• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu

2.1.1 Defenisi Posyandu

Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas, Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di posyandu adalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana), P2M (Pemberantasan Penyakit Menular dengan Imunisasi dan penanggulangan diare), Gizi (penimbangan balita).

Sasaran penduduk yandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS), dan balita (Muninjaya, 2004). Program yandu merupakan strategi jangka panjang untuk menurunkan angka kematian bayi (Infant

Mortality Rate-IMR), angka kelahiran bayi (Birth Rate-BR), dan angka

(2)

masyarakat. Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat diukur dengan menggunakan analisis cakupan program yandu dibandingkan dengan target kegiatan masing- masing program tersebut (Muninjaya, 2004).

(3)

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi revitalisasi Posyandu yaitu Pelatihan dan dukungan. Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan teknis dan dedikasi kader posyandu. Memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah. Serta menciptakan iklim kondusif untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan pemenuhan sarana, prasarana, pelaporan dan pendataan kerja posyandu (Nilawati, 2008).

Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik di Posyandu maupun pada saat melakukan kunjungan rumah.

(4)

pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader (Depdagri RI, 2001).

Dukungan dalam Pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu oleh masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai motor penggerak yang mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat (TOMA) dan petugas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu. Dukungan tokoh masyarakat (kepala desa) kepada kader posyandu sangat penting, hal ini disebabkan karena tokoh masya rakat tersebut merupakan tokoh yang paling disegani dan yang paling berpengaruh di wilayah tersebut. Dukungan dan anjuran dari tokoh masyarakat merupakan salah satu bentuk motivasi dan semangat bagi kader posyandu dalam menjalankan tugasnya dalam kegiatan posyandu (Sucipto, 2009).

(5)

dasar kepada masyarakat, b. Memberikan imunisasi pada bayi dan Wanita Usia Subur, c. Menyediakan mobil ambulan untuk merujuk pasien, d. Menyediakan leafled atau buku untuk materi penyuluhan kesehatan, e. Membantu membuat rencana tindak lanjut kegiatan posyandu. 2) Dukungan petugas kesehatan terhadap individu kader posyandu yaitu a. Selalu datang tepat waktu, b. Pemberian pelatihan kepada kader posyandu, c. Pemberian pengobatan rawat jalan gratis di posyandu kepada kader posyandu dan keluarganya, d. Pemberian seragam.

(6)

zakat dan sumbangan keagamaan yang sejenis, maupun pemberian bantuan sarana dasar untuk pelaksanaan fungsi pokok Posyandu. 4). Pemberian bimbingan dalam rangka pengelolaan Posyandu maupun kegiatan langsung berupa pelayanan seperti konseling dan rujukan yang dapat meningkatkan mutu Posyandu secara menyeluruh. 5). Kemitraan yang dapat diwujudkan dengan cara membentuk dan memperkua t jejaring antar dan atau beberapa Posyandu yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan, baik yang berada dalam satu desa atau sebutan lain, ataupun pada wilayah yang lebih luas.

Dalam kemitraan, inti kegiatannya dapat berupa pelayanan langsung maupun bentuk lainnya yang berkaitan dengan peningkatan fungsi Posyandu, seperti pelatihan, orientasi, temu kerja, temu konsultasi, sarasehan, supervisi, dan evaluasi serta penggerakan peran serta masyarakat agar memperhatikan Posyandu sebagai unit pelayanan yang membantu keluarga dalam pengembangan kualitas generasi masa depan.

2.1.2 Pengorganisasian Posyandu

(7)

Posyandu. kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota (Depdagri RI, 2001).

Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung jawab masing- masing unsur pada setiap kepengurusan juga disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi setempat.

Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola Posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala Desa/Lurah. Oleh karena itu Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu pada dasarnya adalah untuk kepentingan kemajuan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dini di daerahnya, yang berarti sebagai suatu aset di desa (Depdagri RI, 2001).

2.1.3 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

(8)

yang dikenal dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB, serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk. Selanjutnya Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, dan Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (Sembiring, 2004).

2.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I : Pendaftaran, Meja II : Penimbangan, Meja III : Pengisian KMS, Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, dan Meja V : Pelayanan KB Kesehatan (Imunisasi, Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat, tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus, Pembagian pil atau kondom, Pengobatan ringan dan Kosultasi KB-Kesehatan). Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

(9)

perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan. 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom 3) Pemberian Oralit dan pengobatan. 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil.

Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN yaitu S adalah Semua balita diwilayah kerja Posyandu. Sedangkan K adalah Semua balita yang memiliki KMS selanjutnya D adalah Balita yang ditimbang dan N adalah Balita yang naik berat badannya. Keberhasilan Posyandu berdasarkan dari Baik/kurangnya peran serta masyarakat, Berhasil tidaknya Program posyandu.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat dan Petugas KB) Pendanaan kegiatan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat (Sembiring, 2004).

2.1.5 Jenis posyandu

(10)

Posyandu Pratama merupakan Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. Posyandu madya (warna kuning) merupakan Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya terdiri dari Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi dan Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

(11)

di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

Selanjutnya Posyandu mandiri (warna biru) merupakan Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur dengan cakupan 5 program utama yang sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM

2.1.6 Struktur

(12)

Untuk mendukung kegiatan Posyand u sebagai wahana yang memberi pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang berfungsimemfasilitasi, membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut mempunyai struktur seperti PokjanalPosyandu yang berada di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai institusi Pembina Posyandu yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/instansi/lembaga terkait dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan masyarakat di Posyandu (Depdagri RI, 2001).

(13)

pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya, Dinas Kesehatan berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan seperti pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, dis tribusi obat-obatan dan vitamin serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan, BKKBN/PLKB : berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat dan sebagainya, BAPPEDA : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi, TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat, penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya, Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu (Depdagri RI, 2001).

(14)

2.2 Konsep Kader Kesehatan 2.2.1 Pengertian Kader

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kegiatan di Posyandu, dimana anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu.

Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara lain: L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan “kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI me mberikan batasan kader “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli, 2003).

2.2.2 Persyaratan Menjadi Kader

(15)

sedikit 10 Kepala Keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan keluarga.

Pendapat lain yang di kemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai persyaratan menjadi seorang kader antara lain Berdasar dari keluarga setempat, Tinggal di desa tersebut, Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat di samping mencari nafkah, Dari persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pemiilihan kader kesehtan antara lain adalah sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat, mempunya kredibilitas yang baik dimana prilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan yang tetap, pandai baca tulis, dan sanggup membina masyarakat.

2.2.3 Peran Kader

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Bendasarkan pada latar belakang di atas, maka pihak BMT dapat menganalisis pembiayaan yang diajukan calon debitur dengan lebih baik atau untuk mengontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Posyandu Amelia 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa gambaran persepsi ibu baduta terhadap sikap kader di posyandu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang digunakan dalam teknik mendireksi pada lagu polifoni untuk paduan suara pada dasarnya menggunakan tangan kiri dalam memberikan

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

kunjungan lansia ke posyandu dipengaruhi oleh umur >71 tahun, tidak bekerja, sikap baik terhadap posyandu, fasilitas posyandu yang baik, pelayanan kader dan petugas

Persamaan penelitian ini adalah pada penderita DM dengan perbedaan pada variabel penelitian berupa faktor risiko kardiovaskular sedangkan variabel penelitian peneliti yaitu

a. Meja I : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok: 1) Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui, 2) Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri, 3)