• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ANALISIS PERAN WAKAF SEBAGAI SOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ANALISIS PERAN WAKAF SEBAGAI SOL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ANALISIS PERAN WAKAF SEBAGAI SOLUSI MASALAH

PENDIDIKAN DI INDONESIA : STUDI HISTORIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Zein Muttaqin, S.EI, M.A

Disusun oleh :

Nadia Nuril Ferdaus 14423167 Hesty Novitasari 14423076

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Permasalahan sosial yang masih cukup krusial di Indonesia saat ini salah satunya ialah mengenai permasalahan pendidikan. Indonesia tercatat dalam peringkat ke-38 dari 140 negara dengan angka buta aksara tertinggi di dunia (Kemendikbud, 2015). Bahkan kondisi tersebut masih diperparah dengan keadaan fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Kemendiknas (2011) menyebutkan adanya 135.026 sekolah yang mengalami kerusakan, dan pada tahun yang sama setengah juta anak usia SD mengalami putus sekolah. Kondisi tersebut tentu sungguh sangat ironis mengingat kecerdasan kehidupan bangsa ialah hak setiap jiwa yang terlahir di atas tanah Indonesia.

Beberapa kebijakan telah digulirkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan pendidikan.Dalam upaya pembangunan bidang pendidikan ini, undang-undang dasar hasil amandemen telah mengamanatkan bahwa minimal 20% APBN/APBD diperuntukkan untuk bidang pendidikan. Berdasarkan data berikut, pemerintah pun telah merealisasikan amanat tersebut diantaranya adalah :

Sumber : Media Indonesia 6 Juni 2012

Harahap (2011) menyebutkan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp 225,2 triliun atau 20% dari APBN tahun 2010, dan Rp 266,9 triliun atau 20,2% dari APBN tahun 2011. Namun sayangnya langkah pemerintah tersebut tidak banyak mengentas masalah pendidikan di Indonesia. Terdapat banyak faktor yang penghambat dalam pengembangan dibidang pendidikan tersebut, baik dari faktor birokrasi, penyelewengan, korupsi, serta pemotongan anggaran yang seharusnya diberikan tidak sesuai dengan jumlah dana yang tersalurkan secara langsung di lapangan. Kondisi keterpurukan pendidikan di Indonesia pada tahun 2014 masih dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

(3)

Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui lebih dari 50 % dari total penduduk Indonesia hanya menamatkan tingkat pendidikannya pada tingkat SMA sederajat. Bahkan pada tahun 2014 masih tercatat adanya penduduk yang tidak pernah sama sekali mengeyam bangku pendidikan. Meski angkanya tidak mencapai 3 % namun hal tersebut tentu menjadi sebuah ironi mengingat peran pendidikan adalah sebagai aset emas bagi kemajuan kehidupan bangsa.

Permasalahan pendidikan di Indonesia bukan hanya amanah bagi pemangku kebijakan, pun demikian hal tersebut juga sebagai amanah bagi setiap warga negara Indonesia. Angka kesenjangan sosial yang begitu tinggi di Indonesia tentu menjadi salah satu penyebab semakin terpuruknya permasalahan sosial baik dari segi ekonomi yang berujung pada kemiskinan, pengangguran, maupun pada ranah kesenjangan pendidikan. Sebagai salah satu cita-cita bangsa merdeka yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya pendidikan harus mendapat prioritas serta harus menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan elemen, baik pemerintah selaku pemangku kebijakan maupun masyarakat.

(4)

baik berupa zakat, infaq, maupun sedekah, ketiganya telah melekat dalam elemen masyarakat. Masyarakat telah mengenal dengan baik mengenai zakat sebagai ibadah dalam rangka pendistribusiaan kekayaan yang secara khusus tertulis dalam Al-Qur’an. Meskipun pengoptimalan ketiga sumber dana tersebut masih belum maksimal, namun kesadaran ummat terhadapnya sudah cukup tinggi. Hal itu tentu berbeda keadaannya dengan wakaf, dalam paradigma masyarakat wakaf masih diidentikan dengan tanah, masjid, dan kuburan, sehingga daya tarik pendanaan wakaf oleh masyarakat pun tidak sesemarak pembayaran zakat. Namun disisi lain posisi hukum wakaf yang tidak setegas zakat, sedekah dan infaq, memberikan peluang besar terhadap potensi pengembangan institusi wakaf yang lebih fleksibel dalam pengoptimalan distribusinya. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa wakaf dapat menjadi sumber dana bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas peranan wakaf bagi pengembangan pendidikan melalui studi historis pengembangan wakaf pendidikan pada masa kejayaan dinasti-dinasti Islam untuk dapat menemukan kunci kesuksesan pengembangan wakaf di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

Wakaf berasal dari bentuk mashdar (kata dasar) – َفَقَواًفْقَو - ُفِقَي yang artinya berhenti berjalan. Adapun terdapat kata lain yaitu al-habs yang artinya menahan. Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin menjelaskan makna tentang wakaf sebagai tahbiisul ashl wa tahbiilul manfa’ah yang artinya menahan suatu barang dan memberikan manfaatnya. Al-ashl adalah sejenis barang seperti rumah, pohon, tanah, dan mobil serta yang serupa dengannya. Hal ini dikarenakan wakaf dapat berupa benda-benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Jadi, orang yang berwakaf menahan barang tersebut dari segala yang dapat mengalihkan kepemilikan dan orang tersebut memberikan manfaatnya (Utsaimin, 2008).

(5)

Para ulama ahli fiqh mendenifisikan wakaf dalam berbagai definisi, diantaranya menurut Imam Nawawi wakaf merupakan penahanan harta yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan barangnya, terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya disalurkan untuk kebaikan semata-mata untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Sedangkan menurut As-Shawi mendefinisikan wakaf sebagai kegiatan yang menjadikan manfaat barang yang dimilikinya atau hasilnya kepada orang yang berhak sepanjang waktu yang ditentukan oleh wakif. Dalam ketententuan hukum di negara Kuwait melalui undang-undangnya wakaf di denifiiskan sebagai kegiatan menahan harta dan menyalurkan manfaatnya sesuai dengan hukum-hukum dalam perundang-undangan (Pasal 1 Undang-Undang wakaf tahun 1996). Definisi tersebut mencakup pemahaman bahwa wakaf manfaat diperbolehkan karena tidak disebutkan batasan harta yang boleh diwakafkan dan batasan waktu (Qahaf, 2005, p.47-50). Sedangkan di Indonesia sendiri dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Para ahli fikih bersepakat tentang kebolehan wakaf, karena wakaf merupakan aktivitas kebaikan (al-birr) dan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu wakaf pun memilikilandasan hukum dari al-Quran, Sunnah dan Ijma’. Wakaf tidak disebutkan secara sharih dalam al-Qur’an, akan tetapi wakaf masuk dalam keumuman ayat-ayat yang memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik, atau ayat-ayat yang memerintahkan umat Islam berderma untuk kebaikan sebagaimana dalam firman Allah ta’ala dalam QS. Al-Imran ayat 92 :

Artinya :

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai”.(QS. Al-Imran : 92)

Sedangkan dalil dari hadits Rasulullah tercermin dari praktik wakaf yang dilakukan oleh Umar bin Khatthab dan Abu Thalhah radhiallahu ‘anhuma. Pada saat Umar bin Khatthab mendapatkan sebidang tanah pada perang Khaibar dan tanah tersebut sangat bermanfaat baginya, beliau radhiallahu ‘anhu kemudian mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta arahan Nabi. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihiwa sallam menyar menyarankan Umar untuk mewakafkan hartanya dengan bersabda, “Jika engkau mau, engkau dapat menahan barangnya dan menyedekahkan hasilnya.” (HR. Bukhari). Kemudian Umar binKhatthab melakukannya dan dia menentukan pihak yang mendapatkannya. (HR. Bukhari)

(6)

baik tersebut. Berkata Anas; Ketika turun firman Allah Ta'ala QS. Ali-Imran: 92 yang artinya: "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian hartayang kamu cintai", Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Kamu sekali-kalitidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelumkamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Bairuha' itu dan sekarang dia menjadi shadaqah di jalan Allah dan aku berharap kebaikannya dan sebagai simpanan pahala di sisi-Nya, maka ambillah wahai Rasulullah sebagaimana petunjuk Allah kepada engkau". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wah, inilah harta yang menguntungkan, atau hartayang pahalanya mengalir terus.” Pada kalimat ini Abu Salamah ragu. Sungguh aku sudah mendengar apa yang kamu katakan dan aku berpendapat sebaiknya kamu shadaqahkan buat kerabatmu". Maka Abu Thalhah berkata: "Aku akan laksanakan wahai Rasulullah". Lalu Abu Thalhah membagikannya untuk kerabatnya dan anak-anak pamannya". Dan berkata Isma'il dan 'Abdullah bin Yusuf dan Yahya bin Yahya dari Malik: "(Inilah harta yang pahalanya) mengalir terus"(HR. Bukhari no. 2562).

Dalam skala internasional tidak sedikit negara-ngegara yang telah berhasil mengembangkan wakaf dengan baik, dimana wakaf digunakan sebagai salah satu pilar ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Negara yang sangat berpengalaman dalam mengembangkan wakaf, antara lain Mesir dan Turki. Mesir adalah salah satu negara yang memiliki harta wakaf cukup banyak dan salah satu di antara harta wakaf yang sangat besar dan cukup dikenal di dunia Islam adalah Universitas al-Azhar yang sampai sekarang masih diminati oleh mahasiswa dari seluruh dunia. Perkembangan pengelolaan wakaf di Mesir sejak awal memang sangat mengagumkan, bahkan keberhasilannya dijadikan contoh bagi pengembangan wakaf di negara-negara lain. Wakaf di Mesir dikelola oleh Badan Wakaf Mesir yang berada di bawah Wizaratul Auqaf (Kementerian Wakaf). Salah satu di antara kemajuan yang telah dicapai oleh Badan Wakaf Mesir adalah berperannya harta wakaf dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan benda yang diwakafkan beragam, baik berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak, yang dikelola secara baik dan benar. Pengelolaannya dilakukan dengan cara menginvestasikan harta wakaf di bank Islam (jika berupa uang) dan berbagai perusahaan, seperti perusahan besi dan baja [ CITATION Ami89 \l 1057 ].

Di samping Mesir, masih ada beberapa negara yang mengelola wakaf secara produktif, salah satunya adalah Turki. Hasanah (2009) menjelaskan wakaf di negara Turki dikelola oleh Direktorat Jenderal Wakaf. Dalam mengembangkan wakaf, pengelola melakukan investasi di berbagai perusahaan, antara lain: Ayvalik and Aydem Olive Oil Corporation; Tasdelen Healthy Water Corporation; Auqaf Guraba Hospital; Taksim Hotel (Sheraton); Turkish Is Bank; Aydin Textile Industry; Black Sea Copper Industry; Contruction and Export/Import Corporation; Turkish Auqaf Bank. Hasil pengelolaan wakaf itu kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan kepentingan sosial lainnya [ CITATION Has87 \l 1057 ]. Selain itu, Singapura sebagai negara dengan penduduk minoritas pun telah mampu menghimpun dana wakaf hingga mencapai S$ 250 juta yang dikelola oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) dengan membuat anak perusahaan bernama Wakaf Real Estate Singapura (WAREES)[CITATION Tho16 \l 1057 ].

(7)

yang terdiri atas 349.296 lokasi. Pada tahun 2004, jumlah tanah wakaf tersebut meningkat menjadi 1.538.198.586 m²yang terdiri atas 362.471 lokasi [ CITATION Sud10 \l 1057 ]. Tahun 2015, menurut data Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Kementerian Agama Republik Indonesia aset tanah wakaf di Indonesia tersebar di 254.718 lokasi dengan luas keseluruhan 40.628,50 Ha dan 66,55% sudah bersertifikat.

Penyebaran tanah wakaf di Indonesia dapat ditunjukkan dengan grafik dibaw ah ini :

(8)

Namun sayangnya dengan potensi yang begitu besar tersebut pengelolaan tanah wakaf di Indonesia masih terkonsentrasi pada pengelolaan yang bersifat konsumtif seperti pembangunan masjid, mushala, pemakaman. Sedikit yang dialokasikan pada sektor produktif yang akan bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berikut persentasi alokasi dana wakaf di Indonesia sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf (2014):

(9)

keuntungan wakaf produktif. Sementara itu di Malaysia, Waqf An-Nur telah berhasil membangun sejumlah klinik dan rumah sakit berbasis aset wakaf, keuntungan ekonomis dari pengelolaan digunakan untuk kepentingan kehidupan anak yatim dan dhuafa, beasiswa dan lain-lain [ CITATION Tho16 \l 1057 ].

Potensi pengembangan instrumen wakaf apabila dioptimalkan maka akan memberikan perubahan yang sangat signifikan. Pada masa Rosulullahu sholallohu’alaihi wassalam wakaf telah diproduktifkan sebagai pemberdayaan perekonomian rakyat melalui pertanian. Hingga pada masa kejayaan-kejayaan Islam selanjutnya, instrumen wakaf masih tetap menjadi salah satu isntrumen yang berperan besar dalam peradaban ummat.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Ahm12 \l 1057 ] menyatakan bahwa pada masa kejayaan dinasti-dinasti Islam wakaf digunakan sebagai pengembangan serta penyebaran ilmu dan budaya, memberikan ruang bagi ulama, para ahli fikih dan budayawan untuk mengembangkan keilmuan dan keahliannya. Hal tersebut baik melalui pembangunan 1) masjid yang difungsikan sebagai pusat da’wah Islam, tempat penyiaran, pengajaran risalah Islam, bahkan tempat untuk membahas permasalahan-permasalahan politik dan sosial, 2) Al-Kuttāb atau al-maktab dimana merupakan tempat bagi anak-anak usia dini ataupun pemula yang ingin belajar membaca dan menulis, belajar al-Qur’an, dan dasar-dasar ilmu-ilmu agama, 3) Maktabah merupakan Lembaga berbasis wakaf lain yang memiliki peran dalam pembentukan intelektual umat Islam, serta 4) Madrasah.

Wakaf pada masa Dinasti-Dinasti Islam telah memainkan peranan yang sangat vital bagi kemajuan ilmu dan pendidikan pada masa itu. Semua fasilitas kebutuhan-kebutuhandunia pendidikan dapat dipenuhi dengan wakaf. Banyak lembaga-lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan gratis bahkan memberikan beasiswa, berarti menyelesaikan masalah pendidikan mahal. Faktor penting dibalik kesuksesan pengelolaan wakaf pada masa itu adalah adanya kesadaran dan kedermawanan para penguasa untuk mewakafkan hartanya dan kebijakan-kebijakan penguasa dalam upaya mengembangkan wakaf. Apabila kita lihat dibalik wakaf-wakaf yang terkenal pada masa itu, ada usaha penguasa, orang-orang kaya yang dermawan dalam mewakafkan hartanya untuk pendidikan, atau minimal mereka menciptakan kebijakan yang dapat memajukan dan mengembangkan wakaf. Nizām al-Muluk ketika membangun madrasah-madrasah, diantaranya madrasah pertama dalam sejarah Islam yaitu madrasah an-Nizhāmiyah, mewakafkan dan menginfakkan hartanya untuk pendidikan sebesar 600.000 Dirham setiap tahunnya. Nūr al- Dīn Zanki, mendirikam madrasah al-Nūriyah al-Kubrā dan mewakafkan tanah, kebun-kebun, dan rumah-rumah untuk biaya pendidikan, Dinasti Mamluk membuat kebijakan, bagi lembaga pendidikan berbayar, harus mendirikan lembagapendidikan gratis bagi anak-anak miskin, yatim piatu yang tidak mampu [ CITATION Ahm12 \l 1057 ].

(10)

Menurut Hasanah (2009), terdapat beberapa faktor yang menjadi problem pengelolaan wakaf di Indonesia, diantaranya adalah :

1. Masalah Pemahaman Masyarakat tentang Hukum Wakaf.

Pada umumnya masyarakat belum memahami hukumwakaf dengan baik dan benar, baik dari segi rukun dan syaratwakaf, maupun maksud disyariatkannya wakaf.

2. Pengelolaan dan Manajemen Wakaf.

Saat ini pengelolaan dan manajemen wakaf di Indonesia masih memprihatinkan. Sebagai akibatnya cukupbanyak harta wakaf terlantar dalam pengelolaannya, bahkan

ada harta wakaf yang hilang. Salah satu penyebabnya adalah umat Islam pada umumnya hanya mewakafkan tanah dan bangunan sekolah, dalam hal ini wakif kurang memikirkan bangunan sekolah, dalam hal ini wakif kurang memikirkan biaya operasional sekolah, dan nazhirnya kurang profesional.Oleh karena itu, kajian mengenai manajemen pengelolaan wakaf sangat penting. Kurang berperannya wakaf dalam memberdayakan ekonomi umat di Indonesia karena wakaf tidak dikelola secara produktif. Untuk mengatasi masalah ini, wakaf harus dikelola secara produktif dengan menggunakan manajemen modern. Untuk mengelola wakaf secara produktif, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelumnya. Selain memahami konsepsi fikih wakaf dan peraturan perundang-undangan, nazhir harus profesional dalam mengembangkan harta yang dikelolanya.

3. Memproduktifkan tanah-tanah wakaf dan mensosialisasikan wakaf uang sebagai modal untuk wakaf produktif. Indonesia memiliki aset tanah wakaf yang luas. Data Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI menunjukkan hingga tahun 2009, luas tanah wakaf yang resmi di seluruh Indonesia adalah: 2.719.854.759.72 Meter persegi yang tersebar di 451. 305 lokasi. Aset tanah wakaf yang sangat luas tersebut merupakan aset potensial untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ekonomi, sosial dan pendidikan apabila dikelola secara produktif dan profesional. Jumlah masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan aset potensial untuk memperoleh dana wakaf lewat instrumen wakaf uang. Melalui wakaf uang, aset-aset berupa tanah-tanah kosong bisa dimanfaatkan untuk pembangunan gedung atau sarana lain yang lebih produktif untuk kepentingan umat. Wakaf uang dapat menjadi sumber pendanaan pengelolaan wakaf tak bergerak termasuk pengembangan wakaf properti.

(11)

BAB III PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa wakaf di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial, termasuk didalamnya perihal pendidikan. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan berbasis wakaf khas Islam seperti masjid, Rubāth, Khāniqāh, Zawāyah Khalāwy, madrasah, dan maktabah telah berperan bagi kemajuan ilmu, pendidikan dan peradaban Islam. Lembaga-lembaga wakaf berbasis pendidikan di Indonesia dirasa belum mampu mengoptimalkan perannya sebagai pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pendidikan dengan rendah biaya maupun tanpa pungutan biaya. Kondisi lembaga wakaf yang kurang optimal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah terbatasnya pemahaman masyarakat tentang hukum wakaf, manajemen serta pengelolaan wakaf yang terbatas, dan kurangnya produktivitas wakaf karena terbatasnya nazhir (SDM) yang mampu memahami hukum wakaf.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hadi, A. A. (2009). Upaya Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Bagi Kesejahteraan Umat. Islamica , 4 (1).

Al-Jamāl, A. M.-A. ( 2007). al-Waqf al-Islāmy fi Tanmiyyah al-Iqtishādiyah al-Mu’āshirah. Kairo: Dār al-Salām.

Amin, H. A. (1989). Idarah wa Tasmir Mumtalakat al-Auqa>f. Jeddah: Ma'had al-Islami.

Basar, H. (1987). Management and Development of Awqaf Properties. Islamic Research and Training Institute Islamic Development Bank, 114.

Dr. Mundzir Qahaf, d. o. (2005). Al-Waqf Al-Islami: Tathawwuruhu, Idaaratuhu wa Tammiyyatuhu; terj. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa.

Furqon, A. (2012). Wakaf sebagai Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia. At-Taqaddum, 4, (2).

Harsono, E. (2015). Kemendikbud. Dipetik Desember 17, 2016, dari http://www.paud- dikmas.kemdikbud.go.id/bindikmas/berita/indonesia-peringkat-38-terbanyak-buta-huruf

Hasanah, U. (2009, April 6). Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan dalam Perspektif Hukum Islam di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta.

(12)

Qahaf. (2005). Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa.

Sudirman. (2010). Studi Perbandingan Obyek Wakaf Menurut Fikih dan Undang-Undang Wakaf. Jurnal Syariah dan Hukum , 1 (2).

Thobieb. (2015). Wakaf Tanah di Indonesia Belum Dikelola secara Produktif. Dipetik 12 19, 2016, dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam:

Referensi

Dokumen terkait

Metode LZW lebih efektif dalam pengkompresian audio dan video karena data hasil kompresinya menghasilkan ukuran file yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan

Sesunggunya negeri kita ini menjadi sasaran akan fitnah-fitnah tersebut, serangan-serangan itu datang bahkan dari orang-orang yang mengklaim menyeru kepada Islam, mereka sebut

Untuk pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sebagai suatu proses interaksi peserta didik (siswa Sekolah Dasar) dengan pendidik (guru Sekolah Dasar) dan sumber

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden yang kurang baik dalam melakukan praktik PHBS pencegahan TB Paru lebih banyak dijumpai pada kelompok

dibuat untuk digunakan dalam pembelajaran belum mengintegrasikan nilai-nilai karakter secara optimal dan belum dipersiapkan dengan baik, mulai dari perencanaan

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang menjadi panduan dalam melakukan langkah-langkah kegiatan. Dalam mengaplikasikan langkah-langkah model

Pemuda desa Cihideung Udik yang sebagian besar tidak memiliki lahan pertanian ini hanya melihat pertanian dari buruh tani yang bekerja kasar dengan upah yang kecil sehingga

Produksi arang terpadu dengan hasil cuka kayu dari limbah kayu dengan menggunakan tungku drum ganda yang dilengkapi alat pengkondensasi asap berkisar 6,00 - 15,00 kg.. Rendemen