PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014
TESIS
Oleh
YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM
PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF HYPNOBIRTHING ON DURATION OF LABOR OF DELIVERING WOMEN IN EKA SRI WAHYUNI MATERNITY CLINIC
MEDAN DENAI SUBDISTRICT IN 2014
THESIS
By
YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM
MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014
T E S I S
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
Judul Tesis : PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Yenni Kurniawati
Nomor Induk Mahasiswa : 127032127
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 5 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI
KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, April 2015
ABSTRAK
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.
Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.
ABSTRACT
Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.
The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.
The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.
It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di
Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.
Penulis menyadari bahwa ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing
pertama yaitu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing kedua, dimana kedua
pembimbing memiliki penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian dalam memberikan
bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini. Selanjutnya penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
5. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) dan Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes,
Ph.D, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan
masukan guna penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.
8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran
serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis
penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
Medan, Januari 2015 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yenni Kurniawati berumur 33 tahun dilahirkan di Benteng
Rejo pada tanggal 09 Juni 1981 beragama Islam, penulis anak pertama dari empat
bersaudara dengan status sudah menikah dan anak dari pasangan Hariyanto dan
Sarimpi.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
No 050694 Batang Serangan pada tahun 1987 – 1993. Pada tahun 1993 – 1996,
penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Padang Tualang. Pada tahun 1996 – 1999, penulis melanjutkan pendidikan di SPK Dep.Kes RI Medan. Pada tahun 2000
– 2003, penulis melanjutkan kuliah D-III di Akademi Kebidanan Dep.Kes RI Medan.
Pada tahun 2005 – 2007, penulis melanjutkan kuliah D-IV Bidan Pendidik di
Poltekkes KepMenKes RI Medan , dan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 penulis
bekerja di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan. Selanjutnya pada tahun
2011 sampai tahun 2013 penulis bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi
Binjai. Pada tahun 2012 selain bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi
Binjai, penulis juga bekerja di Akademi Kebidanan Medica Bakti Persada Kota
Subulussalam, Akademi Kebidanan Kharisma Husada Binjai dan Akademi
Keperawatan Sehat Binjai sampai dengan sekarang. Pada tahun 2012 penulis
melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan
DAFTAR ISI
2.1.1Pengertian Persalinan ... 8
2.1.2Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ... 9
2.1.3Proses Persalinan ... 10
2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan ... 15
2.1.5 Lama Persalinan ... 15
2.1.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan ... 17
2.2 Nyeri Persalinan ... 23
2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan ... 23
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan ... 24
2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan ... 28
2.2.4 Lama Nyeri Persalinan ... 30
2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri ... 30
2.2.6 Akibat tidak Mengatasi Nyeri ... 33
2.2.7 Metode Alternatif Mengatasi Nyeri Persalinan ... 34
2.3 Konsep Dasar Hypnobirthing ... 34
2.3.1 Pengertian Hypnobirthing ... 35
2.3.2 Manfaat Hypnobirthing ... 39
2.3.3 Hypnobirthing dalam Kehamilan ... 43
2.3.4 Teknik Hypnobirthing Menjelang Persalinan ... 44
2.3.6 Komunikasi dengan Spirit Baby Sukseskan Proses
Persalinan ... 50
2.3.6.1 Komunikasi Lewat Jalur Batin ... 50
2.3.6.2 Manfaat Berkomunikasi dengan Spirit Baby ... 51
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 61
3.6.1 Pengolahan Data ... 61
4.3.2 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan 75 4.3.3 Hubungan Umur dan Pengetahuan dengan Lama Persalinan ... 76
4.4 Analisis Multivariat ... 77
4.4.1 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 77
BAB 5 PEMBAHASAN ... 79
5.1 Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primipara dan Multipara ... 79
5.2 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 82
5.3 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Multipara ... 84
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
6.1 Kesimpulan ... 88
6.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan ... 16
3.1 Duration of Labor (Mean ± SD) ... 57
3.2 Definisi Operasional ... 60
4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan, Umur, Paritas, Suku dan Pengetahuan Menurut Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 66
4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 68
4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Kontrol Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa ... 70
4.4 Distribusi Frekuensi Paritas Multipara dan Intensitas Nyeri di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 72
4.5 Deskriptif Lama Persalinan ... 73
4.6 Uji Normalitas Data Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 73
4.7 Hubungan Hypnobirthing dengan Lama Persalinan Primipara dan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74
4.8 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan Primipara dan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74
pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 76
4.10 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 77
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Skala Face Pain Rating ... 31
2.2 Skala Pengukuran Nyeri ... 32
2.3 Landasan Teori ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Lembar Penjelasan ... 94
2 Lembar Persetujuan ... 95
3 Kuesioner Pengetahuan ... 96
4 Master Data ... 99
5 Hasil Statistik Analisis Univariat ... 101
6 Analisis Bivariat Primipara ... 111
7 Hasil Statistik Multipara ... 115
ABSTRAK
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.
Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.
ABSTRACT
Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.
The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.
The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.
It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 memperkirakan di seluruh
dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di
Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
ini jauh meningkat di bandingkan dengan hasil SDKI pada tahun 2007 yaitu 228 per
100.000 kelahiran hidup (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan
hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. Melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam
mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang dialami oleh ibu hamil
(Saifuddin, 2011).
Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung maupun penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil,
bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai
hal yang terjadi seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsi),
persalinan adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu
adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya
(Dinkes Jawa Tengah, 2009).
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk
primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Masalah yang terjadi pada
persalinan lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung lebih
dari 12 jam tetapi bayi belum lahir, dilatasi servik di kanan garis waspada pada
persalinan fase aktif (Saifuddin, 2011).
Menurut data SDKI 2012 sebanyak 53% ibu tidak mengalami komplikasi pada
saat melahirkan, terjadi persalinan lama sebanyak 12%, perdarahan berlebihan 9%,
demam 7%, komplikasi kejang 2% dan ketuban pecah dini lebih dari 6 jam 17%.
Faktor-faktor penyebab persalinan lama antara lain adalah karena letak janin,
kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan
kongenital, primitua perut gantung, grandemultipara dan ketuban pecah dini.
Selain itu salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri
persalinan. Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri
persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase
laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri berasal
dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya volume
maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat,
puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan terjadi mulai 3 cm sampai 10
berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat
menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama
bahkan dapat menimbulkan kematian (Sarwono, 2011).
Pada ibu hamil hampir semuanya mengalami kekhawatiran, kecemasan dan
ketakutan baik selama hamil, saat menghadapi persalinan, maupun selama persalinan.
Kecemasan yang dirasakan umumnya mulai dari khawatir tidak bisa menjaga
kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh sempurna, khawatir keguguran, takut
sakit saat persalinan, takut bila nanti dijahit perineum, bahkan yang lebih parah lagi
ibu takut terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga dapat menimbulkan
kematian (Aprilia, 2012).
Bila ibu bersalin merasa cemas dan takut menghadapi proses persalinan, maka
hormon adrenalin akan keluar dan dapat menghambat pelepasan oksitosin yang
diperlukan untuk kemajuan persalinan. Begitu ibu menjadi tenang dan rileks,
oksitosin akan mengalir dan akan muncul endorphin yang dapat menghilangkan nyeri
(Chapman, 2006).
Rasa nyeri saat melahirkan bisa di perberat oleh ketakutan. Namun, rasa nyeri
itu kini dapat di kurangi atau bahkan di hilangkan sama sekali. Salah satu tindakan
alternatif kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, mengurangi nyeri dan
menurunkan kebutuhan terhadap intervensi adalah metode hypnosis, metode ini oleh
Mongan disebut Hypnobirthing. Metode hypnosis merupakan teknik yang efektif
untuk memberikan sugesti positif secara jelas dan tepat kepada janin sehingga
relaksasi hypnobirthing membantu melancarkan persalinan dan meminimalisasi rasa
sakit. Beberapa orang mungkin masih merasakan sakit, tetapi dengan hypnobirthing
rasa sakit itu tidak akan terasa begitu kuat sampai dapat mengurangi trauma pada saat
persalinan (Batbual, 2010).
Hypnobirthing merupakan bagian dari self-hypnosis yang bertujuan untuk
membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan, tanpa adanya
rasa sakit berlebihan. Teknik hypnosis yang dipraktikkan di dalam kelancaran proses
melahirkan ini mulai dipergunakan semenjak tahun 1950, meskipun namanya
mungkin belum dikenal seperti sekarang. Saat itu salah satu fungsi hypnosis adalah
menjawab kekhawatiran dan ketakutan ibu hamil dalam menghadapi rasa sakit pada
saat proses persalinan. Akhirnya, self-hypnosis di dalam meredakan rasa sakit ini
dicoba untuk diterapkan dalam hal mengurangi rasa sakit di saat melahirkan secara
normal (Muhepi, 2013).
Hypnobirthing terbukti mampu menjawab kekhawatiran ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan. Sebuah studi oleh Fuchs et al (2009) dilakukan pada
138 ibu hamil yang menderita mual dan muntah sangat parah kemudian dilakukan
hypnobirthing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 138 ibu hamil, 87 ibu hamil
dilakukan hypnobirthing dan hasilnya 62 (71,3%) ibu hamil bebas dari rasa mual dan
muntah, 24 (27,6%) ibu hamil bebas dari mual dan muntah meskipun bertahap, dan 1
(1,1%) ibu hamil gagal.
Penelitian yang dilakukan oleh Shawn (2001), menyebutkan bahwa fase aktif
mengikuti Hypnobirthing prenatal class fase aktif hanya berlangsung 4,5 jam.
Sementara kala II pada primipara berlangsung 2 jam sedangkan pada wanita yang
mengikuti Hypnobirthing prenatal class lama kala II hanya berlangsung 1 jam
(Aprillia, 2012).
Hypnobirthing dapat mempersingkat fase awal proses persalinan, yaitu
pembukaan serviks yang biasanya bisa memerlukan waktu sampai 14 jam pada
primipara dengan hypnobirthing maka fase awal persalinan menjadi lebih singkat
yaitu kurang dari 14 jam. Penelitian lain yang dilakukan oleh Am J Clin Hypn tahun
2004 membuktikan bahwa ibu hamil yang mengikuti latihan hypnobirthing
mengalami ketenangan dan mempunyai emosional yang lebih positif di bandingkan
dengan yang tidak terbiasa melakukan relaksasi secara teratur. Menurut Jenkins dan
Pritchard, di Amerika tahun 1950 terjadi pengurangan lama persalinan kala satu fase
aktif 3 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Sedangkan Abramson,
menemukan terjadi percepatan persalinan kala satu fase aktif 3,23 jam. Penelitian di
Inggris oleh Mellegren, A., menemukan secara statistik terjadi penurunan lama
persalinan yang signifikan pada primigravida dan multigravida, hasilnya pada 70
pasien yang di hypnosis lama persalinan 6 jam 21 menit, 70 pasien yang diajarkan
hanya relaksasi saja lama persalinan 9 jam 28 menit dan pada 70 pasien kontrol lama
persalinan 9 jam 45 menit (Aprillia, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Batbual di Daerah Istimewa Yogyakarta (2010)
menemukan bahwa rata-rata lama kala satu pada ibu primigravida dengan
jam) dengan perbedaan 7,14 jam. Jadi, lama kala satu lebih singkat dengan
menggunakan hypnobirthing dari pada tanpa hypnobirthing (Batbual, 2010).
Dari survei awal yang telah dilakukan pada bulan Januari 2014 di Klinik Eka
Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai didapatkan bahwa dari 22 ibu bersalin dengan
hypnobirthing, 12 ibu bersalin (54,5%) persalinan kala I berlangsung cepat dan
singkat, 8 ibu bersalin (36,4%) merasakan nyeri dalam kategori ringan setelah
dilakukan hypnobirthing dan ibu bersalin memberikan kesan positif tentang
penerapan hypnobirthing saat melahirkan karena setelah dilakukan hypnobirthing
mereka mengatakan lebih rileks dan nyeri yang dirasakan berkurang, dan 2 ibu
bersalin (9,1%) mengeluh nyeri dengan skala sedang berat. Ibu bersalin yang
diberikan hypnobirthing tidak ada yang memperlihatkan tanda-tanda stress fisiologis
maupun stress fisik seperti yang terjadi pada ibu bersalin di klinik bersalin Eka Sri
Wahyuni Kecamatan Medan Denai.
Meskipun teori tentang hypnobirthing dapat mempercepat lama persalinan kala
I sudah ada, tetapi masih terbatasnya pembuktian ilmiah tentang teori tersebut.
Permasalahan yang ada bahwa hingga saat ini praktisi hypnobirthing masih sangat
sedikit. Apalagi praktisi hypnobirthing yang berlatar belakang tenaga kesehatan. Hal
ini juga disebabkan bahwa hypnobirthing merupakan ilmu baru di Indonesia sehingga
membutuhkan waktu dan biaya untuk melakukan pelatihan serta dibutuhkan
sosialisasi serta bukan merupakan kompetensi dasar bagi tenaga kesehatan. Hal inilah
yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil dan bersalin masih sedikit menggunakan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Lama Persalinan Pada
Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun
2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri
persalinan. Nyeri yang terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa
takut, khawatir dan menimbulkan stres. Stres dapat menyebabkan melemahnya
kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama.
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah “Bagaimana Pengaruh
Hypnobirthing terhadap lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri
Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu
Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi tenaga kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menerapkan hypnobirthing pada masa kehamilan dan persalinan sehingga kehamilan
dan persalinan dapat berlangsung dengan cepat, aman dan dapat mengurangi risiko
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan (labor) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta,
dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan
alat atau dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan atau proses kelahiran adalah
peristiwa normal. Proses ini diawali dengan rahim mengalami kontraksi secara teratur
yang kemudian menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks atau jalan lahir.
Perubahan pada serviks atau jalan lahir ini dibantu dorongan dari ibu dan janin dan
akan menghasilkan keluarnya bayi dari rahim ibu (Varney, 2006).
Menurut Johariyah (2012), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau
tanpa bantuan alat (kekuatan sendiri).
Bentuk persalinan berdasarkan definisinya adalah sebagai berikut (Johariyah,
2012) :
1) Persalinan spontan, yaitu apabila persalinan seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan, yaitu apabila proses persalinan berlangsung dengan bantuan
3) Persalinan anjuran, yaitu apabila proses persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2.1.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya persalinan.
Adapun teori-teori tentang penyebab terjadinya persalinan adalah (Johariyah, 2012):
1) Teori Peregangan Otot
a) Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas tertentu.
b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi rahim sehingga persalinan
dapat dimulai.
c) Pada kehamilan ganda, sering terjadi kontraksi setelah keregangan sehingga
menimbulkan proses persalinan.
2) Teori Penurunan Progesteron
a) Proses penuaan plasenta dimulai pada umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi pelebaran pada jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami
penyempitan.
b) Produksi Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim menjadi
lebih sensitif terhadap oksitosin.
c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah terjadi penurunan hormon
progesteron.
3) Teori Oksitosin Internal
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori Prostaglandin
a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan
oleh desidua.
b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c) c).Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan.
5) Teori Hipothalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anancephalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hypothalamus.
b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya
menunjukkan kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
hypothalamus dengan mulainya persalinan.
d) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.1.3 Proses Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dimulai dari membukanya servik 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan
keluar sampai lahir. Kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding
rahim dan kemudian dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
kemudian. Dalam kala IV tersebut diobservasi adanya perdarahan postpartum
(Sumarah,dkk, 2009).
2.1.3.1 Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan kala pembukaan his berlangsung
tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Secara klinis dapat
dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
lendir bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis
tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini
berlangsung kurang lebih 14 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam)
dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif (6 jam) dari pembukaan
serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2
jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase
deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada
multigravida, akan tetapi pada multigravida fase laten dan fase aktif terjadi lebih
pendek. Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1
cm/jam, dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.
Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu cenderung meningkat seiring
dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut
kehilangan kendali dan menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa
ibu menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan rasa tidak berdaya.
Ibu memilih ditemani keluarga yang mendampingi agar bisa memberikan dukungan
yang lebih memuaskan sehingga rasa cemas dapat berkurang dibandingkan dengan
ibu yang bersalin tanpa ada pendamping persalinan (Maryunani, 2010).
Secara ringkas dapat disimpulkan pada Kala I persalinan akan muncul
tanda-tanda sebagai berikut :
1) Kontraksi yang datang perlahan dan akan semakin sering dan teratur yang
menandakan membukanya jalan lahir.
2) Mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang dan terbuka.
3) Keluarnya lendir bercampur dengan darah.
4) Saat mulut rahim mulai membuka, biasanya disertai dengan cairan ketuban.
Cairan ketuban ini terlihat jernih dan tidak berbau serta menetes tidak
terkendali.
5) Gerakan bayi menjadi lebih jarang kelihatan karena posisi bayi sudah menetap
2.1.3.2 Persalinan Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Pada kala ini his
terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah
turun memasuki ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat
penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan dan seperti akan buang
air besar dengan tanda anus membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan membukanya vulva dan anus. Labia mulai membuka dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak divulva pada saat ada his. Adanya his yang
terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada
primipara berlangsung 1½ sampai 2 jam, sedangkan pada multipara berlangsung ½
sampai 1 jam (Manuaba, 2009).
2.1.3.3 Persalinan Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.
Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga rahim setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena perlengketan plasenta
menebal dan akhirnya lepas dari dinding rahim. Setelah lepas, plasenta akan turun
kebagian bawah rahim atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah :
1) Uterus menjadi bundar atau globular
2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi perdarahan.
Plasenta lepas secara spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika diraba dari
luar, maka fundus rahim sebelum plasenta lahir setinggi pusat dan setelah plasenta
lahir 2 jari dibawah pusat. Dengan plasenta lahir seluruhnya, maka ibu mulai
memasuki masa puerperium (nifas). Meskipun begitu, ibu masih memerlukan
observasi pasca persalinan (Maryunani, 2010).
2.1.3.4 Persalinan Kala IV
Kala IV persalinan atau yang disebut kala observasi adalah kala pengawasan
selama 2 jam setelah bayi lahir, ditujukan untuk mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang dilakukan mencakup 7 hal penting
yang harus diperhatikan, Mochtar (2010) yaitu :
1) Kontraksi rahim baik.
2) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir.
3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap.
5) Luka perineum terawat.
6) Bayi dalam keadaan baik.
7) Ibu dalam keadaan baik.
2.1.4 Tanda-tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya ibu memasuki kala
pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Serviks menipis dan membuka.
2) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek.
3) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.
4) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan.
5) Dengan berjalan bertambah intensitasnya.
6) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri.
7) Adanya lendir bercampur darah..
8) Ada penurunan bagian terendah janin.
9) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi .
10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya.
2.1.5 Lama Persalinan
Lama persalinan adalah apabila persalinan yang telah berlangsung lebih dari 14
jam tanpa kelahiran bayi dimana fase laten berlangsung lebih dari 8 jam dan dilatasi
serviks dikanan garis waspada pada partograf (Saifuddin, 2010). Sebab-sebab
terjadinya lama persalinan adalah multikompleks dan bergantung pada pengawasan
Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan
Primipara Multipara
Rata-rata Upper
normal Rata-rata Upper normal
Fase laten 8 jam 16 jam 5 jam 10 jam
Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval
kelahiran, status psikologis, posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta
karakteristik kontraksi uterus. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memantau
kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik adalah partograf.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR,
2011).
Perasaan takut yang terjadi pada ibu menjelang persalinan dapat menyebabkan
stress pada ibu. Selain itu stress dapat membuat persalinan menjadi lebih lama karena
ibu terus dibayangi oleh rasa takut akan proses persalinannya. Sebuah Riset yang
dilakukan di Norwegia menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami rasa takut akan
sampai satu jam dibandingkan pada ibu hamil yang rileks menjelang persalinan.
Selain itu rasa takut juga akan membuat proses persalinan menjadi tidak normal,
sehingga persalinan harus dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau
persalinan bisa mengarah ke bedah Caesar (Bidanku, 2012).
Akibat lama persalinan pada ibu dapat menyebabkan robekan pada rahim,
kematian pada ibu yang diakibatkan perdarahan dan infeksi. Sedangkan pada janin
persalinan lama dapat menyebabkan denyut jantung janin menjadi lebih cepat dan
tidak teratur, air ketuban bercampur dengan mekonium berwarna kehijau-hijauan dan
berbau, terjadi kaput succedaneum yang lebih besar, moulage kepala yang hebat dan
bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan (Saifuddin, 2010). 2.1.6 Faktor – faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan
Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan 5 faktor, yaitu
jalan lahir, kekuatan yang mendorong (his, mengejan), janin yang didorong, psikis
ibu dan penolong persalinan. Dari kelima komponen tersebut hanya kekuatan his
yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan
(Johariyah, 2012).
Faktor-faktor yang memengaruhi lama persalinan menurut Mochtar (2006)
adalah sebagai berikut :
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos rahim), kekuatan mengejan ibu, kontraksi rahim
rahim memiliki 3 fase yaitu increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme
(puncak/maksimum) decement (ketika relaksasi)
Kontraksi rahim terjadi karena adanya penimbunan dan peningkatan kalsium
pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat (ATP) dan
sebaliknya E2 dan F2α mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada
retikulum endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan
menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali
lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraseluler akan berkurang dan menyebabkan
relaksasi miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk
menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya kontraksi korpus rahim dan akan
mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif,
kepala janin meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus,
kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut,
siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi rahim bersifat otonom artinya tidak
dapat dikendalikan oleh ibu, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya
bersifat koordinatif.
a) Kekuatan his kala I (Manuaba, 2010) :
(1) Kontraksi bersifat simetris.
(2) Fundal dominan (fundus uteri berkontraksi lebih dulu).
(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek
mengejan.
(5) Diikuti retraksi dimana rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong
kesegmen bawah rahim.
(6) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat
menjalar kearah paha. Akhir kala I ditandai dengan pembukaan lengkap, ketuban
pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.
b) Kekuatan his kala II.
Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitude 60
mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his
menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah
menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser sehingga terjadi reflek
mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala
sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, mata hidung, mulut, dagu
dan lahirlah seluruh tubuh bayi.
c) Kekuatan his kala III.
Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, his berkontraksi untuk melepaskan plasenta
dari insersinya.
d) Kekuatan his kala IV.
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitude 60-80
mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah
kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran
darah post partum.
2. Passage atau Jalan Lahir
Jalan lahir yang paling penting dan menentukan persalinan adalah pelvis minor,
yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan
jaringan ikat yang kuat. Yang dikatakan dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau
panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas : pintu atas panggul, bidang terluas
panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.
3. Passanger atau Janin
Keadaan janin meliputi letak, presentase, ukuran atau berat janin, ada tidaknya
kelainan anatomik mayor. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar dengan ibu
DM, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang
berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak sungsang
mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala
terbatas dengan waktu 8 menit.
4. Psikis Ibu
Pada ibu hamil trimester III selalu dihinggapi perasaan takut yang lebih
dibandingkan trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan ketakutan ibu dalam
menghadapi proses persalinan. Apabila keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh ibu,
maka pada saat menjelang persalinan biasanya ibu akan mengalami kecemasan dan
melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk
distress lainnya.
Cluett (2000) menyebutkan bahwa stress psikologis memiliki efek fisik yang
kuat pada persalinan. Hormon stress seperti adrenalin berinteraksi dengan reseptor
beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi serta dapat memperlambat
persalinan (Chapman, 2006).
Kecemasan ibu dalam persalinan dapat berdampak menurunkan aliran darah ke
rahim, meningkatnya waktu kala I (persalinan lama), menurunnya aliran darah ke
plasenta, menurunnya suplai oksigen untuk janin, meningkatnya produksi
katekolamin janin, serta meningkatnya persepsi wanita yang negatif. Selain itu dalam
Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan lama
adalah respon stress dan ini menempati urutan paling atas di antara
penyebab-penyebab yang lainnya.
Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat telah dikembangkan metode
non-farmakologis untuk menghadapi persalinan yaitu hypnobirthing. Metode ini
merupakan metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik,
tegang dan tekanan-tekanan lain yang menghantui selama persalinan. Hypnobirthing
banyak memberi manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu rileks, bersikap
tenang dan menstabilkan emosi. Kondisi ibu yang tidak mendukung (seperti stress)
ternyata ikut andil dalam mempersulit proses persalinan. Kondisi stress pada ibu
menegang, kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Semakin ibu stress maka
persalinan akan menjadi semakin lama.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari
kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Persalinan
yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan
dan alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Rohani,
2011).
Kompetensi yang dimiliki seorang penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan
pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktek dalam
memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah, 2010).
Penolong persalinan harus memiliki ketrampilan yang telah diajarkan dalam
pelatihan asuhan persalinan dan harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi
semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan
dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah,
puskesmas, ataupun rumah sakit. Penolong persalinan bisa saja Bidan, perawat,
dokter umum atau spesialis obstetrik. Jenis asuhan yanga akn diberikan harus
disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi
Penolong adalah faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu
adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, artinya masih
banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara
tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi (Yanti, 2010).
Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing termasuk pada
psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam
menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul
sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu
dapat mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu
menjadi memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan proses persalinan.
Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan waktu 2,5 jam dimana
persalinan menjadi lebih cepat dan lancar (Kuswandi, 2013).
2.2 Nyeri Persalinan
2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan merupakan sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan
akibat stimulasi saraf sensorik. Nyeri persalinan terdiri atas dua komponen yaitu
komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis merupakan
proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan impuls tersebut
menuju saraf pusat. Sementara komponen psikologis meliputi rekognisi sensasi,
Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri
yang berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang
dimilikinya. Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal terebut
dikarenakan :
1. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, sedangkan nyeri
yang lain pada umumnya mengindikasikan adanya injuri atau penyakit.
2. Seorang ibu dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri pada saat
persalinan sehingga nyeri tersebut dapat diantisipasi.
3. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu seorang ibu
untuk mengatasi nyeri pesalinan yang bersifat intermitten (sementara). Nyeri
persalinan tersebut dapat berakhir setelah kelahiran bayi.
4. Konsentrasi ibu yang tertuju pada bayi dapat menjadikan motivasi bagi ibu untuk
lebih toleran terhadap rasa sakit yang dirasakan saat persalinan.
Rasa nyeri yang dirasakan seseorang merupakan akibat respon fisik dan refleks
fisik. Persepsi nyeri pada setiap orang akan berbeda karena setiap orang memiliki
perbedaan budaya, koping mekanisme yang digunakan, tingkat pengetahuan dan
sebagainya.
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi persepsi nyeri persalinan menurut
1. Umur dan Paritas
Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum masuk dalam
persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks wanita primipara yang
menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara. Intensitas
kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada multipara,
terutama pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita dengan usia
muda mengalami nyeri tidak berat seperti yang dirasakan pada wanita dengan usia
yang lebih tua.
2. Ras, Budaya dan Etnik
Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh terhadap
cara orang mengekspresikan rasa nyeri pada saat persalinan. Ekspresi nyeri tersebut
berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang
kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu penolong
persalinan dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak
dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.
3. Mekanisme Koping
Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress akibat
nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang mengancam
integritas individu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk mengontrol rasa
nyerinya. Dalam hal ini, peran bidan adalah mengobservasi bagaimana ibu dapat
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi bidan untuk memberikan
alternative metode penanganan nyeri yang familiar bagi ibu.
4. Metode Relaksasi yang Digunakan
Apabila seseorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama
kontraksi, maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses
persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan
kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyerinya, menurunkan rasa cemas,
menurunkan kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus dan
menurunkan ketegangan otot. Teknik relaksasi yang digunakan dapat berupa teknik
pernapasan saat kontraksi atau menggunakan teknik relaksasi mendalam seperti
hypnobirthing.
5. Cemas dan Takut
Kecemasan ringan dan sedang sebenarnya akan berefek positif terhadap ibu
bersalin sehingga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap proses kehamilan dan
persalinannya sekaligus dapat meningkatkan pengetahuannya tentang proses yang
akan dialaminya. Akan tetapi pada kecemasan berat akan menyebabkan ketidak
mampuan ibu untuk menoleransi nyeri persalinan yang dialaminya.
Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan aliran
darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot pelvis,
kontraksi uterus yang terganggu dan hilangnya tenaga pendorong ibu selama kala II
meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol
rasa nyerinya.
6. Kelelahan
Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan tidak
mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus akibat
dari relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga
menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontrol
keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan lebih banyak
disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya cairan dan kalori
yang dikonsumsi, serta ketidak mampuan ibu dalam mengelola energinya saat
persalinan. Kadangkala ibu memerlukan medikasi untuk memfasilitasi istirahat ibu
antara lain hipnotis dan akupressur. Selain metode tersebut, perlu diperhatikan juga
intake cairan dan kalori ibu serta perubahan posisi untuk mengurangi kelelahan pada
ibu.
7. Lama Persalinan
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih
lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan
oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan
kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan.
Waktu persalinan bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan,
akan menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama serta meningkatkan kecemasan
8. Posisi Maternal dan Fetal
Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu,
kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi supinasi.
Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena cava inferior
dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan
demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan
menurunkan persepsi nyeri.
Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada
area sacrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung
ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput
posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat
menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan
proses persalinan mengalami kemajuan.
Menurut Batbual (2010) stress pada ibu bersalin menyebabkan terjadinya
peningkatan konsumsi glukosa tubuh yang menyebabkan kelelahan dan sekresi
katekolamin yang menghambat kontraksi uterus. Peningkatan katekolamin
menyebabkan beralihnya aliran darah dari rahim dan plasenta dan organ-organ lain
yang tidak penting untuk penyelamatan segera ke organ-organ yang penting dalam
reaksi melawan atau menghindar, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot rangka.
Hal tersebut menyebabkan penurunan aliran darah ke rahim dan plasenta,
menyebabkan persalinan lama, cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stress
berkepanjangan.
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang
dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan
darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2005).
2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan
Menurut Bobak (2005) rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh
tiga hal yaitu :
Tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan:
(1) Dilatasi dan penipisan serviks
(2) Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)
akibat kontraksi arteri miometrium. Implus rasa nyeri tahap pertama persalinan
ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf sensori torakal
bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus
dan serviks.
Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri
viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar
punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2005).
Tahap Kedua Persalinan, saat pengeluaran bayi ibu mengalami nyeri somatik
peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat
tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat
diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian
terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain.
Implus nyeri pada tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan sistem
parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga
ialah nyeri rahim, yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap pertama
persalinan (Bobak, 2005).
Nyeri dapat berupa nyeri lokal disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi
dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering
digambarkan sebagai sensasi nyeri terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang.
Nyeri juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan di punggung, dipinggang, dan
dipaha (Bobak, 2005).
2.2.4 Lama Nyeri Persalinan
Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat
dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kali bersalin, kala pembukaan
berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita
yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7
jam dan kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Maya, 2010).
2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri
Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri
Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal,
seperti kuesioner nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri
yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri
disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang
menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada
bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk
menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan
tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price, 2005).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri
klien :
a. Face Pain Rating Scale
b. Skala Intensitas Nyeri
Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1 - 3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4 – 6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7 – 9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri menggunakan Face
Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. Skala
deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Penolong
persalinan juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan
klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numeric
(Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan
patokan 10 cm (Maryunani, 2010).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi ibu kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran