• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

TESIS

Oleh

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF HYPNOBIRTHING ON DURATION OF LABOR OF DELIVERING WOMEN IN EKA SRI WAHYUNI MATERNITY CLINIC

MEDAN DENAI SUBDISTRICT IN 2014

THESIS

By

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

T E S I S

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

YENNI KURNIAWATI 127032127/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(4)

Judul Tesis : PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Yenni Kurniawati

Nomor Induk Mahasiswa : 127032127

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 5 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH HYPNOBIRTHING TERHADAP LAMA PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI KLINIK BERSALIN EKA SRI WAHYUNI

KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

(7)

ABSTRAK

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.

Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.

(8)

ABSTRACT

Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.

The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.

The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.

It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan

Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di

Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwa ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing

pertama yaitu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan

kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing kedua, dimana kedua

pembimbing memiliki penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian dalam memberikan

bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini. Selanjutnya penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan

(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) dan Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes,

Ph.D, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan

masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan,

doa pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran

serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis

penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Januari 2015 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yenni Kurniawati berumur 33 tahun dilahirkan di Benteng

Rejo pada tanggal 09 Juni 1981 beragama Islam, penulis anak pertama dari empat

bersaudara dengan status sudah menikah dan anak dari pasangan Hariyanto dan

Sarimpi.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

No 050694 Batang Serangan pada tahun 1987 – 1993. Pada tahun 1993 – 1996,

penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Padang Tualang. Pada tahun 1996 – 1999, penulis melanjutkan pendidikan di SPK Dep.Kes RI Medan. Pada tahun 2000

– 2003, penulis melanjutkan kuliah D-III di Akademi Kebidanan Dep.Kes RI Medan.

Pada tahun 2005 – 2007, penulis melanjutkan kuliah D-IV Bidan Pendidik di

Poltekkes KepMenKes RI Medan , dan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 penulis

bekerja di Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan. Selanjutnya pada tahun

2011 sampai tahun 2013 penulis bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi

Binjai. Pada tahun 2012 selain bekerja di Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi

Binjai, penulis juga bekerja di Akademi Kebidanan Medica Bakti Persada Kota

Subulussalam, Akademi Kebidanan Kharisma Husada Binjai dan Akademi

Keperawatan Sehat Binjai sampai dengan sekarang. Pada tahun 2012 penulis

melanjutkan kuliah di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1Pengertian Persalinan ... 8

2.1.2Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ... 9

2.1.3Proses Persalinan ... 10

2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan ... 15

2.1.5 Lama Persalinan ... 15

2.1.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan ... 17

2.2 Nyeri Persalinan ... 23

2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan ... 23

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan ... 24

2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan ... 28

2.2.4 Lama Nyeri Persalinan ... 30

2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri ... 30

2.2.6 Akibat tidak Mengatasi Nyeri ... 33

2.2.7 Metode Alternatif Mengatasi Nyeri Persalinan ... 34

2.3 Konsep Dasar Hypnobirthing ... 34

2.3.1 Pengertian Hypnobirthing ... 35

2.3.2 Manfaat Hypnobirthing ... 39

2.3.3 Hypnobirthing dalam Kehamilan ... 43

2.3.4 Teknik Hypnobirthing Menjelang Persalinan ... 44

(13)

2.3.6 Komunikasi dengan Spirit Baby Sukseskan Proses

Persalinan ... 50

2.3.6.1 Komunikasi Lewat Jalur Batin ... 50

2.3.6.2 Manfaat Berkomunikasi dengan Spirit Baby ... 51

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 61

3.6.1 Pengolahan Data ... 61

4.3.2 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan 75 4.3.3 Hubungan Umur dan Pengetahuan dengan Lama Persalinan ... 76

4.4 Analisis Multivariat ... 77

4.4.1 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 77

(14)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 79

5.1 Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primipara dan Multipara ... 79

5.2 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara ... 82

5.3 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Multipara ... 84

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan ... 16

3.1 Duration of Labor (Mean ± SD) ... 57

3.2 Definisi Operasional ... 60

4.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan, Umur, Paritas, Suku dan Pengetahuan Menurut Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 66

4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 68

4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan pada Kelompok Kontrol Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa ... 70

4.4 Distribusi Frekuensi Paritas Multipara dan Intensitas Nyeri di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 72

4.5 Deskriptif Lama Persalinan ... 73

4.6 Uji Normalitas Data Lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 73

4.7 Hubungan Hypnobirthing dengan Lama Persalinan Primipara dan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74

4.8 Hubungan Pendidikan dan Suku dengan Lama Persalinan Primipara dan Multipara pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 74

(16)

pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 76

4.10 Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Pendidikan dan Pengetahuan) dan Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai ... 77

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skala Face Pain Rating ... 31

2.2 Skala Pengukuran Nyeri ... 32

2.3 Landasan Teori ... 54

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Lembar Penjelasan ... 94

2 Lembar Persetujuan ... 95

3 Kuesioner Pengetahuan ... 96

4 Master Data ... 99

5 Hasil Statistik Analisis Univariat ... 101

6 Analisis Bivariat Primipara ... 111

7 Hasil Statistik Multipara ... 115

(19)

ABSTRAK

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Salah satu faktor yang memengaruhi lama persalinan adalah nyeri persalinan. Rasa nyeri kini dapat di kurangi dengan metode relaksasi hypnobirthing yang bertujuan untuk membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

Jenis penelitian menggunakan Pre Experimental Designs dengan jenis The Static-Group Comparison. Populasi perlakuan adalah seluruh ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai yang sudah mendapat sugesti hypnobirthing. Populasi kontrol adalah ibu bersalin yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak mendapat sugesti hypnobirthing. Sampel berjumlah 25 untuk kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-independent.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada primipara(p<0,001). Hypnobirthing tidak berpengaruh terhadap lama persalinan multipara, tetapi variabel perancu pengetahuan (p=0,002) dan suku (p=0,015) mempunyai pengaruh terhadap lama persalinan multipara.

Disarankan pada pihak praktisi hypnobirthing agar dapat memotivasi ibu bersalin khususnya primipara agar melakukan hypnobirthing secara intensif sejak masa awal kehamilan, dengan mengikuti kelas ibu hamil sehingga persalinan tidak membutuhkan waktu yang lama dan rasa sakit lebih sedikit.

(20)

ABSTRACT

Prolonged labor is labor which takes more than 24 hours for primipara childbirth and more than 18 hours for multipara childbirth . One of the factors which influence duration of labor is childbirth cramps. Now a days, cramps can be reduced by hypnobirthing relaxation method which is aimed to make the process of give birth a relief without too much pain. The objective of the research was to find out the influence of hypnobirthing on duration of labor of delivering women in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict in 2014.

The research used Pre Experimental with Static-Group Comparison design. The treatment population was all delivering women who got hypnobirthing sugesstions in Eka Sri Wahyuni Maternity Clinic Medan Denai Subdistrict, while the control population was those who did not get hypnobirthing in Tutun Sehati Maternity Clinic Tanjung Morawa Subdistrict. The samples were 25 respondents from treatment population, and 25 respondents from control population. The data were analyzed by using t-independent test.

The results of the research showed that there was the influence of hypnobirthing on duration of labor among primipara (p<0.001), Hypnobirthing did not influence the duration of labor among multipara, but confounding variables of knowledge (p=0,002) and tribe (p=0,015) could influence duration of labor among multipara.

It is recommended that hypnobirthing practitioners motivate delivering women, especially who give birth for the first time, to do hypnobirthing intensively since the beginning of pregnancy by participating in classes for pregnant women so that childbirth process will not take a long time and pain can be reduced.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 memperkirakan di seluruh

dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Angka Kematian Ibu (AKI) cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI

ini jauh meningkat di bandingkan dengan hasil SDKI pada tahun 2007 yaitu 228 per

100.000 kelahiran hidup (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebagian besar disebabkan

oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan

hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. Melakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam

mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang dialami oleh ibu hamil

(Saifuddin, 2011).

Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung maupun penyebab tidak

langsung. Penyebab langsung dari AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil,

bersalin dan nifas atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai

hal yang terjadi seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsi),

(22)

persalinan adalah persalinan lama. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu

adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya

(Dinkes Jawa Tengah, 2009).

Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk

primipara, dan lebih dari 18 jam untuk multipara. Masalah yang terjadi pada

persalinan lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung lebih

dari 12 jam tetapi bayi belum lahir, dilatasi servik di kanan garis waspada pada

persalinan fase aktif (Saifuddin, 2011).

Menurut data SDKI 2012 sebanyak 53% ibu tidak mengalami komplikasi pada

saat melahirkan, terjadi persalinan lama sebanyak 12%, perdarahan berlebihan 9%,

demam 7%, komplikasi kejang 2% dan ketuban pecah dini lebih dari 6 jam 17%.

Faktor-faktor penyebab persalinan lama antara lain adalah karena letak janin,

kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan

kongenital, primitua perut gantung, grandemultipara dan ketuban pecah dini.

Selain itu salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri

persalinan. Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri

persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Pada fase

laten terjadi pembukaan sampai 3 cm, bisa berlangsung selama 8 jam. Nyeri berasal

dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya volume

maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat,

puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan terjadi mulai 3 cm sampai 10

(23)

berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat

menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama

bahkan dapat menimbulkan kematian (Sarwono, 2011).

Pada ibu hamil hampir semuanya mengalami kekhawatiran, kecemasan dan

ketakutan baik selama hamil, saat menghadapi persalinan, maupun selama persalinan.

Kecemasan yang dirasakan umumnya mulai dari khawatir tidak bisa menjaga

kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh sempurna, khawatir keguguran, takut

sakit saat persalinan, takut bila nanti dijahit perineum, bahkan yang lebih parah lagi

ibu takut terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga dapat menimbulkan

kematian (Aprilia, 2012).

Bila ibu bersalin merasa cemas dan takut menghadapi proses persalinan, maka

hormon adrenalin akan keluar dan dapat menghambat pelepasan oksitosin yang

diperlukan untuk kemajuan persalinan. Begitu ibu menjadi tenang dan rileks,

oksitosin akan mengalir dan akan muncul endorphin yang dapat menghilangkan nyeri

(Chapman, 2006).

Rasa nyeri saat melahirkan bisa di perberat oleh ketakutan. Namun, rasa nyeri

itu kini dapat di kurangi atau bahkan di hilangkan sama sekali. Salah satu tindakan

alternatif kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, mengurangi nyeri dan

menurunkan kebutuhan terhadap intervensi adalah metode hypnosis, metode ini oleh

Mongan disebut Hypnobirthing. Metode hypnosis merupakan teknik yang efektif

untuk memberikan sugesti positif secara jelas dan tepat kepada janin sehingga

(24)

relaksasi hypnobirthing membantu melancarkan persalinan dan meminimalisasi rasa

sakit. Beberapa orang mungkin masih merasakan sakit, tetapi dengan hypnobirthing

rasa sakit itu tidak akan terasa begitu kuat sampai dapat mengurangi trauma pada saat

persalinan (Batbual, 2010).

Hypnobirthing merupakan bagian dari self-hypnosis yang bertujuan untuk

membuat proses melahirkan menjadi sesuatu yang membahagiakan, tanpa adanya

rasa sakit berlebihan. Teknik hypnosis yang dipraktikkan di dalam kelancaran proses

melahirkan ini mulai dipergunakan semenjak tahun 1950, meskipun namanya

mungkin belum dikenal seperti sekarang. Saat itu salah satu fungsi hypnosis adalah

menjawab kekhawatiran dan ketakutan ibu hamil dalam menghadapi rasa sakit pada

saat proses persalinan. Akhirnya, self-hypnosis di dalam meredakan rasa sakit ini

dicoba untuk diterapkan dalam hal mengurangi rasa sakit di saat melahirkan secara

normal (Muhepi, 2013).

Hypnobirthing terbukti mampu menjawab kekhawatiran ibu hamil dalam

menghadapi proses persalinan. Sebuah studi oleh Fuchs et al (2009) dilakukan pada

138 ibu hamil yang menderita mual dan muntah sangat parah kemudian dilakukan

hypnobirthing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 138 ibu hamil, 87 ibu hamil

dilakukan hypnobirthing dan hasilnya 62 (71,3%) ibu hamil bebas dari rasa mual dan

muntah, 24 (27,6%) ibu hamil bebas dari mual dan muntah meskipun bertahap, dan 1

(1,1%) ibu hamil gagal.

Penelitian yang dilakukan oleh Shawn (2001), menyebutkan bahwa fase aktif

(25)

mengikuti Hypnobirthing prenatal class fase aktif hanya berlangsung 4,5 jam.

Sementara kala II pada primipara berlangsung 2 jam sedangkan pada wanita yang

mengikuti Hypnobirthing prenatal class lama kala II hanya berlangsung 1 jam

(Aprillia, 2012).

Hypnobirthing dapat mempersingkat fase awal proses persalinan, yaitu

pembukaan serviks yang biasanya bisa memerlukan waktu sampai 14 jam pada

primipara dengan hypnobirthing maka fase awal persalinan menjadi lebih singkat

yaitu kurang dari 14 jam. Penelitian lain yang dilakukan oleh Am J Clin Hypn tahun

2004 membuktikan bahwa ibu hamil yang mengikuti latihan hypnobirthing

mengalami ketenangan dan mempunyai emosional yang lebih positif di bandingkan

dengan yang tidak terbiasa melakukan relaksasi secara teratur. Menurut Jenkins dan

Pritchard, di Amerika tahun 1950 terjadi pengurangan lama persalinan kala satu fase

aktif 3 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Sedangkan Abramson,

menemukan terjadi percepatan persalinan kala satu fase aktif 3,23 jam. Penelitian di

Inggris oleh Mellegren, A., menemukan secara statistik terjadi penurunan lama

persalinan yang signifikan pada primigravida dan multigravida, hasilnya pada 70

pasien yang di hypnosis lama persalinan 6 jam 21 menit, 70 pasien yang diajarkan

hanya relaksasi saja lama persalinan 9 jam 28 menit dan pada 70 pasien kontrol lama

persalinan 9 jam 45 menit (Aprillia, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Batbual di Daerah Istimewa Yogyakarta (2010)

menemukan bahwa rata-rata lama kala satu pada ibu primigravida dengan

(26)

jam) dengan perbedaan 7,14 jam. Jadi, lama kala satu lebih singkat dengan

menggunakan hypnobirthing dari pada tanpa hypnobirthing (Batbual, 2010).

Dari survei awal yang telah dilakukan pada bulan Januari 2014 di Klinik Eka

Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai didapatkan bahwa dari 22 ibu bersalin dengan

hypnobirthing, 12 ibu bersalin (54,5%) persalinan kala I berlangsung cepat dan

singkat, 8 ibu bersalin (36,4%) merasakan nyeri dalam kategori ringan setelah

dilakukan hypnobirthing dan ibu bersalin memberikan kesan positif tentang

penerapan hypnobirthing saat melahirkan karena setelah dilakukan hypnobirthing

mereka mengatakan lebih rileks dan nyeri yang dirasakan berkurang, dan 2 ibu

bersalin (9,1%) mengeluh nyeri dengan skala sedang berat. Ibu bersalin yang

diberikan hypnobirthing tidak ada yang memperlihatkan tanda-tanda stress fisiologis

maupun stress fisik seperti yang terjadi pada ibu bersalin di klinik bersalin Eka Sri

Wahyuni Kecamatan Medan Denai.

Meskipun teori tentang hypnobirthing dapat mempercepat lama persalinan kala

I sudah ada, tetapi masih terbatasnya pembuktian ilmiah tentang teori tersebut.

Permasalahan yang ada bahwa hingga saat ini praktisi hypnobirthing masih sangat

sedikit. Apalagi praktisi hypnobirthing yang berlatar belakang tenaga kesehatan. Hal

ini juga disebabkan bahwa hypnobirthing merupakan ilmu baru di Indonesia sehingga

membutuhkan waktu dan biaya untuk melakukan pelatihan serta dibutuhkan

sosialisasi serta bukan merupakan kompetensi dasar bagi tenaga kesehatan. Hal inilah

yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil dan bersalin masih sedikit menggunakan

(27)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Lama Persalinan Pada

Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun

2014”.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu faktor yang memengaruhi lamanya persalinan adalah nyeri

persalinan. Nyeri yang terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa

takut, khawatir dan menimbulkan stres. Stres dapat menyebabkan melemahnya

kontraksi rahim dan berakhir pada persalinan yang lama.

Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah “Bagaimana Pengaruh

Hypnobirthing terhadap lama Persalinan pada Ibu Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri

Wahyuni Kecamatan Medan Denai Tahun 2014?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu

Bersalin di Klinik Bersalin Eka Sri Wahyuni Kecamatan Medan Denai tahun 2014.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh hypnobirthing terhadap lama persalinan pada Ibu Bersalin di

(28)

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi tenaga kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

menerapkan hypnobirthing pada masa kehamilan dan persalinan sehingga kehamilan

dan persalinan dapat berlangsung dengan cepat, aman dan dapat mengurangi risiko

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan (labor) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta,

dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan

alat atau dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan atau proses kelahiran adalah

peristiwa normal. Proses ini diawali dengan rahim mengalami kontraksi secara teratur

yang kemudian menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks atau jalan lahir.

Perubahan pada serviks atau jalan lahir ini dibantu dorongan dari ibu dan janin dan

akan menghasilkan keluarnya bayi dari rahim ibu (Varney, 2006).

Menurut Johariyah (2012), persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

selaput plasenta keluar dari rahim ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya

terjadi pada usia cukup bulan (37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau

tanpa bantuan alat (kekuatan sendiri).

Bentuk persalinan berdasarkan definisinya adalah sebagai berikut (Johariyah,

2012) :

1) Persalinan spontan, yaitu apabila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan, yaitu apabila proses persalinan berlangsung dengan bantuan

(30)

3) Persalinan anjuran, yaitu apabila proses persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

2.1.2 Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga

menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya persalinan.

Adapun teori-teori tentang penyebab terjadinya persalinan adalah (Johariyah, 2012):

1) Teori Peregangan Otot

a) Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi rahim sehingga persalinan

dapat dimulai.

c) Pada kehamilan ganda, sering terjadi kontraksi setelah keregangan sehingga

menimbulkan proses persalinan.

2) Teori Penurunan Progesteron

a) Proses penuaan plasenta dimulai pada umur kehamilan 28 minggu, dimana

terjadi pelebaran pada jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami

penyempitan.

b) Produksi Progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim menjadi

lebih sensitif terhadap oksitosin.

c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah terjadi penurunan hormon

progesteron.

3) Teori Oksitosin Internal

(31)

b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.

c) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat

meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.

4) Teori Prostaglandin

a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang dikeluarkan

oleh desidua.

b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

c) c).Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan.

5) Teori Hipothalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis

a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anancephalus sering terjadi

kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hypothalamus.

b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya

menunjukkan kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.

c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara

hypothalamus dengan mulainya persalinan.

d) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

2.1.3 Proses Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dimulai dari membukanya servik 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan

(32)

keluar sampai lahir. Kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding

rahim dan kemudian dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam

kemudian. Dalam kala IV tersebut diobservasi adanya perdarahan postpartum

(Sumarah,dkk, 2009).

2.1.3.1 Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan

nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan kala pembukaan his berlangsung

tidak begitu kuat sehingga ibu masih bisa berjalan-jalan. Secara klinis dapat

dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan

lendir bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari

kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah

berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis

tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini

berlangsung kurang lebih 14 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam)

dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm dan fase aktif (6 jam) dari pembukaan

serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2

jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase

deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada

(33)

multigravida, akan tetapi pada multigravida fase laten dan fase aktif terjadi lebih

pendek. Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1

cm/jam, dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.

Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu cenderung meningkat seiring

dengan ibu merasakan kontraksi dan nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut

kehilangan kendali dan menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa

ibu menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan rasa tidak berdaya.

Ibu memilih ditemani keluarga yang mendampingi agar bisa memberikan dukungan

yang lebih memuaskan sehingga rasa cemas dapat berkurang dibandingkan dengan

ibu yang bersalin tanpa ada pendamping persalinan (Maryunani, 2010).

Secara ringkas dapat disimpulkan pada Kala I persalinan akan muncul

tanda-tanda sebagai berikut :

1) Kontraksi yang datang perlahan dan akan semakin sering dan teratur yang

menandakan membukanya jalan lahir.

2) Mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang dan terbuka.

3) Keluarnya lendir bercampur dengan darah.

4) Saat mulut rahim mulai membuka, biasanya disertai dengan cairan ketuban.

Cairan ketuban ini terlihat jernih dan tidak berbau serta menetes tidak

terkendali.

5) Gerakan bayi menjadi lebih jarang kelihatan karena posisi bayi sudah menetap

(34)

2.1.3.2 Persalinan Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Pada kala ini his

terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah

turun memasuki ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada rektum akibat

penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin mengejan dan seperti akan buang

air besar dengan tanda anus membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan membukanya vulva dan anus. Labia mulai membuka dan tidak

lama kemudian kepala janin tampak divulva pada saat ada his. Adanya his yang

terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan bayi. Kala II pada

primipara berlangsung 1½ sampai 2 jam, sedangkan pada multipara berlangsung ½

sampai 1 jam (Manuaba, 2009).

2.1.3.3 Persalinan Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung

tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri

diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya.

Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga rahim setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena perlengketan plasenta

(35)

menebal dan akhirnya lepas dari dinding rahim. Setelah lepas, plasenta akan turun

kebagian bawah rahim atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah :

1) Uterus menjadi bundar atau globular

2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta di lepas ke segmen bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan.

Plasenta lepas secara spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika diraba dari

luar, maka fundus rahim sebelum plasenta lahir setinggi pusat dan setelah plasenta

lahir 2 jari dibawah pusat. Dengan plasenta lahir seluruhnya, maka ibu mulai

memasuki masa puerperium (nifas). Meskipun begitu, ibu masih memerlukan

observasi pasca persalinan (Maryunani, 2010).

2.1.3.4 Persalinan Kala IV

Kala IV persalinan atau yang disebut kala observasi adalah kala pengawasan

selama 2 jam setelah bayi lahir, ditujukan untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan post partum. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta

sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang dilakukan mencakup 7 hal penting

yang harus diperhatikan, Mochtar (2010) yaitu :

1) Kontraksi rahim baik.

2) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir.

3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap.

(36)

5) Luka perineum terawat.

6) Bayi dalam keadaan baik.

7) Ibu dalam keadaan baik.

2.1.4 Tanda-tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya ibu memasuki kala

pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Serviks menipis dan membuka.

2) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek.

3) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.

4) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan.

5) Dengan berjalan bertambah intensitasnya.

6) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri.

7) Adanya lendir bercampur darah..

8) Ada penurunan bagian terendah janin.

9) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi .

10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya.

2.1.5 Lama Persalinan

Lama persalinan adalah apabila persalinan yang telah berlangsung lebih dari 14

jam tanpa kelahiran bayi dimana fase laten berlangsung lebih dari 8 jam dan dilatasi

serviks dikanan garis waspada pada partograf (Saifuddin, 2010). Sebab-sebab

terjadinya lama persalinan adalah multikompleks dan bergantung pada pengawasan

(37)

Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan

Primipara Multipara

Rata-rata Upper

normal Rata-rata Upper normal

Fase laten 8 jam 16 jam 5 jam 10 jam

Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval

kelahiran, status psikologis, posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta

karakteristik kontraksi uterus. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memantau

kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik adalah partograf.

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya

mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah

terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPK-KR,

2011).

Perasaan takut yang terjadi pada ibu menjelang persalinan dapat menyebabkan

stress pada ibu. Selain itu stress dapat membuat persalinan menjadi lebih lama karena

ibu terus dibayangi oleh rasa takut akan proses persalinannya. Sebuah Riset yang

dilakukan di Norwegia menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami rasa takut akan

(38)

sampai satu jam dibandingkan pada ibu hamil yang rileks menjelang persalinan.

Selain itu rasa takut juga akan membuat proses persalinan menjadi tidak normal,

sehingga persalinan harus dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau

persalinan bisa mengarah ke bedah Caesar (Bidanku, 2012).

Akibat lama persalinan pada ibu dapat menyebabkan robekan pada rahim,

kematian pada ibu yang diakibatkan perdarahan dan infeksi. Sedangkan pada janin

persalinan lama dapat menyebabkan denyut jantung janin menjadi lebih cepat dan

tidak teratur, air ketuban bercampur dengan mekonium berwarna kehijau-hijauan dan

berbau, terjadi kaput succedaneum yang lebih besar, moulage kepala yang hebat dan

bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan (Saifuddin, 2010). 2.1.6 Faktor – faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan

Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan 5 faktor, yaitu

jalan lahir, kekuatan yang mendorong (his, mengejan), janin yang didorong, psikis

ibu dan penolong persalinan. Dari kelima komponen tersebut hanya kekuatan his

yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan

(Johariyah, 2012).

Faktor-faktor yang memengaruhi lama persalinan menurut Mochtar (2006)

adalah sebagai berikut :

1. Power

His (kontraksi ritmis otot polos rahim), kekuatan mengejan ibu, kontraksi rahim

(39)

rahim memiliki 3 fase yaitu increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme

(puncak/maksimum) decement (ketika relaksasi)

Kontraksi rahim terjadi karena adanya penimbunan dan peningkatan kalsium

pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat (ATP) dan

sebaliknya E2 dan F2α mencegah penimbunan dan pengikatan oleh ATP pada

retikulum endoplasma (RE), RE membebaskan kalsium kedalam intra seluler dan

menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali

lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraseluler akan berkurang dan menyebabkan

relaksasi miofibril.

Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk

menimbulkan refleksi yang meningkatkan daya kontraksi korpus rahim dan akan

mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif,

kepala janin meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus,

kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut,

siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi rahim bersifat otonom artinya tidak

dapat dikendalikan oleh ibu, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya

bersifat koordinatif.

a) Kekuatan his kala I (Manuaba, 2010) :

(1) Kontraksi bersifat simetris.

(2) Fundal dominan (fundus uteri berkontraksi lebih dulu).

(40)

(4) Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek

mengejan.

(5) Diikuti retraksi dimana rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong

kesegmen bawah rahim.

(6) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat

menjalar kearah paha. Akhir kala I ditandai dengan pembukaan lengkap, ketuban

pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.

b) Kekuatan his kala II.

Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitude 60

mmHg, interval 3-4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his

menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah

menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser sehingga terjadi reflek

mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan menimbulkan ekspulsi kepala

sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, mata hidung, mulut, dagu

dan lahirlah seluruh tubuh bayi.

c) Kekuatan his kala III.

Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, his berkontraksi untuk melepaskan plasenta

dari insersinya.

d) Kekuatan his kala IV.

Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitude 60-80

mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah

(41)

kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran

darah post partum.

2. Passage atau Jalan Lahir

Jalan lahir yang paling penting dan menentukan persalinan adalah pelvis minor,

yang terdiri dari susunan tulang yang kokoh dihubungkan oleh persendian dan

jaringan ikat yang kuat. Yang dikatakan dengan jalan lahir adalah pelvis minor atau

panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri atas : pintu atas panggul, bidang terluas

panggul, bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.

3. Passanger atau Janin

Keadaan janin meliputi letak, presentase, ukuran atau berat janin, ada tidaknya

kelainan anatomik mayor. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar dengan ibu

DM, terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu karena persalinan bahu yang

berat cukup berbahaya, sehingga dapat terjadi asfiksia. Pada letak sungsang

mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala

terbatas dengan waktu 8 menit.

4. Psikis Ibu

Pada ibu hamil trimester III selalu dihinggapi perasaan takut yang lebih

dibandingkan trimester sebelumnya. Hal ini dikarenakan ketakutan ibu dalam

menghadapi proses persalinan. Apabila keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh ibu,

maka pada saat menjelang persalinan biasanya ibu akan mengalami kecemasan dan

(42)

melimpahnya hormon katekolamin serta dipicu oleh adanya ketakutan dan bentuk

distress lainnya.

Cluett (2000) menyebutkan bahwa stress psikologis memiliki efek fisik yang

kuat pada persalinan. Hormon stress seperti adrenalin berinteraksi dengan reseptor

beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi serta dapat memperlambat

persalinan (Chapman, 2006).

Kecemasan ibu dalam persalinan dapat berdampak menurunkan aliran darah ke

rahim, meningkatnya waktu kala I (persalinan lama), menurunnya aliran darah ke

plasenta, menurunnya suplai oksigen untuk janin, meningkatnya produksi

katekolamin janin, serta meningkatnya persepsi wanita yang negatif. Selain itu dalam

Chapman (2006) menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan lama

adalah respon stress dan ini menempati urutan paling atas di antara

penyebab-penyebab yang lainnya.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat telah dikembangkan metode

non-farmakologis untuk menghadapi persalinan yaitu hypnobirthing. Metode ini

merupakan metode alamiah yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik,

tegang dan tekanan-tekanan lain yang menghantui selama persalinan. Hypnobirthing

banyak memberi manfaat karena melatih ibu hamil untuk selalu rileks, bersikap

tenang dan menstabilkan emosi. Kondisi ibu yang tidak mendukung (seperti stress)

ternyata ikut andil dalam mempersulit proses persalinan. Kondisi stress pada ibu

(43)

menegang, kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Semakin ibu stress maka

persalinan akan menjadi semakin lama.

5. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari

kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Persalinan

yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai ketrampilan

dan alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman (Rohani,

2011).

Kompetensi yang dimiliki seorang penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancar persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan

pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktek dalam

memberikan asuhan tidak terjadi (Asrinah, 2010).

Penolong persalinan harus memiliki ketrampilan yang telah diajarkan dalam

pelatihan asuhan persalinan dan harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi

semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan

dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah,

puskesmas, ataupun rumah sakit. Penolong persalinan bisa saja Bidan, perawat,

dokter umum atau spesialis obstetrik. Jenis asuhan yanga akn diberikan harus

disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi

(44)

Penolong adalah faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu

adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, artinya masih

banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara

tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi (Yanti, 2010).

Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing termasuk pada

psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam

menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul

sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu

dapat mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu

menjadi memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan proses persalinan.

Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan waktu 2,5 jam dimana

persalinan menjadi lebih cepat dan lancar (Kuswandi, 2013).

2.2 Nyeri Persalinan

2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan

akibat stimulasi saraf sensorik. Nyeri persalinan terdiri atas dua komponen yaitu

komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis merupakan

proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan impuls tersebut

menuju saraf pusat. Sementara komponen psikologis meliputi rekognisi sensasi,

(45)

Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri

yang berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang

dimilikinya. Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal terebut

dikarenakan :

1. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, sedangkan nyeri

yang lain pada umumnya mengindikasikan adanya injuri atau penyakit.

2. Seorang ibu dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri pada saat

persalinan sehingga nyeri tersebut dapat diantisipasi.

3. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu seorang ibu

untuk mengatasi nyeri pesalinan yang bersifat intermitten (sementara). Nyeri

persalinan tersebut dapat berakhir setelah kelahiran bayi.

4. Konsentrasi ibu yang tertuju pada bayi dapat menjadikan motivasi bagi ibu untuk

lebih toleran terhadap rasa sakit yang dirasakan saat persalinan.

Rasa nyeri yang dirasakan seseorang merupakan akibat respon fisik dan refleks

fisik. Persepsi nyeri pada setiap orang akan berbeda karena setiap orang memiliki

perbedaan budaya, koping mekanisme yang digunakan, tingkat pengetahuan dan

sebagainya.

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan

Ada beberapa faktor yang memengaruhi persepsi nyeri persalinan menurut

(46)

1. Umur dan Paritas

Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum masuk dalam

persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks wanita primipara yang

menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara. Intensitas

kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada multipara,

terutama pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita dengan usia

muda mengalami nyeri tidak berat seperti yang dirasakan pada wanita dengan usia

yang lebih tua.

2. Ras, Budaya dan Etnik

Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh terhadap

cara orang mengekspresikan rasa nyeri pada saat persalinan. Ekspresi nyeri tersebut

berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang

kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu penolong

persalinan dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak

dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.

3. Mekanisme Koping

Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress akibat

nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang mengancam

integritas individu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk mengontrol rasa

nyerinya. Dalam hal ini, peran bidan adalah mengobservasi bagaimana ibu dapat

(47)

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi bidan untuk memberikan

alternative metode penanganan nyeri yang familiar bagi ibu.

4. Metode Relaksasi yang Digunakan

Apabila seseorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama

kontraksi, maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses

persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan

kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyerinya, menurunkan rasa cemas,

menurunkan kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus dan

menurunkan ketegangan otot. Teknik relaksasi yang digunakan dapat berupa teknik

pernapasan saat kontraksi atau menggunakan teknik relaksasi mendalam seperti

hypnobirthing.

5. Cemas dan Takut

Kecemasan ringan dan sedang sebenarnya akan berefek positif terhadap ibu

bersalin sehingga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap proses kehamilan dan

persalinannya sekaligus dapat meningkatkan pengetahuannya tentang proses yang

akan dialaminya. Akan tetapi pada kecemasan berat akan menyebabkan ketidak

mampuan ibu untuk menoleransi nyeri persalinan yang dialaminya.

Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan aliran

darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot pelvis,

kontraksi uterus yang terganggu dan hilangnya tenaga pendorong ibu selama kala II

(48)

meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol

rasa nyerinya.

6. Kelelahan

Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan tidak

mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus akibat

dari relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga

menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontrol

keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan lebih banyak

disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya cairan dan kalori

yang dikonsumsi, serta ketidak mampuan ibu dalam mengelola energinya saat

persalinan. Kadangkala ibu memerlukan medikasi untuk memfasilitasi istirahat ibu

antara lain hipnotis dan akupressur. Selain metode tersebut, perlu diperhatikan juga

intake cairan dan kalori ibu serta perubahan posisi untuk mengurangi kelelahan pada

ibu.

7. Lama Persalinan

Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih

lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan

oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan

kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan.

Waktu persalinan bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan,

akan menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama serta meningkatkan kecemasan

(49)

8. Posisi Maternal dan Fetal

Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu,

kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi supinasi.

Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena cava inferior

dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan

demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan

menurunkan persepsi nyeri.

Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada

area sacrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung

ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput

posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat

menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan

proses persalinan mengalami kemajuan.

Menurut Batbual (2010) stress pada ibu bersalin menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi glukosa tubuh yang menyebabkan kelelahan dan sekresi

katekolamin yang menghambat kontraksi uterus. Peningkatan katekolamin

menyebabkan beralihnya aliran darah dari rahim dan plasenta dan organ-organ lain

yang tidak penting untuk penyelamatan segera ke organ-organ yang penting dalam

reaksi melawan atau menghindar, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot rangka.

Hal tersebut menyebabkan penurunan aliran darah ke rahim dan plasenta,

(50)

menyebabkan persalinan lama, cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stress

berkepanjangan.

Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang

dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan

darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan

meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2005).

2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan

Menurut Bobak (2005) rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh

tiga hal yaitu :

Tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan:

(1) Dilatasi dan penipisan serviks

(2) Iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)

akibat kontraksi arteri miometrium. Implus rasa nyeri tahap pertama persalinan

ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf sensori torakal

bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus

dan serviks.

Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri

viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar

punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama

kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2005).

Tahap Kedua Persalinan, saat pengeluaran bayi ibu mengalami nyeri somatik

(51)

peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat

tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat

diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian

terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain.

Implus nyeri pada tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan sistem

parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga

ialah nyeri rahim, yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap pertama

persalinan (Bobak, 2005).

Nyeri dapat berupa nyeri lokal disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi

dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering

digambarkan sebagai sensasi nyeri terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang.

Nyeri juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan di punggung, dipinggang, dan

dipaha (Bobak, 2005).

2.2.4 Lama Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat

dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kali bersalin, kala pembukaan

berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita

yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7

jam dan kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Maya, 2010).

2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri

Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri

(52)

Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal,

seperti kuesioner nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan

untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri

yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri

disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang

menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada

bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk

menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan

tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 (Price, 2005).

Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri

klien :

a. Face Pain Rating Scale

(53)

b. Skala Intensitas Nyeri

Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1 - 3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4 – 6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7 – 9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

panjang dan distraksi.

(54)

Menurut Wong dan Baker (1998), pengukuran skala nyeri menggunakan Face

Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. Skala

deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif.

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis

yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Penolong

persalinan juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan

klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numeric

(Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan

patokan 10 cm (Maryunani, 2010).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS

adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi ibu kebebasan penuh

untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran

Gambar

Tabel 2.1 Waktu Pada Fase-Fase Persalinan
Gambar 2.1 Skala Face Pain Rating
Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri
Gambar 2.3 Landasan Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN KEGIATAN,BIAYA PENGADAAN DAN CARA PENGADAAN BARANG / JASA SATKER RUMKIT BHAYANGKARA DENPASAR.

a. Kendala dan solusi berkaitan dengan banyaknya runtutan kegiatan pembelajaran yang dirumuskan. Berkaitan dengan kendala ini, guru berpendapat bahwa adanya runtutan

Filsafat menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berfikir kita dari awal sampai akhir seperti di nyatakan oleh socrates dalam perkembangannya kemajuan manusia dalam berfilsafat

Langkah dalam menganalisis Sistem Informasi Akademik Kepegawaian AKMI Baturaja menggunakan UTAUT adalah menemukan pengaruh variabel Performance Expectancy, Effort

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanti dkk (2013) mengatakan hampir 50% beban kerja perawat tinggi, dimana tugas

PF : Allah yang Maha Agung, kami memuji Nama-Mu karena Engkau membuat malam ini menjadi peringatan akan Kristus yang hadir bagi dunia. Dalam Yesus Tuhan kami,

[r]

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Waktu Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul, Jurnal Keperawatan