• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak Tuntas ( < 75) Jumlah Persentase Jumlah Persentase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tidak Tuntas ( < 75) Jumlah Persentase Jumlah Persentase"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Model pembelajaran merupakan suatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Suasana belajar dan keberhasilan belajar peserta didik dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi pendidik untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas agar efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif yaitu suatu pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran ini mempermudah peserta didik dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit dengan saling berdiskusi. Pembelajaran kooperatif juga mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan.

(2)

menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas sehingga dengan bekerja secara bersama mudah untuk berpikir lebih kritis dalam menyelesaikan masalah.

Berpikirkritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah, membuat keputusan, menganalisis asumsi-asumsi. Berpikir kritis diterapkan kepada peserta didik untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis peserta didik menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi, dan menyimpulkan. Pendidik diharapkan dapat merancang pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis harus mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran matematika.

(3)

Keadaan seperti ini juga berdampak kepada rendahnya kemampuan penyelesaian soal peserta didik, apabila diberikan soal-soal sebagian besar peserta didik tidak bisa menjawab soal dengan penyelesaian yang benar dan sistematis. Kemampuan berpikir kritis peserta didik pun masih tergolong rendah, tampak dari kurangnya peserta yang bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik pada saat pembelajaran, selain itu rendahnya kemampuan peserta didik dalam berargumen juga menjadi indikator rendahnya kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis yang rendah, dampak akhirnya adalah rendahnya hasil belajar peserta didik. Terbukti dengan banyaknya peserta didik yang mendapatkan hasil belajar yang dibawah KKM.

Tabel 1.1

Persentase Jumlah Peserta Didik yang Tuntas dan Tidak Tuntas pada Ujian Semester II Kelas VIII SMP 1 Kubung Kab. Solok Th. 2016/2017 N

Sumber: Pendidik Mata Pelajaran Matematika SMPN1 Kubung Kabupaten Solok.

(4)

semester II bukan soal yang berbentuk essay, sehingga soal ujian akhir semester II tersebut belum termasuk soal kemampuan berpikir krits matematis, namun sebagian peserta didik banyak yang tidak mencapai KKM. Dengan demikian disimpulkan bahwa peserta didik belum memiliki kemampuan berpikir kritis matematis.

Sehubungan dengan kemampuan berfikir kritis peserta didik, salah satu penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Desi Crisandi Pritasari(2011) dengan judul “Upaya meningkat kemampuan berpikir Kritis peserta didik

Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 8 Yogyakarta pada Pembelajaran Matematika melalui pembelajaran Cooperative type Group Investigation(GI)”. Hasil yang

ditemukannya adalah Pembelajaran group investigation dapat meningkatakan kemampuan berpikir kritis peserta didik Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 8 Yogyakarta pada Pembelajaran Matematika. Jadi, GI merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis matematis peserta didik.

(5)

saling membantu dalam menyeleseikan masalah dengan berpikir secara bersama-sama. Perbedaannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih menekankan kolaboratif peserta didik sehingga dalam berkolaboratif peserta didik dapat mengelurkan ide-ide untuk menyelesaikan masala-masalah yang telah diberikan, dimana peserta didik saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran kooperatif tipe GI menentut peserta didik untuk lebih berpikir dalam pembelajaran.

(6)

Berdasarkanlatar belakang tersebut dilakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik yang

belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Student Teams Achievement Divissions (STAD) Pada Pembelajaran Matematika Kelas IX SMP Negeri 1 Kubung Kabupaten Solok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih tergolong rendah.

2. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

3. pembelajaran cenderung terpusat pada pendidik(Teacher Centered). 4. Peserta didik tidak dapat menyeleseikan soal secara baik dan sistematis. 5. Rendahnya minat peserta didik dalam belajar matematika.

6. Masih rendahnya hasil belajar matematika peserta didik dan belum mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan.

C. Batasan Masalah

(7)

Achievement Divisions pada pembelajaran Matematika Kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dari pada peserta didik yang belajar dengan pembelajaran biasa pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok?.

2. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada peserta didik yang belajar dengan pembelajaran biasa pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok?.

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok?. E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

(8)

didik yang belajar dengan pembelajaran biasa pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok.

2. Kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada daripada peserta didik yang belajar dengan pembelajaran biasa pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok.

3. Perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada matematika kelas IX SMPN 1 Kubung Kabupaten Solok.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

1. Bahan masukan bagi pendidik matematika SMPN 1 Kubung Kab. Solok dalam memilih metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika peserta didik. 2. Pengalaman bagi penulis dalam mempersiapkan diri sebagai calon

pendidik matematika.

Gambar

Tabel 1.1Persentase Jumlah Peserta Didik yang Tuntas dan Tidak Tuntas pada

Referensi

Dokumen terkait

Apabila seseorang bergabung dalam suatu organisasi sebagai seorang pekerja, ia membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang menyatu

Diharapkan dari pihak yang berwenang selalu memberi pembinaan yang baik dan motivasi kepada siswa, sehingga siswa tersebut tetap mempunyai minat atau keinginan

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0,362 dengan p≤0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesadaran diri dan efikasi diri dengan prokrastinasi akademik. Penelitian ini merupakan penelitian

Pertama : Peserta Seleksi Calon Mahasiswa Baru Program Magister (S2) Jalur Ujian Tulis, Non Tes, dan Portofolio yang dinyatakan DITERIMA sebagai Calon Mahasiswa

Kompetensi Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Kristen bersifat koheren dan linier pada keseluruhan Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti sikap spiritual (KI-1), Sikap Sosial

Penyampaian informasi produk/properti dapat menggunakan media multimedia visualisasi 3 dimensi namun media tersebut juga perlu sesuai dengan keperluan dari sebuah sistem untuk

keterkaitan antara komponen dalam RPP tersebut dan komponen dalam RPP tersebut disusun secara sistematis. Produk RPP yang telah disusun sesuai dengan pembelajaran