• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP

KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI

VIVI IRZALINDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perlindungan Anak Dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Anak Pada Keluarga Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

VIVI IRZALINDA. Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Kesejahteraan anak dipengaruhi oleh lingkungan anak-anak dibesarkan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cianjur yang memiliki potensi masalah lingkungan karena penggunaan pestisida yaitu dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Selain itu, Kabupaten Cianjur memiliki data kasus anak yang meningkat setiap tahunnya, seperti kekerasan fisik, perdagangan anak, kekerasan seksual dan sebagainya. Oleh karena itu, perlindungan anak baik dari fisik maupun lingkungan wajib dilakukan orangtua untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan pestisida dan perlindungan anak dari pestisida, (2) Menganalisis pengaruh aktivitas bersama dan perlindungan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak.

Lokasi penelitian dipilih yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Contoh penelitian adalah ibu dan anak. Penentuan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria keluarga yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD. Jumlah contoh 120 keluarga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013. Analisis penelitian menggunakan korelasi pearson dan regresi linear berganda.

(5)

SUMMARY

VIVI IRZALINDA. Child Protection and Its Effect on Child Well-being of Farmer Families. Supervised by HERIEN PUSPITAWATI and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Well-being of the quality of life for life. Child well-being is important to be measured as a form of early identification of problems, find out what happened and why it happened can occur, as well as giving attention to preventive measures against child quality (Thompson & Aked 2009). Welfare of children is influenced by the context and environment in which children thrive. This study was conducted in Cianjur which has environmental hazards in the farm family pesticide hazards. Pesticides can affect the health and development of children. In addition, Cianjur District has a child case data is increasing every year, such as physical abuse, child trafficking, sexual violence and so on. Therefore, the protection of children both physically and environmentally was parent mandatory to improve the welfare of the child. The purpose of this study is the first, analyze the relationship between socio-economic conditions, knowledge of pesticides and the protection of children from pesticides. Secondly, to analyze the effect of joint activities and the protection of children against child subjective well-being.

Locations were selected at Sindang Jaya Village, Cipanas District and Ciputri Village, Pacet District, Cianjur Regency West Java Province. Samples were women and children. Determination of the samples were purposively with criteria mothers of children grades 4-6 elementary school. Total sample are 120 family. The research was conducted in July and November 2013. Study analysis was using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

PERLINDUNGAN ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP

KESEJAHTERAAN ANAK PADA KELUARGA PETANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani

Nama : Vivi Irzalinda NIM : I251110141

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Ketua

Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian:

(Tanggal Pelaksanaan Ujian Tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah Pascasarjana)

Tanggal Ujian:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-November 2013 ini ialah Perlindungan Anak dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Anak pada Keluarga Petani.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikahati, M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing penulis. Terima kasih kepada Ibu Dr. Titiek dan Ibu Alifah selaku tim IPM-CRSP yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. Disamping itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurmala selaku moderator seminar yang telah memberikan masukan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Pak Ujang dan Pak Zaenudin selaku ketua kelompok tani yang telah memberikan izin dan bantuan selama pengambilan data di lapang. Terima kasih kepada Merisa dan Lela yang telah membantu pengambilan data di lapangan. Terima kasih kepada teman-teman S2 IKA, Teh Tika, bu Dian, bu Lisna, Bu Frida, dan Mba Alfa dan bu Ema yang telah memberikan motivasi, masukan dan semangat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Pendekatan Teori Keluarga 4

Keluarga Petani 5

Anak Usia Sekolah 6

Aktivitas Bersama 7

Perlindungan Anak 8

Kesejahteraan Subjektif Anak 10

Pestisida 11

Penelitian Terdahulu 13

3 KERANGKA PEMIKIRAN 14

4 METODE PENELITIAN 17 Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian 17 Contoh dan Metode Penarikan Contoh 17 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 18 Pengendalian Mutu Data 18

Pengolahan dan Analisis Data 19

Definisi Operasional 21

5 KEADAAN UMUM DESA PENELITIAN 23

6 HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI, PENGETAHUAN PESTISIDA DAN PERLINDUNGAN ANAK DARI PESTISIDA 25

Abstrak 25

Abstract 25

Pendahuluan 25

Tujuan Penelitian 27

Metode Penelitian 27

Hasil 28

Karakteristik Demografi Keluarga 28

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 28

Karakteristik Usaha Pertanian 29

Pengetahuan Pestisida 30

Perlindungan Anak dari Pestisida 31

Hubungan Antar Variabel 32

Pembahasan 33

(12)

Saran 35

Daftar Pustaka 35

7 PENGARUH AKTIVITAS BERSAMA DAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF ANAK PADA KELUARGA PETANI 39

Abstrak 39

Abstract 39

Pendahuluan 40

Tujuan Penelitian 41

Metode Penelitian 41

Hasil 43

Karakteristik Anak dan Keluarga 43

Pendapatan Keluarga 43

Aktivitas Bersama 43

Perlindungan Anak 45

Kesejahteraan Subjektif Anak 46

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Subjektif Anak 47

Pembahasan 48

Simpulan 49

Saran 50

Daftar Pustaka 50

8 PEMBAHASAN UMUM 53

9 SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 56

(13)

DAFTAR TABEL

4.1 Variabel, jenis data, cara pengumpulan data dan alat bantu 18 4.2 Hasil analisis uji reliabilitas dan validasi isi instrumen penelitian 19 6.1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi keluarga 28 6.2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga 29 6.3 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan pestisida 31 6.4 Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak dari pestisida 32 6.5 Hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan pestisida 32 6.6 Hubungan antara karakteristik keluarga dan pengetahuan pestisida

dengan perlindungan anak dari pestisida 33

7.1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak dan keluarga 43 7.2 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas bersama orangtua-anak 44 7.3 Sebaran contoh berdasarkan kategori perlindungan anak 46 7.4 Sebaran contoh berdasarkan kategori alat pertanian dan pestisida yang

diperkenalkan kepada anak 46

7.5 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan subjektif anak 47 7.6 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak 48

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka pemikiran 16

4.1 Metode penarikan contoh 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penelitian pendahuluan 67

2 Pengukuran variabel 70

3 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset 73

4 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan pestisida 74 5 Sebaran contoh berdasarkan perlindungan terhadap pestisida 76 6 Hubungan antar item pertanyaan perlindungan terhadap pestisida

dengan pengetahuan pestisida 77

7 Matriks variabel yang berhubungan dengan perlindungan pestisida 78 8 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas bersama orangtua 79 9 Sebaran contoh berdasarkan perlindungan anak 80 10 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif anak 82 11 Ujibeda antar item pertanyaan kesejahteraan subjektif anak dengan

jenis kelamin anak 84

12 Matriks variabel yang berhubungan dengan kesejahteraan subjektif

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran signifikan dalam pembentukan kualitas sumberdaya generasi muda sebagai penerus bangsa yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Keluarga harus menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal dalam melindungi dan membina anak-anaknya serta mewujudkan kesejahteraan fisik dan non fisik. Kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami kenaikan dari 0,593 menjadi 0,629.

Kualitas sumberdaya generasi muda sangat ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi keluarganya. Namun demikian masih ada berbagai permasalahan sosial ekonomi seperti rendahnya pendidikan dan kemiskinan masih dialami oleh sebagaian keluarga Indonesia terutama di perdesaan. Masalah kemiskinan menjadi masalah utama yang dialami oleh penduduk perdesaan di Indonesia. Masalah kemiskinan di pedesaan dialami oleh 17,9 juta penduduk pada tahun 2013 dan sebanyak 17,7 juta penduduk pada tahun 2014 (BPS 2014).

Kualitas generasi muda sebagai penerus bangsa sangat menentukan kualitas Bangsa Indonesia di masa depan. Keluarga mempunyai kewajiban melindungi dan mengasuh anak-anaknya. Merujuk pada fungsi keluarga (BKKBN 1996) maka keluarga berfungsi melakukan perlindungan terhadap anak-anaknya. Selanjutnya merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, maka yang disebut dengan perlindungan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-Undang menjamin hak dan kewajiban setiap anak adalah untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan, berhak untuk beribadah, dan berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(15)

Meningkatnya berbagai bentuk pengabaian dan pelanggaran hak anak di Indonesia juga terjadi sepanjang tahun 2011 dan 2012 sebagaimana dilaporkan oleh UNICEF (2012) bahwa sebanyak 44,3 juta anak Indonesia hidup dalam kemiskinan. Laporan tentang anak putus sekolah yang dilakukan bersama oleh Kementerian Pendidikan, UNESCO, dan UNICEF di tahun 2011 menunjukkan bahwa 2,5 juta anak usia 7-15 tahun mengalami putus sekolah (UNICEF 2012).

Berkaitan dengan isu perlindungan dan kesejahteraan anak, maka pemilihan lokasi penelitian adalah di Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan banyaknya permasalahan perlindungan anak dan potensi pertanian. Permasalahan yang dialami oleh Kabupaten Cianjur adalah masalah perlindungan anak dari trafficking dan kekerasan dalam rumahtangga.

Kabupaten Cianjur adalah merupakan sentra produksi tanaman sayuran segar yang mempunyai kecenderungan pestisida yang berlebihan. Organisasi kesehatan WHO menunjukkan bahwa negara-negara berkembang mengonsumsi sekitar 20 persen dari produksi pestisida di seluruh dunia (Ejaz et al. 2004). Intensitas penggunaan pestisida dalam produksi tanaman menimbulkan potensi bahaya kerja bagi petani (Minh et al. 2008; Gomes 1997), dan beresiko bagi lingkungan (Li et al. 2007; Anwar et al. 2009; Lamers et al. 2011). Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, mencatat kasus Tuberkolosis (TBC) selama tahun 2013 hingga Maret 2014, mencapai 1.670 kasus. Dengan demikian perlu diwaspadai pentingnya perlindungan anak secara holistik dari sisi sosial dan perlindungan dari bahaya pestisida. Berdasarkan uraian di atas maka topik perlindungan anak dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan anak pada keluarga petani sangat penting untuk dianalisis.

Perumusan Masalah

Keluarga petani merupakan keluarga yang memperoleh pendapatan musiman dari kegiatan bertani. Berdasarkan sensus pertanian, selama sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan penduduk petani menjadi 1,2 juta di Jawa Barat (BPS 2013). Hal ini berdampak pada capaian pertumbuhan ekonomi, sektor pertanian mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja. Penurunan penyerapan tenaga kerja berdampak pada penurunan produk domestik bruto (PDB) sebesar 14,4 persen pada tahun 2013.

(16)

Bahaya pestisida bagi kesehatan manusia seperti penurunan kekebalan, gangguan hormon, kecerdasan berkurang, kelainan reproduksi dan kanker (Wiles, Davies & Campbell 1998), meningkatkan resiko penyakit parkinson (Hancock 2008), menghambat perkembangan janin (Petit et al. 2010), masalah kesehatan seperti cacat lahir, kerusakan saraf, kanker, dan efek lain yang mungkin terjadi selama panjang waktu (Van Dijk 2000; Bruce 2002). Selain berbahaya bagi keluarga, pestisida juga berbahaya bagi anak. National Research Council (1984) menunjukkan bahwa bahaya pestisida pada anak-anak dapat mengubah pola perkembangan anak-anak, dan berpengaruh seumur hidup pada disfungsi kesehatan dan beresiko penyakit (National Research Council 1984). Juga, anak-anak beresiko terkena penyakit kulit akibat pestisida (Lewis 1994; Fenske 1990; Zartarian 1998).

Data kasus anak beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan di Kabupaten Cianjur. Kasus anak di Kabupaten Cianjur antara lain perdagangan anak, kekerasan fisik anak, putus sekolah, dan sebagainya. Menurut KPAI (2011) menerima pengaduan 480 anak korban perdagangan anak dan 2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yakni 2.413 kasus, terdiri dari 1.020 kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk sodomi, perkosaan, pencabulan serta incest, dan selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tingginya angka pengaduan kekerasan terhadap anak dan bahaya pestisida di sekitar anak, menunjukkan tanda bahwa lingkungan anak yang seharusnya menjadi benteng perlindungan anak, saat ini justru menjadi pelaku utama. Keluarga atau orang tua yang oleh UU Perlindungan Anak adalah salah satu pilar penanggung jawab perlindungan anak ternyata telah gagal bahkan menjadi pihak yang menakutkan bagi anak. Ironisnya, kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi justru di lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan dan lingkungan sosial anak.

Berdasarkan fakta-fakta diatas, penelitian ini berupaya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Adakah hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bersama orangtua dan perlindungan orang tua dan anak terhadap kesejahteraan subjektif anak?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menganalisis perlindungan anak dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan anak pada keluarga petani.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan pestisida dan perlindungan anak dari pestisida

(17)

Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian mengenai perlindungan anak serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif anak pada keluarga petani, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan keilmuan di bidang perlindungan dan kesejahteraan anak, penyusunan indikator perlindungan anak dan kesejahteraan anak pada keluarga petani, mengangkat masalah dan isu serta faktor penyebab di keluarga petani. Serta bermanfaat bagi lembaga bidang perlindungan anak dan kesejahteraan anak. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi pengambil keputusan untuk perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan, perlindungan anak dan kesejahteraan anak pada keluarga petani.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Teori Keluarga

Pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Pasal

1 Ayat 10 adalah ‖unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anak‖. Keluarga adalah institusi yang ada dalam setiap

masyarakat. Menurut Mead dalam Guharja et al. (1992), keluarga didefinisikan

sebagai ― the cultural cornerstone of any society, transmitting its history, instilling its prevailing value system and socializing the next genera tion into effective citizens and human beings ‖. Sementara itu Bugers dan Locke dalam Guharja et al. (1992), mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut).

Pendekatan Teori Struktural-Fungsional

Pendekatan struktural-fungsional adalah salah satu pendekatan teori sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluaga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat. Akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Misalnya, dalam sebuah organisasi sosial pasti ada segmen anggota yang mampu menjadi pemimpin, dan yang menjadi sekretaris atau anggota biasa. Tentunya kedudukan seseorang dalam struktur organisasi akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan te tapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya struktur dan fungsi ini tidak ak an pernah terlepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi 2001).

(18)

pendekatan struktural-fungsional paling sistematis diterapkan dalam kajian terhadap keluarga.

Menurut Parsonian yang dikutip Megawangi (1999), keluarga diibaratkan seekor hewan berdarah panas yang dapat memelihara temperatur tubuhnya agar tetap konstan walaupun kondisi lingkungan berubah. Keluarga dianggap selalu dapat beradaptasi secara mulus menghadapi perubahan lingkungan. Oleh karena itu keluarga dianggap sebagai institusi dalam masyarakat yang mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Menurut Merton dan Parson dalam Fakih (1996), teori struktural fungsional memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang saling terkait (agama, pendidikan, struktur politik dan keluarga).

Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional dari dimensi struktural adalah (Merton & Parson diacu Fakih 1996) :

1. Untuk melakukan fungsi secara optimal, keluarga harus mempunyai struktur tertentu;

2. Struktur adalah pengaturan peran dalam sistem sosial;

3. Keluarga inti adalah struktur yang paling mampu memberikan kepuasan fisik dan psikolagi anggotanya dan juga menjaga masyarakat yang lebih besar.

Keluarga Petani

Keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri atas dua atau lebih orang yang berikatan karena sedarah, pernikahan, atau adopsi (Knox & Caroline 1994). Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi, yang senantiasa berinteraksi (mempengaruhi dan dipengaruhi) oleh sistem ekonomi yang lebih besar (Bryant & Keith 1990).

Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi, agar sistem tersebut berjalan. Pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan, atau pemeliharaan keluarga terkait dengan tugas keluarga (Megawangi 1999). Agar fungsi keluarga berada pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, berupa suatu rangkaian peran agar sistem sosial dibangun.

Menurut Rice dan Tucker (1986), fungsi keluarga dapat digolongkan menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi instrumental, seperti memberikan nafkah dan memenuhi kebutuhan biologis dan fisik kepada para anggota keluarga, umumnya dikaitkan dengan peran orangtua sebagai pencari nafkah. Seda ngkan fungsi kedua adalah fungsi ekspresif, yaitu memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan emosi, dikaitkan dengan peran orangtua sebagai pendidik, pengasuh, dan pelindung bagi anggota keluarganya. Keluarga sebagai institusi pertama, mempunyai peran yang amat penting dalam mewujudkan SDM berkualitas (Syarief 1997).

(19)

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai macam program antara lain program peningkatan kepemilikan lahan oleh petani, dimana melalui Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan mencanangkan pembagian lahan seluas lebih dari 10 juta hektar untuk petani gurem yang lahannya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua (Riyadi & Barus 2006). Terdapat juga program reformasi agraria yakni memberikan lahan kepada petani yang tidak memiliki lahan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, kemiskinan serta mendukung program ketahanan pangan.

Program lain yang dilakukan pemerintah adalah konversi berbagai lahan non pertanian menjadi lahan pertanian, pengucuran dana untuk pembelian benih gratis bagi petani, program bibit unggul murah untuk petani miskin, program pupuk murah, subsisi pupuk, subsidi benih, subsidi gabah, serta program Raskin yakni subsidi beras untuk petani miskin (Wasito 2006). Sedangkan program pembiayaan kredit pertanian dengan bantuan jaminan pemerintah sebesar Rp 255 miliar yang digulirkan sejak Oktober 2006 kurang menyentuh kelompok petani kecil karena petani kecil tidak memiliki aset sebagai jaminan pinjaman.

Anak Usia Sekolah

Perkembangan diartikan sebagai serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman, perkembangan berlangsung secara berkesinambungan dalam diri individu mulai dari lahir hingga meninggal (Hurlock 1991). Perubahan dan stabilitas muncul kedalam beberapa dimensi perkembangan, seperti perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan perkembangan emosional anak.

Perkembangan sosial anak pada usia sekolah (6-12 tahun) ditandai dengan hubungan yang luas dengan teman sebayanya. Selain keluarga anak juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelasnya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya menjadi lebih luas. (Papalia, Olds & Feldman 2009). Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menempatkan anak usia sekolah pada tahap industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority). Pada tahapan ini, imajinasi dan antusias anak meningkat. Anak mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Hal yang membahayakan dalam tahapan ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif pada anak (Santrock 2007).

Vineland Sosial Maturity Scale (Doll 1953) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan sosial anak usia sekolah. Aspek yang diukur pada instrumen sosial ini mencakup kemandirian umum, kemandirian dalam makan, minum, berpakaian, kemandirian dalam mengatur diri, pekerjaan, komunikasi, kemandirian bergerak serta kemandirian dalam bergaul.

(20)

Perkembangan emosional anak usia sekolah telah dapat menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat memahami secara lebih baik dan mengatur emosi negatif sehingga empati dan perilaku sosial meningkat. Selain dengan lingkungan rumah, kelompok teman sebaya menjadi lebih penting pada anak usia sekolah, kelompok teman sebaya umumnya terdiri dari persamaan usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan status sosial ekonomi serta kedekatan tempat tinggal dan sering berangkat ke sekolah bersama. Kelompok sebaya membantu anak mengembangkan keterampilan sosialnya, hal ini dapat membantu mengembangkan konsep diri dan indentitas gender (Papalia, Olds & Feldman 2009).

Menurut Mayer dan Salovey (1997), diacu dalam Mayer, Caruso, dan Salovey (2000) kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali, menggunakan dan mengekspresikan emosi; kemampuan individu untuk mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan proses berpikir; kemampuan individu untuk memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi; serta kemampuan individu dalam meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut emotional intelligence dibagi kedalam empat dimensi, yaitu: Persepsi Emosi, Integrasi Emosi, Pemahaman Emosi dan Pengaturan Emosi, Berdasarkan Meyer dan Salovey (1997), Goleman (2007) menempatkan kecerdasan emosional ke dalam lima dimensi utama yaitu: Kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan sosial.

Setiap tahap perkembangan memiliki tugas yang harus dilakukan. Menurut Havighurst (1976), diacu dalam Hurlock (1991), tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), yaitu (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, (5) mengembangkan pengertian-pengertian yang yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, (6) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai, (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan (8) mencapai kebebasan pribadi.

Aktivitas Bersama

(21)

Dunn et al. (2003) mengungkapkan orangtua terutama ibu, melakukan aktivitas bersama pada sore hari dan malam pada hari kerja. Aktivitas bersama orangtua dan anak yaitu mengantar anak ke sekolah, menyiapkan makan, mengawasi anak mengerjakan PR. Ibu yang tidak bekerja di luar rumah atau bekerja part-time mempunyai waktu yang luang daripada ibu yang bekerja full-time, tapi tidak jarang ibu yang bekerja full-time menyesuaikan waktu mereka dengan aktivitas bersama anak.

Leavell et al. (2011) menyatakan bahwa kegiatan ayah anak laki-laki yaitu kegiatan fisik, sedangkan ayah anak perempuan melakukan kegiatan dibidang keaksaraan. Menurut Halle (1997) bahwa secara tradisional, dalam keluarga lengkap ibu akan berperan sebagai pengasuh utama dan ayah sebagai pencari nafkah. Padahal, ayah juga berperan dalam segala aspek perkembangan anak, tidak hanya pencari nafkah tetapi juga teman bermain anak. Peran ayah sangat penting dalam perkembangan anak juga didukung oleh Sidi (2007) menyatakan ayah juga merupakan sumber peniruan, sehingga anak akan belajar dari tingkah laku sang ayah, terutama saat anak masih dibawah usia sekolah. Partisipasi ayah dalam hal pemberian makan lebih rendah daripada ibu, tapi ayah cenderung lebih suka untuk menstimulus dan bermain secara fisik, sedangkan ibu lebih menstimulus secara verbal (Parke & Tinsley 1981). Rubin et al. (2004) menunjukkan bahwa ayah menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak mereka sewaktu masih anak-anak dan remaja dibanding dengan yang dilakukan oleh ibu. Saat ayah melakukan aktivitas dengan anak maka kegiatan yang lebih banyak dilakukan adalah kegiatan yang melibatkan fisik dan kegiatan luar ruangan.

Perlindungan Anak

Definisi Perlindungan Anak

Secara umum perlindungan anak tertuang dalam Undang-Undang No. 39 tahun 1990 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Undang-Undang ini anak

didefinisikan sebagai ―setiap manusia yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah

demi kepentingannya‖ (Mulyanto 2005). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak -haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU No.23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan pemenuhan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI).

(22)

melindungi manusia dan membangun manusia seluruhnya. Perlindungan anak suatu masyarakat, bangsa, merupakan tolak ukur peradaban manusia. Dengan demikian, menjadi wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampuan untuk kepentingan bangsa.

Hak-Hak Anak

Menurut PBB dalam pasal 45 dalam Konvensi Hak Anak (KHA) ada 4 hak dasar anak yang harus diperhatikan antara lain :

1. Hak kelangsungan hidup, termasuk dalam survival right ini adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik.

2. Hak berkembang, bahwa pemberian gizi dan pendidika n serta sosial budaya yang memungkinkan anak berkembang sebagai manusia dewasa yang beridentitas dan bermartabat.

3. Hak memperoleh perlindungan dari berbagai diskriminasi dan tindak kekerasan baik oleh warna kulit, ideologi, politik, agama maupun kondisi fisik.

4. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang menyangkut kepentingan hidupnya.

Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, Bab II Pasal 2 sampai dengan 9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut:

a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Dimaksud dengan asuhan, adalah berbagai upaya yang dilakukan kepada anak-anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar dan anak dan anak yang mengalami masalah kelainan yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

b. Hak atas pelayanan. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna. c. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan. Anak berhak atas pemeliharaan

dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

d. Hak atas perlindungan lingkungan hidup. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

e. Hak mendapat pertolongan pertama. Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan.

f. Hak memperoleh asuhan. Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara, atau orang, atau badan lain. Dengan demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.

(23)

h. Hak diberi pelayanan dan asuhan. Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan mendorong guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.

i. Hak memperoleh pelayanan khusus. Anak cacat berhak memperoleh pelayan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupannya.

j. Hak mendapat bantuan dan pelayanan. Anak berhak mendapat bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, dan kedudukan sosial (Darwan 1997)

Penyelenggaraan Perlindungan Anak

Penyelenggaraan perlindungan anak berdasarkan Undang-undang no 23 Tahun 2002 pasal 42 sampai 58, sebagai berikut:

1. Agama. Setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut agamanya. Sebelum anak dapat menentukan pilihannya, agama yang dipeluk anak mengikuti agama orang tuanya.

2. Kesehatan. Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan.

3. Pendidikan. Anak berhak mendapatkan pendapatkan pendidikan dasar minimal 9 tahun. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.

Kesejahteraan Subjektif Anak

Kesejahteraan Berdasarkan Quality of Life. Quality of Life adalah salah satu pendekatan untuk mengukur kepuasaan atau kesenangan seseorang secara subjektif. Kepuasan atau kesejahteraan ini dapat berbeda antara harapan dengan kenyataan dan dapat berbeda setiap orang (Mccall 1975). Menurut Guharja et al.(1992), kepuasan merupakan keluaran yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu. Puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut olehorang tersebut dan tujuan yang diinginkan, nilai tersebut dapat berubah akibat banyaknya pengalaman.

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan yang mencakup aspek kualitas hidup anak di dalam keutuhan satuan keluarga dan budaya bangsa yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial kearah perkembangan pribadi untuk terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya (BPS 1999). Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Undang-Undang No 4 Tahun 1979).

(24)

Kesejahteraan Anak terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (Undang-Undang No 4 Tahun 1979).

Indikator Child Well Being Index (CWI) Amerika dalam KPPA (2010), terdiri dari material well-being, health, safety/behavioral concerns, productive activity (educational attainments), Placa in community (participation in school or work institutions), social relationships (with family and peers), and emotional/spiritual well-being. Sementara itu, kesejahteraan subjektif anak menurut UNICEF (2007 & 2012) menyatakan ada 8 indikator yaitu kepuasan rumah, kepuasan materi, kepuasan hubungan interpersonal, kepuasan tempat tinggal, kepuasan kesehatan, kepuasan mengelola waktu, kepuasan sekolah dan kepuasan pribadi.

Pestisida

Pengertian Pestisida Sintetik

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti membunuh. Pestisida sering disebut sebagai pest killing agent. Pengertian pestisida menurut Keputusan Menteri Pertanian No.434.1/Kpts/TP.270/7/2001 yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida. Pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, memberantas rerumputan, mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan, dan memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Dadang 2007).

Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme sasaran, struktur kimia, mekanisme dan atau toksisitasnya. Selain itu, pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan ketahanannya di lingkungan menjadi dua golongan yaitu persisten, dimana pestisida meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan tidak persisten, adalah pestisida yang mempunyai pengaruh efektif hanya sesaat saja, dan cepat terdegradasi di tanah (Nafis 2009).

Dampak Penggunaan Pestisida

(25)

terpapar oleh pestisida melalui kulit (dermal), masuk ke dalam mulut (oral), dan melalui pernafasan (inhalation) (NPIC 2007).

Resiko yang dapat terjadi apabila pestisida digunakan tanpa adanya pengetahuan adalah dapat menyebabkan keracunan akut pada manusia. Keracunan akut yang dapat terjadi adalah iritasi dan apabila terjadi kontak dengan kulit dapat terjadi infeksi kulit, kulit melepuh atau kulit menjadi cacat. Keracunan akut dapat pula menyebabkan korosif pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Penggunaan pestisida yang salah dapat pula menyebabkan kerusakan pada otak atau sistem saraf pusat. Hal ini sangat berbahaya bagi anak-anak yang masih rentan terhadap senyawa-senyawa asing. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah sulitnya berkonsentrasi, penurunan daya ingat, dan berubahnya sikap seseorang (Epstein 2002).

Pestisida yang digunakan secara terus-menerus dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang nantinya akan menjadi penyakit kronis, kelainan pada bayi yang baru lahir, dan kanker. Selain itu, dampak negatif lain yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya resistensi pada organisme sasaran akibat penggunaan pestisida yang berbahan aktif atau kelompok senyawa yang sama secara terus-menerus pada dosis yang tidak tepat, keracunan pada hewan peliharaan, dan tercemarnya air serta rusaknya lingkungan (Prasojo 1984). Adapun dampak lain yang dapat ditimbulkan selain yang telah disebutkan adalah tercemarnya makanan, makanan dapat tercemar karena hasil dari pertanaman yang menggunakan pestisida, sehingga akan meninggalkan residu baik itu di dalam makanan atau di permukaan makanan.

Pencemaran pestisida juga dapat terjadi pada air minum. Hal ini dapat terjadi karena beberapa pestisida digunakan di tanah yang dapat menyebabkan terbentuknya jalan kecil ke bawah tanah yang menyebabkan air dalam tanah atau permukaan sistem air yang digunakan sebagai suplai air minum tercemar, dan yang paling banyak terjadi adalah terjadinya keracunan pada manusia dalam hal ini adalah pengguna. Pengguna pestisida dapat mengalami keracunan karena berada di sekitar tempat yang menggunakan pestisida (NPIC 2007).

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Pengendalian Hama terpadu (PHT) merupakan pendekatan dan teknologi pengendalian OPT yang berwawasan ekologi dan ekonomi telah menjadi kebijakan dasar perlindungan tanaman nasional. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana menimbulkan masalah baru seperti pencemaran lingkungan hidup, merugikan kesehatan manusia dan hewan lain, resistensi hama, serta organisme bukan sasaran menjadi mati (Untung 2007). Munculnya beberapa masalah ini, menggugah para ahli untuk mencetuskan konsep pengelolaan dan Pengendalian Hama Terpadu pada tahun 1950 (Sinaga 2006). Program pelatihan PHT untuk petani dikenal dengan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang didahului dengan pelatihan terhadap petugas pemandu dan memandu para petani SLPHT (Untung 2007), untuk mengelola Program Nasional Pelatihan PHT dibentuk pengelola program pada periode 1987-1993 berada di Bapennas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) dan periode 1993-1998 berada di Departemen Pertanian.

(26)

tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada akhirnya melahirkan perbuatan atau tindakan. Dengan adanya pengetahuan atau wawasan baru di kalangan petani, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku. Sikap petani terhadap inovasi teknologi sangat tergantung dari pengetahuan dan pengalaman lapangan mereka (Suharyanto et al. 2006).

Program PHT di Indonesia dinyatakan sebagai kebijakan nasional pada tahun 1986 dan dalam pelaksanaannya telah memberikan efek yang sangat besar terhadap produksi pertanian nasional. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai korelasi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida.

Penerapan PHT dibidang pertanian diharapkan dapat merubah pola bercocok tanam yang kurang efisien sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Pelaksanaan PHT tidak terlepas pula dari factor-faktor yang dapat mempengaruhinya antara lain: lama pendidikan, luas usaha tani, tanggungan keluarga, pengalaman bertani, dan umur petai (Mubyarto 1986).

Sikap merupakan potensi pendorong yang ada pada individu untuk bereaksi terhadap lingkungan. Sikap tidak selamanya tetap dalam jangka waktu tertentu tetapi dapat berubah karena pengaruh orang lain melalui interaksi sosial. Sikap petani dalam penerapan inovasi baru dalam pertania juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi di dalam diri individu. Sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap tindakan berikutnya (Suharyanto et al.2006).

Penelitian Terdahulu

Mammen (2009) menyatakan bahwa ayah lebih banyak menginvestasikan waktunya kepada anak laki-laki daripada dengan anak perempuan, dan mengganti waktu leisure tanpa anak-anak. Anak laki-laki mendapatkan waktu yang lebih banyak daripada anak perempuan, dibandingkan saudara mereka sendiri dalam keluarga. Anak perempuan tanpa saudara laki-laki menerima waktu bersama ayah lebih dari pada anak perempuan tanpa saudara perempuan, namun khusus untuk menonton bersama.

Kesejahteraan anak penting untuk diukur sebagai bentuk identifikasi dini masalah, mengetahui apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi dapat terjadi, serta memberikan perhatian untuk tindakan preventif terhadap kualitas anak (Thompson & Aked 2009). Penelitian Carlsson et al. (2011) menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif anak adalah jumlah teman dekat, tidak di-bully, serta aktivitas bersama dengan orangtua.

(27)

yang lebih banyak dilakukan adalah kegiatan yang melibatkan fisik dan kegiatan luar ruangan. aktivitas bersama orangtua-anak penting untuk perkembangan anak, yaitu merangsang, stimulus perkembangan anak (Lamb & Lewis 2004)

Menurut WHO (2003), negara-negara berkembang menggunakan sekitar dua puluh lima persen dari pestisida di dunia, dan penggunaan adalah meningkatkan trend. Di level dunia, ada estimasi seratus dari seribu orang meninggal setiap tahun akibat dari konsekuensi paparan pestisida (Konradsen et al. 2003; Sekiyama et al. 2007). NRC (1993) menyatakan bahwa anak-anak menerima dosis yang relatif lebih besar daripada orang dewasa bila terkena pestisida di lingkungan, karena fakta bahwa anak-anak bernapas dalam volume yang lebih besar dari udara dan memiliki permukaan kulit yang lebih besar untuk bobot tubuh yang relatif lebih kecil. Anak-anak sangat rentan terhadap efek racun dari bahan kimia banyak karena tubuh mereka lebih kecil dan masih berkembang (National Research Council 1993). Anak-anak lebih rentan untuk terkena paparan senyawa asing seperti pestisida (NRC 1993; Repetto & Baliga 1996).

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Pendekatan grand theory yang digunakan pada penelitian ini adalah teori struktural-fungsional yang menekankan pada struktur keluarga (orangtua dan anak-anaknya) dan fungsinya dalam membentuk sumberdaya manusia (Skidmore 1979; Spencer dan Inkeles 1982; Turner 1986; Schwartz dan Scott 1994; Macionis 1995; Winton 1995). Adapun pendekatan konsep praktis yang digunakan adalah fungsi keluarga sebagai agen pelindung anak dalam mewujudkan kesejahteraan anak.

Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pengembangan sumberdaya manusia. Untuk menjalankan perannya tersebut, keluarga harus berfungsi dengan baik. Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Perlindungan Anak di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 adalah Perlindungan Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu fungsi keluarga adalah melindungi anak dan anggota keluarga dari ancaman luar keluarga. Ancaman bagi keluarga petani adalah bahaya pestisida. Upaya untuk melindungi keluarga dan anak dari bahaya pestisida adalah dengan adanya pengetahuan pestisida dan perlindungan terhadap pestisida setiap anggota keluarga untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga terutama anak.

(28)

baik diharapkan anak dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Orang tua menginginkan peningkatan kesejahteraan bagi anak-anaknya (Becker 1993).

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan yang mencakup aspek kualitas hidup anak di dalam keutuhan satuan keluarga dan budaya bangsa yang menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial kearah perkembangan pribadi untuk terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya (BPS 1999).

Karakteristik keluarga yang terdiri atas pendidikan orangtua, usia orangtua, besar keluarga, pendapatan keluarga merupakan landasan struktural keluarga dalam menjalankan fungsi perlindungan anaknya dan aktivitas bersama antara orangtua dan anaknya. Karakteristik anak yang terdiri atas jenis kelamin anak dan usia anak mempunyai pengaruh terhadap keragaan fungsi perlindungan dan aktivitas bersama orangtua-anak.

Pengetahuan orangtua tentang pestisida merupakan modal pengetahuan dalam melindungi anak-anak di lingkungan pertanian. Pengetahuan tentang bahaya pestisida dan cara penanganan serta penyimpanan pestisida berpengaruh terhadap cara melindungi anak-anaknya, seperti yang diungkapkan. Sosialisasi tentang pertanian dan pestisida kepada anak-anaknya juga merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap anak-anak. Selanjutnya, intensitas dan kualitas perlindungan anak dan aktivitas bersama akan berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak petani.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik Anak:

- Jenis Kelamin

- Usia

Karakteristik Keluarga:

- Pendidikan Orangtua

- Usia Orangtua

- Pekerjaan Orangtua

- Pendapatan Orangtua

- Jumlah Keluarga

- Kepemilikan Aset

Aktivitas Bersama Orangtua dan

Anak

Kesejahteraan Subjektif Anak

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran

Perlindungan Anak - Fisik

- Lingkungan Pengetahuan

(30)

4 METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan cross sectional study. Data penelitian ini

bagian penelitian ―Gender and Integrated Pest Management‖. Lokasi dipilih secara purposive yaitu Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang merupakan lokasi Gender IPM-CRSP yang didanai oleh USAID dengan Ketua Tim Gender-IPB Dr. I.r Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan anggota Dr. Titik Sri Yuliani dan Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si. Pemilihan lokasi dipilih dengan pertimbangan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah sentra produksi berbagai macam sayuran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2013.

Contoh dan Metode Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga petani yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD yang tinggal di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah ibu dan anak. Penentuan responden dilakukan secara purposive dengan kriteria ibu yang memiliki anak kelas 4 sampai 6 SD, berasal dari keluarga lengkap, dan bersedia untuk dijadikan sampel. Jumlah contoh adalah 120 orang.

Kabupaten Cianjur

Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas

Purposive Alasan: provinsi sentra produksi sayuran

120 orang

Purposive

Alasan: responden adalah petani dan memiliki anak kelas 4 atau 5 atau 6 SD. Purposive

Alasan: desa sentra produksi sayuran dan kelompok tani binaan IPM-CRSP

Gambar 4.1. Metode Penarikan Contoh Desa Ciputri

Kecamatan Pacet

60 orang 60 orang

(31)

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara (kuesioner) terstruktur meliputi karakteristik anak, karakteristik keluarga, pengetahuan pestisida, perlindungan terhadap pestisida, aktivitas bersama, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak.

Tabel 4.1. Variabel, jenis data, skala dan responden

No Variabel Data yang diteliti Skala Responden α

(32)

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu instrumen (keseluruhan indikator dianggap sudah cukup reliabel (reliabilitas internal) jika α ≥ 0,6.

Hasil uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai reliabilitas instrumen untuk beberapa variabel adalah berkisar antara 0,701 hingga 0,950, yang jika dibandingkan dengan indikator Babbie (1992) adalah reliabel (α ≥ 0,6). Dengan demikian, semua variabel dinyatakan sebagai reliabel. Hasil analisis reliabilitas uji coba instrument disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil analisis uji reliabilitas dan validasi isi instrumen penelitian

No Variabel Reliabilitas

(Cronbach Alpha)

Kisaran Validasi Isi

1 Pengetahuan pestisida 0,701 0,204* - 0,613**

2 Perlindungan terhadap pestisida 0,950 0,816** - 0,887**

3 Aktivitas bersama 0,779 0,135 – 0,709**

4 Perlindungan anak 0,758 0,092 - 0,795**

5 Kesejahteraan subjektif anak 0,857 0,151 - 0,625**

Validitas

Validitas instrumen merupakan suatu tingkat keabsahan kuesioner sebagai alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Kerlinger 1986; Arikunto 2002). Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) kesahihan atau validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validitas menyangkut ketepatan dalam penggunaan alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur.

Pada penelitian ini, uji validitas instrument dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi (validitas butir) dengan cara meyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori dari konsep yang akan diukur. Menurut Babbie (1992), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator, positif dan lebih besar dari 0,3 (r >0,3), maka instrument tersebut valid. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman, diperoleh koefisien korelasi (r) hampir seluruh variabel lebih dari 0,3 (Tabel 4.2).

Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dianalisis secara deskripsif dan inferensial mencakup karakteristik anak, karakteristik keluarga, aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak. Data inferensial yaitu uji pengaruh regresi linear berganda.

(33)

Pengkategorian untuk variabel aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, dan kesejahteraan subjektif anak dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus:

Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi

Secara keseluruhan aktivitas bersama orangtua-anak, perlindungan anak, kesejahteraan subjektif anak, dikelompokkan menjadi tiga kelompok

a. Rendah : < 50.0 b. Sedang : 50.0 – 75.0 c. Tinggi : > 75.0

Pengkategorian untuk variabel pengetahuan pestisida dan kepemilikan aset dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian ditransformasikan dalam bentuk indeks, dengan rumus:

Indeks = skor yang dicapai x 100 skor tertinggi

Secara keseluruhan variabel, dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: Rendah : < 60.0

Sedang : 60.0 – 80.0 Tinggi : > 80.1

Analisis statistik yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah: 1. Uji Cronbach Alpha digunakan untuk uji kekonsistenan antar item pertanyaan 2. Analisis deskriptif mencakup rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan

minimum dilakukan untuk menyajikan berbagai variabel yang diteliti dalam kuesioner

3. Uji Korelasi Pearson mengetahui hubungan antar variabel. Rumus Korelasi Pearson, yaitu:

Artikel 1:

4. Uji Regresi Linear Berganda digunakan untuk menguji variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif anak.

Model regresi linear berganda pada penelitian ini adalah: Artikel 2:

Keterangan:

r = koefisien korelasi Pearson X = variabel bebas

Y = variabel terikat

n ∑xy − ∑x−∑y r =

(34)

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3+ β4 X4+β5 X5+β6 X6+β7 X7+β8 X8+β9 X9+ β10 X10+ ε

Keterangan:

Y = Kesejahteraan subjektif anak

X1 = Jenis kelamin anak X6 = Jumlah anggota keluarga

X2 = Usia anak X7 = Aktivitas bersama orangtua-anak X3 = Usia ibu X8 = Pendapatan keluarga

X4 = Lama pendidikan ibu X9 = Perlindungan fisik X5 = Lama pendidikan ayah X10 = Perlindungan lingkungan

Definisi Operasional

Usia ayah adalah usia ayah saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun Usia ibu adalah usia ibu saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun

Usia anak adalah usia anak terakhir keluarga contoh saat dilakukan wawancara dalam satuan tahun

Lama pendidikan ayah adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan oleh ayah dalam satuan tahun

Lama pendidikan ibu adalah lama pendidikan formal yang ditamatkan oleh ibu dalam satuan tahun

Pekerjaan ayah adalah aktivitas ayah yang menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga

Pekerjaan ibu adalah aktivitas ibu yang menghasilkan uang sebagai sumber pendapatan keluarga.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi masih tanggungan pencari nafkah utama dalam keluarga.

Pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang dihasilkan oleh semua anggota keluarga dalam satu bulan dinyatakan dalam Rp/bulan.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan total keluarga dibagi jumlah besar keluarga dinyatakan dalam Rp/perkapita/bulan.

Pengeluaran keluarga adalah total pengeluaran keluarga yang dikeluarkan semua anggota keluarga berupa pangan dan non-pangan dan dihitung dalam satu bulan (Rp/bulan)

Aktivitas bersama adalah aktivitas yang dilakukan bersama-sama oleh orangtua dan anak, dengan cara menghabiskan waktu bersama dan melakukan kegiatan bersama.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, terdiri dari dimensi fisik dan lingkungan.

Perlindungan fisik adalah kegiatan orangtua memenuhi kebutuhan fisik anak dan melindungi dari kekerasan fisik.

(35)

Kesejahteraan subjektif anak adalah tingkat kepuasan yang dirasakan anak terhadap kondisi yang dialami anak saat ini dengan jawaban menggunakan skala likert.

(36)

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

Desa Ciputri secara administratif termasuk dalam Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data monografi desa, batas-batas Desa Ciputri meliputi, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang, sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Gede, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra.

Desa Ciputri termasuk desa dengan iklim tropis yang memiliki tipologi dataran tinggi, berbukit dan bergunung-gunung. Jenis tanah di desa ini adalah jenis Podsolik-Andosol yang subur. Desa ini sudah memiliki jalan aspal dengan jarak dari kota kecamatan 6,20 km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu 30 menit, sedangkan jarak dari kota kabupaten 14,60 km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dalam waktu 45 menit.

Luas keseluruhan dari Desa Ciputri adalah 636 ha, dimana penggunaan lahan terluas digunakan untuk bangunan seluas 206,56 ha, pertanian seluas 200,74 ha, kehutanan seluas 101,20 ha dan perkebunan seluas 81,22 ha. Luas lahan sisanya digunakan untuk perladangan, pemukiman, peternakan dan perikanan.

Desa Ciputri memiliki 2.772 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 10.048 jiwa dengan rincian 5.235 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 4.813 jiwa penduduk perempuan. Sebagian besar 80,0 persen masyarakat Desa Ciputri bermata pencaharian sebagai petani, dan sebanyak 200 kepala keluarga masih memanfaatkan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Tingkat pendidikan masyarakat Desa Ciputri 50 persen Sekolah Dasar (SD), 40 persen tidak tamat SD, 15 persen Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 5 persen Sekolah Menengah Atas (SMA).

Desa Ciputri mempunyai sarana dan prasarana terdiri dari 2 SD, 1 SMP, puskesmas, rumah saung untuk kegiatan masyarakat, perpustakaan anak-anak, lapangan olahraga, lapangan bermain anak dekat rumah saung. Desa Ciputri mempunyai rumah saung sebagai pusat kegiatan masyarakat. Mulai dari dapur ibu-ibu untuk menciptakan olahan makanan yang sebagai sumber penghasilan, perpustakaan anak-anak, pusat berkumpulnya remaja dan anak-anak. Setiap malam minggu, rumah saung ini ramai oleh anak-anak dan remaja yaitu adanya kegiatan pencak silat, melestarikan budaya sunda, dan rapat-rapat untuk hari raya islam. Adanya rumah saung ini, diakui oleh tokoh masyarakat Desa Ciputri untuk mengurangi kenakalan remaja.

Penggunaan lahan yang luas untuk kegiatan pertanian disebabkan kondisi iklim Desa Ciputri yang sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman holtikultur, terutama sayuran dataran tinggi. Jenis sayuran dataran tinggi di Desa Ciputri yaitu brokoli, pakcoy, sawi, wortel, daun bawang, cabe, bayam, selada, tomat dan sebagainya. Selain itu, Desa Ciputri juga termasuk kawasan perkebunan dan kehutanan, dimana di desa ini terdapat perkebunan teh dan stroberi yang luas dan berada di bawah kaki Gunung Gede (Pemerintah Desa Ciputri 2012).

(37)

Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur

Desa Sindang Jaya kabupaten Cianjur memiliki luas areal 512 Ha, terdiri dari 9 RW dan 45 RT. Desa Sindang Jaya memiliki batas wilayah, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cimacan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukatani, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sindanglaya. Kondisi geografis Desa Sindang Jaya, yaitu ketinggian dari permukaan laut (±1.100 M), curah hujan (3.000 MM/tahun), tofografi adalah dataran tinggi, dan suhu udara rata-rata 200-300C. Status pertanahan di Desa Sindang Jaya, yaitu tanah kas desa (1.400 M2) dan tanah bersertifikat (53.386 Ha).

Jumlah penduduk Desa Sindang Jaya tahun 2008 adalah 11.484 jiwa yang terdiri dari 5.975 jiwa laki-laki dan 5.509 jiwa perempuan. Lama pendidikan penduduk umumnya terdiri dari kelompok 0-1 tahun (677 orang), 2-4 tahun (1251 orang), dan 5-6 tahun (566 orang), dengan kata lain tingkat pendidikan penduduk pada jenjang SD. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Sindang Jaya adalah sebagai tani yang terdiri dari petani (1.1942 orang) dan buruh tani (813 orang), serta sebagian kecil adalah wiraswasta (1.297 orang) dan karyawan (149 orang).

Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Sindang Jaya terdiri kelompok bermain (1 gedung), TK (1 gedung), SD (5 gedung), dan SLTP (1 gedung), pesantren (7 gedung), madrasah (15 gedung), sedangkan belum ada SLTA. Organisasi sosial di desa Sindang Jaya terdiri dari pramuka gudep (350 anggota), karang taruna (100 anggota), LSM (15 anggota), kelompok PKK (17 anggota), dan dasawisma (400 anggota). (Sumber: Profil Monografi Desa Sindang Jaya 2011).

Tempat bermain anak-anak di lokasi penelitian Desa Sindang Jaya adalah di kebun pertanian. Umumnya, anak-anak bermain laying-layang di lahan kebun. Anak-anak Desa Sindang Jaya sekolah TPA pada pagi hari dan sore hari. Kegiatan TPA di pagi hari yaitu pukul 6 pagi hingga pukul 7 pagi. Berdasarkan pengamatan kualitatif tidak ditemukan korban trafficking dan TKW di lokasi penelitian.

(38)

6 HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI,

PENGETAHUAN PESTISIDA DAN PERLINDUNGAN ANAK

DARI PESTISIDA

Relationship About Social Economy Condition and Knowledge of Pesticides and Child Protection of Pesticides

Vivi Irzalinda, Herien Puspitawati, Istiqlaliyah Muflikhati

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi, pengetahuan tentang pestisida dan perlindungan anak pestisida dari pestisida. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi dipilih secara purposive di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, dan Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 120 sampel dipilih secara purposive diantara keluarga petani. Temuan menunjukkan pengetahuan pestisida pada contoh anak laki-laki dan contoh anak perempuan pada kategori sedang. Walaupun pengetahuan yang dimiliki pada kategori sedang, namun upaya perlindungan anak dari bahaya pestisida masih tergolong rendah. Tidak ada variabel yang berhubungan signifikan positif dengan perlindungan anak dari pestisida. Rekomendasi perlunya sosialisasi pengetahuan, dampak pada keluarga tentang bahaya pestisida.

Kata kunci: pengetahuan tentang pestisida, perlindungan anak dari pestisida. Abstract

The purpose of this study was to analyze the relationship between socio-economic conditions and knowledge of pesticides on pesticide protection. This study used a cross-sectional study design. Locations was purposively selected in the Village Ciputri, District Pacet, and Sindang Jaya Village, District Cipanas, Cianjur Regency West Java Province. 120 samples were selected purposively among farm families. The findings showed that affective knowledge and psychomotor pesticide in the low category. Protection of pesticides in the low category. Factors associated with pesticide protection is psychomotor knowledge. Recommendations need for dissemination of knowledge, and the impact of interventions on the family of pesticides.

Keywords: knowledge of pesticides, pesticide protection

Pendahuluan

Latar Belakang

(39)

menciptakan ancaman pestisida pada keamanan makanan dan kesehatan manusia (Koirala et al. 2009). Potensi dan dampak perubahan iklim terhadap keamanan pestisida adalah masalah diperdebatkan dan diselidiki secara luas (Bailey 2008).

Pestisida diklasifikasikan sebagai sangat berbahaya oleh FAO dan WHO, termasuk dilarang oleh beberapa negara, dan tak henti-hentinya digunakan di negara-negara berkembang (WHO 2003). Menurut WHO (2003), negara-negara berkembang menggunakan sekitar dua puluh lima persen dari pestisida di dunia, dan penggunaan adalah meningkatkan trend. Di level dunia, ada estimasi seratus dari seribu orang meninggal setiap tahun akibat dari konsekuensi paparan pestisida (Konradsen et al. 2003; Sekiyama et al. 2007).

Sayuran segar merupakan bagian penting dari diet yang sehat karena merupakan sumber penting vitamin dan mineral. Namun, sayuran juga dapat menjadi sumber racun dari pestisida (Knezevic & Serdar 2008). Lebih dari 1000 senyawa pestisida digunakan pada tanaman pertanian untuk mengontrol jamur, serangga dan gulma (Ortelli et al. 2006). Upaya mencolok pestisida dalam mencegah, kerugian tanaman dan pengendalian penyakit telah menyebabkan penerimaan dan memperluas pestisida digunakan di seluruh dunia (Sharp & Peter 2005). Namun, pestisida ampuh untuk membunuh hama mengalami peningkatan kecemasan bahwa pestisda adalah agen-agen penyakit manusia dan pencemaran lingkungan. Pengamatan jangka panjang terhadap pestisida, paparan dosis rendah berhubungan dengan efek kesehatan manusia seperti penurunan kekebalan, gangguan hormon, kecerdasan berkurang, kelainan reproduksi dan kanker (Wiles, Davies & Campbell 1998).

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1. Metode Penarikan Contoh
Tabel 4.1. Variabel, jenis data, skala dan responden
Tabel 4.2 Hasil analisis uji reliabilitas dan validasi isi instrumen penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka pada skripsi ini akan dibuat sebuah meja yang dapat diatur ketinggiannya dengan. kontrol smartphone android mengunakan media koneksi

Skripsi yang berjudul “Pemodelan Interaksi Turunan Potensial Asam Benzoil Salisilat dengan Reseptor Enzim Siklooksigenase - 2” ini disusun dan diajukan untuk memenuhi

Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, artinya yang kondusif bagi manusia untuk

Untuk meminimumkan biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis “Economic Order Quantity” (EOQ).EOQ adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk

tasi mandibula searah jarum jam menyebabkan perubahan sudut bidang mandibula dan posisi anteroposterior titik pogonion 22. Perawatan maloklusi kelas III dengan teknik

Surat Pemberitahuan Penyerahan Kontra Memori Banding, dibuat oleh Rachmat Jumara - Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Bandung, yang isinya pada pokoknya

Tampaknya dalam sistem pemerintahan presidensial Indonesia, kamar kedua memang didesain memiliki peran yang tidak lebih kuat dari pada kamar pertama dalam konsep lembaga

2) Penyelenggaraan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti. Dengan kewenangan ini, LIPI melalui Pusbindiklat Peneliti harus dapate. merumuskan akreditasi penilaian