• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI A. Posyandu Lansia

a. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Fatma, 2008)

Erfandi (2008 dalam Khadijah, 2010) menjelaskan bahwa posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. Posyandu lansia adalah suatu

(2)

forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).

Posyandu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum (Henniwati, 2008). Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.

b. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan Posyandu Lansia secara garis besar menurut Efendi (2008 dalam khadijah, 2010)

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

(3)

Sedangkan menurut Azwar (1998), tujuan dari dibentuknya posyandu lansia yaitu :

a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung.

b. Memelihara kemandirian secara maksimal.

c. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai. d. Melaksanakan pengobatan secara tepat.

e. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual. f. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia. g. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia.

h. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.

c. Manfaat posyandu lansia

Depkes RI (2000), menyatakan dari posyandu lansia adalah : a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

d. Penyelenggaraan posyandu lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesms setempat baik seorang dokter bidan atau perawat Menurut Vendarani, Redhono dan Subijanto

(4)

(2011) penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5 meja meliputi :

a). Meja satu untuk pendaftaran

Lansia mendaftar, kader mencatat biodata lansia tersebut setelah itu lansia menuju meja berikutnya.

b). Meja dua untuk penimbangan, pengukuran tekanan darah dan tinggi badan

Kader melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan tekanan darah lansia.

c). Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia Kader melakukan pencatatan kartu menuju sehat miliki lansia yang berupa tekanan darah, berat badan, tinggi badan dan indeks masa tubuh.

d). Meja empat untuk penyuluhan

Kader memberikan penyuluhan yang dilaksanakan secara perorangan maupun secara kelompok berdasarkan catatan yang ada di kartu menuju sehat dan pemberian makanan tambahan.

e). Meja lima untuk pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yaitu petugas kesehatan dari pusksemas maupun rumah sakit, kegiatannya yang meliputi pemeriksaan dan pengobatan ringan.

(5)

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia di Posyandu

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia, antara lain:

a. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu, jarak antara rumah tempat tinggal dan tempat layanan kesehatan (dalam km) dan biaya transport adalah biaya yang dikeluarkan dari rumah menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan (dalam rupiah).

c. Dukungan keluarga, dukungan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

d. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu, sarana prasarana dapat diartikan sebagai suatu aktifitas maupun materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu atau kelompok di dalam suatu lingkungan kehidupan.

e. Sikap dan perilaku lansia, sikap sebagai suatu pola perilaku terdensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana. Sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisi.

(6)

f. Penghasilan atau ekonomi, penghasilan menentukan tingkat hidup seseorang terutama dalam kesehatan. Apabila penghasilan yang didapat berlebih, maka seseorang lebih cenderung untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, contohnya seperti rumah sakit dengan fasilitas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya (Ismawati, 2010 dalam Juniardi 2012).

Faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyanduMenurut Pranaka, Hadisaputro dan Lestari (2011) yaitu umur > 71 tahun (OR:4,6), tidak bekerja(OR:8,1), sikap yang baik (OR:3), fasilitas yang baik (OR:5,4), pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik (OR:6,5), peran keluarga yang baik (OR:3,2). Faktor yang tidak berpengaruhterhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu tingkatpendidikan, kondisi sosial ekonomi, pengetahuan, akses dan peran sosial lansia. Hasanah (2009) menambahkan dalam penelitiannya menyatakan bahwa status pekerjaan dan pendapatan lansia memiliki pengaruh terhadap kunjungan ke posyandu lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamalinah (2013) menyatakan bahwa ada hubunganantara pengetahuan, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba.

(7)

B. Lansia

a. Pengertian lanjut usia (lansia)

Pengertian lanjut usia dalam ilmu psikologi yang diperkenalkan dengan istilah lain seperti Old Age dan Elderly. Lanjut usia adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjuk pada orang-orang yang sudah menjadi tua. Dalam psikologi perkembangan masa tua atau lanjut usia merupakan suatu harapan terakhir dari rentang kehidupan manusia secara teoritis dimulai ketika seseorang memasuki usia 60 tahun sampai dengan meninggal (Santrock, 2002).

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidupseseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999). Menurut Budi (1999) menyatakan bahwa Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

b. Karakteristik Lanjut Usia

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umurmenurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000) lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun. c. Usialanjut tua (old) antara 75-90 tahun.

(8)

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun,

Maryam, dkk (2008) lansia dibagi dalam lima klasifikasi, meliputi : 1. Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 45–59 tahun. 2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. 5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Pengelompokkan lanjut usia dewasa muda (elderly adulthood) antara 18-25 tahun, Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas antara 25-65 tahun, Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65-70 tahun. terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old) 76-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old) (Setyonegoro dalam Nugroho, 2000).

c. Perubahan pada lansia

Nugroho (2000) menyatakan, perubahan yang terjadi pada lansia yaitu berupa

1) Perubahan ataukemunduran biologis.

(1) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi. Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu.

(9)

(2) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering dan tidak mengkilat. Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit dan Gigi mulai habis.

(3) Penglihatan dan pendengaran berkurang.

(4) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang lincah.

(5) Kerampingan tubuh menghilang disana-sini terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan panggul.

(6) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang.

(7) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes melitus, kadar kolestrol tinggi dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis (8) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun

akibat tulang menjadi keropos dan mudah patah.

(9) Seks yaitu produksi hormon testoteron pada pria dan hormon progesteron dan estrogen wanita menurun dengan bertambahnya umur

(10)

2) Perubahan atau kemunduruan kognitif

(1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik

(2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-nama

(3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit

(4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansia tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru 3) Perubahan-perubahan psikososial

(1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya selain itu identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.

(2) Merasakan atau sadar akan kematian.

(3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

(4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan 5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

(5) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial. (6) Gangguan saraf panca indera.

(11)

(7) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

(8) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.

(9) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik.

C. Dukungan Keluarga

a. Pengertian dukungan keluarga .

Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan untuk orang lain meliputi moral dan material agar orang yang diberikan dukungan menjadi termotivasi dalam melakukan kegiatan (Sarwono, 2003).

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannyasangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Darikeluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dari keluarga inilah akan tecipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membagun suatu kebudayan maka seyogyanya di mulai dari keluarga (Setiadi, 2008).

Gottlieb (1998 dalam Kuncoro, 2002) menurut dukungan keluarga merupakan komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang dekat dengan subyek dalam lingkungan sosialnya, hal tersebut seperti kehadiran atau segala sesuatu yang dapat memberikan keuntungan emosional pada tingkah laku penerimanya.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

(12)

dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998) Soetjiningsih (1995) mengungkapkan bahwa hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga.

Hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2012) menunjukan bahwa responden yang tidak memanfaatkan Posbindu lansia lebih besar proposinya pada lansia yang tidak mendapatkan dukungan keluarga (97,6%) dibandingkan dengan lansia yang ada dukungan keluarga (0%). Dari hasil statistik juga menunjukan bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan Posbindu lansia.

Juniardi (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan keluarga juga sangat berperan dalam mendorong minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Keluarga juga merupakan suport sistem dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan lansia.

(13)

b. Jenis dukungan keluarga

Caplan (1964 dalam Friedman, 1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis dukungan yaitu:

a) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. b) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d) Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek

(14)

dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

c. Sumber dukungan keluarga

Sumber dukungan keluarga menurut Rook dan Dooley (1997) dalam Kuncoro (2002), ada dua yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluargaakibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumberdukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkandengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada:

a) Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanyatanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b) Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengannama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c) Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yangtelah berakar lama.

(15)

d) Sumber dukungan keluarga yang natural memiki keragaman dalampenyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyatahingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam. e) Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari bebas dan

labelpsikologis.

d. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut model Friedman (1998) sebagai berikut : a) Fungsi afektif

Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): untu stabilitas kepribadian kaum dewasa, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga, uuntuk memiliki dan dimiliki dalam keluarga, untuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,untuk saling menghargai dan kehanngatan didalam keluaraga.

b) Fungsi sosialisasi

Merupakan interaksi atau hubungan dalam keluarga bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi bertujuan untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.

(16)

D. Sikap

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Newcomb (1997) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) menunjukan bahwa ada perbedaan proporsi sikap negatif (85,2%) yang dimiliki responden yang tidak memanfaatkan posyandu lansia dan (70,3%) memiliki sikap positif yang memanfaatkan Posyandu lansia. Dari hasil statistik juga diperoleh nilai p value 0,018 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemanfaatan Posyandu lansia.

(17)

Sumiati Suriah dan Ramdan (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwasikap seorang lansia terbentuk daripengetahuan dan pengalaman selama proses aktif di posyandu lansia sehingga lansia mampu menyatakan dan memutuskan bahwa posyandu lansia sangat bermanfaat bagilansia itu sendiri sehingga perlu didirikan dan didayagunakan.

b. Komponen Sikap

Komponen-komponen sikap, menurut Azwar (2005) adalah : 1. kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2. afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.

3. konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

(18)

c. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari : 1. menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. menghargai (valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

4. bertanggung jawab (responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

(19)

Faktor-faktor yang mendukung Posyandu

1. Fasilitas tersedia 2.Sikap

3.Dukungan keluarga

3.Peran kader posyandu 4.Partisipasi warga

Faktor-faktor yang menghambat Posyandu 1. Fasilitas tidak tersedia 2.Partisipasi lansia itu sendiri 3.Tempat tinggal yang jauh dengan posyandu lansia 4.Tidak ada dukungan dari anggota keluarga

Manfaat Posyandu

a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

b.Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

c.Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

Kunjungan Posyandu lansia

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Pranaka, Hadisaputro dan Lestari (2011), Ismawati, 2010 dalam Juniardi 2012dan Depkes (2000)

(20)

F. Kerangka Konsep

Variable independen Variable dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan :

: : Diteliti

G. Hipotesa

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Ada Hubungan antara sikap dan dukungan keluarga dengan kunjungan Lansia diPosyandu Desa Tlaga Kecamatan Gumelar”.

Sikap dan dukungan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep  Keterangan  :

Referensi

Dokumen terkait

Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Samsul Ma’arif meminta Kementerian Agama segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengumpulkan aset-aset empat travel

Hipotesis Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Modal ini ditolak karena berdasarkan pengujian besarnya nilai signifikasi dari Variabel DBH lebih besar

Saat ini di Desa Bukit Makmur adat yang digunakan adalah adat masyarakat pendatang.Adat yang telah ada lama kelamaan tergerus oleh pengaruh kaum pendatang yang membawa pengaruh bagi

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Validasi Metode

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkumi semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi) dan teknik yang digunakan

Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Rajawali, 1991, hlm 137.. 7 Sedangkan saksi adalah orang yang memberikan keterangan di muka sidang pengadilan dengan

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Novel Kompromi karya Soesilo Toer merupakan objek dari kajian feminisme. Berikut hasil analisis data dalam novel Kompromi karya Soesilo Toer yang berhubungan