• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan 2.1.1 Pengertian Persalinan - Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan 2.1.1 Pengertian Persalinan - Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan (labor) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta, dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan alat atau dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan atau proses kelahiran adalah peristiwa normal. Proses ini diawali dengan rahim mengalami kontraksi secara teratur yang kemudian menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks atau jalan lahir. Perubahan pada serviks atau jalan lahir ini dibantu dorongan dari ibu dan janin dan akan menghasilkan keluarnya bayi dari rahim ibu (Varney, 2006).

Menurut Johariyah (2012), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan alat (kekuatan sendiri).

Bentuk persalinan berdasarkan definisinya adalah sebagai berikut (Johariyah, 2012) :

1) Persalinan spontan, yaitu apabila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

(2)

3) Persalinan anjuran, yaitu apabila proses persalinan yang berlangsung dengan kekuatan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. 2.1.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya persalinan. Adapun teori-teori tentang penyebab terjadinya persalinan adalah (Johariyah, 2012): 1) Teori Peregangan Otot

a) Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas tertentu. b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi rahim sehingga persalinan

dapat dimulai.

c) Pada kehamilan ganda, sering terjadi kontraksi setelah keregangan sehingga menimbulkan proses persalinan.

2) Teori Penurunan Progesteron

a) Proses penuaan plasenta dimulai pada umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi pelebaran pada jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

b) Produksi Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim menjadi lebih sensitif terhadap oksitosin.

c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah terjadi penurunan hormon progesteron.

3) Teori Oksitosin Internal

(3)

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.

4) Teori Prostaglandin

a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

c) c).Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan. 5) Teori Hipothalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis

a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anancephalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hypothalamus.

b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya menunjukkan kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.

c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara hypothalamus dengan mulainya persalinan.

d) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. 2.1.3 Proses Persalinan

(4)

keluar sampai lahir. Kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding rahim dan kemudian dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala IV tersebut diobservasi adanya perdarahan postpartum (Sumarah,dkk, 2009).

2.1.3.1 Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan kala pembukaan his berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Secara klinis dapat dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini berlangsung kurang lebih 14 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif (6 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.

(5)

multigravida, akan tetapi pada multigravida fase laten dan fase aktif terjadi lebih pendek. Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam, dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.

Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu cenderung meningkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan rasa tidak berdaya. Ibu memilih ditemani keluarga yang mendampingi agar bisa memberikan dukungan yang lebih memuaskan sehingga rasa cemas dapat berkurang dibandingkan dengan ibu yang bersalin tanpa ada pendamping persalinan (Maryunani, 2010).

Secara ringkas dapat disimpulkan pada Kala I persalinan akan muncul tanda-tanda sebagai berikut :

1) Kontraksi yang datang perlahan dan akan semakin sering dan teratur yang menandakan membukanya jalan lahir.

2) Mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang dan terbuka. 3) Keluarnya lendir bercampur dengan darah.

4) Saat mulut rahim mulai membuka, biasanya disertai dengan cairan ketuban. Cairan ketuban ini terlihat jernih dan tidak berbau serta menetes tidak terkendali.

(6)

2.1.3.2 Persalinan Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun memasuki ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan dan seperti akan buang air besar dengan tanda anus membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya vulva dan anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak divulva pada saat ada his. Adanya his yang terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada primipara berlangsung 1½ sampai 2 jam, sedangkan pada multipara berlangsung ½ sampai 1 jam (Manuaba, 2009).

2.1.3.3 Persalinan Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

(7)

menebal dan akhirnya lepas dari dinding rahim. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah rahim atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah : 1) Uterus menjadi bundar atau globular

2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim 3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan.

Plasenta lepas secara spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika diraba dari luar, maka fundus rahim sebelum plasenta lahir setinggi pusat dan setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat. Dengan plasenta lahir seluruhnya, maka ibu mulai memasuki masa puerperium (nifas). Meskipun begitu, ibu masih memerlukan observasi pasca persalinan (Maryunani, 2010).

2.1.3.4 Persalinan Kala IV

Kala IV persalinan atau yang disebut kala observasi adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, ditujukan untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang dilakukan mencakup 7 hal penting yang harus diperhatikan, Mochtar (2010) yaitu :

1) Kontraksi rahim baik.

(8)

5) Luka perineum terawat. 6) Bayi dalam keadaan baik. 7) Ibu dalam keadaan baik. 2.1.4 Tanda-tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya ibu memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Serviks menipis dan membuka.

2) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek. 3) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.

4) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan. 5) Dengan berjalan bertambah intensitasnya.

6) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri. 7) Adanya lendir bercampur darah..

8) Ada penurunan bagian terendah janin.

9) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi .

10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya. 2.1.5 Lama Persalinan

(9)

Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan

Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik adalah partograf. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR, 2011).

(10)

sampai satu jam dibandingkan pada ibu hamil yang rileks menjelang persalinan. Selain itu rasa takut juga akan membuat proses persalinan menjadi tidak normal, sehingga persalinan harus dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau persalinan bisa mengarah ke bedah Caesar (Bidanku, 2012).

Akibat lama persalinan pada ibu dapat menyebabkan robekan pada rahim, kematian pada ibu yang diakibatkan perdarahan dan infeksi. Sedangkan pada janin persalinan lama dapat menyebabkan denyut jantung janin menjadi lebih cepat dan tidak teratur, air ketuban bercampur dengan mekonium berwarna kehijau-hijauan dan berbau, terjadi kaput succedaneum yang lebih besar, moulage kepala yang hebat dan bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan (Saifuddin, 2010).

2.1.6 Faktor – faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan

Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan 5 faktor, yaitu jalan lahir, kekuatan yang mendorong (his, mengejan), janin yang didorong, psikis ibu dan penolong persalinan. Dari kelima komponen tersebut hanya kekuatan his yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Johariyah, 2012).

Faktor-faktor yang memengaruhi lama persalinan menurut Mochtar (2006) adalah sebagai berikut :

1. Power

(11)

rahim memiliki 3 fase yaitu increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak/maksimum) decement (ketika relaksasi)

Kontraksi rahim terjadi karena adanya penimbunan dan peningkatan kalsium pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2α mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada retikulum endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraseluler akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.

Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya kontraksi korpus rahim dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala janin meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus, kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi rahim bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh ibu, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif.

a) Kekuatan his kala I (Manuaba, 2010) : (1) Kontraksi bersifat simetris.

(12)

(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.

(5) Diikuti retraksi dimana rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong kesegmen bawah rahim.

(6) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat menjalar kearah paha. Akhir kala I ditandai dengan pembukaan lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.

b) Kekuatan his kala II.

Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitude 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, mata hidung, mulut, dagu dan lahirlah seluruh tubuh bayi.

c) Kekuatan his kala III.

Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, his berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya.

d) Kekuatan his kala IV.

(13)

kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum.

2. Passage atau Jalan Lahir

Jalan lahir yang paling penting dan menentukan persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Yang dikatakan dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas : pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.

3. Passanger atau Janin

Keadaan janin meliputi letak, presentase, ukuran atau berat janin, ada tidaknya kelainan anatomik mayor. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar dengan ibu DM, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak sungsang mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu 8 menit.

4. Psikis Ibu

(14)

melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk distress lainnya.

Cluett (2000) menyebutkan bahwa stress psikologis memiliki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stress seperti adrenalin berinteraksi dengan reseptor beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi serta dapat memperlambat persalinan (Chapman, 2006).

Kecemasan ibu dalam persalinan dapat berdampak menurunkan aliran darah ke rahim, meningkatnya waktu kala I (persalinan lama), menurunnya aliran darah ke plasenta, menurunnya suplai oksigen untuk janin, meningkatnya produksi katekolamin janin, serta meningkatnya persepsi wanita yang negatif. Selain itu dalam Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan lama adalah respon stress dan ini menempati urutan paling atas di antara penyebab-penyebab yang lainnya.

(15)

menegang, kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Semakin ibu stress maka persalinan akan menjadi semakin lama.

5. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Rohani, 2011).

Kompetensi yang dimiliki seorang penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktek dalam memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah, 2010).

(16)

Penolong adalah faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi (Yanti, 2010).

Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing termasuk pada psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu dapat mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu menjadi memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan proses persalinan. Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan waktu 2,5 jam dimana persalinan menjadi lebih cepat dan lancar (Kuswandi, 2013).

2.2 Nyeri Persalinan

2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan

(17)

Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri yang berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang dimilikinya. Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal terebut dikarenakan :

1. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, sedangkan nyeri yang lain pada umumnya mengindikasikan adanya injuri atau penyakit.

2. Seorang ibu dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri pada saat persalinan sehingga nyeri tersebut dapat diantisipasi.

3. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu seorang ibu untuk mengatasi nyeri pesalinan yang bersifat intermitten (sementara). Nyeri persalinan tersebut dapat berakhir setelah kelahiran bayi.

4. Konsentrasi ibu yang tertuju pada bayi dapat menjadikan motivasi bagi ibu untuk lebih toleran terhadap rasa sakit yang dirasakan saat persalinan.

Rasa nyeri yang dirasakan seseorang merupakan akibat respon fisik dan refleks fisik. Persepsi nyeri pada setiap orang akan berbeda karena setiap orang memiliki perbedaan budaya, koping mekanisme yang digunakan, tingkat pengetahuan dan sebagainya.

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan

(18)

1. Umur dan Paritas

Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum masuk dalam persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks wanita primipara yang menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara. Intensitas kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada multipara, terutama pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita dengan usia muda mengalami nyeri tidak berat seperti yang dirasakan pada wanita dengan usia yang lebih tua.

2. Ras, Budaya dan Etnik

Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh terhadap cara orang mengekspresikan rasa nyeri pada saat persalinan. Ekspresi nyeri tersebut berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu penolong persalinan dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.

3. Mekanisme Koping

(19)

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi bidan untuk memberikan alternative metode penanganan nyeri yang familiar bagi ibu.

4. Metode Relaksasi yang Digunakan

Apabila seseorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama kontraksi, maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyerinya, menurunkan rasa cemas, menurunkan kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus dan menurunkan ketegangan otot. Teknik relaksasi yang digunakan dapat berupa teknik pernapasan saat kontraksi atau menggunakan teknik relaksasi mendalam seperti hypnobirthing.

5. Cemas dan Takut

Kecemasan ringan dan sedang sebenarnya akan berefek positif terhadap ibu bersalin sehingga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap proses kehamilan dan persalinannya sekaligus dapat meningkatkan pengetahuannya tentang proses yang akan dialaminya. Akan tetapi pada kecemasan berat akan menyebabkan ketidak mampuan ibu untuk menoleransi nyeri persalinan yang dialaminya.

(20)

meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyerinya.

6. Kelelahan

Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus akibat dari relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontrol keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan lebih banyak disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya cairan dan kalori yang dikonsumsi, serta ketidak mampuan ibu dalam mengelola energinya saat persalinan. Kadangkala ibu memerlukan medikasi untuk memfasilitasi istirahat ibu antara lain hipnotis dan akupressur. Selain metode tersebut, perlu diperhatikan juga intake cairan dan kalori ibu serta perubahan posisi untuk mengurangi kelelahan pada ibu.

7. Lama Persalinan

Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan.

(21)

8. Posisi Maternal dan Fetal

Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu, kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi supinasi. Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena cava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan persepsi nyeri.

Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada area sacrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan.

(22)

menyebabkan persalinan lama, cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stress berkepanjangan.

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2005).

2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan

Menurut Bobak (2005) rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh tiga hal yaitu :

Tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan: (1) Dilatasi dan penipisan serviks

(2) Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Implus rasa nyeri tahap pertama persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf sensori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks.

Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2005).

(23)

peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain. Implus nyeri pada tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga ialah nyeri rahim, yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap pertama persalinan (Bobak, 2005).

Nyeri dapat berupa nyeri lokal disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering digambarkan sebagai sensasi nyeri terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan di punggung, dipinggang, dan dipaha (Bobak, 2005).

2.2.4 Lama Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kali bersalin, kala pembukaan berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Maya, 2010).

2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri

(24)

Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price, 2005).

Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri klien :

a. Face Pain Rating Scale

(25)

b. Skala Intensitas Nyeri

Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1 - 3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4 – 6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7 – 9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

(26)

Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. Skala

deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Penolong persalinan juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numeric (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Maryunani, 2010).

(27)

pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Maryunani, 2010).

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila ibu dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Penolong persalinan dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Maryunani, 2010).

2.2.6 Akibat tidak Mengatasi Nyeri

Menurut Mander (2004), nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi ventilasi, sirkulasi metabolisme dan aktivitas uterus. Nyeri saat persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu, tidak jarang kehamilan membawa “stress” atau rasa khawatir / cemas yang membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Misalnya mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran kepandaian serta mental emosional nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas yang berlebihan juga akan menambah intensitas nyeri selama persalinan.

2.2.7 Metode Alternatif Mengatasi Nyeri Persalinan

(28)

mengatasinya, dalam hal ini disebut sebagai metode alternative atau metode alami. Pada perinsipnya tetap sama, yaitu mengurangi ketegangan ibu sehingga bisa merasa nyaman dan rileks menghadapi persalinan.

Berbagai metode ini juga bisa meningkatkan stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak berdampak pada bayi yang dilahirkan. Paparan mengenai berbagai metode alternatif penghilang rasa nyeri persalinan di bawah ini bertujuan untuk menambah wawasan pemberi asuhan agar dapat memberikan gambaran pilihan bagi ibu dalam memilih strategi penghilang rasa nyeri persalinan. Salah satu tindakan alternatif untuk mengurangi rasa nyeri pada persalinan adalah dengan metode hypnobirthing (Maryunani, 2010).

2.3 Konsep Dasar Hypnobirthing

Metode relaksasi persalinan yang bernama “Hypnobirthing” sebenarnya dikembangkan pertama kali oleh Marie F. Mongan, M.Ed., M.Hy. di Amerika Serikat (AS). Marie Mongan telah mematenkan nama Hypnobirthing yang akhirnya digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Awalnya, Marie Mongan merasa tergugah pada betapa banyaknya perempuan yang merasa takut menjalani proses kelahiran. Kemampuannya dalam Hypnoterapi membuatnya berfikir untuk mengembangkan metode relaksasi persalinan (Andriana, 2013).

(29)

self-hypnosis dan proses kelahiran alami. Pada 3 Januari 1990, bayi pertama dilahirkan dengan metode Hypnobirthing (Andriana, 2013).

2.3.1 Pengertian Hypnobirthing

Hypnobirthing berasal dari kata “hypnosis” dan “birthing”. Hypnosis yang berasal dari kata Hypnos (bahasa Yunani) adalah nama Dewa tidur. Arti tidur disini adalah pikiran yang tenang. Sedangkan birthing (Bahasa Inggris) berarti proses persalinan (Kuswandi, 2013).

Hypnobirthing adalah upaya alami menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang dan sadar. Hypnobirthing merupakan suatu metode yang dikhususkan untuk ibu hamil dengan melakukan relaksasi mendalam, bertujuan untuk mempersiapkan proses kelahiran normal yang lancar, nyaman dengan rasa sakit yang minimum, karena mampu memicu hormon endorphin yang merupakan hormone penghilang rasa sakit alami tubuh (Andriana, 2013).

Hypnobirthing berarti proses melahirkan dengan hypnosis, dimana ibu sepenuhnya sadar dan menikmati proses persalinan. Metode ini berakar dari ilmu hypnosis dengan metode pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada ibu untuk berkonsentrasi, fokus dan rileks sehingga hypnobirthing lebih mengacu pada hipnoterapi, yakni penanaman sugesti pada alam bawah sadar oleh ibu, untuk mendukung alam sadar yang mengendalikan tindakan ibu dalam menjalani proses persalinan (Batbual, 2010).

(30)

Hypnobirthing merupakan metode relaksasi yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahwa persalinan itu nikmat.

Hypnobirthing adalah salah satu metode hypnosis yang digunakan dalam membantu proses persalinan (melahirkan), dengan tujuan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan mengurangi rasa sakit yang dialami ibu melahirkan (Batbual, 2010).

Menurut Kuswandi (2013) metode hypnobirthing didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan secara alami, tenang, dan nyaman (tanpa rasa sakit) juga ampuh dalam menetralisir dan memprogram ulang (reprogramming) rekaman negatif dalam pikiran bawah sadar dengan program positif. Dengan demikian, rekaman yang tertanam dalam pikiran bawah sadar bahwa persalinan itu menakutkan dan menyakitkan, bisa terhapus dan berganti dengan keyakinan bahwa persalinan berlangsung mudah, lancar, tanpa rasa sakit (nyaman).

Hypnobirthing adalah suatu metode relaksasi yang digunakan untuk membantu ibu dalam proses persalinan yang bertujuan memberikan rasa nyaman sehingga proses persalinan berlangsung cepat dan aman tanpa ada indikasi penyulit persalinan. 2.3.1.1 Hypnobirthing Dasar.

(31)

panca indera kita beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada sedangkan kita tetap dalam keadaan sadar (Andriana, 2013). Relaksasi terdiri dari:

1. Relaksasi otot

Otot adalah bagian yang paling luas di tubuh manusia dan banyak digunakan untuk beraktivitas. Saat berfikir ternyata otot juga ikut tegang yaitu di daerah leher, tengkuk, bahu kiri dan kanan serta punggung (Kuswandi, 2013).

2. Relaksasi wajah

Mencapai relaksasi wajah yang dalam sangat penting karena membuat bagian tubuh lain lebih mudah mengikuti. Setelah menguasai relaksasi wajah, rahang akan benar-benar rileks dengan mulut sedikit terbuka. Sehingga akan memasuki kondisi rileks yang alami dengan cepat (Kuswandi, 2013).

3. Relaksasi pernapasan

Napas yang rileks adalah napas perut yang lambat dan teratur. Perlahan-lahan hirup napas yang lewat hidung, hitung 10 kali hitungan. Selanjutnya hembuskan lewat hidung perlahan-lahan (Kuswandi, 2013).

(32)

perhatian untuk menguasai teknik ini secepatnya. Teknik ini juga dipakai untuk relaksasi saat menghadapi kontraksi selama persalinan (Kuswandi, 2013).

Kedua adalah pernapasan perlahan (slow breathing), merupakan bagian paling penting pada persiapan melahirkan. Teknik pernapasan ini berupa tarikan napas panjang, tenang, pelan yang langsung memfokuskan pada bayi dan membantu pada setiap kontraksi. Tujuan napas panjang yaitu membuat tarikan dan hembusan napas sepanjang mungkin agar dapat menyesuaikan dengan panjangnya gelombang kontraksi. Selain itu, pernapasan ini membuat dinding perut mengembang sebesar dan setinggi mungkin (Kuswandi, 2013).

Ketiga adalah teknik pernapasan lanjut (birth breathing). Setelah napas teratur dan mampu membawa diri menuju kondisi rileks dengan mudah, relaksasi dapat diperdalam menggunakan teknik ini dengan cepat (Kuswandi, 2013).

4. Relaksasi visualisasi

Dengan teknik visualisasi berarti berlatih menggunakan imajinasi untuk mencapai kondisi rileks. Selain itu, teknik ini juga akan melatih menciptakan suatu tempat khusus tang indah, tenang dan nyaman di dalam pikiran. Teknik ini sangat efektif dalam menanggulangi masalah stress yang memengaruhi tubuh ibu (Andriana, 2013).

5. Relaksasi pikiran

(33)

perlahan untuk kemudian biarkan kedua mata terpejam. Nikmati santainya jiwa dan raga (Kuswandi, 2013).

2.3.2 Manfaat Hypnobirthing

Kuswandi (2013) yang mengatakan bahwa hypnobirthing ditujukan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot yang berperan dalam proses persalinan secara optimal. Latihan pernafasan, relaksasi, visualisasi, avirmasi dan pendalaman. Pada latihan tersebut, dapat mempengaruhi faktor-faktor yang dapat menyebabkan Kala I lama seperti power, passage, passanger, psikologi dan penolong. Teknik pernafasan membantu ibu menghemat energi selama fase penipisan leher rahim selama pembukaan leher rahim. Pernafasan lambat memaksimalkan gelombang otot-otot vertikal, menyebabkan otot ini bekerja lebih efisien dalam menarik ke atas otot-otot melingkar bagian bawah, serta menipiskan dan membuka leher rahim. Bantuan yang diberikan pada kedua otot ini memperpendek durasi gelombang persalinan. Hypnobirthing mengajarkan level yang lebih dalam dan relaksasi untuk mengeliminasi stress serta ketakutan dan kekhawatiran menjelang kelahiran yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat bersalin.

(34)

Dalam Kuswandi (2013) manfaat hypnobirthing sebagai berikut : (1) Selama Kehamilan :

a) Mengatasi rasa tidak nyaman selama hamil dan rasa sakit saat melahirkan tanpa efek samping terhadap janin.

b)Mengurangi rasa mual, muntah, dan pusing di trimester pertama.

c) Membantu janin terlepas dari kondisi lilitan tali pusat, bahkan bisa memperbaiki janin yang letaknya sungsang menjadi normal (letak belakang kepala)

d)Membuat kondisi ibu hamil menjadi tenang dan damai selama kehamilannya. Ketenangan dan rasa damai sang ibu akan dirasakan janin sehingga ia pun mempunyai nilai kedamaian dalam dirinya (spiritual quotient).

(2) Menjelang Persalinan :

a) Melatih relaksasi untuk mengurangi kecemasan serta ketakutan menjelang persalinan yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri, dan sakit saat persalinan.

b)Mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi rahim.

c) Meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh untuk mengurangi, bahkan menghilangkan rasa nyeri pada saat kontraksi dan persalinan (endorfin/endogenic morphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh saat tenang).

(3) Saat Persalinan:

(35)

b)Mengurangi risiko terjadinya komplikasi dalam persalinan dan terjadinya perdarahan. Kondisi yang tenang membuat keseimbangan hormonal di dalam tubuh.

c) Membantu menjaga suplai oksigen pada bayi selama proses persalinan. (4) Setelah Persalinan :

a) Meningkatkan ikatan batin bayi dengan ayah dan bundanya. b)Mempercepat pemulihan dalam masa nifas.

c) Mencegah depresi pasca-persalinan (baby blues). d)Memperlancar produksi ASI.

Menurut Aprillia (2013), banyak sekali keuntungan atau manfaat yang akan diperoleh ketika seseorang memilih dan memutuskan untuk belajar hypnobirthing, baik bagi ibu sendiri, bagi janin maupun bagi suami/pendamping persalinan.

Keuntungan bagi ibu :

1) Merupakan dasar dari pain management dan tidak memiliki potensi efek samping terhadap bayi kita.

2) Mampu menghadirkan rasa nyaman, rileks dan aman menjelang kelahiran.

3) Hypnobirthing membuat ibu rileks lebih dalam sehingga semua stress serta ketakutan dan kekhawatiran menjelang kelahiran yang dapat menyebabkan ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat bersalin dapat tereliminasi.

(36)

6) Mempercepat kala I persalinan (± 3 jam pada primipara dan 2 jam pada multipara).

7) Mengurangi risiko terjadinya komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan pada postpartum.

8) Membuat ibu lebih rileks sehingga dapat mencegah kelelahan saat persalinan. 9) Meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada

saat kontraksi.

10) Mengurangi risiko terjadinya persalinan prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).

11) Mencegah postpartum blues dan depresi postpartum. 12) Melancarkan dan meningkatkan produksi ASI.

13) Bahkan dalam hypnobirthing klien diajarkan untuk berkomunikasi dengan janin sehingga kelainan posisi janin (sungsang, lintang), lilitan tali pusat, bahkan plasenta letak rendah pun dapat diatasi.

Keuntungan dan manfaat bagi janin dalam kandungan :

1) Getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin yang merupakan dasar dari perkembangan jiwa.

2) Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin lewat plasenta.

3) Meningkatkan IQ, EQ dan SQ anak.

(37)

Keuntungan dan manfaat bagi suami/pendamping persalinan :

1) Suami/pendamping persalinan menjadi lebih tenang dalam mendampingi proses persalinan.

2) Emosi suami akan menjadi lebih stabil dalam kehidupan sehari-hari.

3) Membantu memperbaiki dan memperkuat hubungan dan ikatan batin antara istri, suami serta bayi yang dikandung.

4) Aura positif dan tenang yang dimiliki oleh suami/pendamping persalinan akan memengaruhi aura ibu bersalin dan orang-orang di sekitarnya.

2.3.3 Hypnobirthing dalam Kehamilan

Latihan relaksasi hypnobirthing dapat dimulai kapan saja oleh ibu hamil. Umumnya, latihan dimulai pada bulan ketujuh masa kehamilan. Namun akan sangat baik jika latihan dimulai sejak trimester pertama kehamilan. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan untuk berlatih hypnobirthing secara singkat, misalnya 2 minggu sebelum tanggal perkiraan kelahiran. Hypnobirthing dapat dilakukan secara mandiri, asalkan disertai pemahaman yang benar atau dengan bimbingan seorang hipnoterapis yang terlatih (Batbual, 2010).

(38)

menyamping ke kiri karena dengan posisi ini dapat memperbaiki aliran darah ke rahim atau plasenta. Posisi tersebut membuat pembuluh darah besar di sisi kanan tulang belakang tidak tertekan (Andriana, 2013).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi ibu hamil untuk melakukan hypnobirthing diantaranya adalah pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang dalam menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berfikir lebih rasional. Sedangkan pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan. Status pekerjaan yang rendah sering memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Friedman, 2005).

2.3.4 Teknik Hypnobirthing Menjelang Persalinan

Teknik hypnobirthing adalah dengan relaksasi penambahan sugesti melalui usapan dengan tangan daerah bawah payudara hingga perut. Sebenarnya cara ini telah dilakukan secara natural oleh ibu-ibu hamil saat janinnya meronta atau bergerak dalam kandungan, yaitu ketika ibu akan mengusap perut sambil membisikkan kata-kata lembut untuk menenangkan janin dalam kandungan.

(39)

sampai delapan kali hitungan. Setelah itu jari kanan diatas bahu diputar ke belakang sebanyak delapan kali. Tangan tetap diatas bahu diputar kedepan sebanyak delapan kali.

Kedua, relaksasi otot bisa dilakukan dengan berbaring santai, lengan di samping kanan dan kiri, telapak tangan kanan menghadap ke atas. Tegangkan telapak kaki hingga lurus kebetis, paha, pinggul dan dada. Tarik pundak ke atas dan kepal kedua telapak tangan kuat-kuat. Dahi dikerutkan, lidah ditarik kearah langit-langit mulut. Ketiga, relaksasi pernapasan dilakukan dengan keadaan berbaring, dengan otomatis napas akan terdorong kea rah perut. Tarik napas panjang melalui hidung sampai hitungan ke 10. Kemudian hembuskan napas perlahan-lahan melalui mulut, lakukan berulang hingga 10 kali. Keempat, relaksasi pikiran diawali oleh indera mata. Setelah mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil memandang satu titik tepat diatas mata, makin lama kelopak mata makin rileks, berkedip dan setelah hitungan kelima tutup mata secara berlahan.

Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan dan pikiran) kemudian raga mencapai relaksasi, masukkan sugesti positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar. Contoh sugesti positif yang bisa dipikirkan adalah “ saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat, dan saat persalinan akan menghadapi dengan tenang”.

2.3.5 Hypnobirthing Selama Persalinan

(40)

mudah melahirkan dibandingkan dengan wanita yang selalu diliputi kecemasan atau kekawatiran. Grantly menyadari bahwa ketakutan melahirkan sebenarnya karena adanya tekanan perasaan yang menyebabkan otot jalan lahir ikut mengkerut dan mengakibatkan sulit melahirkan.

Memilih rumah sakit atau tempat bersalin yang mengizinkan suami atau keluarga dapat menemani. Karena keberadaan orang yang dekat terbukti mampu mengurangi kadar stress ibu, dan secara psikologis dapat memperlancar proses kelahiran. Hal ini secara khusus penting dalam hypnobirthing, ketika kondisi pikiran dan tubuh yang rileks, tenang serta bahagia menjadi perhatian utama. Tetap mengobrol dan bercanda di sela-sela waktu relaksasi. Jangan cemaskan proses persalinan, biarkan semua berjalan dengan sendirinya (Andriana, 2013).

Awal proses persalinan, yaitu mulai bergeraknya janin menuju jalan lahir. Hal tersebut menimbulkan tekanan sehingga otot-otot rahim menegang. Dalam kondisi seperti ini, ibu hamil sangat diharapkan untuk tenang, tidak panik. Kepanikan dan ketegangan ibu hamil justru dapat membuat otot-otot rahim semakin menegang dan menimbulkan rasa sakit (Kuswandi, 2013).

Menguasai teknik pernapasan dengan baik dapat menghadirkan rileks sehingga proses persalinan bisa dijalani dengan tenang “tanpa rasa sakit”. Menguasai teknik

(41)

a. Menurut Andriana (2013), hal-hal yang dipersiapkan sebelum berelaksasi yaitu: (1) Suasana ruangan yang tenang tanpa gangguan kebisingan, seperti TV, radio,

dan sebagainya.

(2) Kondisi tubuh yang nyaman, tidak lapar, tidak terlalu kenyang, dengan suhu badan normal dan baju yang tidak terlalu ketat.

(3) Tempat duduk atau tempat berbaring yang nyaman.

(4) Wewangian aromaterapi yang dapat mendukung proses relaksasi.

b. Menurut Andriana (2013), ada beberapa panduan hypnobirthing yang bisa digunakan selama proses persalinan yaitu:

(1) Saat sedang menjalani proses awal kontraksi, selalu ingat untuk berdoa dan berniat. Serahkan kepada Tuhan dan tenangkan pikiran.

(2) Pada awal masa pembukaan, kontraksi masih datang dengan tenggang waktu yang cukup lama, sekitar setiap 15-30 menit sekali. Gunakan masa-masa ini untuk berelaksasi dan menenangkan pikiran. Siapkan mental dan fisik karena dalam proses mengejan akan membutuhkan banyak tenaga. (3) Praktikan hypnobirthing yang telah dilatih selama masa kehamilan, tetapi

kali ini ucapkan afirmasi yang berbeda. Misalnya : “Sebentar lagi aku bertemu anakku… biarkan ia lahir dengan selamat dan sehat. Biarkan aku

mendengar tangisannya yang kuat. Biarkan aku tersadar dan mengingat seluruh proses kelahiran ini… Aku menghadapi proses kelahiran yang nyaman… Kontraksi terlewati tanpa kusadari…. Proses pembukaan

(42)

kelahiran ini berlangsung….” Atau, bisa menggunakan kalimat afirmasi

sendiri,yang disesuaikan dengan suasana atau perasaan saat itu.

(4) Saat kontraksi makin kuat dan makin sering, gunakan teknik pernapasan untuk persalinan. Pejamkan mata dan ucapkan afirmasi lain. Misalnya, “Aku bisa melewati nyeri kontraksi ini… Sama seperti cara ibuku melahirkan aku

ke dunia… Aku melewati masa kontraksi dengan tenang… supaya anakku

tetap sehat…” Atau gunakan afirmasi lain sesuai keinginan. Akan lebih

bagus lagi jika saat kontraksi berlangsung menyelinginya dengan doa dan permohonan keselamatan dari Tuhan.

(5) Jika ibu dapat merasa rileks saat kontraksi, dan mungkin merasa mengantuk, tidurlah dengan mempertahankan kalimat afirmasi dalam benak. Jika ibu bisa tidur nyenyak itu sangat bagus karena itu berarti sedang mengumpulkan tenaga untuk “perjuangan” yang akan berlangsung pada saat keluarnya

kepala bayi..

(6) Jika ingin tetap berada pada kondisi rileks yang mendalam di sela-sela kontraksi, pejamkan terus mata walaupun tetap sadar akan keadaan sekeliling.

(43)

(8) Lakukan semua ini seiring dengan bertambahnya pembukaan dan meningkatnya frekuensi kontraksi. Tetaplah tenang dan rileks.

(9) Jangan terlalu memerhatikan saat dokter atau bidan mulai bersiap-siap untuk proses kelahiran. Tetaplah berfokus untuk mengatur napas dan berdoa. Jika pembukaan sudah hampir lengkap, akan timbul keinginan yang kuat untuk mengejan. Tahanlah karena jika dipaksakan untuk mengejan, itu dapat merobek vagina. Tahanlah keinginan itu dengan menarik napas dalam sambil terus berdoa dan mengucapkan afirmasi.

(10)Saat mendekati proses kelahiran, ucapkan niat dan doa dalam hati karena inilah puncak semua latihan.

(11)Bukalah mata. Jangan tutup mata saat hendak melahirkan. Menutup mata saat meneran dapat menyebabkan pembuluh darah di mata pecah karena tekanan saat meneran.

(12)Diiringi dengan napas yang teratur, rasakan baik-baik saat kontraksi datang dan meneranlah sekuatnya, masih dengan mata terbuka. Ibu pasti ingin menyaksikan dan mengingat semua kejadian ini. Kontraksi sangat dibutuhkan untuk proses meneran. Jika praktik hypnobirthing sukses, semua kejadian ini tidak akan terasa menyakitkan. Sebaliknya, persalinan berjalan dengan nyaman.

(44)

saat kontraksi datang, dan rasakan bayi perlahan-lahan keluar, mulai bagian kepala, pundak, badan dan tangan, lalu kakinya. Biasanya, bagian yang paling sulit adalah mengeluarkan kepala. Jika kepala bayi sudah keluar, tidak perlu meneran sekuat sebelumnya.

(14)Embuskan napas panjang saat merasa bayi sudah keluar sepenuhnya. Nikmati dan ingatlah terus momen ini. Inilah momen keberhasilan latihan hypnobirthing.

2.3.6 Komunikasi dengan “Spirit Baby” Sukseskan Proses Persalinan

Latihan relaksasi dan hypnobirthing ternyata juga dapat membuat ibu hamil terampil dalam berkomunikasi dengan bayinya sehingga mampu memahami pesan yang disampaikan bayi pada dirinya. Latihan hypnobirthing yang dilakukan sambil mengelus lembut permukaan perut serta afirmasi yang berulang-ulang diucapkan, membuat hubungan batin antara bayi dan ibunya terjalin erat (Kuswandi, 2013).

Menjelang persalinan, ibu dan bayi bisa saling “berjanji”. Berkompromi,

sepakat untuk bekerjasama melewati saat-saat spesial bersama. Sebuah “penguat” dan penyemangat yang tidak ada tandingannya, membuat ibu hamil percaya diri penuh saat menjalani proses persalinannya (Kuswandi, 2013).

2.3.6.1 Komunikasi Lewat Jalur Batin

(45)

bukan secara verbal dan tatap mata secara kasat, melainkan melalui jalur batin, jalur spirit, meskipun kata-kata bisa saja diucapkan secara verbal.

Ibu hamil yang sungguh-sungguh berusaha mengenali bayinya, lalu bersungguh-sungguh juga melakukan kontak/hubungan secara batin, bisa merasakan bahwa “panggilan”nya bersambut. Pada dasarnya, tidak ada ibu hamil yang tidak bisa berkomunikasi dengan bayinya karena “alam” telah menyiapkannya (Kuswandi,

2013).

2.3.6.2 Manfaat Berkomunikasi dengan “Spirit Baby”.

Selama hamil :

a) Berkomunikasi secara intens dengan bayi menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya, meskipun bagi orang lain secara kasat mata bayi belum terlihat karena masih dalam kandungan.

b) Ikatan batin yang terjalin kuat antara bayi dan ibu punya peran penting selama ibu hamil menjalani masa kehamilan hingga proses persalinan.

c) Selama hamil, komunikasi yang intens membuat ibu hamil “tanggap” terhadap

semua pesan yang disampaikan bayi kepadanya. Biasanya, bayi selalu mengirim pesan pada ibunya yang berhubungan dengan kesehatan kehamilan, baik fisik maupun mental.

(46)

Menjelang persalinan :

a) Menjelang proses persalinan, jalinan yang kuat antara ibu hamil dengan bayinya menunjukkan kemampuan dan kehebatannya. Dengan kepekaannya, sang ibu akan tahu kapan bayinya ingin dilahirkan dan karena itu sang ibu harus segera bersiap menghadapi persalinannya.

b) Secara batin, ibu dan bayi langsung “berkolaborasi”. Kepercayaan diri ibu menjadi sangat tinggi karena yakin mampu melewati saat bersejarah bersama buah hatinya.

2.4 Landasan Teori

(47)

raga mencapai relaksasi, masukkan sugesti positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar. Sehingga saat persalinan ibu akan menghadapinya dengan tenang.

Rasa nyeri pada kala I terjadi karena adanya rangsangan yang dihantarkan melalui saraf pada leher rahim dan rahim pada saat persalinan. Saat kontraksi rahim, kepala bayi terdorong keluar sehingga terjadilah peregangan pada mulut rahim. Rasa sakit pada saat kontraksi rahim dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar kebagian bawah perut. Kontraksi rahim yang kuat menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Menurut Denidya (2011) rasa nyeri saat melahirkan bisa disebabkan oleh ketakutan. Tetapi rasa nyeri dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali lewat sebuah proses latihan relaksasi dan hypnobirthing.

(48)

Kala I persalinan adalah kala pembukaan yang dimulai dari pembukaan 0 sampai 10 cm dan berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama, 6-8 jam untuk kehamilan berikutnya. Kala I persalinan disebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Kontraksi rahim yang terjadi akan semakin sering dan semakin kuat. Pada masa ini ibu akan mengalami rasa sakit yang hebat. Keadaan ini akan membuat kala I persalinan menjadi lama. Hypnobirthing mampu mengontrol sensasi rasa sakit pada saat kontraksi rahim sehingga proses persalinan kala I berlangsung cepat. Persalinan kala I dengan hypnobirthing pada primigravida dapat berlangsung selama 7-8 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung 2,5-4 jam.

Adapun yang menjadi landasan teori adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Landasan Teori Metode

Hypnobirthing

Nyeri berkurang

(49)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Hypnobirthing Lama Persalinan Pada Ibu Bersalin

Gambar

Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan
Gambar 2.1 Skala Face Pain Rating
Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri
Gambar 2.3 Landasan Teori
+2

Referensi

Dokumen terkait