• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RESIKO PADA PETANI DAN TINGKAT RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN RESIKO PADA PETANI DAN TINGKAT RESIKO"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UTS MANAJEMEN RESIKO

IDENTIFIKASI & ANALISIS RESIKO KESELAMATAN

KERJA PADA SEKTOR KERJA INFORMAL

“PETANI “

Disusun oleh :

Nama Anggota :

1.Ella Rafikasari

(10011181520002)

2. Ririn Sugiarti

(10011181419080)

3.Muhammad Apiq M

(10011181520007)

4.Ade Pratama

(100111815200

5.Rinto Mangitua H

(10011181520017)

6.Ali Amansyah Siregar

(10011181520042)

7.Bayu Arifandi

(10011181520047)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASAYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Manajemen Resiko Tentang Identifikasidan Analis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Sektor Pekerjaan Informal dengan judul “Identifikasi Dan Analisis Risiko Pada Seorang Petani”.

Penulisan Makalah ini merupakan salah satu bentuk dari evaluasi(ulangan Tengah semester) dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen Risiko di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya.

Dalam penulisan Makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu menyelesaikan Makalah ini, khususnya kepada:

1. Dosen Pengampuh Manajemen Risiko semester VI Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

2. Teman-teman Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Dalam penulisan Makalah ini penulis merasa masih terdapat banyak kekurangan, baik secara teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini dan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Indralaya, 16 Maret 2018

(3)

DAFTAR ISI

COVER ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan ... BAB II PEMBAHASAN ... BAB III PENUTUP dan SARAN... 3.1 Kesimpulan ... 3.2 Saran ...

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara global, pertumbuhan penduduk yang cepat berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi yang lamban yang pada gilirannya menghambat kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan. Kelambanan pada dua sektor ini memiliki implikasi yang buruk pada penerapan teknologi dan aturan-aturan baku yang seyogyanya jika diterapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kebanyakan orang, terutama kaum miskin, mengandalkan hasil atau upah kerja mereka untuk bertahan hidup. Banyak dari mereka itu bekerja di sektor informal,di bidang farming subsistence (pertanian subsistens adalah pertanian yang hanya dilakukan untuk menyambung hidup) atau sebagai buruh tani untuk orang lain. Tambahan pula, bila panen gagal atau harga anjlok, pendapatan yang diperoleh tidak akan cukup untuk membebaskan diri dari kelaparan dan kemiskinan (TheWorld Bank, 2006).

Produk pertanian dan peternakan merupakan kebutuhan esensial bagi masyarakat. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas. Sumberdaya manusia merupakan unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi atau menghapuskan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dimaksud antara lain sangat ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya dan upaya perlu dikerahkan secara optimal agar pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai serta terjangkau oleh daya beli masyarakat (RI, Menteri Pertanian, 2004).

(5)

panen tanaman padi mencapai 46.405 hektar dengan produksi padi mencapai 175.929 ton GKG dan produktivitas 3,79 ton/ha, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan luas panen tahun 2014, padi sawah dengan luas panen 46.858 hektar, padi gogo seluas 1.301 hektar, sehingga total luas panen tanaman padi mencapai 48.159 hektar dengan produksi padi mencapai 216.624 ton GKG dan produktivitas 4,49 ton/ha.Luas panen tanaman jagung tahun 2015 mencapai 167 hektar dengan produksi 740 ton, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 171 hektar dengan produksi 631 ton, kacang tanah tahun 2015 seluas 49 hektar dengan produksi 62 ton sedangkan pada tahun 2014 seluas 67 hektar dengan produksi 85 ton, ubi kayu tahun 2015 mencapai luas 478 hektar dengan produksi 12.669 ton sedangkan pada tahun 2014 mencapai luas 547 hektar dengan produksi 12.052 ton.

(6)

yang menyebabkan kematian hingga 335,000 jiwa. Satu juta orang meninggal setiap tahun dari 160 juta orang yang sakit karena polusi, bahan beracun dan prosedur kerja yang kurang mendukung di lingkungan kerja. Lebih dari seratus ribu jenis bahan kimia sedang digunakan dalam berbagai industri termasuk pertanian dan 350 jenis daripadanya bersifat karsinogenik dan 3000 jenis yang bersifat alergenik (Michel, 1999). Menurut ILO (2011) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah disiplin yang berhubungan dengan pencegahan cedera dan penyakit serta perlindungan dan promosi kesehatan tenaga kerja, dengan tujuan perbaikan kondisi kerja dan lingkungannya.

Pergeseran Bangsa Indonesia secara bertahap dari negara agraris dengan teknologi pertanian konvensional yang relatif tidak efisien menuju negara industri yang menuntut efisiensi yang semakin tinggi pada seluruh lini produksi, sangat membutuhkan terobosan-terobosan. Terobosan yang dimaksud meliputi penelitian ilmiah dan publikasi tentang K3 di bidang pertanian yang untuk kondisi Indonesia masih terbatas. Keterbatasan ini umumnya dapat diketahui dari kurangnya publikasi ilmiah mengenai K3 dalam sistem produksi pertanian. Hal ini sangat kontras dengan kondisi di negara-negara maju, juga termasuk Thailand dan Vietnam yang telah menerapkan standar K3 di sistem pertanian mereka yang didukung oleh tersedianya aturan-aturan hukum yang efektif dan didukung oleh kesadaran penduduk/petani akan K3 yang cukup tinggi. Lebih dari 1 miliar orang di Asia atau sama dengan 60% dari angkatan kerja mendapatkan perlindungan sosial yang seadanya atau bahkan tanpa proteksi sama sekali. Pengalaman menunjukkan bahwa tenaga kerja pada usaha-usaha 5 kecil sektor ekonomi informal biasanya termotivasi secara mandiri untuk memperbaiki kondisi keamanan dan kesehatan kerja, tetapi mereka tetap membutuhkan dukungan dari luar (Öjermark, 2008).

(7)

kontrak, dengan intervensi layanan kesehatan kerja dasar yakni pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan berhubungan dengan cedera.

Bertitik tolak dari keterbatasan informasi ilmiah tentang penerapan K3 pada pertanian khususnya petani sawah di Indonesia khususnya di kabupaten Ogan ilir ,kecamatan Indralaya dan indikasi permasalahan di sekitar industri tersebut, maka dinilai sangat mendesak untuk melakukan berbagai upaya mengatasi keterbatan-keterbatasan di lingkungan kerja dan tenaga kerja di bidang usaha ini. Menurut pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat , selamat dan bekerja pada lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit akibat kerja (PAK) serta meningkatkan produktivitas kerja diperlukan intervensi berupa pelatihan tentang K3 termasuk cara pengendalian dampak lingkungan kerja yang berbahaya disamping sangat diperlukan pembimbingan dalam pembentukan organisasi K3 dan pembentukan prosedur kerja pada kelompok petani sawah. Sehingga dengan elemen baru tersebut yang mengintegrasikan faktor manusia dan lingkungan kerja melalui kajian ilmiah yang komprehensip sehingga keselamatan, kesehatan dan produktivitas kerja petani sawah dapat ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang di bahas pada makalah ini adalah Bagaimana analisis dan Indentifikasi risiko terhadap paparan hazard pada sektor pertanian, yang terjadi pada para petani guna mempertahankan kelangsungan hidupnya agar tetap sehat dan tetap mampu bekerja dalam keadaan selamat serta upaya pengendaliannya dengan menggunakan metode HIRAC .

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk Mengidentifikasi Resiko Dan Manajemen Risiko Serta Hazard Di Sektor Pertanian Pada Petani Padi.

2. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Metode HIRAC Yang Di Gunakan Dalam Menganalisis Dan Mengindentifikasi Risiko Di Sektor Pertanian Pada Petani Padi.

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko pada Petani

Pertanian adalah salah satu sektor dimana didalamnya terdapat penggunaan sumberdayahayati untuk memproduksi suatu bahan pangan,bahan baku industri dan sumber energi sepertibudidaya tanaman atau bercocok tanam. Selain itu, sektor pertanian adalah salah satu sektoryang dalam melakukan proses kerjanya terdapat dampak positif dan negatif. Dampak negatifdikarenakan tenaga kerja selalu berinteraksi dengan pekerjaannya dan lingkungan kerja yangbanyak mengandung hazard. Sebagian besar di sektor pertanian masih banyak yang belummemperhatikan pengendalian risiko, risiko yang ada diabaikan dan tidak dikendalikan secaraoptimal. Pengendalian risiko yang tidak dilakukan di sektor pertanian akan mengakibatkantingkat kecelakaan kerja semakin meningkat. Akibat lainnya adalah penyakit yang ditimbulkan akibat bekerja juga semakin meningkat sehingga dapat menimbulkan kerugianbagi pekerja. Dalam melakukan pekerjaannya banyak petani yang masih kurang dalam pengendalian risiko bahaya, seperti mencangkul dan membuat parit dengan posisi terus membungkuk dalam waktu yang lama, menggunakan peralatan yang tajam dan tidak memakai alas kaki. Selainitu, getaran pada tangan dan suara bising yang dihasilkan dari mesin pembajak traktor,menggunakan pupuk kimia secara berlebihan serta penggunaan pestisida yang kontak langsung dengan zat kimia.

(9)

tangan mudah tergores.Penyakit akibat kerja yang di sebabkan faktor biologi banyak yan bersumber dari. pekerjaanpertanian, dimana pada sektor pertanian ini para petani kontak langsung dengan vektor ataupenyebab penyakit yaitu tanah yang didalamnya terdapat sumber penyakit yaitu parasit ataubahkan vektor yang lain.

Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuatpekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacingtambang, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolismejamur. Binatang sawah seperti nyamuk atau tomcat juga merupakan vektor yang dapat membawa bibit penyakit seperti DBD, malaria, cikungunya dan melepuh pada bagian kulit.Selain itu juga, air parit kotor yang mengandung kuman atau bakteri meningkatkan risiko terkena kutu air, gatal, dan iritasi kulit pada petani. Sebagian besar bahaya faktor kimia adalah bersumber pada zat kimia yang ada dalam pestisida yang digunakan dan penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia berdampak pada lingkungan, penggunaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan eutrofikasi. Pupuk mengandung zat seperti nitrat dan fosfat. Zat ini menjadi racun untuk kehidupan akuatik.

(10)

Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakanuntuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi(jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja,namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor(penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidangperumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulitterasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhirdengan kematian. Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternakmelalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis.Setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun-tahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenik (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenik (kerusakan genetik untukgenerasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan).

(11)

rendah. Selain gangguan terhadap kesehatan, tidak kurang kerusakan yang terjadi pada lingkungan yang berhasil dicatat adalah ditemukan ikan, lebah madu, kodok, dan ternak unggas ayam yang mati.

Selain itu juga, terdapat bahaya fisik seperti getaran, arah angin, panas, radiasi dan sisa pestisida serta terdapat bahaya ergonomi juga yaitu beban tangki gendong yang berlebihan.Getaran dapat mengakibatkan kelainan saraf dan pembuluh darah pada tangan yang dihasilkan dari mesin pembajak traktor serta suara bising yang dihasilkan akan menganggu komunikasi. Penyemprotan pestisida yang berlawanan dengan arah angina akan memudahkanpestisida masuk ke dalam tubuh. Panas juga menyebakan petani mudah dehidrasi dan cepatlelah. Petani yang sehari-hari bekerja di lahan persawahan pasti akan secara langsung terkena dengan sinar matahari terus menerus dan berisiko terkena radiasi UV. Radiasi UV, baik dari cahaya matahari atau sumber buatan yang lain dapat membahayakan mata, mempengaruhi jaringan permukaan serta struktur dalam mata seperti lensa mata dan juga kornea. Pemaparan dalam jangka waktu lama terhadap radiasi UV memicu katarak, kanker kulit sekitar bulumata dan kelainan mata yang lain.

Dari analisis risiko kesehatan lingkungan tersebut penting perlu adanya manajemen resiko dan komunikasi resiko, antara lain:

 Lebih memperhatikan keselamatan kerja dengan menggunakan APD yang sesuai.

 Sanitasi dan hygiene perorangan lebih ditingkatkan.

 Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik.

 Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli, masih

utuhdan ada label petunjuknya. Perlakuan sisa kemasan, Bekas kemasan sebaiknyadikubur atau dibakar yang jauh dari sumber mata air untuk mengindai pencemaran kebadan air dan juga jangan sekali-kali bekas kemasan pestisida untuk tempat makanan dan minuman.

 Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang aman

(12)

penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang baik akan menghindari terjadinya penyakit.

 Menggunakan topi pelindung yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhada

pradiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya matahari.

 Menggunakan sarung tangan ketika menjalankan mesin traktor.

 Menyediakan air minum agar tidak mudah dehidrasi saat panas.Untuk komunikasi

resiko, yang perlu dilakukan adalah memberi tahu atau menyampaikanhasil manajemen resiko kepada petani agar dapat mengurangi pajanananya yang masuk kedalam tubuh.

2.2 Tujuan Umum Metode HIRAC 1. Pengertian HIRAC

HIRAC atau biasa disebut Hazard Identification Risk Assessment and Control adalah Proses mengidentifikasi bahaya, mengukur, mengevaluasi risiko yang muncul dari sebuah bahaya, lalu menghitung kecukupan dari tindakan pengendalian yang ada dan memutuskan apakah risiko yang ada dapat diterima atau tidak. HIRAC merupakan suatu pedoman dalam mengidentifikasi bahaya, menilai risiko dan mengendalikan risiko. Tujuan HIRAC adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan kerugian kepada karyawan dan lain - lain.

b. Untuk mempertimbangkan kemungkinan besar risiko yang membahayakan siapa pun di lingkungan kerja, dan

c. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan, memperkenalkan dan memantau tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa risiko tersebut cukup dikendalikan setiap saat.

(13)

pelaksanaan tindakan perbaikan atau pencegahan. Dalam melaksanakan proses HIRAC dibutuhkan 4 langkah sederhana dalam melaksanakan HIRAC, yaitu: 1) mengklasifikasikan kegiatan kerja lalu mengidentifikasi bahaya. 2) melakukan penilaian risiko (analisis dan memperkirakan risiko dari setiap bahaya), oleh menghitung atau menaksir kemungkinan terjadinya, dan keparahan bahaya. 3) memutuskan apakah risiko ditoleransi dan menerapkan langkah-langkah upaya pengendalian kontrol.

2. Tujuan HIRAC

Tujuan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko atau Hazard Identification, Risk Assessment and Control (HIRAC) adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan. Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja baik karyawan maupun pihak - pihak luar yang terkait dalam kegiatan perusahaan, serta menentukan pengendalian yang sesuai. Hal ini dilakukan demi melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.

Berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja :

a. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan sebelumnya.

b. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja.

c. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja.

d. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.

4. Konsep Metode HIRAC

(14)

bahaya yang ada, setelah itu merekomendasikan upaya. Salah satu garis besar urutan prosedur HIRAC adalah :

a. Membuat sebuah metodologi dan prosedur untuk identifikasi bahaya dan analisis risiko.

b. Hazard Identification (Identifikasi Bahaya)

c. Risk Assessment (Analisis risiko)

d. Determine Controls (Menetapkan tindakan pengendalian)

(15)

2.3 Tabel Matriks Identifikasi Risiko

JOB TASK HAZARD ACCIDENT PROBABILITY CONSEQUENCES

Penyiapan

-kemampuan fisik

yang kurang kaki berisiko terkena

Prosedur Dengan Baik.

-Bekerja Sambil

Bercanda Dan

-dehidrasi &cepat lelah.

-kanker kulit

&katarak.

(16)

Menghidupka

-traktor susah dikendalikan

Physical Hazard:

-lentingan batu karena terkena bajak

Prosedur Dengan Baik.

_kemampuan fisik

(17)

- Biological

Prosedur Dengan Baik.

-pegal pada ibu jari

-terkenana kutu

(18)

bakteri bagi

Tangan kontak langsung uap pestisida

-Pestisida tumpah mengenai kulit

Unsafe Act:

-Tidak memakai APD (sarung tangan dan masker)

-Menggu-nakan peralatan yang rusak

Unsafe Condition:

Sarung tangan yang digunakan bolong dan tidak memenuhi standart.

Human loss:

-Iritasi pada tangan dan kulit tidak sesuai standar dan proses

pemupukan yang berlangsung lama tanpa ada jeda waktu istirahat

(19)

(terlalu berat) banyak

Personal factors:

Kurang pengetahuan dan keterampilan terkena pisau pada tangan

Prosedur Dengan Baik.

-Bekerja Sambil

Bercanda Dan

-pegal pada kaki

-MSDs,nyeri

Prosedur Dengan

Human Loss:

Low Back Pain

-lecet-lecet pada kulit

(20)

-beban yang

2.4 Tabel Analisi Risiko

TASK JOB BASIC

LEVEL EXISTING CONTROL EXISTINGLEVEL CONTROL REKOMENDEDLEVEL Penyipan lahan

dan pertanian

mencangkul L C R Menganti alat cangkul yang manual dengan menggunakan mesin

L C R Mengggunakan

APD yang mesin membajak dengan traktor

Melubangi tanah dengan sosrok

C 3 H Mengatur

posisi yang benar dan

C 2 M Mengunakan

APD(memakai sepatu

(21)

berhati-hati boots,dan sarum tangan)

Penanaman Penanaman Binit padi pestisida untuk digunakan pada proses

penyemprotan (penuangan

pestisida pada

wadah dan

pencampuran dengan air)

C 4 H Penyemprotan

pestisida

panen Memanen padi c 4 H Menganti pisau dengan

(22)

hasil panen padi sorong /alat pengakat hasil panen padi

APD(sepatu boots,masker ,t opi kepala dan sarung tangan yang standar

Pada matrix identifikasi risiko di bidang pertanian di atas pada tahap Basic Level dari

5 risiko yang di identifikasi, 4 diantaranya masih tergolong dalam kategori risiko tinggi (High Risks) yaitu tingkat risiko yang tidak dapat diterima dan harus segera dikontrol. Namun setelah di kendalikan, dari 4 risiko tinggi 2 diantaranya menurun menjadi risiko sedang (Moderate Risks) yaitu tingkat risiko yang tidak dapat diterima dan langkah pengendalian biaya rendah (seperti penyediaan informasi dan pelatihan) harus dilakukan untuk mengendalikan jenis risiko ini. Tahap pengendalian terakhir yaitu dilakukan kontrol dan setelah dikontrol dari 5 risiko tersebut semuanya sudah menurun menjadi kategori risiko

rendah (Low Risks) pada tahap Recomended Level.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Andiyono.2012.Risiko pertanian indonesia:persepsi petani terhadap risiko pertanian(studi

kasus petani tanaman di wilayah bogor.skripsi

(24)

Ernawati,Desrina,Abdul rohim Tualeka.2013.Risk Assessment Dan Pengendalian Risiko Pada Sektor Pertanian (Studi Kasus Di Pertanian Bawang Merah Desa Kendalrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk). http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k34d391eea72full.pdf

Lubis,astrihadi nowvan.2009.Manajemen Rtsiko Produksi Dan Penerimaan Pad1 Semi Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor).

Samosir,ismi aulia.2014.Analisis Potensi Bahaya Dan Pengendaliannya Dengan Metode

Hirac (Studi Kasus : Pada Industri Kelapa Sawit Pt. Manakarra Unggul Lestari, Mamuju,SulawesiBarat).skripsi.

http://repositori.uinalauddin.ac.id/6598/1/ISMI%20AULIA %20SAMOSIR_opt.pdf(diakses (pada tanggal 18 maret 2018)

Widyaningrum,Shinta.2015.Analisis Risiko Kesehatan Di Sektor Pertanian.

https://dokumen.tips/documents/analisis-risiko-kesehatan-di-sektor-pertanian.html(diakses pada tanggal 17 maret 2018)

(25)

Gambar traktor

2. Persiapan Media tanam

(26)

4.penanaman padi

(27)
(28)

7.permanenan padi

Alat memanen padi modern

(29)

Dari yang manual harus diubah

Gambar

Gambar traktor

Referensi

Dokumen terkait

Dengan judul skripsi “ HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADAPETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN

Penelitian ini belum pernah dilakukan, namun penelitian yang mirip dengan Tingkat Pengetahuan Bahaya Pestisida dan Kebiasaan Pemakaian Alat Pelindung Diri dilihat dari

memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penggunaan Pestisida dengan Tingkat Keracunan

132 pengendali iklim diantaranya berfungsi sebagai penurun suhu, penyerap radiasi matahari, pemecah aliran angin, konservasi tanah dan air juga untuk tempat kehidupan satwa

Manfaat dari penelitian ini bagi peneliti adalah dapat memberikan informasi mengenai mahasiswa tentang bahaya efek stokastik dan proteksi radiasi sinar x

Pada tangki penimbun juga memiliki kemung- kinan terdapat pitting yang dapat mempenga- ruhi pengukuran ketebalan tangki, akan tetapi untuk pitting yang tersebar luas dapat diabai-

Berdasarkan hasil penelitian saya dilapangan terdapat beberapa resiko atau bahaya yang sering dialami oleh masyarakat penambang rakyat pada saat melakukan penggalian

132 pengendali iklim diantaranya berfungsi sebagai penurun suhu, penyerap radiasi matahari, pemecah aliran angin, konservasi tanah dan air juga untuk tempat kehidupan satwa