danyangtidakmengikuti di SMPN 10 Bekasi.Setelahdilakukanteknikperhitungandenganindependent sample testdiperoleh t hitung= 5.522 dan t tabel=2.00. karenanilai t hitung>t tabel (5.522 >2,00)dansignifikansi (0,000<0,05), makaHoditolak, artinyabahwaadaperbedaanantara rata-rata nilaikecerdasanemosionalsiswaantarasiswa yang mengikutiekstrakurikulersepakbola dantidakmengikuti.Rata-rata (mean)untuk yang mengikutiekstrakurikulersepakbola adalah 146.57 danuntuk yang tidakmengikutiadalah 134.50, artinyabahwa rata-rata nilaikecerdasanemosional yang mengikutiekstrakurikulersepakbola lebihtinggidaripada rata-rata nilaikecerdasanemosional yang tidakmengikutiekstrakurikuler. Sedangkanperbedaan rata-rata (mean diference)sebesar 12.067 (146.57 -134.50) danperbedaanberkisarantara 7.692sampai 16.450.

(5)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii ABSTRACT

Emotional

IntelligenceDifferencesBetweenTheFollowingStudentsExtracurricularFootballA ndNotFollowingInSMPN10Bekasi

AndriHermawan Yusuf

The purpose of this study was to reveal differences in emotional intelligence of students who take extracurricular football and not follow in SMPN 10 Bekasi. The method used in this study was ex post facto with the sample of 30 students who take extracurricular football and 30 students who did not attend extracurricular SMPN 10 Bekasi. Data collection instrument in this study is the use of a closed questionnaire. The hypothesis of this study is that there is no significant difference in the emotional intelligence of students who take extracurricular football and who does not follow in SMPN 10 Bekasi. After the calculation technique with independent sample t test obtained = 5,522 and t table = 2:00. because the value of t count> t table (5,522> 2.00) and significant (0.000 <0.05), then Ho is rejected, it means that there is a difference between the average value of emotional intelligence among the students who take the students' extracurricular football and did not follow . The average (mean) for the following extracurricular football is 146.57 and for which no follow is 134.50, meaning that the average value of emotional intelligence that follows football extracurricular higher than the average value of emotional intelligence are not following extracurricular. While the average difference (mean diference) of 12,067 (146.57 -134.50) and the difference ranged between 7,692 to 16,450.

(6)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. . 10

A. Kecerdasan Emosional ... 10

1. Pengertian Emosi ... 10

2. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 11

3. Wilayah Kecerdasan Emosional………... 13

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional……… 15

5. Perkembangan Emosi Siswa SMP……… 16

6. Ciri-ciri Perkembangan Emosi Remaja……… 18

7. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja…… 18

B. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19

1. Pengertian Ekstrakurikuler ... 19

2. Tujuan Ekstrakurikuler ... 20

3. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler... 21

4. Manfaat Keterlibatan Ektrakurikuler... 22

5. Jenis Kegiatan Ektrakurikuler... 22

6. Olahraga... 23

7. Tujuan Olahraga... 23

(7)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

C. Anggapan Dasar ... 24

D. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 26

A. Metode Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian dan Langkah penelitian ……… .. 27

1. Desain Penelitian ………. 27

2. Langkah Penelitian ……….. 28

C. Populasi Dan Sampel ... 28

D. Definisi Operasional ... . 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

1. Instrumen kecerdasan emosional ... 30

F. Uji Coba Angket ... 34

1. Uji validitas dan Reliabilitas... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... ... 36

H. Analisis Data... .. 36

1. Uji normalitas... 37

2. Uji homogenitas... 37

3. Analisis deskriptif Frequencies... 37

4. Independent Samples T test... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 39

C. Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa... 47

1. Uji persyaratan... 47

2. Uji dua sampel (Independent samples T test)... 49

(8)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

viii

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Kisi-kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 32

3.2 Kriteria Penyekoran Alat Pengumpul Data ... 34

3.3 Kriteria Penilaian ... 37

4.1 Kriteria Penilaian ... ... 39

4.2 Hasil Persentase K. E Siswa SMPN 10 Bekasi yang Mengikuti Ektrakurikuler Sepak Bola ... 40

4.3 Hasil Persentase Aspek K. E Siswa SMPN 10 Bekasi yang Mengikuti Ekstrakurikuler Sepak Bola ... 42

4.4 Hasil Persentase K. E Siswa SMPN 10 Bekasi yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler ... 43

4.5 Hasil Persentase Aspek K. E Siswa SMPN 10 Bekasi yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler ... 46

4.6 Hasil Pengujian Normalitas Data (One-sample Kolmogorov-Smirnov Test) ... 47

4.7 Hasil Pengujian Homogenitas Data (One Way Anova) ... 48

4.8 Group Statistics ... 49

(9)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(10)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Kuesioner Kecerdasan Emosional Sebelum Uji Coba ... 59

B. Kuesioner Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba ... 64

C. Tabulasi Data Angket Hasil Penelitian ... 67

D. Tabulasi Data Angket Hasil Penelitian ... 68

E. Uji Normalitas ... 69

F. Uji Homogenitas ... 70

G. Independent Samples T Test ... 71

H. Uji Validitas Angket ... 73

I. Dokumentasi Foto penelitian ... 75

J. Surat Keputusan skripsi ... 77

K. Surat Permohonan Izin ... 80

(11)

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tekanan psikologis diberikan oleh sekolah, lingkungan dan keluarga untuk mendorong siswa memenuhi target akademis dan hal itu dianggap sebagai satu-satunya ukuran prestasi dan stempel identitas. Tidak ada ruang bagi peserta untuk menggali potensi non-akademik yang sesungguhnya berperan lebih besar terhadap pembentukan karakter manusia yang utuh.

Siswa smp yang merupakan remaja awal merasa dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk melakukan ekspresi bebas yang bersifat fisik maupun psikis sebab semuanya telah diatur dan dipastikan mengikuti buku, kurikulum dan satuan pelajaran yang baku. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan menurut Kartini (2003: 124), “sekolah kita sampai sekarang masih berfungsi sebagai sekolah dengar dari pada memberikan kesempatan yang luas membangun aktifitas, kreatifitas dan identitas anak”.

Karena sesuatu yang serba terbatas, pengajar hanya mampu melakukan orientasi sebatas prestasi akademik, suatu target yang terbentuk indeks prestasi fisik. Kreatifititas dan inovasi dengan sendirinya terpasung, siswa hanya difokuskan pada penerimaan materi baku dan tidak ada yang peduli dengan perkembangan kepribadiannya akibatnya produk pendidikan menengah hanya

mampu memahami subtansi dan korelasi serta tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kedunia nyata. Tidak heran bila generasi muda kita selalu mengalami masalah dalam pembentukan pribadi, selalu mencari jati diri dan kesulitan dalam mengekspresikan dirinya secara bebas.

(12)

2

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. “Keseimbangan IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan siswa disekolah” (Goleman, 2002: 40).

Menurut Goleman (2002: 512) yang diterjemahkan oleh T hermaya : kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intellegence), menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”.

Menurut Goleman (2002: 61) bahwa :

Khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan tinggi mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis , rewel, menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosional, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah”.

Karena sifat-sifat diatas, Apabila seseorang memiliki IQ tinggi namun

taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamai stres. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional tinggi. Siswa yang memiliki IQ tinggi cenderung lebih tertutup dengan lingkungan sekitar dan kurang bisa menerima perbedaan.

Hal ini sejalan dengan Fernandez (2008: 2) yang menjelaskan “hal ini terjadi karena kurang berkembangnya kecerdasan emosional yang dapat menyebabkan siswa kurang bisa mengembangkan keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial mengontrol diri”.

(13)

3

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang rendah berhubungan dengan meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang dan kekerasan, terutama pada laki-laki “ (Mayer et al. 2000: 307).

Sebagaimana dikemukakan oleh Hapsari (2010: 7) bahwa :

kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain urusan tersebut remaja memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tanpa kegiatan yang berarti akan menimbulkan gagasan untuk mengisi luang dengan berbagai kegiatan. Apabila remaja melakukan kegiatan yang positif tentu tidak akan menimbulkan masalah. Namun jika waktu luang tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu”.

Sanczhezruis (2010: 1) menyatakan bahwa “pengisian waktu luang yang baik dengan cara menyesuaikan dengan umur remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan remaja. Kebosanan dan perasaan enggan untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang sering dijumpai”.

(14)

4

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk membantu remaja menyelesaikan tugas perkembangannya. Melalui kegiatan ektrakurikuler sebagai wadah yang bisa menyalurkan bakat dan minat siswa serta mengasah kecerdasan emosional siswa itu sendiri.

Kegiatan ekstrakurikuler memberi banyak manfaat dalam pengembangan siswa selama berada dilingkungan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1989: 125) sebagai berikut: “Keterlibatan remaja dalam kegiatan ekstrakurikuler memberi manfaat seperti pemanfaatan waktu senggang yang efektif, belajar berinteraksi dengan orang lain, mengembangkan tanggung jawab memupuk ikatan persaudaraan.”

Menurut Adler dan Barber (Hoffman, 2006: 276 ) mengemukakan bahwa : Participation in extracurricular activities provides an important socialization experience for many youth. Involvement in these activities allows adolescents to broaden their social networks and evelop new peer relations; practice their social, physical, interpersonal, dan intellectual skills; learn how to communicate effectively; and learn vital social norms.

Berdasarkan definisi diatas yang dimaksud adalah partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler memberikan pengalaman sosialisasi penting bagi banyak

pemuda. Keterlibatan dalam kegiatan ini memungkinkan remaja untuk memperluas jaringan sosial mereka dan mengembangkan hubungan rekan baru, berlatih keterampilan sosial, fisik, interpersonal dan intelektual; mempelajari cara untuk berkomunikasi secara efektif, dan belajar norma-norma sosial yang penting.

Menurut Diastuti (2006: 58) mengemukakan bahwa :

(15)

5

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh diastuti tersebut terdapat beberapa aspek wilayah kecerdaan emosional seperti membina hubungan dengan orang lain dan mengenali emosi orang lain.

Nurdin (2009: 1) menjelaskan bahwa “pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan hanya melalui pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan”.

Berkembangnya kegiatan ekstrakurikuler yang penuh prestasi, bisa dijadikan suatu kebanggaan bagi sekolah itu sendiri, lebih jauh lagi masyarakat pun bisa menilai majunya suatu sekolah tidak hanya berdasarkan prestasi akademiknya, melainkan juga prestasi non-akademik yang dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapakan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam

memanfaatkan waktu luang.

“Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk pengembangan kreatifitas peserta didik. Pengembangan kreatifitas dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan untuk mencipta melalui berbagai kegiatan sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat” (Mahoney, http://www.nsba.org/Board-Leadership/EDLO).

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian, kecerdasan emosional siswa dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dan keadaan serta kebutuhan lingkungan.

(16)

6

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keadaan dan kebutuhan sekolah. Ektrakurikuler dapat mencegah kegiatan siswa yang menjurus kepada hal-hal negatif atau kenakalan remaja.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler, bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat dikembangkan secara maksimal. Kegiatan ektrakurikuler yang terprogram dapat memberi nilai positif bagi siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Pada beberapa kasus yang dilakukan oleh siswa yang terjadi di kota bekasi diketahui bahwa siswa khususnya menginjak usia remaja sering memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai negatif antara lain minum-minuman keras, narkoba dan perkelahian antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain. Kegiatan negatif yang dilakukan para siswa sekolah pada usia remaja dapat mempengaruhi perilaku siswa lainnya. Selain itu, pengalaman yang dilihat oleh penulis dilapangan mengindikasikan bahwa anak usia remaja rentan melakukan hal-hal negatif saat jam istirahat, luang maupun sepulang sekolah. Dengan mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang didalamnya terdapat beberapa aspek wilayah kecerdasan emosional yaitu

mengenali emosi sendiri, mengelola emosi, memotivasi sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan diharapkan dapat mencegah siswa melakukan hal-hal negatif atau kenakalan remaja serta dapat meningkatkan kecerdasan emosional pada diri siswa tersebut.

(17)

7

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seni. Khusus mengenai kegitan ektrakulikuler sepak bola diadakan setiap hari sabtu dan minggu yang dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Kegiatan ini diharapkan dapat mengembangkan minat dan bakat para siswanya, sehingga dapat mencerdasakan kecerdasan emosionalnya. Manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler itu banyak sekali. Siswa mendapatkan beragam hal positif, baik dari sisi keilmuan maupun aspek psikologis dan sosial setiap siswa. Melalui ektrakurikuler sepak bola ini para siswa bisa memupuk jiwa sportif dalam aneka perlombaan, baik yang digelar secara internal sekolah maupun eksternal dan banyak hal positif yang dapat diperoleh siswa serta menghindarkan siswa dari kegiatan-kegiatan negatif.

Kegiatan ektrakurikuler sepak bola tidak lepas dari nilai-nilai seperti keterampilan, kerjasama, saling menghargai, kepribadian serta tanggung jawab dalam kegiatannya juga menekankan dalam pembentukan emosi siswa. Sehingga diharapkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sepak bola ini dapat menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan oleh para siswa.

Hal ini sependapat dengan Hurlock (1999: 278) mengemukakan “bahwa

permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah pola permainan yang bernuasa sosial seperti olahraga beregu karena didalam olahraga beregu melibatkan orang lain atau teman secara penuh, salah satu diantaranya adalah olahraga basket”.

Gunarsa (2004: 56) menjelaskan bahwa “olahraga seperti bulu tangkis, tenis, tenis meja, bola voli dan bola basket dapat mengembangkan kecerdasan emosi”.

Sharon dan Kassin (Gunarsa, 2004: 57) juga menjelaskan bahwa “olahraga sebagai cara melatih kecakapan emosi, dengan alasan kegiatan olahraga memberikan motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola”.

(18)

8

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepribadian, pembentukan karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang merupakan tahap pertama dalam perkembangan emosi siswa, lingkungan sekolah sebagai instansi pendidikan yang menggali potensi akademik-nonakdemik merupakan tahap kedua dalam perkembangan emosi siswa. Dengan wadah yang ada didalam sekolah yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang didalamnya terdapat aspek-aspek wilayah kecerdasan emosional serta siswa dapat menyalurkan bakat dan minatnya melalui kegiatan ini. Melakukan kegiatan positif dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa sehingga siswa dapat menemukan jati dirinya, prestasi akademik-non akademik, serta membangun karakter manusia seutuhnya yang nantinya mereka dapat berguna di masyarakat, bangsa dan negara. Melalui kegiatan ini siswa dapat mencegah dan menghindari hal-hal/kegiatan-kegiatan negatif atau kenakalan remaja yang dapat berdampak buruk pada perkembangan siswa itu sendiri, lingkungan keluarga dan sekolah serta masa depan mereka nantinya. Bilamana masalah ini diteliti, kita akan mengetahui manfaat dan keuntungan dari penelitian dengan mengetahui perbedaan siswa yang mengikuti kegiatan

ektrakurikuler yang merupakan kegiatan positif yang bisa dilakukan siswa di sekolah sebagai peningkatan kecerdasan emosional yang telah dipaparkan berdasarkan uraian-uraian pada peneliti terdahulu dan mengetahui bagaimana jika siswa tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler yang rentan terjadinya kegiatan negatif. Karena setelah penulis melihat dilapangan dan komunikasi personal dengan siswa yang melakukan kegitan negatif. Siswa tersebut tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler.

(19)

9

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hubungan yang baik dengan orang lain. Bagaimana dengan kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler? dan adakah perbedaan kecerdasan emosional siswa antara yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak ekstrakurukuler?. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dan kaitannya ektrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan kecerdasan emosional pada siswa yang mengikuti ektrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti. Maka, penulis mengangkat tema “Perbedaan kecerdasan emosional siswa antara yang

mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti di SMPN 10 Bekasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola ?

2. Bagaimana kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler ? 3. Apakah ada perbedaaan yang signifikan kecerdasan emosional siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan tidak mengikuti ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola.

2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa yang tidak mengikuti ektrakurikuler.

(20)

10

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dari Hasil penelitian ini mempunyai antara lain ialah :

1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi olahraga, psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti.

(21)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian perlu memutuskan metode mana yang akan dipakai, hal ini harus jelas dan sesuai dengan penelitian yang akan diteliti, karena metode penelitian ini yang akan membantu dalam memecahkan permasalahan

yang ada. Dengan memilih metode yang tepat maka akan mempermudah ke langkah-langkah berikutnya dan merupakan tolak ukur keberhasilan dari suatu penelitian.

Penggunaan metode penelitian didasari oleh masalah yang akan diteliti dan juga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan penelitian ex post facto, karena penelitian yang ingin penulis teliti adalah untuk mengetahui

perbedaan kecerdasan emosional siswa antara yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan yang tidak mengikuti di SMPN 10 Bekasi. Metode deskriptif

menurut Arikunto (2010: 3) adalah “penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”. Mengenai ex post facto

menurut Arikunto (2010: 17) adalah, “penelitian tentang variabel yang

kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan”. Adapun Sukardi

(2003: 174) menjelaskan bahwa “penelitian ex post facto merupakan penelitian, dimana rangkaian variabel-variabel bebas yang terjadi, ketika peneliti mulai

melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”.

Berdasarkan penjelasan diatas dan didasarkan kepada pertimbangan bahwa

(22)

27

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

X2) adalah siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler, sedangkan variabel terikat (variabel Y) yaitu kecerdasan emosional.

B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian pradigma ganda dengan dua variabel independen. Desain penelitian ini merujuk pada Sugiono (2010: 44) sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan desain :

: Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola : Siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler

Y : Kecerdasan Emosional

X

2

Y

(23)

28

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2

Bagan Langkah-Langkah Penelitian

C. Populasi dan Sampel

Mengenai objek yang hendak diteliti adalah dinamakan populasi dan sampel penelitian. “Populasi adalah keseleruh objek penelitian” (Arikunto, 2010: 103). Adapun mengenai populasi yang dikemukakan Sugiyono (2010: 80) bahwa

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi populasi dalam penelitian ini siswa SMPN Bekasi yang berjumlah 600 orang. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMPN 10 Bekasi yang berjumlah 600 siswa. “Jika jumlah populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, tetapi apabila jumlah populasi besar maka diambil sebanyak 10-15% atau 20-25%, atau lebih”.

Populasi

Sampel

Angket

Pengumpulan Data

Analisis dan Pengolahan

(24)

29

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Arikunto 2010: 107). Sampel menurut Sugiyono (2010: 81) adalah : “bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel mewakili dari keseluruhan objek penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas sampel diambil dari 10% dari jumlah pupulasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa SMPN 10 Bekasi yang berjumlah 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan 30 siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler dengan menggunakan teknik sampel menggunakan purposive sampling karena

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010: 85). Adapun pertimbangan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa sekolah menengah pertama (SMPN 10 Bekasi).

b. siswa (pelajar/peserta didik) laki-laki yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola.

c. siswa (pelajar/peserta didik) laki-laki yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.

D. Definisi Operasional

1. Perbedaan adalah suatu kondisi yang tidak sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994 : 194). Dalam penelitian ini perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan kecerdasan emosional siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti.

2. Kecerdasan emosional Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and

its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,

(25)

30

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterampilan sosial (Social skills). Yang dimaksud kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti di SMPN 10 Bekasi. 3. Menurut Rusli Lutan (1986: 72) ekstrakurikuler adalah Program

ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat

kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum. Yang dimaksud disini adalah ekstrakurikuler yang ada di SMPN 10 Bekasi yaitu ekstrakurikuler sepak bola.

4. Siswa menurut Lukman Ali (1995:431) adalah murid yang terdaftar disalah satu lembaga. Kaitannya dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 10 Bekasi.

E. Instrument Penelitian

Instrument adalah alat yang diperlukan untuk memperoleh data dari sampel penelitian. Intrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian dan berkaitan dengan proses pengumpulan data. Sugiyono (2010: 102)

menjelaskan bahwa, “Instrument adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.” Dalam melaksanakan penelitian, pengumpulan data atau informasi merupakan prosedur dan persyaratan bagi pelaksana pemecahan masalah sehingga data dapat terkumpul dengan baik.

1. Instrumen Kecerdasan emosional

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan penulis

menggunakan angket sebagai instrument penelitian. Angket (kuesioner) menurut Sugiyono (2010: 199) adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

(26)

31

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepada siswa atau responden untuk memberikan informasi dengan baik dan benar. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup, cara ini dapat memudahkan responden untuk mengisinya. Untuk penyusunan butir-butir pertanyaan atau pernyataan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka penulis membuat kisi-kisi angket berdasarkan teori Goleman (1999: 58).

Penyusunan angket yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi daftar pertanyaan/pernyataan

Maksudnya yaitu untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara rinci. Untuk lebih jelasnya dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis gambarkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen penelitian yang tampak pada tabel berikut ini:

(27)

32

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket Penelitian Kecerdasan Emosional Teori Goleman

Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

Variabel Aspek Indikator Item Soal

+ - diri sendiri dan orang lain

25 23,

Mampu mengendalikan diri 40 50

(28)

33

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Memiliki sikap tenggang rasa 8 46 Memiliki perhatian terhadap

Bersikap demokratis 19 39

b. Merumuskan item – item dan alternatif jawaban.

Indikator yang telah dirumuskan di dalam kisi-kisi tersebut selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Alternatif jawaban dalam angket ini mengguanakan skala Likert, Sugiyono (2010:

93) menjelaskan,” skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial”. Dalam

(29)

34

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akan diukur dijabarkan menajdi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertnyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain;

SS = Sangat Setuju S = Setuju

R = Ragu-ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju.

c. Menetapkan skala penilaian angket

Skala penilaian jawaban angket yang digunakan mengacu pada 5 kategori skor yang dikembangkan dalam skala likert, tiap alternatif jawaban skor yang terentang dari 1-5.

Kelima alternatif jawaban pada setiap butir pernyataan memiliki skor nilai 5, 4, 3, 2, 1. Untuk lebih jelasnya mengenai pernyataan positif dan negatif disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penyekoran Alat Pengumpul Data

Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

F. Uji Coba Angket

Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, angket

(30)

35

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berkaitan dengan redaksi, alternatif jawaban yang tersedia maupun yang terkandung dalam pernyataan item angket tersebut.

Setelah butir-butir pertanyaan disusun, selanjutnya penulis mengadakan uji coba angket kepada siswa di SMPN 10 Bekasi. Sebelum pada penyeberan angket yang sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas angket.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah data uji coba terkumpul, maka penulis langsung menguji validitas

dan reliabilitas pada setiap butir pernyataan dari angket tersebut. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010: 211) bahwa “Instrumen yang

baik harus memenuhi dua persaratan penting yaitu valid dan reliabel.”

Kemudian dalam prakteknya, dengan alasan kemudahan peneliti untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan piranti lunak berupa SPSS version 16.0 for Windows.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas menurut Arikunto (2010: 211) adalah, “suatu ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kesasihan suatu instrument.”

Langkah-langkah untuk uji validitas adalah sebagai berikut:

1) Memberi skor pada masing-masing pernyataan sesuai dengan jawaban. 2) Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap

responden.

3) Setiap skor butir pernyataan dikorelasikan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002: 146) dengan menggunakan SPSS version 16.0 for Windows.

Untuk mengetahui atau menghitung taraf signifikansi soal tersebut maka dilakukan uji-t, sesuai pendapat Sudjana (1992: 69) dengan menggunakan SPSS

version 16.0 for Windows.

(31)

36

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kata lain bahwa butir pernyataan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

b. Uji Realibilitas Instrumen

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument penulis menggunakan rumus cronbach’s Alpha dengan menggunakan SPSS version 16.0 for Windows.

G. Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian metode penelitian, penulis

menggunakan metode deskriptif kuantitif dengan pendekatan ex post facto. Prosedur dalam pelaksnaan pengumpulan data adalah penulis menentukan jumlah sampel dari populasi hingga didapatkan sampel dengan cara pertimbangan tertentu dan tanpa diberikan perlakuan (treatment) karena kejadiannya sudah terjadi sebelumnya. Sampel dibagi kedalam kedua kelompok yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Untuk memperoleh data dari responden atau sampel, penulis menggunakan angket. Angket kecerdasan emosional goleman sebagai instrument penelitian.

Instrument penelitian yang telah dinyatakan valid dan reliabel dalam arti instrument itu dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, oleh penulis diperbanyak dan dibagikan kepada responden sampel penelitian yang merupakan sumber data dalam penelitian ini.

H. Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam penelitian, karena kesalahan dalam analisis akan berpengaruh dalam pengambilan kesimpulan. Terutama bila digunakan generalisasi kesimpulan untuk masalah yang diteliti. Suatu kesimpulan dapat diambil dari hasil pengolahan

data tersebut.

(32)

37

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Hasil Persentase

Penilaian (%) Kriteria

80%- 100% Baik Sekali

66% - 79% Baik

56% - 65% Cukup

40% - 55% Kurang

30% - 39% Kurang Sekali

Sumber :Arikunto (1984: 195)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setiap variabel yang akan dianalisis atau data yang dipeorleh berdistribusi normal. Kondisi data berdistribusi

normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik

Duwi Priyanto (2009:71) mngatakan bahwa “Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak”.

2. Uji Homogenitas

“Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian

populasi data adalah sama atau tidak. Duwi Priyanto” (2009:71). Uji ini dilakukan

sebagai persyaratan dalam analisis Independent Sampel T Test. Uji homogenitas pada uji perbedaan (seperti anava) dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.

3. Analisis deskriptif Frequencies

Untuk mengetahui Gambaran kecerdasan emosioanl siswa yang mengikuti ekstrakuikuler dan yang tidak mengikuti ekstrakulikuler. Duwi Priyanto

(2009:23) bahwa “Analisis deskriptif frequencies atau analisis frekuensi atau persentase dipakai untuk menghitung data pada variabel untuk analisis

(33)

38

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Independent Samples T test

(34)

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada pembahasan bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Kecerdasan emosional siswa SMPN 10 Bekasi yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola meliputi aspek mengenali emosi diri 73,33%,

Mengelola emosi 64,7%, Memotivasi diri sendiri 77%, Mengenali Emosi orang lain 81 %, dan Membina hubungan 76,05%,.

2. Kecerdasan emosional siswa SMPN 10 Bekasi yang tidak mengikuti ekstrakurikuler meliputi aspek mengenali emosi diri 65,80%, Mengelola emosi 65,83%, Memotivasi diri sendiri 68,5%, Mengenali Emosi orang lain 72,33%, dan Membina hubungan 71,33%,.

3. “Terdapat adanya perbedaaan yang signifikan pada kecerdasan emosional siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola dan tidak mengikuti di SMPN 10 Bekasi”. Hal ini ditunjukan oleh nilai t hitung >t tabel (5.522 >2,00) dan signifikansi (0,000<0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai kecerdasan emosional siswa antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler.

B. Saran

Dari gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal :

(35)

56

ANDRI HERMAWAN YUSUF, 2013

PERBEDAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA ANTARA YG MENGIKUTI EKSTRA KULIKULER SEPAKBOLA DAN TIDAK MENIKUTI DI SMPN 10 BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Sekolah harus lebih memperhatikan dan meningkatkan akan kegiatan siswa baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, karena kegiatan tersebut menunjang terhadap kemampuan dan perkembangan siswa.

3. Siswa dapat memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan yang positif seperti kegiatan ektrakurikuler yang ada di sekolah sehingga menekan terjadinya kegiatan atau hal-hal negatif di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

4. Pembina ekstrakurikuler, guru dan siswa agar lebih dapat mengajak siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler agar terjadinya lingkungan sekolah yang mantap dan bersinergi serta berperan dalam pengembangan kecerdasan emosional siswa dan pembentukan watak dan karakter siswa.

(36)

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

57

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP (kurikulum 2004). Jakarta: Grasindo.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi Vi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi Vii. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Diastuti. M, dkk. (2006). Pola Pengambilan keputusan karier siswa berbakat intelektual. Journal Anima volume 22. No. 1.

Enung Fatimah. (2006) Psikologi Perkembangan (Perkembangan peserta didik). Bandung: Pustaka Setia.

Fernandez, Pablo. (2008). Emotional Intelligence in Education. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. No. 15, vol 6 (2).

Goleman, Daniel; Alih Bahasa, T. Hermaya. (2002). Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Goleman, Daniel; alih Bahasa, T. Hermaya. (2000). Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daipada IQ. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hapsari, Utami. (2010). Hubungan antara minat mengikuti kegiatan Ektrakurikuler dengan intense delikuensi remaja pada siswa SMK di Kota semarang. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. IV. No. 7.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Bhasa: Dra. Iswidayanti dan Drs. Soedjarwo, M.Sc. Jakarta: Erlangga.

(37)

58

Andri Hermawan Yusuf, 2013

Perbedan Kecerdasan Emosional Siswa Antara Yg Mengikuti Ekstra Kulikuler Sepakbola Dan Tidak Menikuti Di Smpn 10 Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso. D. R. (2000). Models of Emotional Intelligence. Dalam R. J. Stemberg. The Handbook of Emotional Intelligence. New York: Cambridge University Press.

Melandy, Rissyo dan Aziza, (2006) “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel

Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Mu’tadin, Z. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp

Nurdin. (2009). Pengaruh Kecerdasan emosional Terhadap Penyesuiaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan vol. IX No.1.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2006). Pengembangan diri. Jakarta Pusat.

Sanchezruiz, Maria Jose. (2010). Insider Guide to Graduate Program in Clinical and Counseling Psychology. New York: The Guildford Press.

Sarumpaet, A. (1992). Permainan Besar. Semarang: Depdikbud.

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Shapiro, Lawrence E. (1997). How to Raise a Child With High EQ: A Parents Guide to EI. Newyork : Harpercollins College Publisher, inc.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syamsu Yusuf. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dn Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

tabel=2.00.
Gambar                                                                                                         3.1 Desain Penelitian ..........................................................................
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.2 Bagan Langkah-Langkah Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan evaluasi dokumen penawaran pada Paket Pekerjaan : Perkuatan Tebing dan Normalisasi Sungai Imandi, dengan ini mengundang saudara untuk hadir pada tahapan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hi- potesis tindakan “Jika dosen menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok dalam mata kuliah Metode Penelitian PLB II, maka aktivitas

Hal ini juga terjadi di Politeknik negeri Bali dimana dari wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswa mereka mengatakan bahwa ada beberapa dosen yang mempunyai

sebagai ideologi nasional dipandang sebagai materi yang bermakna sama. 4) Tafsir Pancasila sebagai dasar negara dipahami sebagai dasar untuk.. mengatur penyelenggaraan

Bagi guru matematika Sekolah Menengah Pertama disarankan untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terstruktur dalam pembelajaran pada materi-materi

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis perbedaan dan persamaan aspek dalam kalimat bahasa Mandarin dengan bahasa Indonesia berdasarkan jenis dan posisi aspek..

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Kreativitas siswa Kelas X Aljabar SMA Negeri 2 Pangkajene dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan skor rata-rata