• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah mereka yang telah berumur 56 tahun keatas. Lansia terbagi atas young elderly (65-74 Th) dan older elderly (75 Th). Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, dimana kejadian tersebut pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang. (Arisman, 2003)

Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut (Manula), manusia lanjut usia (Lansia), dan ada pula yang menyebut golongan lanjut umur (Glamur). (Nugroho, 2000)

Untuk kebutuhan terhadap unsur-unsur gizi, umumnya kebutuhan lansia sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan kebutuhan orang-orang dewasa. Pada orang yang usia lanjut kebutuhan basal metabolisme mereka berkurang 15-20%. Disamping itu umumnya aktivitas mereka sudah jauh berkurang. Hal ini tentu saja mempengaruhi kebutuhan energi mereka. Bertambah lanjut usia, maka akan bertambah banyaknya alat tubuh yang berdegeneratif (mundur), alat pencernaan terutama gizi banyak sekali mengalami kemunduran. (Muchtadi, 2009)

Lansia sering dianggap sebagai macam penyakit. Hal ini tidak benar, gerontologi berpendapat lain, sebab lansia bukan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau proses hidup manusia : dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, hingga usia lanjut, proses ini tidak bisa dihindari dan semua manusia yang hidup akan mengalami proses ini. (Nugroho, 2000)

2. Kesehatan Lansia

Menyinggung masalah gizi dan kesehatan orang lansia pada umumnya lebih peka dibandingkan dengan usia muda. Pada usia lanjut bisa menyebabkan penyakit kronis seperti Diabetes, Osteoporosis, Hipertensi, dan Penyakit Jantung. Sehingga ada sifat-sifat yang perlu diperhatikan dari usia lanjut yaitu volume

(2)

darah, Jumlah butir darah merah, tekanan osmotik serum, PH darah, kandungan air dalam tubuh, ikatan yodium, protein yang merupakan indikator mengenai keadaan fisiologis seseorang (Roedjito, 1999).

Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Diantaranya adalah kekuatan fisik, ketahanan dan kelenturan otot rangka juga berkurang. Keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh terganggu. (Arisman, 2003)

Kemampuan ini mempunyai korelasi dengan anatomi dan fisiologis tubuh sebagai tanda adanya kerusakan sel-sel dan kerusakan sel ini merupakan faktor yang menentukan dalam kerusakan fungsi alat-alat tubuh (Roedjito, 1999).

3. Gangguan Gizi

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang dan gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit/terjadi akibat adanya penyakit tertentu, oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan terlebih dahulu ada tidaknya masalah gizi yang dialami oleh lansia. (Arisman, 2003)

Semakin bertambah usia, kemampuan usus untuk menyerap zat-zat gizi pada makanan yang dikonsumsi juga menurun, demikian pula fungsi dan motilitas lambung menurun. Perubahan fisiologis lainnya yang terjadi pada lansia adalah menurunnya fungsi ginjal, dan meningkatnya jumlah mineral yang hilang dari jaringan keras. (Arisman, 2003)

4. Usaha Perbaikan Gizi Usia Lanjut

Guna mencegah, mengurangi, dan menghindari kemungkinan gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang pada lansia, maka dianjurkan berpola makan :

a. Tidak berlebihan

b. Bervariasi baik dalam macam bahan makanan maupun cara memasaknya c. Cukup mengandung Protein

(3)

d. Membatasi konsumsi lemak dan makanan yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan (kue, ikan, daging, lemak dan keju)

e. Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung banyak gula

f. Membatasi konsumsi garam dapur/ikatan Na antara lain bumbu penyedap / vetsin

g. Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makanan beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan sedapat mungkin secara teratur makan sayuran mentah (lalap, asinan, keredok) makanan buah setiap hari

h. Minum yang cukup, sedapat mungkin susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung Vitamin (tinggi, (jeruk, tomat, pepaya)

(Roedjito, 2002)

B. Umur Lansia

Aktifitas seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang pada diri individu tersebut. Faktor internal salah satunya adalah umur. Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang walaupun belum bisa dikatakan semakin bertambah umur maka akan semakin aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Umur adalah lama waktu hidup sejak dia dilahirkan sampai meninggal (Departemen Pendidikan Nasional, 2002)

Di Indonesia belum ada istilah umur lansia yang baku, tetapi dengan usia pensiun 55 tahun, berarti usia di atas 55 tahun barangkali termasuk dalam golongan usia lanjut. Namun, ada sumber lain yang menyebutnya 60 tahun ke atas atau 65 tahun ke atas yang termasuk kelompok usia lanjut. (Subhan Kadir’s Blog.htm, 2008)

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini , tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum ( fisik) maupun kesehatan

(4)

jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu.(Nugroho, 2000)

Pada umumnya tanda-tanda penuaan sudah terlihat pada akhir umur 30 tahunan yaitu penampakan kerutan-kerutan pada kulit (wajah), uban juga mulai timbul, demikian juga kekuatan fisik mulai menurun setelah berumur 40 tahun.(Muchtadi, 2009)

C. Jarak Tempat Tinggal

Kehadiran lansia di Posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jarak tempat tinggal. Tetapi bukan merupakan suatu kepastian bahwa lansia yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan Posyandu akan lebih rajin menimbangkan dirinya daripada lansia yang jarak tempat tinggalnya jauh dari Posyandu. Jarak adalah jauh antara dua benda atau tempat. (Departemen Kesehatan RI, 1999)

Tempat tinggal adalah rumah yang didiami (ditinggal) atau ditempati. Jarak tempat tinggal merupakan faktor pengaruh mutlak yang mempengaruhi kehadiran seseorang di tempat lain.(Dedy, 2008)

D. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha mentransfer atau memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Seseorang yang telah menerima pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional, maka seseorang akan lebih mudah menerima hal-hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya. Pendidikan adalah usaha sadar dari sitematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain. (Siagian, 2000).

Peran pendidikan sangat penting bagi individu dalam rangka meningkatkan martabat hidup atau kesejahteraannya. Dengan adanya pendidikan, seseorang akan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik, dalam artian secara luas pengaruhnya, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap persepsi, sikap dan perilakunya. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau

(5)

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

Tingkat pendidikan lansia adalah batas waktu untuk jenjang yang dilakukan secara sadar dan sistematis dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan pelatihan melalui jalur formal. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan lansia adalah jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh seseorang lansia dalam lembaga pendidikan formal (SD, SLTP/ Sederajat, SMA/ Sederajat, dan Akademi Perguruan Tinggi). (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

E. Kehadiran Lansia di Posyandu

Turut sertanya seseorang secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsihnya kepada proses pembuatan keputusan, terutama persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang-orang yang bersangkutan sangatlah diperlukan demi terwujudnya suatu program agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Begitu juga kehadiran lansia di Posyandu, diharapkan partisipasinya baik secara mental maupun emosional melibatkan diri untuk peduli terhadap kegiatan di Posyandu, sehingga kegiatan di Posyandu dapat berjalan dengan baik. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002)

Kehadiran lansia di Posyandu sangat bervariasi, dari hasil survei menunjukan kesadaran lansia tentang manfaat Posyandu sudah cukup tinggi, hal ini ditunjukan dengan rutinnya lansia yang hadir setiap bulan pada saat penimbangan.

Kehadiran lansia di Posyandu dan mengikuti kegiatan yang ada adalah hal yang mutlak diperlukan. Sebab kehadiran lansia di Posyandu sesungguhnya merupakan dasar keberhasilan dari terlaksananya kegiatan Posyandu itu sendiri. Apabila kehadiran lansia di Posyandu tidak maksimal maka, rencana yang telah diprogramkam tidak akan berhasil dengan baik dan tidak akan memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. (Departemen Kesehatan, RI 1999)

Menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor-faktor-faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Faktor-faktor predisposisi

(6)

(predisposing factors) mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya faktor-faktor pemungkin (enabling factors) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) meliputi Faktor-faktor sikap dan perilaku, tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. (Notoatmodjo, S & C. Endah Wuryaningsih, 2000).

F. Posyandu Lansia

Posyandu Lansia pada dasarnya sama seperti Posyandu untuk balita, yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara rutin di tempat penerima layanan. Tentu saja ini merupakan langkah yang sangat strategis, karena seperti halnya balita, lansia juga mempunyai masalah-masalah kesehatan yang khas. Dengan adanya Posyandu Lansia, diharapkan para lansia dapat melakukan pemantauan kesehatan secara rutin, dan tidak perlu menunggu sampai mendapatkan masalah kesehatan baru datang ke Puskesmas. (http://www.surabaya-ehealth.org, 2009)

Posyandu lansia adalah kegiatan rutin yang digerakan oleh PKK dan lembaga swadaya masyarakat dengan bantuan teknis dari petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada para lansia dimana masalah kesehatan lansia menjadi prioritas utama guna untuk mempertahankan dan memperbaiki derajat kesehatan lansia. (http://sekorakyat.com, 2009)

Tujuan diselenggarakan Pos Terpadu Lansia adalah :

a. Membantu mempertahankan dan memperbiki derajat kesehatan lansia b. Menjadikan seorang lansia yang mandiri

c. Meningkatkan kemampuan para lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan

(7)

posyandu dapat dilakukan di pos pelayanan yang ada, contohnya rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan KK/RT atau ditempat khusus yang dibangun masyarakat. (http://sekorakyat.com, 2009)

Kegiatan pelayanan gizi yang dilakukan di posyandu lansia “ Melati “ meliputi : pemantauan status gizi, penimbangan berat badan, pengontrolan tekanan darah, pemberian suplementasi pil zat besi, pemberian PMT, dan penyuluhan gizi. Selain itu para lansia yang ada di posyandu lansia “ Melati” diajarkan keterampilan oleh para kader yaitu berupa keterampilan membuat kipas dari bambu, dan membuat tempat lampu dari kertas.Hal ini bertujuan untuk membuat lansia yang produktif.

Penyelenggaraan Posyandu lansia ini tidak jauh berbeda dengan Posyandu balita karena Posyandu ini sama-sama melakukan system “Pola 5 Meja” Sedangkan yang dimaksud dengan system pola lima meja adalah :

a. Meja 1 yaitu pendaftaran

Di meja ini lansia datang mendaftarkan diri kepada petugas, kemudian lansia dilakukan pendataan. Lansia menerima buku untuk dibawa pulang dan harus dibawa pada saat penimbangan. Selanjutnya bagi lansia yang datang, namanya ditulis pada secarik kertas untuk menunggu giliran penimbangan dimeja selanjutnya. Di meja 1 ini tersedia register lansia yang di wilayah kerja, dan register untuk lansia yang diluar wilayah kerja.

b. Meja 2 adalah penimbangan

Di meja ini kader bertugas menimbang lansia dan mencatat beratnya pada secarik kertas kecil yang telah tersedia. Hasil penimbangan diberikan kepada lansia untuk selanjutnya dibawa ke meja 3.

c. Meja 3 adalah pencatatan

Di meja ini dilakukan pencatatan yaitu hasil penimbangan di meja 2 yang kemudian di tulis di buku yang dipegang lansia sendiri. Buku itu untuk memonitor perkembangan berat badan dan tekanan darah lansia setiap bulannya.

(8)

d. Meja 4 adalah penyuluhan perorangan

Di meja 4 ini kader bertugas memberikan penyuluhan kepada lansia, penyuluhan diberikan oleh bidan desa dengan tema yang berbeda-beda. Penyuluhan diadakan dengan maksud supaya lansia termotivasi untuk datang ke Posyandu secara rutin setiap bulannya.

e. Meja 5 adalah pelayanan oleh tenaga professional:

Di meja ini pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan zat besi fe serta pengontrolan tekanan darah rutin setiap bulan. (Departemen Kesehatan RI, 1999)

(9)

G. Kerangka Teori

GAMBAR I

Faktor yang mempengaruhi kehadiran lansia diposyandu Sumber : Lawrence Green, 1999

Predisposing - Umur - Pendidikan - Pekerjaan

- Pengetahuan & Sikap - Tradisi &

Kepercayaan - Sosial & Ekonomi

Enabling

- Jarak tempat tinggal - Ketersediaan sarana dan prasarana Perilaku Kehadiran lansia di Posyandu Reinforcing - Tokoh Masyarakat - Tokoh Agama - Petugas Kesehatan - Bidan desa - Kader Posyandu

(10)

H. Kerangka Konsep Umur Lansia Jarak tempat tinggal Tingkat pendidikan Kehadiran lansia di Posyandu GAMBAR 2

Faktor – faktor yang mepengaruhi kehadiran lansia di posyandu

I. Hipotesis

a. Ada hubungan antara umur lansia dengan tingkat kehadiran Lansia di Posyandu Melati

b. Ada hubungan antara tingkat pendidikan lansia dengan tingkat kehadiran lansia di Posyandu Melati

c. Ada hubungan antara jarak tempat tinggal lansia dengan tingkat kehadiran di Posyandu Melati

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Chookai IV adalah tinggi dilihat dari segi ketertarikan sebesar 96,9%, rasa senang sebesar

Menurut peneliti, tingginya motivasi perawat dalam penggunaan APD dalam penelitian ini dikarenakan responden mengetahui tentang dampak dari tidak memakai APD

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan

Bahan untuk dielak: : Tiada halangan khas bagi penyimpanan dengan produk lain.. BAHAGIAN 8: Kawalan pendedahan dan perlindungan diri

Ketenagakerjaan untuk meningkatkan lagi kinerja layanan online yakni dalam hal kemudahan akses, kecepatan dan efisiensi pelayanan sehingga mampu menjadi solusi untuk

Selanjutnya, Keraf (2003: 136) mengatakan bahwa karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan

Selain metode perusahaan, frekuensi pemesanan kayu Rimba Campuran yang relatif tinggi adalah dengan metode EOQ, karena pada teknik ini pemesanan dilakukan sebesar kelipatan dari EOQ