• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi

empat yaitu:

1. usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun 2. lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

3. lanjut usia tua (old) 75-90 tahun

4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu: fase iuventus antar usia 25-40 tahun, fase verilitas antara usia 40-50 tahun, fase praesenium antara usia 55-60 tahun, fase senium antara usia 65 tahun hingga tutup usia (Nugroho, 2010). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

(2)

kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (BKKBN, 2011).

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia 1. Pra Lansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia Potensial

Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia Tidak Potensial

Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung kepada bantuan orang lain.

(3)

2.1.3 Upaya Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya. Upaya tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat baik didalam gedung maupun diluar gedung Puskesmas. Adapun upaya pelayanan kesehatan lanjut usia, yaitu:

1. Pelayanan promotif

Upaya promotif bertujuan untuk membantu orang-orang merubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku mereka dan secara tidak langsung merupakan tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit.

2. Pelayanan preventif

Mencakup pelayanan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor resiko, tidak ada penyakit dan promosi kesehatan. Pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi penyakit belum tampak klinis dan menghidap faktor resiko. Pencegahan tersier dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan serta perawatan bertahap.

(4)

3. Pelayanan rehabilitatif

Pelayanan rehabilitatif berupa upaya pengobatan bagi lanjut usia yang sudah menderita penyakit agar mengembalikan fungsi organ yang sudah menurun. 2.1.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Lainnya

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

Selain posyandu, pelayanan kesehatan lanjut usia dapat dilakukan melalui Posbindu. Posbindu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) berbeda dengan posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Tujuan diadakannya Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari lanjut usia untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan lanjut usia. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lanjut usia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

(5)

Pada prinsipnya pembentukan posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan Posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan lanjut usia dan lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat juga menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

Pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan dan merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu. Langkah-langkahnya meliputi:

1. Pertemuan tingkat desa 2. Survei mawas diri

3. Musyawarah Masyarakat Desa 4. Pelatihan kader

5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat

Salah satu kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah Posbindu PTM. Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Pos Pembinaan Terpadu terhadap faktor risiko penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, hiperkolestrol, hiperglikemia, maag, rematik, risiko kepikunan, aktivitas fisik, risiko jatuh dan merokok berupa bentuk peran serta aktif kelompok masyarakat dalam upaya pencegahan sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan penyakit. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini

(6)

mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga posyandu lansia dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011). Sasaran kegiatan Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat berusia di atas 10 tahun sampai lanjut usia. Kegiatan Posbindu PTM ini dibina oleh Puskesmas.

2.1.5 Masalah Kesehatan pada Lanjut Usia

Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 I yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu: a. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor

lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi, otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.

b. Instability (mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor instrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang

(7)

yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh. c. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan

frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.

d. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), merupakan

kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.

e. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan. f. Impairment of vision dan hearing taste, smell, communication, convalencence,

skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),

merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

g. Impaction (sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum dan lainnya.

(8)

h. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain.

i. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan dan gangguan panca indera. Sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan dan lainnya.

j. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.

k. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.

l. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali.

(9)

m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat daripenyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.

n. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.

2.1.6 Penyakit yang sering terjadi pada Lanjut usia

Menurut The National Old People’s Welf are Council di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni:

1. Depresi mental

2. Gangguan pendengaran 3. Bronchitis kronis

4. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan 5. Gangguan pada koksa atau sendi panggul 6. Anemia

7. Demensia

8. Gangguan penglihatan 9. Ansiesta atau kecemasan 10. Dekompensasi kordis

(10)

12. Gangguan pada defekasi

Sekarang ini, penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia adalah penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh seiring dengan usia ataupun gaya hidup yang tidak sehat. Di Indonesia, penyakit-penyakit degeneratif mulai menjadi perhatian karena meningkatnya angka kejadian dan angka kematian.

Beberapa penyakit degeneratif yang terjadi pada lansia, yaitu: 1. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang.

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung dan gagal ginjal.

3. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula darah yang disebabkan oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula dalam darah sebagai sumber energy.

(11)

4. Dimensia

Dimensia merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis dimensia yang paling sering terjadi pada lansia.

5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

6. Osteo Artritis (OA)

Osteo Artritis adalah peradangan sendi yang tejadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi dan perkapuran.

2.2 Puskesmas

Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014).

(12)

Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggarakan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termask sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

(13)

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan menajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,

(14)

puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara meyeluruh (comprehensive health care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat esensial dan Upaya Kesehatan Masyarakat pengembangan.

a. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: 1) Pelayanan promosi kesehatan

2) Pelayanan kesehatan lingkungan

3) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana 4) Pelayanan gizi

5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan, merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

1) Pelayanan kesehatan jiwa

2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer 4) Pelayanan kesehatan olahraga

(15)

5) Pelayanan kesehatan indera 6) Pelayanan keseahatan lansia 7) Pelayanan kesehatan kerja 8) Pelayanan kesehatan lainnya

2. Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat c. Pelayanan satu hari

d. Home care

e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

2.3 Posyandu

2.3.1 Pengertian Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dananak balita.

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari tenaga kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), Posyandu merupakan wadah atau tempat pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk

(16)

masyarakat serta dibimbing petugas kesehatan terkait dalam hal ini petugas dari puskesmas.

2.3.2 Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: 1. Bayi

2. Anak balita

3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui 4. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.3.3 Fungsi Posyandu

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2.3.4 Pengelola Posyandu

Pengelola posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.

Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Kriteria pengelola posyandu sebagai berikut:

(17)

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi

masyarakat

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat. 2.3.5 Kegiatan Pelayanan di Posyandu

A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup:

1. Gizi

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 3. Keluarga Berencana

4. Imunisasi

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya:

1. Bina Keluarga Balita (BKB) 2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) 3. Bina Keluarga Lansia (BKL)

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

(18)

2.4 Posyandu Lansia

2.4.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Komnas Lansia, 2010). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu, yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lanjut usia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial (Kementerian Kesehatan, 2010).

Posyandu lanjut usia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lanjut usia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal (Artinawati, 2014). Dasar pembentukan posyandu lanjut usia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lanjut usia.

(19)

2.4.2 Dasar Hukum

Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum atau ketentuan perundang-undangan dan peraturan dimaksud adalah:

1. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan 2. UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tentang kesehatan usia lanjut 3. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia 4. UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah

5. UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah

6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi.

2.4.3 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan umum dari Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kegiatan posyandu lanjut usia yang mandiri dalam masyarakat.

Tujuan khususnya, meliputi:

1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.

2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.

3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut. 4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

(20)

2.4.4 Sasaran Posyandu Lansia Sasaran Posyandu lansia adalah:

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas) dan kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas).

b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, oraganisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2003).

2.4.5 Organisasi Posyandu Lanjut Usia

Organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh:

1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Majelis Ta’lim, Warga usia lanjut, kelompok gereja, dan lain-lain

2. Organisasi profesi

3. Institusi pemerintah atau swasta 4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2.4.6 Sumber Daya Manusia (SDM)

Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang dianjurkan adalah:

(21)

1. Ketua Posyandu 2. Sekretaris 3. Bendahara

4. Kader sekitar 5 orang:

a. Meja 1: pendaftaran anggota kelompok lanjut usia sebagai pelaksanaan pelayanan

b. Meja 2: penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

c. Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi dan berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS

d. Meja 4: penyuluhan, konseling dan pelayanan pojok gizi, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

e. Meja 5: mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatannya

Adapun tugas dan fungsi masing-masing SDM diuraikan sebagai berikut: 1. Ketua Posyandu

a) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu b) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stakeholder dalam

rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu 2. Sekretaris

Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian posyandu

(22)

3. Bendahara

Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu 4. Kader

Kader posyandu lanjut usia adalah kader yang bertugas di posyandu lanjut usia dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu tenaga kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lanjut usia.

2.4.7 Mekanisme Kerja

Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat waktu serta pengendalian yang akurat.

2.4.7.1 Perencanaan

Dalam menyusun perencanaan dibutuhkan data-data: 1) Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan

2) Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan 3) Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur) 4) Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan 5) Jumlah lanjut usia yang mandiri

6) Jumlah lanjut usia yang cacat

7) Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar 8) Jumlah lanjut usia yang produktif

9) Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan, pengucilan dan kekerasan

(23)

Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui PKK dengan kegiatan Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga. Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran) rencana yang harus disusun adalah:

a. Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia

Frekuensi kegiatan posyandu tergantung dari banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan posyandu tersebut. Untuk pencapaian lanjut usia sejahtera dibutuhkan kegiatan sebagai berikut:

a) Olahraga/senam minimal 1 minggu sekali b) Pengajian 1 minggu sekali

c) Pengukuran IMT dan pemeriksaan kesehatan setiap bulan

d) Pemberantasan buta aksara tergantung kondisi (peserta, pengajar, waktu dan tempat)

e) Konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi serta masalah sosial, karya atau usaha ekonomi produktif dan pendidikan

f) Peningkatan pendapatan

g) Dan lain-lain sesuai kesepakatan

Setelah memperhatikan banyaknya kegiatan maka penyelenggaraan posyandu dimusyawarahkan dengan warga atau anggota, sehingga menghasilkan kesepakatan bersama.

(24)

b. Jenis kegiatan Posyandu

Pada dasarnya jenis kegiatan posyandu lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan posyandu balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain di masyarakat. Namun posyandu lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Adapun jenis kegiatannya yaitu:

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, mandi, berjalan, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar dan kecil dan sebagainya.

2) Pemeriksaan status mental.

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan hasilnya dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). 4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

perhitungan denyut nadi selama satu menit.

5) Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.

6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).

7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

(25)

8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan diatas.

9) Penyuluhan kesehatan.

10) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia.

11) Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

12) Program kunjungan lanjut usia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan setempat.

c. Tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing-masing seusai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapat diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan banyak manfaat antara lain:

1. Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka 2. Para lanjut usia merasa dihargai atau dihormati

3. Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan mencegah kepikunan

4. Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang

(26)

5. Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya

d. Biaya kegiatan posyandu

Perencanaan biaya kegiatan posyandu harus di hitung dengan seksama agar kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Yang harus di hitung adalah biaya sebagai berikut:

1) Alat tulis kantor (pulpen, pensil, kertas) 2) Makanan (PMT)

3) Transport narasumber dan pelatih senam 4) Obat diluar bantuan puskesmas

5) Pemeriksaan Laboratorium diluar bantuan puskesmas 6) Dokumentasi

7) Biaya tak terduga 2.4.7.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati. Pelaksana dari posyandu lanjut usia adalah kader dan dibantu dengan tenaga kesehatan. Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:

1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu

(27)

1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu alat penimbangan, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur, bahan atau materi penyuluhan

2. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu lansia untuk datang ke posyandu

3. Menghubungi pokja posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari posyandu

4. Melaksanakan pembagian tugas yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan

b. Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu

Tugas kader pada hari pembukaan posyandu disebut juga sebagai tugas pelayanan 3 meja atau 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang digunakan)

c. Setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi:

1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register atau buku bantu kader

2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya

(28)

3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan posyandu

a. Langsung ke tengah masyarakat

b. Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat

3) Membantu tugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan dan berbagai usaha kesehatan masyarakat lainnya termasuk pelaksanaan senam lansia 2.4.7.3 Pengendalian

Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi. Apapun bentuk kegiatan yang dilakukan, perlu dimonitoring dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun perkembangan, serta hambatan dan peluang. Demikian juga halnya dengan posyandu lanjut usia, pengendalian dapat di kelompokkan menjadi pengendalian internal dan pengendalian eksternal. Pengendalian internal adalah pengendalian yang dilakukan oleh tenaga posyandu, sedangkan pengendalian eksternal adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar seperti lanjut usia, masyarakat sekitarnya, atau pihak luar lainnya. Pengendalian eksternal ini penting dilakukan karena memberikan hasil yang lebih objektif. Untuk melakukan evaluasi secara baik dan akurat diperlukan beberapa indikator. Indikator yang diperlukan dalam pengendalian posyandu lanjut usia adalah:

(29)

2. Kehadiran kader 3. Pelayanan kesehatan

- Cakupan penimbangan

- Cakupan pemeriksaan laboratorium - Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan - Cakupan penyuluhan kesehatan 4. Frekuensi pelaksanaan senam

5. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan 2.4.8 Pembiayaan

Secara umum biaya berasal dari masyarakat itu sendiri melalui berbagai cara antara lain:

a. Iuran dari para warga

b. Donator tidak tetap atau tetap c. Usaha mandiri dari posyandu d. Bantuan dari dunia usaha e. Bantuan dari kelurahan f. Subsidi pemerintah g. Dan lain-lain sebagainya

2.4.9 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia

Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lanjut usia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia ini antara lain sebagai berikut:

(30)

1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu

pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadari kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang serius maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi menghadiri posyandu lansia.

3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk

(31)

mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki suatu respon.

5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, dibutuhkan saran dan prasarana penunjang, yaitu tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer dan KMS lansia.

2.4.10 Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Melalui Posyandu Lanjut Usia

Penilaian keberhasilan pembinaan lanjut usia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan,

(32)

pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:

a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lanjut usia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lanjut usia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.

b. Berkembanganya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia.

c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.

d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia.

e. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lanjut usia.

2.5 Kerangka Pikir

Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan posyandu lansia dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process) dan luaran (output). Oleh karena itu kerangka pikir dapat disusun sebagai berikut:

Output: Keberhasilan Posyandu Lanjut usia Input: 1. Ketersediaan SDM 2. Pendanaan 3. Sarana dan prasarana Process: Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia: - Sebelum hari pelaksanaan kegiatan posyandu - Pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu - Setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu

(33)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi kerangka pikir sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu lanjut usia agar dapat berjalan dengan baik, meliputi: ketersediaan SDM , pendanaan, sarana dan prasarana.

a. SDM adalah tenaga kesehatan maupun kader dari masyarakat yang melaksanakan posyandu lanjut usia.

b. Pendanaan adalah adanya materi dalam bentuk uang yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu lanjut usia.

c. Sarana dan prasarana termasuk didalamnya yaitu obat, peralatan untuk pemeriksaan, KMS lansia dan tempat untuk pelaksanaan posyandu lansia. 2. Proses (Process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi sebelum hari pelaksanaan kegiatan posyandu, pelaksanaan kegiatan bulanan posyandu dengan membuka sistem 3 atau 5 meja, setelah hari pelaksanaan kegiatan posyandu.

3. Keluaran (output) adalah keberhasilan pelaksanaan posyandu lanjut usia yaitu meningkatnya jumlah cakupan atau kunjungan lansia ke posyandu.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkumi semua aspek yang berhubungan dengan mesin (komputer dan telekomunikasi) dan teknik yang digunakan

Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Rajawali, 1991, hlm 137.. 7 Sedangkan saksi adalah orang yang memberikan keterangan di muka sidang pengadilan dengan

Kode program 11 merupakan konsep controller untuk menambah data aset ke dalam database yang akan ditampilkan di halaman manajemen data aset.. Pada baris ke-2 sampai ke-13

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

H 1e : Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif terhadap book tax gap di Indonesia Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendapat dalam literatur analisis keuangan yang

Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Samsul Ma’arif meminta Kementerian Agama segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengumpulkan aset-aset empat travel

Selanjutnya, Keraf (2003: 136) mengatakan bahwa karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan

Saat ini di Desa Bukit Makmur adat yang digunakan adalah adat masyarakat pendatang.Adat yang telah ada lama kelamaan tergerus oleh pengaruh kaum pendatang yang membawa pengaruh bagi