• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 9 – Teks dan Naratif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan 9 – Teks dan Naratif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEKS DAN NARATIF

Pembahasan ini mempelajari program televisi, iklan dan lain sebagainya sebagai ‘teks’ termasuk metodologi dalam menganalisis naratif, hubungan intertekstual di antara satu program dengan yang lain dan semiotika yang berhubungan gambar dan suara. Pada pembahasan ini mencoba membahas :

 Bagaimana makna bisa eksis di dalam televisi

 Bagaimana makna bergantung pada hubungan antara pemirsa dan teks

 Bagaiamana pengetahuan tentang konteks produksi dan sejarah teks dapat mempengaruhi makna yang ada dalam televisi.

Bahasa Televisi

Pendekatan semiotik televisi, untuk jenis lain dari aktivitas makna dan keputusan dalam masyarakat, dimulai dengan mengidentifikasi berbagai jenis tanda makna medium yang disampaikan. Prinsip analisis semiotik adalah dimulai dari asumsi bahwa televisi memiliki ‘bahasa’ bahwa produsen dan penonton televisi telah mengerti tentang hal tersebut. Pendiri kedua puluh semiotik linguistik Swiss, Professor Ferdinand de Saussure menganggap bahwa bahasa lisan adalah bahasa yang paling mendasar dalam praktek manusia dan berpendapat juga bahwa semua media dapat dipahami dengan bahasa lisan. Ia berusaha untuk menjelaskan fungsi bahasa yang digunakan dalam titik waktu tertentu, menggambarkan sistem bahasa sebagai bahasa dan penggunaan bahasa misalnya sebagai pidato.

(2)

membedakan mereka dari tanda-tanda yang sendiri tidak memiliki hubungan Perlu memberi apa yang mereka menandakan.

Misalnya, kata 'kucing'. Kata kucing merupakan tanda simbolik yang berarti bahwa surat-surat pada halaman atau suara kata yang diucapkan 'kucing' yang sewenang-wenang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menandakan jenis tertentu hewan berbulu berkaki empat.

Konotasi dan Kode

Konotasi berasal dari analisis semiotika makna yang berhubungan dengan tanda tertentu atau kombinasi dari tanda-tanda. Contoh dari konotasi seperti pembawa acara berita diambil gambar close up, menggunakan pakaian rapi, dan duduk berada di belakang meja program berita tidak hanya berarti pembawa acara berada di dalam studio tetapi juga memiliki makna konotasi mempunyai kewenangan, keseriusan dan formalitas dari meja, pakaian dan pengambilan kamera. Pembawa acara berbicara menggunakan aksen dan nada netral, yang menandakan hubungan antara objektivitas dan wewenang antara pembaca berita dan organisasi media yang ia wakili. Biasanya menggunakan teknik pengambilan gambar medium close-up, full face, di bawah pencahayaan netral. Kode ini secara konvensional memberikan gambaran posisi pembaca berita menjadi penengah, yang ditujukan untuk pemirsa dengan organisasi media, dan dengan seseorang yang merupakan subjek dari berita. Fungsi dari penengah atau mediator adalah sebagai jembatan antara penonton domestik dengan berita publik.

(3)

Televisi mempunyai tujuan untuk menjaga pemirsa menonton dengan tanda-tanda verbal dan visual dengan cara yang menghibur atau informatif. Dengan kata lain genre televisi juga memiiki kode dan konvensi yang memungkinkan pemirsa untuk mengenali dan mengharapkan suatu makna tertentu dan kesenangan mereka sendiri.

Struktur Naratif

Dalam program televisi biasanya menghadirkan sebuah program yang selalu membandingkan antara dua oposisi yang bersebrangan seperti maskulinitas dengan feminitas dan tua dan muda. Contohnya dalam sebuah serial FTV selalu menampilkan sesuatu yang kontras, ada tokoh yang kaya raya dan juga ada tokoh yang miskin.

Dalam program berita acara televisi terdiri dari laporan yang berupa naratif, dan dapat dianalisis sebagai narasi untuk menemukan prioritas dan asumsi bersama oleh berita penyiar membentuk kode menentukan laporan yang memiliki makna terbesar dalam buletin. Semakin tinggi nilai berita yang dimiliki dalam sebuah berita berarti semakin penting berita itu bagi pemirsa. Narasi berita mempunyai kontribusi dalam membentuk opini pemirsa dalam memandang realitas.

Fungsi Naratif

(4)

menjadi hal penting untuk mendukung aspek futuristik. Dalam sebuah tayangan berita, redundansi masuk ke dalam sebuah informasi yang disediakan secara visual. Dalam hal ini teori narasi dan teori semiotika berguna dalam menunjukkan bagaimana informasi yang berlebihan sebenarnya memenuhi fungsi penting dalam membentuk sebuah arti dari laporan berita.

Berita di televisi harus selalu aktual setiap hari, sehingga untuk melakukan hal ini banyak yang dilakukan agar terbentuk makna dalam laporan berita. Laporan berita menggunakan empat fungsi naratif, yaitu:

1. Framing

Framing adalah kegiatan membangun topik berita, biasanya sesuai dengan pemilik media dan disajikan oleh presenter. Misalnya berita politik yang biasanya dikodekan sebagai permusuhan ditayangkan dengan nada bicara netral, efek suara yang netral atau voice-over yang diputar netral. Hal ini dilakukan agar kode narasi yang muncul tidak terlihar oleh pemirsa. Sehingga yang terlihat adalah berita itu sendiri dan bukan bagaimana berita itu disajikan.

2. Focusing

Focusing mengacu pada pembukaan berita ke detail berita yang disampaikan oleh presenter. Biasanya disampaikan oleh wartawan dan narasumber yang sedang diwawancara tentang berita yang sedang disampaikan.

3. Realising

(5)

sebagai soundtrack gambar atau musik lainnya serta laporan langsung dari wartawan yang berada disebuah lokasi.

4. Closing

Closing mengacu pada penyimpulan berita di akhir acara atau untuk menutup program berita. Biasanya disajikan dengan memotong sudut pandang atau dilakukan secara ringkas yang mencakup inti berita.

Identifikasi

Identifikasi mengacu pada posisi penonton dengan program televisi. Narasi berfungsi sebagai pokok penjabaran posisi penonton dalam sebuah program televisi. Seringkali dalam program yang berbeda akan merepresentasikan penonton sebagai diri yang berbeda pula. Televisi menggunakan narasi agar pemirsa atau penonton bisa memahami atau menikmati apa yang mereka lihat dan dengar. Lewat narasi yang dilakukan oleh televisi, kadang penonton tidak sadar dengan efek apa yang akan ditimbulkan dari sebuah program televisi. Penonton diidentifikasikan sebagai objek yang senang akan gambar. Melalui narasi yang dilakukan oleh televisi, televisi menjadi media yang menawarkan menawarkan berbagai hal yang belum tentu dilakukan semua penonton pada umumnya, dan terus mengulangi kejadian menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan proses pemilihan angel kamera atau proses pengambilan gambar dalam sebuah tayangan program televisi. Melalui narasi televisi, mampu menciptakan kedekatan dengan penonton dengan program-program yang dibuat mirip dengan kejadian sehari-hari masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, televisi makin diminati penonton dengan keunggulannya visual dan audio. Sehingga televisi tak lagi menomorsatukan kegemaran menonton televisi lagi, tetapi lebih kepada mengundang penonton untuk tetap menonton programnya. Narasi televisi memilih untuk menggunakan tokoh-tokoh yang dekat dengan masyarakat atau tokoh terkenal sehingga penonton tetap setia untuk tetap menonton program tersebut.

Narator Televisi

(6)

merupakan hal penting di dalamnya untuk menyampaikan isi cerita yang dikandung kepada para audiens dengan tujuan agara audiens menerima dengan baik isi cerita dan isi pesan tersebut.

Seorang Narator merupakan seseorang yang menceritakan cerita. Kata Narator berasal dari bahasa Latin Narratus yang berarti “membuat dimengeti” dimana seorang narator menjadikan suatu cerita itu dikenal. Dalam perkembangannya, tidak semua cerita berkaitan dengan seorang narator atau memiliki narator pada cerita-cerita mereka. Cerita-cerita yang memiliki narator dapat dipahami melalui pembicaraan dan kata-kata yang diucapakan oleh seorang narator. Namun hal ini berbeda dengan cerita-cerita yang tidak memiliki narator, cerita-cerita yang tidak memiliki narator dapat dipahami melalui mendengarkan perkataan yang dikatakan oleh karakter dalam cerita dan mendapatakan rasa dari cerita tersebut.

Sedangkan sebuah narasi merupakan sebuah cerita atau kisah yang diceritakan atau disampaikan oleh narator yang didasarkan pada urutan-urutan kejadian atau peristiwa. Narasi ini sendiri berbentuk cerita yang berdasarkan plot atau alur cerita yang terdiri dari tokoh, kronologi dan latar.

Tanda-tanda dari Pemirsa

(7)

melakukan penolakan atas tanda tersebut.

Kemungkinan lain adalah bahwa tanda yang muncul dari televisi merupaan sebuah tanda yang baru, yang belum pernah khalayak temui sebelumnya. Tanda asing tersebut memiliki dua kemungkinan, diterima atau ditolak. Diterima, jika tanda tersebut merupakan hal yang dirasa cocok untuk dicoba dalam kehidupan; atau ditolak, karena lebih memilih status quo daripada harus mencoba sesuatu yang dianggap asing.

Polisemi dalam Teks Televisi - Ironi

Ironi adalah sebuah pernyataan yang muncul di televisi untuk mengatakan keadaan dengan cara penyampaian yang mengatakan kebalikannya. Ironi termasuk dalam majas bahasa Indonesia yaitu majas sindiran.

- Metafora

Metafora adalah pernyataan yang muncul di televisi yang digunakan untuk mengatakan keadaan sebenarnya dengan cara menggabungkan kata yang bukan arti sebenarnya, tetapi melukiskan keadaan sebenarnya. Metafora dilakukan tanpa menggunakan kata pembanding (seperti, bagaikan). Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung atau buaya darat.

- Lelucon (jokes)

Lelucon diselpkan dalam sebuah teks televisi, memilih kata-kata yang kadang berarti merendahkan atau menertawakan salah satu pihak. Lelucon bisa juga dilakukan untuk mencairkan suasana.

- Kontradiksi

Kontradiksi adalah sebuah pernyataan yang bersifat menyangkal. Digunakan untuk menyangkal bagian-bagian yang telah disebutkan sebelumnya. Contohnya: Semua menteri datang pada rapat hari ini, kecuali Menteri Kesehatan.

- Melebih-lebihkan

(8)

Hiperbola adalah suatu kejadian atau peristiwa yang sengaja dilebih-lebihkan dalam tayangan televisi. Misalkan sinetron, sifatnya berlebihan dari kehidupan sehari-hari. Contoh lain adalah pemberitaan bencana yang disajikan lewat gambar-gambar yang terlalu berdarah.

Yang kedua adalah semiotika yang dilihat berlebihan. Semiotika ini hampir sama dengan hiperbola kejadian, namun lebih kepada karakteristik televisi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bignell, Jonathan. 2004. An introduction to television studies. Routledge: New York.

(9)

Tugas Mata Kuliah Televisi

Teks dan Naratif

Dosen Pengampu : Yohanes Widodo, M.Sc

Oleh :

Aulia Diza Rachmawatie 120904696 I Gusti Agung 120904701 Pradipta Kumara 120904720 Maria Puji Nuraeni 120904794 Melinda Bella Carla 120904828 Peggy Jenniefer W 120904830

(10)

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan patungan itu nantinya akan mendirikan pabrik pengolahan ground blas furnace slag yang akan mengelola limbah yang dihasilkan oleh pabrik blas furnace yang didirikan

Dalam konteks tersebut, hegemoni dengan demikian sangat terkait dengan kontrol sosial suatu kelas atau kelompok tertentu terhadap kelas yang lain, terutama kelas

Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa dengan adanya shadow teacher maka klien lebih mampu untuk melakukan yang diperintahkan oleh guru dengan adanya tambahan instruksi yang

yang menjadi faktor utama sebuah kualitas produk dihasilkan, menciptakan metode baru dalam usaha menjaga dan meningkatkan kualitas produk, inovasi serta perbaikan

Faktor lingkungan tidak mampu mencegah atau mengurangi penyalahgunaan narkotika dan psikotropika bahkan membuka kesempatan pemakaian narkotika dan psikotropika. Yang dimaksud

Berdasarkan pertentangan antar penelitian- penelitian terdahulu (research gap) yang dijelaskan di atas, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk menelaah kembali

• Setelah belajar matari pada teks naratif dalam bentuk fairy story, peserta didik mampu mengidentifikasi generic structure dari teks naratif text (fairy story) yang

Menganalisis fungsi sosial Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks , struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks naratif  naratif  lisan dan