BAB II KAJIAN TEORI
A.Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan
Di dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai
Bapak Pendidikan. Beliau adalah orang yang paling banyak mencetuskan
ide-ide cemerlangnya ke dalam dunia pendidikan. Di antara ide-idenya yang dikenal
oleh insan pendidikan adalah tentang Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan olehnya
untuk menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada di
sekitar manusia dan yang mempengaruhi perilaku peserta didik.
Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya R. M. Soewardi Soerjaningrat,
putra bangsawan Paku Alaman, pendiri Taman Indriya, mengemukakan sistem
Tricentra dengan menyatakan: “Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga
tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya
yaitu: alam-keluarga, alam-perguruan dan alam pergerakan-pemuda”.1
Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan, karena
dengan pendidikan manusia akan mulia dan bahagia dunia dan akhirat. Hak
dan tanggung jawab pendidikan ini dibebankan kepada semua individu
manusia. Terdapat tiga lingkungan utama yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan pendidikan manusia yaitu Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Setiap lingkungan tersebut mempunyai peran yang penting dalam pendidikan.
1
Oleh karenanya, tiga lingkungan tersebut harus dikembangkan dengan baik dan
secara terpadu.
Pemikiran ini, menurut penulis adalah suatu pemikiran yang sangat baik
karena setiap peserta didik dapat dipastikan akan bersangkutan dengannya.
Disadari atau tidak, tiga lingkungan tersebut sangatlah mempengaruhi karakter
dan intelektual peserta didik.
Di bawah ini, akan dijelaskan secara masing-masing peran dari Tri
Pusat Pendidikan tersebut:
1. Keluarga
Pendidikan keluarga atau pendidikan informal adalah jalur pendidikan
melalui keluarga. Pendidikan informal adalah suatu proses pembelajaran yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga terdekat. Sebagai orang
tua atau orang dekat lainnya di dalam keluarga itu, secara otomatis dan natural
akan mengenalkan pada anak tentang nama benda-benda dan cara
mengucapkannya yang benar, cara makan minum yang benar, cara
menghormati yang benar, cara menulis, cara menggambar dan cara beribadah
dan sebagainya, sebagai dasar bagi anak dalam memasuki dunia formal
(sekolah dan masyarakat) nantinya. Pada prinsipnya pendidikan dalam
keluarga adalah untuk membantu anak bagaimana bisa belajar dengan baik.
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral
bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara
“Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk berlangsungnya pendidikan teristimewa pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lainnya menyamai”.2
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan di dalam
keluarga. Orang tua tanpa ada yang memerintah langsung memikul tugas
sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai
pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini
adalah tugas kodrati dari tiap-tiap manusia.
Anak juga mengisap norma-norma yang ada pada anggota keluarga, baik
pada ayah dan ibu maupun kakak-kakaknya . Maka orang tua di dalam
keluarga harus dan merupakan kewajiban kodrati untuk memperhatikan
anak-anaknya serta juga mendidiknya, sejak anak-anak itu kecil bahkan sejak anak
itu masih dalam kandungan. Jadi, tugas orang tua mendidik anak-anaknya itu
terlepas sama sekali dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang
pendidikan yang legal. Bahkan menurut Imam Ghozali, “Anak adalah suatu
amanat tuhan kepada Ibu Bapaknya”.3
Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah pimpinan
keluarga, sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di dunia dan
khususnya di akhirat. Maka dari itu orang tualah yang wajib mendidik
anak-anaknya. Allah berfirman dalam surat at-Tah}ri<m, ayat 6:
2Ibid, 71.
3
⌧
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.4
Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari
jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
Sementara itu, dalam GBHN 1993 dinyatakan:
“Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik
antara berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan, maupun antara sektor
pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah. masyarakat
sebagi mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”.5
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam
keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah
dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur
4
Depag RI, Al-Qur’a>n Dan Terjemahannya Al-Juma>natul ‘Ali>, 66 (Surat at-Tah{ri>m): Ayat 06(Bandung: CV PENERBIT J-ART, 2004), 561.
5
pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerja sama yang sangat erat” antara
orang tua dan sekolah (pendidikan).
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang
tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah
(pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi
tindakan-tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh peserta didik, sementara
orang tua tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpahkan kesalahan kepada
sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan
memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
Begitu juga orang tua, harus menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan
cara anak belajar di rumah, membantu membimbing pekerjaan rumahnya,
tidak terlalu menyita waktu anaknya untuk pekerjaan rumah tangga dan juga
orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil riset, bahwa pekerjaan guru di sekolah akan lebih
efektif apabila mengetahui latar belakang dan pengalaman peserta didik di
rumah tangganya. Peserta didik yang kurang maju dalam pelajaran, kemudian
atas berkat kerja sama orang tua dengan pendidik, maka banyak kekurangan
anak didik dapat diatasi. Diharapkan lambat laun orang tua menyadari bahwa
pendidikan atau keadaan lingkungan rumah tangga dapat membantu atau
Segala yang dibawa peserta didik dari keluarganya, tidak mudah untuk
mengubahnya, hal ini dikarenakan sudah menjadi karakter yang terbentuk
dengan pembiasaan sehari-harinya didalam keluarga. Kenyataan ini harus
benar-benar disadari dan diketahui oleh pendidik.
Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerja sama antara keluarga dengan sekolah6.
Berikut ini beberapa contohnya:
a. Adanya kunjungan ke rumah peserta didik.
b. Diundangnya orang tua ke Sekolah.
c. Case Conference, biasanya dalam bentuk bimbimgan konseling.
d. Badan Pembantu Sekolah (Komite Sekolah).
e. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
f. Adanya daftar nilai atau Raport.
g. Adanya Buku Pribadi Peserta Didik yang merupakan Buku aktivitas peserta
didik yang disertai Penghubung antara Guru dengan Orang tua.
Menurut penulis, peranan keluarga dalam pendidikan adalah sangat
penting dalam perkembangan keilmuan dan sikap dari seorang peserta didik.
Hal itu dapat dilihat dari faktor fisik yang menunjukkan bahwa di dalam
tubuh seorang anak dapat dipastikan ada kemiripan-kemiripan bentuk tubuh
meskipun hanya sedikit. Kemudian jika dilihat dari faktor psikis, banyak
perbuatan-perbuatan dan sikap orang tua dengan disadari ataupun tanpa
disadari akan ditiru oleh anak, hal ini disebabkan karena orang tua bagi anak
6
adalah tauladan pertama yang dilihat oleh anak dan akan menjadi pegangan di
dalam menempuh kehidupannya nanti. Terutama dalam masalah cara
beribadah dan berakhlak, misalnya cara berwudlu, sholat, bersuci ataupun
bemuamalah dengan lingkungannya.
Semakin baik kualitas dari keluarga tersebut, maka kemungkinan
semakin besar pula akan menumbuhkan anak-anak yang berkualitas. Akan
tetapi sebaliknya, jika kualitas dari keluarga itu buruk, maka kemungkinan
semakin besar akan menumbuhkan anak-anak yang kurang berkualitas.
Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:
َلﺎَﻗ
َﻢﱠﻠَﺳَو
ِﻪْﻴَﻠَﻋ
ُﷲا
ﻰﱠﻠَﺻ
ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟا
ِﻦَﻋ
َةَﺮْﻳَﺮُه
ْﻲِﺑَأ
ْﻦَﻋ
Artinya: Dari Abu Hurairoh berkata: Tak seorang anakpun lahir kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nas}rani atau majusi”.
2. Sekolah/ Alam Perguruan
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan, karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa peserta didik. Maka di samping keluarga
sebagai pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi sebagi pusat
pendidikan untuk pembentukan pribadi peserta didik.
Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi ahli
yang sesuai dengan bidang dan bakat peserta didik, yang berguna bagi dirinya
dan berguna bagi nusa dan bangsanya.
7
Sekolah dengan sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat
pendidikan, maka dapatlah digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan
kedua sesudah keluarga, lebih-lebih sekolah juga mempunyai fungsi untuk
melanjutkan pendidikan keluarga, dengan guru sebagai ganti orang tua yang
harus ditaati.
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu teknologi dan terbatasnya orang
tua akan mengenai kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi mendidik
anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang
lebih ahli dalam bidang tersebut, dalam hal ini adalah seorang pendidik atau
guru.
Di dalan dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah
merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantab dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (UU No. 2 tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional).
Sekolah dalam bahasa Inggris disebut “School” atau didalam pendidikan
Islam disebut Madrasah adalah sebuah lembaga pendidikan formal yaitu
pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan
Di dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
sekolah didefinisikan sebagai “Satuan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar”.
Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya
didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan mempunyai tanggung jawab atas tiga faktor:8
a. Tanggung Jawab Normal
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi tugas
dan tujuan pendidikan harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan yang
berlaku.
b. Tanggung Jawab Keilmuan
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung
jawab mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.
c. Tanggung Jawab Fungsional
Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai
ketentuan yang berlaku, sekolah juga harus bertanggung jawab melalui pendidik
(guru) untuk melaksanakan program yang terstuktur di dalam kurikulum.
3. Masyarakat/ Alam pemuda
8
Ki Hajar Dewantara mengemukakan alam pemuda, karena pada masa itu
gerakan pemudalah yang berperanan dan mempunyai pengaruh besar sekali.
Dikatakannya:
“Di mana pergerakan pemuda itu penyokong besar untuk pendidikan, baik yang menuju kecerdasan jiwa atau budi pekerti, maupun yang menuju laku sosial, maka perlulah pergerakan pemuda itu diakui sebagai pusat pendidikan dan dimasukkan di dalam rencana pendidikan”.9
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara
sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok
yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat
mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan
anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.
Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididik
menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam
lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan
sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula
sebagai warga desa, warga kota dan warga Negara.
Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan
penguasa dari masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan
tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan
9
maupun sebagai kelompok social. Tanggung jawab ini ditinjau dari sebagai
ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan. Prof
Dr. Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany10, mengemukakan sebagai
berikut:
Di antara ulama-ulama muttakhir yang telah menyentuh persoalan
tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa
tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian
al-Qur’a<n dan Islam, sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai: “Makhluk yang
bertanggung jawab”.
Allah berfirman dalam surat at-Thu>r ayat 21:
☺
Artinya: Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka11, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.12
Sekalipun Islam menekankan tanggung jawab perseorangan dan pribadi bagi
manusia dan menganggapnya sebagi asas, akan tetap dalam Islam juga tidak
mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat solidaritas,
10
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih Bahasa Dr. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 381-390.
11
Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.
12
berpadu dan kerja sama membina dan mempertahankan kebaikan. Semua
anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan,
memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf,
melarang yang mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi
perbuatan-perbuatannya yang khas, perasaannya, pikiran-pikirannya,
keputusan-keputusannya dan maksud-maksudnya, sehingga mencakup masyarakat tempat
ia hidup dan alam sekitar yang mengelilinginya. Islam tidak membebaskan
manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan
apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain. Terutama jika orang
lain itu termasuk orang yang ada di bawah perintah dan pengawasannya seprti
istri, anak dan lain-lain.
Firman Allah SWT dalam surat A<li Imra<n ayat 104:
☺
☺
Artinya:Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. 13
Firman Allah surat A<li Imra>n ayat 110:14
☺
⌧
☺
13
Ibid, Al-qur’a<n (Surat A<li Imra>n): Ayat 104,… 64.
14
☺
⌧
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat
perseorangan dan sosial sekaligus. Selanjutnya siapa yang memiliki syarat-syarat
tanggung jawab ini tidak hanya bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan
perbaikan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perbuatan
orang-orang yang berada di bawah perintah, pengawasan, tanggungannya dan
15
perbaikan masyarakatnya. Ini berlaku atas diri pribadi, istri, bapak, guru,
golongan, lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah.
4. Hubungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Dalam Pendidikan
Dalam Garis Besar Haluan Negara No. IV/ MPR-1978 dinyatakan
“pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup”.
Dengan kata lain perkembangan kepribadian serta kemampuan seseorang
terjadi:16
a. Atas pengaruh hal-hal yang tidak sengaja, berlangsung secara tidak terencana
atau selektif bersifat insedental yang diperolehnya melalui pendidikan informal,
antara lain dalam lingkungan keluarga.
b. Atas pengaruh hal-hal yang sengaja, berlangsung secara sadar dan berencana,
baik yang diperolehnya melalui pendidikan lingkungan sekolah, maupun
lingkungan masyarakat. Masing-masing jenis lingkungan pendidikan tersebut
berarti dan bermakna bagi perkembangan seseorang sebagai individu dan
sebagai anggota masyarakat.
Ketiga jenis lingkungan pendidikan tersebut sangat penting, karena
ketiganya merupakan komponen yang saling mengisi dan memperkuat dalam
proses pendidikan seseorang. Sebagai contoh pengetahuan agama, sikap dan
nilai yang agamis serta keterampilan beragama yang dilakukan bagi kehidupan
16
sehari-hari biasanya dipelajari peserta didik di dalam lingkungan rumah tangga
keluarganya, antara lain dengan jalan mengamati dan menirunya.
Pertama-tama yang dipelajari dari keluarga biasanya ialah pengetahuan
tentang nama-nama benda dan kebiasaan hidup sehari-hari seperti antara lain
cara beribadah, cara makan minum dan lain sebagainya. Pengetahuan itu ada
yang dipelajari begitu saja dari keluarga dan ada pula yang dengan sengaja
diberikan keluarga seperti dengan bercerita, berdendang dan lain-lain
sebagainya. Dalam keluarga juga dipelajari, sikap terhadap anggota keluarga
lain, tetangga masyarakat dan sikap untuk mengatasi atau menghadapi kesulitan.
Pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan agama maupun keterampilan
umum yang ditiru seseorang dari keluarga, baru bisa berkembang apabila
seseorang itu telah belajar di sekolah atau di masyarakat. Yang dimaksud dengan
berkembang di sini ialah perubahan ke arah yang lebih menguntungkan
seseorang itu, bahkan ada juga hal-hal yang sulit, yang pada umumnya tidak
dapat dicontohkan dari keluarga seperti membuat Radio, TV, kapal udara dan
lain-lain sebagainya. Di sekolah dan di masyarakat diperoleh dan dikembangkan
pengetahuan serta diajarkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran, dan
ditemukan cara-cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh seseorang.
Contoh lain, bahwa ketiga jenis lingkungan pendidikan itu saling mengisi
dan memperkuat dalam keseluruhan proses pendidikan seseorang ialah:
Dalam pasal 31, UUD 1945 ayat 1 berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran. Pasal ini sesuai dengan tuntutan dan aspirasi
Hendaknya hak atas pendidikan itu harus dituangkan dalam satu bingkisan
minumum yang berisikan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus
di dapat oleh setiap daerah di Indonesia, agar mereka menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab. Bingkisan minimum tersebut berisikan kebutuhan
belajar yang minimum, harus sesuai dengan kondisi dan keadaan setiap unsurnya
yang saling mengisi dan sama pentingnya.
Kebutuhan belajar yang minimum itu adalah seperti berikut:17
1) Sikap-sikap positif terhadap kerja sama dan sikap membantu antar manusia.
Sikap-sikap itu haruslah tercermin secara konkrit di dalam kehidupan
sehari-hari yaitu dalam keluarga, sekolah, masyarakat, tempat bekerja atau dengan
kata lain pada ketiga jenis lingkungan pendidikan tersebut.
2) Pandai membaca, menulis dan menghitung (+M) yang fungsional dan praktis.
Pengetahuan ilmiah dan pengertian dasar mengenal proses-proses alam,
karena ada hubngannya antara lain dengan pemeliharaan keseluruhan, dengan
alam sekitar serta dengan perlindungan atas alam sekitar ersebut.
3) Pengetahaun dan kepandaian praktis untuk mencari nafkah, serta pengetahuan
dan bermacam-macam keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya.
4) Pengetahuan dan kepandaian yang diperlukan untuk membina keluarga sehat
rumah tangga yang harmonis.
5) Pengetahuan dan kepandaian praktis untuk dapat menjadi anggota masyarakat
yang berguna bagi agama nusa dan bangsa.
17
Kalau diperhatikan kebutuhan-kebutuhan belajar minimum seperti di atas
jelaslah bahwa tidak ada satu cara atau jenis lingkungan pendidikanpun baik di
keluarga, di sekolah maupun di masyarakat yang akan mampu sendirian
memberikannya.
B.Tinjauan Tentang Pembelajaran Fiqih
1. Tinjauan Tentang Materi Fiqih di Madrasah Tsanawiyah18
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Materi Fiqih di MTs
Mata pelajaran Fiqih dalam Kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah
salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan
untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan,
pengamalan dan pembiasaan. .
Ruang lingkup Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara:
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT.
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
3) Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah terfokus pada aspek:
18
a)Fiqih Ibadah
b)Fiqih Muamalah
c)Fiqih Jinayah
d)Fiqih Shiyasah
b. Tujuan dan Fungsi Materi Fiqih di MTs
1. Tujuan
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat:
a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci
dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun dalil aqli. Pengetahuan dan
pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan
dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.
2. Fungsi
a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah
SWT. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik
dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
madrasah dan masyarakat.
c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan
masyarakat.
d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. serta akhlaq
mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan
lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
e. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui ibadah dan muamalah.
f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
c. Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Fiqih.
Standart kompetensi mata pelajaran Fiqih berisi sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh
materi Fiqih di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka
1) Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan
dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus
dicapai di Madrasah Tsanawiyah yaitu: kemampuan membiasakan untuk
mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata
cara t}aharah, pelaksanaan Shalat (Shalat wajib, jama’ah, jama' qas}ar,
darurat, jenazah, shalat sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan
menggunakan informasi tentang sujud, dhikir dan do'a, puasa, zakat, haji dan
umrah, makanan minuman yang halal dan haram, qurban dan 'aqiqah serta
mampu mengamalkannya.
3) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan
menggunakan informasi tentang muamalah, muamalah selain jual beli,
kewajiban terhadap sesama (orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur), tata
pergaulan remaja, jinayat, hudud dan sanksi hukumnya, kewajiban mematuhi
undang-undang negara dan syariat Islam, kewajiban mengelola dan mengolah
lingkungan untuk kesejahteraan sosial. Seperti tergambar dalam kemampuan
dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam
Standar Nasional juga dikelompokkan ke dalam empat unsur pokok mata
pelajaran Fiqih di MTs. yaitu: Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Fiqih Jinayah
Berdasarkan pengelompokan per unsur, kemampuan dasar mata pelajaran
Fiqih di MTs. adalah sebagai berikut:
Fiqih Ibadah
a) Melakukan t}aharah / bersuci.
b) Melakukan sholat wajib.
c) Melakukan sholat berjama'ah.
d) Memahami sholat jama' qas}ar dan jama’ qas}ar
e) Memahami tata cara sholat daru>rat.
f) Melakukan sholat janazah.
g) Melakukan macam-macam sholat sunnah.
h) Melakukan macam-macam sujud.
i) Melakukan dhikir dan do'a.
j) Membelanjakan harta di luar zakat.
k) Memahami ibadah haji dan umrah.
l) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman.
m)Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.
Fiqih Muamalah
a) Memahami macam-macam muamalah.
b) Memahami muamalah di luar jual beli.
c) Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur.
d) Melakukan pergaulan remaja sesuai shariat Islam.
Fikih Jinayat
Memahami jinayat, hudud dan sanksinya.
Fikih Siyasah
a) Mematuhi undang-undang negara dan shariat Islam.
b) Memahami kepemimpinan dalam Islam.
c) Memelihara, mengolah lingkungan dan kesejahteraan sosial.
d. Karakteristik Materi Fiqih di MTs
Kurikulum Fiqih Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu
kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri, antara lain:
1) Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari
pada penguasaan materi;
2) Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran
Meskipun Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan
Standart Kompetensi Lulusan (SKL) sudah dirumuskan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tsanawiyah sangat memungkinkan
munculnya keragaman pemahaman terhadap standart nasional tersebut yang
dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran tentang kurikulum
yang berbasis pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin
tercapainya kompetensi dasar nasional mata pelajaran Fiqih Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
2. Pendekatan Pembelajaran Fiqih
Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan
lancar, efektif dan efisien. Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan suatu
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
kondisi peserta didik oleh guru kepada peserta didik. Di samping itu, guru juga
harus mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis juga lingkungan dari setiap
peserta didiknya sebelum memutuskan suatu pendekatan yang akan digunakan
dalam menyampaikan suatu materi. Di antara jenis-jenis pendekatan yang dinilai
sesuai dengan pembelajaran materi fiqih diantaranya sebagai berikut:
a. Pendekatan Humanistik19
Fiqih sebagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum shari’ah yang berkaitan
dengan perbuatan mukallaf, memerlukan berbagai pendekatan dalam
19
pembelajaran di kelas. Karena titik tekan pembahasan fiqih adalah
perbuatan-perbuatan mukallaf. Dengan kata lain sasaran dari fiqih adalah manusia dan
masyarakatnya. Keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan yang nyata dan
dinamis dapat terlihat ketika para ulama’ fiqih menelusuri cara-cara interprestasi
yang menghubungkan suatu hukum dengan latar belakang kontekstual
lingkungan, dengan mempertimbangkan asba>b al-nuzu>l al-a>yah dan
asba>b al-wuru>d al-h}adi>th.
Demikian juga bila kita menelusuri cara-cara pemecahan masalah yang
diterapkan oleh para fuqaha>’ dengan adanya pemecahan li al-d}arurah dan li
al-h}a>jah. Hingga pada tingktan masalah d}aruriyah, h}a>jiyah dan
tah}siniyyah. Ini berarti bahwa kondisi-kondisi kontekstual mulai dari yang
terburuk sampai pada yang terbaik, menjadi pertimbangan dalam ketentuan
hukum fiqih.
Apabila keterkaitan fiqih dengan konteks kehidupan nyata dikaitkan
dengan pendekatan pembelajaran, maka salah satu pendekatan pembelajaran
yang menekankan belajar apa adanya, seperti dalam kehidupan sehari-hari
adalah pendekatan humanistik. Menurut teori pendekatan ini, belajar bukan
sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang
terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh aspek domain yang ada, baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Teori ini terwujud dalam teori Bloom
dan Kratwonl dalam bentuk Taksonomi Bloom.
b. Pendekatan Multi Intelligence20
20
Untuk mengoptimalkan pendekatan humanistik, diperlukan pendekatan
pembelajaran lain yang menyediakan berbagai pengalaman belajar pada peserta
didik, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan berbagai potensi
kecerdasan yang mereka miliki. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah
pendekatan Multiple Intelligences yang ditemukan oleh Howard Gardner.
Salah satu dari kecerdasan beragam yang dikemukakan oleh Gardner
adalah kecerdasan interpersonal. Pembelajaran fiqih dengan pendekatan
interpersonal merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan
penguasaan aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam hal ini tujuan
diterapkannya metode membelajaran ini adalah untuk membiasakan peserta
didik menghargai perbedaan, memahami teman, serta peka terhadap lingkungan.
Berangkat dari konsep Multiple Intelligences yang ditemukan oleh
Gardner menjadi titik tolak bagi pengembangan kecerdasan interpersonal
(sosial). Pengembangan ini dimulai dari tujuh macam kecerdasan yang salah
satunya menyebutkan kecerdasan interpersonal. Dimana kecerdasan ini
menekankan pada kemampuan seseorang untuk memahami orang lain dengan
segenap perbedaan motivasi, kehendak, dan suasana hati. Kecerdasan
interpersonal memberikan keterampilan pada seseorang untuk bekerjasama
dengan orang lain.
Kecerdasan ini dipergunakan untuk berkomunikasi, saling memahami, dan
berinteraksi dengan orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal
ditandai oleh kemampuannya dalam hal memperhatikan perbedaan dan
Dalam bukunya Adi W. Gunawan medefinisikan kecerdasan interpersonal
sebagai kemampuan untuk masuk dalam diri orang lain, mengerti dunia orang
lain, mengerti pandangan sikap, kepribadian dan karakter orang lain. Hal ini bisa
ditampakkan pada kegembiraan dalam berteman, berkelompok dan berbagai
macam kegiatan sosial. Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal yang
berkembang dengan baik akan menyukai kegiatan berkelompok dan
Collaborative Learning. Mereka juga menyukai kegiatan yang mengharuskan
mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara
dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas
dan tanggung jawab, menjadi penengah atau mediator dalam perselisihan baik di
kelas maupun di rumah dan mengikuti permainan yang melibatkan upaya
menyelesaikan suatu konflik.
3. Strategi Pembelajaran Fiqih
Dari sekian banyak strategi pembelejaran, ada beberapa strategi
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fiqih. Rowntree (1974)
mengelompokkan ke dalam Strategi Penyampaian Penemuan atau Exposition
Discovery Learning dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi
pembelajaran individual atau Groups Individual Learning.21
a. Strategi Penyampaian Penemuan (Exposition-Discovery Learning)
Dalam Strategi Exposition, bahan pelajaran disajikan kepada peserta
didik dalam bentuk jadi dan peserta didik dituntut untuk menguasai bahan
21
tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan Strategi Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction). Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung?
Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada peserta
didik, peserta didik tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban peserta didik
adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi
ekspository guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini, bahan pelajaran
dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktifitas,
sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi
peserta didiknya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga
dinamakan srategi pembelajaran tidak langsung.
b. Strategi Pembelajaran Individual dan Kelompok
Strategi belajar Individual dilakukan oleh peserta didik secara mandiri.
Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran peserta didik sangat
ditentukan oleh kemampuan individu peserta didik yang bersangkutan. Bahan
pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau
belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok
dilakukan secara beregu. Sekelompok peserta didik diajar oleh seseorang atau
beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran
kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau bisa juga pesera didik belajar
tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap
sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh peserta didik yang
mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya peserta didik yang
memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh peserta didik yang
mempunyai kemampuan tinggi.
4. Metode Pembelajaran Fiqih
Dari berbagai metode pembelajaran yang ada saat ini, penulis menemukan
beberapa metode yang sesuai dengan pengajaran materi Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah. Di antaranya sebagai berikut:
a. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan
peragaaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik. Memperjelas pengertian
tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung
oleh peserta didik. Dengan metode demonstrasi, guru atau peserta didik
memperlihatkan pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya bagaimana
cara shalat yang sesuai dengan ajaran atau contoh dari Rasulullah SAW.
Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut, guru lebih dahulu
mendemonstrasikan yang sebaik-baiknya, lalu peserta didik ikut
1) Karakteristik Metode Demonstrasi22
Beberapa keuntungan atau kebaikan dalam metode demonstrasi ini yaitu:
a) Perhatian peserta didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
b) Perhatian peserta didik akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan, jadi proses belajar peserta didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian peserta didik kepada masalah lain.
c) Apabila peserta didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang
bersifat demonstratif, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman
yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan
kecakapan.
Adapun kelemahan metode demonstrasi antara lain:
a) Demonstrasi merupakan metode yang kurang tepat apabila alat yang
didemonstrasikan tidak diamati dengan seksama oleh peserta didik.
Misalnya, alat itu terlalu kecil, atau penjelasan-penjelasan tidak jelas.
b) Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah
aktifitas di mana peserta didik sendiri dapat ikut bereksperimen dan
menjadikan aktifitas itu sebagai pengalaman yang berharga.
c) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya, alat-alat
yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas.
22
d) Kadang-kadang, apabila sesuatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian
didemonstrasikan, peserta didik melihat sesuatu yang berlainan dengan
proses jika berada dalam situasi yang sebenarnya.
2) Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Beberapa petunjuk penggunaan metode demonstrasi :
a) Perencanaan :
1. Menentukan tujuan demonstrasi
2. Menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi dan eksperimen.
3. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
b) Pelaksanaan:
1. Mengusahakan agar demonstrasi dan eksperimen dapat diikuti,
diamati oleh seluruh kelas.
2. Menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik sehingga terjadi tanya
jawab, dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.
3. Memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk mencoba
sehingga peserta didik merasa yakin tentang suatu proses.
4. Membuat penilaian dari kegiatan peserta didik dalam eksperimen
tersebut.
c)Tindak lanjut:
Setelah demonstrasi dan eksperimen selesai, hendaknya guru memberikan
tugas pada peserta didik, baik secara tertulis maupun secara lisan, seperti
menilai sejauh mana hasil demonstrasi dan eksperimen telah dipahami peserta
didik.
Langkah-langkah metode demonstrasi antara lain :
1. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat dicapai atau dilaksanakan oleh peserta didik itu sendiri
bila demonstrasi berakhir.
2. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan. Dan sebaiknya, sebelum demonstarasi dilakukan oleh guru,
dicobakan terlebih dahulu supaya tidak gagal pada saat dilaksanakan di
kelas.
3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk
memberi kesempatan peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
komentar selama dan sesudah demonstrasi. Menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik untuk merangsang observasi.
4. Selama demonstrasi berlangsung guru bertanya pada diri sendri apakah :
a. Keterangan-keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh peserta
didik.
b. Alat itu telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap peserta
didik dapat melihat dengan jelas.
5. Menetapkan rencana-rencana untuk menilai kemajuan peserta didik. Perlu
terlebih dahulu diadakan diskusi-diskusi dan peserta didik mencobakan
lagi demonstrasi dan eksperimen agar memperoleh kecakapan yang lebih
Sebagai contoh dalam pembelajaran PAI metode demonstrasi dilakukan
untuk menjelaskan materi dan memperagakan atau mempraktekkan shalat,
tayammum dan lain-lain. Penjelasan dan peragaan sholat dan tayammum
betujuan agar peserta didik didik mempunyai pengetahuan dasar-dasar
pelaksanaan sholat dan tayammum. Pengetahuan ini penting agar menjadi dasar
dari langkah-langkah proses pembelajaran selanjutnya.
Melalui penyerapan metode demonstrasi tersebut peserta didik akan
memiliki keterampilan dalam menjalankan ibadah yang diajarkan. Selanjutnya
setelah memiliki teori dan mampu mempraktekkan diharapkan peserta didik
dapat mengamalkan dengan baik dan konsisten. Pengalaman ibadah tersebut
diharapkan dapat menjadi indikator yang didalamnya terdapat korelasi yang
positif antara pengetahuan dan perubahan perilaku ibadah yang lebih baik.
b. Metode Drill (Latihan)23
1). Karekteristik Metode Latihan
Metode latihan (drill) merupakan metode pembelajaran yang digunakan
untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah
dipelajari. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, materi yang bisa
diajarkan dengan metode ini diantaranya adalah materi yang bersifat
pembiasaan, seperti ibadah shalat, mengkafani jenazah, baca tulis al-Qur’a>n,
dan lain-lain.
Secara umum pembelajaran dengan metode latihan (drill) biasanya
digunakan agar peserta didik:
23
a) Memiliki kemampuan motoris atau gerak, seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, dan mempergunakan alat.
b) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan.
c) Memiliki kemampuan menghubungkan anatar suatu keadaan dengan yang
lain.
Beberapa keuntungan dalam pemanfaatan metode latihan adalah sebagai
berikut:
a) Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan
lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan peserta didik. Karena seluruh
pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b) Peserta didik akan dapat mempergunakan daya pikirannya dengan bertambah
baik, karena dengan pengajaran yang baik maka peserta didik akan menjadi
lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
c) Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari
guru, memungkinkan peserta didik untuk melakukan perbaikan kesalahan saat
itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar di samping itu juga peserta
didik langsung mengetahui prestasinya.
Di samping kelebihan yang dipunyai, juga ada beberapa kelemahan yang
perlu mendapatkan perhatian, yaitu:
1. Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasan serius
2. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah peserta didik merasa bosan
atu jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan
psikis berupa mogok belajar atau latihan.
3. Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri
peserta didik, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
4. Latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingn guru, perintah guru dapat
melemahkan insiatif maupun kreatifitas peserta didik.
5. Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka
peserta didik akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan
menimbulkan perasaan tidak berdaya.
Kelemahan-kelemahan di atas dapat diatasi dengan memperhatikan hal-hal
sebagi berikut:
1. Guru mengarahkan peserta didik untuk memberikan respons yang maksimal
dan reaksi yang tepat.
2. Jika terdapat kesulitan pada peserta didik saat merespons, mereaksi,
hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan
tersebut.
3. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau repons yang
betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat
mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4. Usahakan peserta didik memiliki ketepatan merespons kemudian kecepatan
5. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan
dalam latihan hendaknya dimengerti oleh peserta didik.
2). Langkah-langkah metode drill (Latihan)
Dalam pelaksanaannya, metode drill terkadang mengalami beberapa
hambatan, terutama yang terkait dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip umum metode
drill berikut ini:
1. Peserta didik harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan
latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostic.
a) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.
b) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
c) Respons yang benar harus diperkuat.
d) Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan arti dan kontrol.
3. Masa latihan tidak perlu teralalu lama, tetapi harus sering dilakukan.
4. Pada waktu latihan harus dilakukan proses esensial.
5. Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada
akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.
6. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
a) Sebelum melaksanakan, peserta didik perlu mengetahui terlebih dahulu
arti latihan itu.
b) Peserta didik perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk
c) Peserta didik perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan
untuk melengkapi belajar.
c. Metode Diskusi24
Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Menurut Golo (2002) metode
diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
kualitas interaksi antar peserta didik. Tujuannya ialah untuk memperoleh
pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, di samping
untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.
Secara normatif, al-Qur’a>n telah memberikan penegasan akan
pentingnya metode ini dalam pengajaran. Allah SWT. berfirman dalam surat
an-Nah}l (16) ayat 125 :
☺
☺
☺
☺
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. 25
24
Ibid., 57.
25
Metode diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi semua
anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Morgan (dalam Suprianto, 2007)
menegaskan bahwa diskusi yang ideal adalah berpartisipasinya sekelompok
individu dalam diskusi terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau
tindakan lebih lanjut.
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, metode ini sangat
membantu peserta didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang Islam dan
dapat saling menghargai perbedaan. Tema-tema yang bisa didiskusikan misalnya
tentang keragaman madhhab fiqih yang ada dalam Islam. Dalam konteks
T{aharah (bersuci) misalnya, guru bisa mengajak peserta didik memahami
perbedaan pendapat yang ada, di mana sebagian ulama menganggap bahwa
menyentuh kulit antara lawan jenis itu membatalkan wudu, sementara yang lain
menganggap tidak membatalkan wudu asal tidak disertai dengan shahwat ketika
menyentuhnya. Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fit}rah, sebagian
berpendapat bahwa zakat fit}rah hanya dikhususkan kepada fakir dan miskin,
sementara yang lain membolehkan diberikan kepada mustahiq selain fakir
miskin asal masih dalam kategori as}naf thamaniyah ( delapan golongan).
1). Karakteristik Metode Diskusi
Metode diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi
peran guru tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan
terhadap jalannya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang
dilakukan peserta didik. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur
sendiri. Tiap peserta didik diharapkan memberikan sumbangan pendapat
sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama,
kelompok akan maju dari satu pemikiran ke pemikiran yang lain, langkah demi
langkah sampai kepada paham terakhir sebagi hasil karya bersama (DEPAG,
2011).
Sebagaimana metode-metode pembelajaran yang lain, metode diskusi
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan metode ini antara
lain:
a) Mendorong peserta didik berpikir kritis.
b) Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas
c) Mendorong peserta didik mengembangkan pikirannya untuk memecahkan
masalah bersama
d) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
e) Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri.
f) Membiasakan bersikap toleran.
Dalam redaksi yang lain, kelemahan metode diskusi dapat dijelaskan
sebagaimana berikut :
a) Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh peserta didik yang pandai.
Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi.
b) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari
c) Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan
dengan prinsip efisiensi.
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, bagi guru yang ingin
menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya
dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal ini, peran seorang
guru sebagi encourager yang memberi encouragerment (dorongan semangat dan
membesarkan hati) sangat diperlukan, terutama oleh peserta didik yang
tergolong kurang pintar atau pendiam.
2). Langkah-langkah Penggunaan metode Diskusi
Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci keberhasilan diskusi
terletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat
mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih dengan baik
(Suprianto, 2007). Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standart
penentuan topik masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam
penerapan metode diskusi.
Berikut ini standart-standart yang dimaksud :
1) Semua atau sebagian besar anggota kelompok sangat terarik terhadap masalah
yang didiskusikan.
2) Masalah yang dikaji sudah dikenal baik oleh sebagian besar anggota
kelompok.
4) Masalah mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi
yang berkelanjutan.
5) Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah
dengan memuaskan.
6) Masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis.
7) Masalah merangsang pemikiran yang bermutu.
Dalam konteks pengajaran PAI, guru a hendaknya berhati-hati dalam
menentukan masalah yang akan didiskusikan. Sebab, tidak dipungkiri bahwa
banyak persoalan keagamaan yang sensitif dan bisa memicu ketidakharmonisan
dalam kehidupan beragama.
Setidaknya ada empat hal yang patut diperhatikan oleh guru agama:
1) Isu yang akan didiskusikan menarik dan sesuai dengan taraf berfikir peserta
didik. Sebagi contoh, untuk peserta yang berada pada jenjang SD, hendaknya
tidak diajak berdiskusi tentang hukum-hukum yang terkait dengan pernikahan
atau tentang perdebatan seputar perbedaan antara aliran mu’tazilah dengan
ahlus sunnah wal-jama’ah atau dengan aliran yang lain.
2) Materi diskusi hendaknya diarahkan untuk mempertebal keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
3) Sedapat mungkin materi diskusi bukan materi khilafiyah yang bisa
memperuncing perbedaan di antara umat Islam
4) Materi diskusi ditujukan untuk menciptakan kehidupan beragama yang penuh
Supriyanto (2007) menyatakan ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam menggunakan metode diskusi, mulai dari perencanaan sampai tindak
lanjut diskusi tersebut.
a. Perencanaan diskusi
1. Tujuan diskusi harus jelas, agar arah diskusi lebih terjamin
2. Peserta diskusi harus jelas memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya
disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
3. Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas.
4. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
b. Pelaksanaan Diskusi
1. Membuat sruktur kelompok (Pemimpin, Sekretaris Dan Anggota)
2. Membagi-bagi tugas dalam diskusi.
3. Mencatat ide-ide dan saran-saran yang penting.
4. Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.
5. Menciptakan situasi yang menyenangkan.
c. Tindak Lanjut diskusi
1. Membuat hasil-hasil atau kesimpulan dari diskusi.
2. Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi sepenuhnya.
3. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan
bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.
Diskusi dilakukan dengan penentuan masalah. Masalah yang ditentukan
hendaknya yang menarik di sekitar kehidupan peserta didik. Salah satunya
Topik tentang pergaulan remaja dengan segala permasalahannya bagi
sebagian besar peserta didik merupakan masalah yang menarik karena terkait
dengan kehidupan peserta didik. Sebab, isu tersebut dikenal benar dan dapat
dimengerti oleh sebagian besar anggota kelompok dan juga mempunyai tingkat
kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi yang berkelanjutan.
d. Metode Tanya Jawab26
Metode Tanya jawab merupakan suatu metode pembelajaran yang
menekankan pada cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru dengan
jalan mengajukan pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban. Metode
ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik
memusatkan perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai
sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya. Metode ini dapat
merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan sebagai apersepsi, selingan,
dan evaluasi (Pandie, 1984: 79).
1) Karakteristik Meode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab merupakan salah satu metode mengajar yang dapat
membantu berbagai kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Melalui
metode ini guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana peserta didik dapat
mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan (Daradjat,
2001).
Secara umum metode Tanya jawab ini berguna untuk mencapai banyak
tujuan, antara lain sebagai berikut;
26
a) Mengetahui penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan yang telah lalu
agar guru dapat menghubungkannya dengan topik bahasan yang baru atau
memeriksa efektifitas pengajaran yang dijalaninya.
b) Menguatkan pengetahuan dan gagasan pada pelajaran dengan memberi
kesempatan untuk mengajukan persoalan yang belum dipahami dan guru
mengulang bahan pelajaran yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
c) Memotivasi peserta didik untuk berbuat, menunjukkan kebenaran, dan
membangkitkan semangat untuk maju.
Namun demikian bukan berarti dalam pelaksanaannya metode ini tidak
menghadapi banyak kendala. Beberapa persoalan dapat terjadi dalam metode
tanya jawab di antaranya:
a) Segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran.
b) Dapat terjadi penyimpangn dari pokok persoalan.
c) Dapat terjadi perbedaan pedapat antar peserta didik dan guru.
2). Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
antar guru dan peserta didik, bisa dalam bentuk guru bertanya dan peserta didik
menjawab, bisa pula peserta didik bertanya dan guru menjawab. Hubungan
antara guru dan peserta didik merupakan hubungan timbal balik secara
Beberapa tehnik pertanyaan dalam metode tanya jawab hendaknya
dirumuskan dengan jelas, tegas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan
keraguan pada peserta didik.
a) Pertanyaan dalam kalimat panjang sering membuat peserta didik lupa akan
ujung pangkalnya.
b) Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk peserta didik
untuk menjawabnya.
c) Memberi kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan
jawaban.
d) Guru hendaknya menghargai jawaban ataupun pertanyaan peserta didik.
e) Distribusi pertanyaan hendaknya merata agar semua peserta didik merasa
diperhtikan oleh guru dan tidak ada yang merasa tidak diperhatikan oleh guru
dan tidak ada yang merasa dianak tirikan karena tidak diberi kesempatan
untuk menjawab pertanyaan
f) Hendaknya guru tidak mengulang jawaban siswa
g) Membuat ringkasan hasil tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan
secara sistematik.
Dalam mengeluarkan setiap pertanyaan, hendaknya guru harus
mempuanyai tujuan yang jelas, untuk apa pertanyaan itu dikemukakan dan
kapan hendaknnya hal itu dilakukan.
Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaannya bisa dibagi menjadi
a) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang telah lalu
dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat siswa untuk menerima
pelajaran baru, dan memutuskan perhatian mereka kepada pelajaran.
b) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran
dan menarik sebagi fakta baru.
c) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk
mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan dan menarik
kesimpulan pelajaran sehingga peserta didik dapat memahami pelajaran
dengan mudah.
e. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)27
1). Karakteristik Metode Resitasi
Metode pemberian tugas merupakan metode pembelajaran yang
menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada peserta didik untuk
menyelesaikan sejumlah kecakapan, keterampilan tertentu. Selanjutnya hasil
penyelesaian tugas tersebut dipertanggung jawbkan kepada guru (Darajat, 2001).
Dalam pelaksanaannya peserta didik tidak hanya dapat menyelesaikan di rumah
akan tetapi juga dapat menyelesaikan di perpustakaan, laboratarium,
ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya (Zuharini dan Ghafir, 2004: 69).
Metode Resitasi atau (pemberian tugas) di samping merangsang peserta
didik untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, juga
27
menanamkan tanggung jawab. Oleh sebab itu, tugas dapat diberikan secara
individual atau secara kelompok (DEPAG, 2001).
Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam metode resitasi bisa
digunakan untuk berbagai materi yang terkait erat dengan aspek knowledge,
aspek afeksi dan psikomotor. Materi-materi yang bisa diajarkan dengan metode
resitasi ini misalnya, materi tentang sejarah islam, syarat dan rukun shalat atau
Ibadah Mahdah lainnya.
2). Langkah-langkah Metode Resitasi
Untuk memaksimalkan penggunaan metode pemberian tugas ini, ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yakni:
a) Guru memberikan tugas kepada peserta didik. Tugas yang diberikan itu
hendaknnya mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas bersifat
jelas dan tepat sehingga peserta didik mengerti apa yang ditugaskan
kepadanya, kesesuaian tugas dengan kemampuan peserta didik, ada atau
tidaknya sumber yang dapat membantu pekerjaan peserta didik, dan
tersediannya waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b) Pada waktu peserta didik melaksanakan tugasnya, guru hendaknya
memberikan bimbingan dan pengawasan, mendorong agar peserta didik mau
mengerjakan tugasnya, mengusahakan agar tugas itu dikerjakan oleh peserta
didik itu sendiri. Serta meminta kepada peserta didik untuk mencatat
hasil-hasil tugasnya secara sistematis.
c) Guru meminta laporan tugas dari peserta didik, baik secara lisan maupun
diskusi kelas, menilai hasil pekerjaan peserta didik, baik dengan tes maupun
dengan non tes atau dengan cara lainnya.
Dalam penerapan metode pemberian tugas atau resitasi ini, tugas yang
diberikan guru dapat berupa tugas yang melibatkan keterlibatan semua domain
kognitif, afektif maupun psikomotor.
f. Metode Ceramah28
Metode Ceramah atau disebut juga dengan metode mauiz}ah h}asanah
adalah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer di kalangan para
pendidik agam Islam. Metode ini menekankan pada pemberian dan penyampaian
informasi kepada peserta didik. Dalam pelaksanaannya, pendidik bisa
menyampaikan materi agama dengan cara persuasife dan memberikan motivasi
baik berupa kisah teladan atau memberikan metafora (Amsthal) sehingga peserta
didik dapat mencerna dengan mudah apa yang disampaikan.
Dalam metode ini, guru memberikan uraian atau penjelasan kepada
sejumlah peserta didik pada waktu dan tempat tertentu. Dilaksanakan dalam
bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah. Di dalam
dunia kampus, cara seperti ini sering juga disebut dengan metode kuliah.
Metode ini tidak dipungkiri sudah lama digunakan para pengajar, baik di
sekolah maupun di perguruan tinggi. Sebagai sebuah metode, metode ceramah
mempunyai berbagai macam kelebihan disamping juga kelemahan.
Simanjutak (1986) mencoba merangkum beberapa kelebihan metode
ceramah sebagi berikut:
28
1) Metode ceramah baik diguanakan untuk menyampaiakan materi yang sulit
disampaikan dengan cara lain, seperti menjelaskan makna ayat-ayat
al-Qur’a>n dan al-h}adith, persoalan keimanan juga sejarah Islam.
2) Metode ceramah baik untuk memotivasi peserta didik dalam mengembangkan
minat, hasrat, antusiasme, emosi dan apresiasi terhadap suatu pelajaran
3) Memberikan keterangan-keterangan kepada peserta didik dalam membantu
memecahkan masalah, jika peserta didik menghadapi kesulitan
Di samping kelebihan di atas, metode ceramah juga mempunyai
kelemahan. Di antara kelemahan yang mencolok bahwa metode ini sedikit sekali
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kreativitasnya, sehingga peserta didik menjadi pasif di dalam belajar.
Darajat (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan dari metode
ceramah ini. Kelemahan-kelamahan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menjadikan perhatian hanya terpusat pada guru. Akibatnya guru sering
dianggap peserta didik sebagi sosok yang selalu benar. Di sini tampak bahwa
guru lebih aktif dari pada peserta didik.
2) Secara tidak disadari ada unsur pemaksaan dari guru. Karena guru aktif
berbicara sedang peserta didik hanya pasif mendengarkan dan melihat apa
yang dibicarakan oleh guru, akibatnya peserta didik hanya bisa mengikuti alur
pikiran guru yang terkadang tidak sejalan dengan alur berpikir peserta didik.
Dalam perkembangannya, metode ceramah yang hanya mengandalkan
dikombinasikan dengan metode yang lain. Inilah yang kemudian disebut Metode
Cerama Plus.
Metode Ceramah Plus adalah metode gabungan anatara metode ceramah
dengan metode mengajar yang lain. Dalam hal ini, akan diuaraikan tiga macam
meode ceramah plus yaitu :
a). Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan
tanya jawab dan pemeberian tugas. Metode gabungan ini idealnya dilakukan
secara tertib, yaitu :
1) Penyampaian materi oleh guru
2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan peserta didik
3) Pemberian tugas kepada peserta didik.
b). Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan
pengkombinasiannya, yaitu :
1) Guru menguraikan materi pelajaran,
2) Kemudian mengadakan diskusi
3) Dan akhirnya memberi tugas
c). Metode Ceramah Plus Demonstrasi dalam Latihan (Drill)
Metode ini merupakan kombinasi anatar kegiatan menguraikan materi
pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (Drill).
Evaluasi pembelajaran Fiqih yang dilakukan perlu memberikan cukup
perhatian terhadap tiga aspek sebgai berikut :
a. Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari satu
kompetensi dasar yang harus dicapai akhir dari semester dan jenjang suatu
pendidikan. Dapat pula dikatakan bahwa pada aspek inilah teori yang
didapatkan selam proses pembelajaran akan dinilai.
b. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
c. Penilaian terhadap aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya
proses pembelajaran.
Ini berarti bahwa Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar
peserta didik berupa kompetensi yang mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan serta pengamalan. Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga ranah
tersebut dilakukan secara proporsional sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik
serta bobot setiap aspek dari setiap materi.
Yang perlu diperhatikan dalam penilaian Fiqih adalah prinsip
kontinitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan,
perkembangan, dan perubahan peserta didik. Penilaiannya tidak saja merupakan
kegiatan tes formal, melainkan juga:
b. Pengamatan ketika peserta didik berada di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain.
Dari berbagai pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis
terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang
kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap
pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner, skala