• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Isi Proposal Kerja Prakktik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Isi Proposal Kerja Prakktik"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Perkembangan fisik kota ditandai dengan semakin bertambah luasnya kawasan terbangun, sedangkan perkembangan dari aspek sosial ekonomi meliputi pertumbuhan penduduk, sistem sosial ataupun peningkatan pendapatan masyarakat. Kebutuhan lahan wilayah perkotaan terutama berhubungan dengan pertumbuhan, perluasan dan perkembangan ruang kota yang diperlukan bagi prasarana kota seperti perumahan, bangunan umum, jaringan jalan, jaringan air minum, jaringan sanitasi, taman-taman dan lapangan olah raga.

Kebijakan tentang Penataan Ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa untuk masing-masing daerah agar di susun suatu Rencana Tata Ruang sebagai pedoman dalam penataan ruang, dan dalam implementasinya harus dapat mencerminkan sekaligus menciptakan upaya yang optimal, seimbang, terpadu dan tertib antara kepentingan daerah, masyarakat, lestari dan berkesinambungan di dalam pemanfaatan ruang.

(2)

penurunan kualitas ruang akibat pemanfaatan ruang yang kurang sesuai. Penggunaan ruang di perkotaan oleh masyarakat sering tidak efisien dan cenderung menimbulkan konflik karena tiap pelaku/aktor-aktor pembangunan berusaha mengoptimasi kepentingannya masing-masing atau kelompoknya. Rencana Tata Ruang diharapkan dapat mencegah gejala tersebut, sehingga ruang yang digunakan oleh masyarakat dapat menjadi lebih efisien dan sesuai dengan kepentingan bersama secara menyeluruh.

Dilain pihak, perkembangan wilayah yang terjadi, menyebabkan banyaknya lahan yang dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat permukiman dan perdagangan/usaha. Sehingga intensitas penggunaan lahan dan harga lahan/tanah sebagai bentuk pemanfaatan ruang semakin tinggi.

Sehingga dalam pemanfaatan ruang dan khususnya kegiatan pendirian bangunan oleh masyarakat yang menunjukan peningkatan, belum diimbangi dengan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan pemanfaatan ruang yang ada. Sebagai akibatnya adalah proses penataan kota terkesan mulai tidak teratur. Dan kota tumbuh berdasarkan keinginan masyarakat dengan melihat dari aspek ekonomi saja.

Untuk tertibnya pelaksanaan peraturan tersebut, yang antara lain meliputi struktur, alokasi, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta pemanfaatan ruang itu sendiri. Hal yang tak kalah penting untuk di kaji adalah keberadaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai salah satu bentuk ijin pemanfaatan ruang didaerah. Sebagai salah satu peraturan daerah, IMB dimaksudkan untuk mengoptimalkan penataan, pengawasan dan pengendalian kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan oleh masyarakat, sejalan dengan kehidupan yang kian berkembang dan maju.

(3)

yang ditetapkan, IMB merupakan salah satu sumber income daerah yang strategis dari segi kontinuitas dan cakupan pelayanan.

Disamping itu, bagi pihak masyarakat pemohon, IMB mempunyai manfaat terwujudnya rasa aman, keindahan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya serta nilai tambah terhadap bangunan itu sendiri. Nilai tambah itu antara lain; harga bangunan yang akan naik dengan sendirinya; sebagai salah satu syarat pengajuan hipotik (kredit dengan jaminan tanah dan bangunan); disamping jaminan kepastian hukum terhadap bangunan itu sendiri.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Izin Mendirikan IMB secara berhasilguna dan berdaya guna (efektif dan Efesien) akan membawa kemanfaatan bagi kepentingan individu, masyarakat dan pemerintah sebagai pengelola dan pengendali dalam penataan ruang. Sehingga dalam pelaksanaannya IMB bukan semata-mata aturan yang memaksa masyarakat, tetapi akan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam pendirian dan kepemilikan bangunan.

(4)

Perubahan fungsi lahan yang terjadi serta pelanggaran sempadan jalan yang semakin besar yang dilakukan oleh masyarakat, menunjukan adanya penyimpangan tujuan yang hendak dicapai peraturan IMB. Keadaan atau kondisi tersebut menunjukan efektifitas IMB di Kota Payakumbuh terhadap peraturan tersebut masih rendah.

Selain itu, dari sisi kelembagan Pemerintah Daerah selaku pihak yang melayani IMB masih bersifat pasif, yaitu pelayanan yang hanya diberikan bagi siapa yang membutuhkan. Keterbatasan SDM aparatur yang menangani dan sarana maupun prasarana masih merupakan kendala terhadap kondisi belum optimalnya pelayanan tersebut. Bahkan terhadap pelanggaran yang terjadi, sering belum ada tindakan sebagai penerapan sanksi hukum. Akibat lebih jauh dari kondisi ini adalah penataan bangunan sebagai inti fisik kota terkesan kurang teratur dan berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar/ekonomi masyarakat saja.

Peraturan IMB (Perda No.9 tahun 1996) adalah peraturan yang mengikat/berlaku bagi semua pihak yang melakukan kegiatan pendirian/merubah dan atau menambah bangunan di selurh wilayah Kota Payakumbuh, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat/rumah tangga. Bagi kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan pemerintah dan swasta karena jumlah yang terbatas, jenis, tempat dan fungsinya jelas, pemantauan lebih mudah dilaksanakan. Namun bagi kegiatan pendirian bangunan yang dilakukan oleh masyarakat/rumah tangga karena jumlahnya yang banyak dan terdapat beberapa faktor maupun aspek yang melatarbelakangi, maka pemantauannya akan menghadapi banyak kesulitan. Dalam hal inilah diperlukan adanya kepatuhan masyarakat terhadap peraturan IMB.

(5)

masyarakat terhadap Peraturan daerah yang berkaitan dengan perijinan, belum sepenuhnya dipatuhi. Misalnya peraturan Izin Mendirikan Bangunan.

Bentuk pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang khususnya dengan berlakunya Perda tentang IMB di Kota Payakumbuh, antara lain adalah :

a. Banyak terdapat kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan masyarakat tidak dimohonkan ijin (IMB).

b. Terdapat bangunan yang melanggar garis sempadan.

c. Terdapat bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan.

d. Terdapat kegiatan menambah dan atau merubah bangunan oleh masyarakat yang tidak dilaporkan/dimohonkan ijin.

Pelanggaran terhadap prosedur IMB meliputi bangunan sudah berdiri tetapi tidak memiliki IMB; kegiatan menambah dan atau merubah bangunan yang tidak dilaporkan atau dimintakan izin; IMB dimohonkan setelah bangunan berdiri.

Pelanggaran terhadap garis sempadan dapat dilihat dengan masih banyaknya bangunan yang terdapat di pinggir jalan yang kondisinya berada tepat di tepi jalan. Kondisi ini akan berpengaruh pada tingkat keamanan dan kenyamanan masyarakat sendiri.

Pelanggaran terhadap rencana peruntukan lahan dimaksud adalah pelanggaran terhadap rencana peruntukan permukiman yang terealisasi untuk kegiatan perdagangan dan jasa, gudang, kantor dan lain-lain.

Berdasarkan data dari Dinas Tata Kota Payakumbuh berkaitan dengan pelanggaran pemanfaatan tata ruang di Kota Payakumbuh dalam tahun terakhir, yakni tahun 2007 ada sejumlah 1.021 buah bangunan yang melanggar pemanfaatan ruang. Untuk bangunan yang dibangun sesuai dengan pemanfaatan ruang Kota Payakumbuh dan bangunan tersebut dilengkapi dengan IMB, selama tahun 2007 ada sejumlah 1.059 buah bangunan yang tertib tata ruang. Sehingga jika diperbandingkan antara bangunan yang melanggar tata ruang dan bangunan yang tertib tata ruang selama satu tahun terakhir (tahun 2007) adalah sebesar 50% bangunan yang masih melanggar tata ruang di Kota Payakumbuh.

(6)

mengadakan pengkajian/penelitian mengenai peran serta masyarakat terhadap Peraturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Payakumbuh.

1.2 Rumusan Masalah

Secara garis besar permasalahan-permasalahan yang melatar belakangi pentingnya studi ini adalah :

Adanya fenomena bahwa walaupun telah dilaksanakan pemberlakuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam pengendalian dan pemanfaatan ruang masih terjadi pelanggaran berkaitan dengan penataan ruang dan peraturan IMB. Berdasarkan pengamatan dan keterangan dari beberapa pihak, bahwa pelaksanaan IMB sebagai alat pengendali penataan ruang khususnya di Kota Payakumbuh menghadapi banyak masalah. Yaitu masih banyaknya bangunan yang tidak memiliki IMB; Bangunan melanggar ketentuan Garis Sempadan; bangunan yang beralih fungsi dan kegiatan merubah atau menambah bangunan yang tidak dimintakan izin.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik satu rumusan masalah, bahwa pelaksanaan peraturan IMB sebagai alat pengendali dan pemanfaatan ruang di Kota Payakumbuh masih menghadapi banyak masalah. Yaitu tingkat paritisipasi masyarakat atau tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan IMB mash rendah. Sehingga mengakibatkan kota berkembang kurang sesuai dengan perencanaan yang ada serta terkesan kurang teratur dan rawan dari segi keamanan maupun kesehatan.

Kondisi ini apabila dibiarkan akan berdampak negatif terhadap penataan ruang, seperti tidak terpenuhinya standar kesehatan, keamanan, kenyamanan dan keserasian dari segi arsitektur maupun menurunya kualitas lingkungan.

Oleh karena itu untuk tertib pemanfaatan ruang di Kota Payakumbuh ke depan, menarik diadakan studi untuk mengetahui Sejauhmanakah Peran Serta Masyarakat Terhadap Peraturan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Payakumbuh.

(7)

1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diinginkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat peran serta masyarakat terhadap berlakunya peraturan Izin Mendirikan Bangunan, dari aspek peran serta masyarakat dan mengkaji faktor-faktor yang menjadi penyebab atau yang mempengaruhinya. Sehingga lebih lanjut akan dapat ditentukan strategi yang tepat dalam upaya meningkatkan efektifitas IMB baik sebagai salah alat pengendali penataan ruang maupun sebagai salah satu sumber pendanaan/income daerah.

1.3.2 Sasaran Penelitian Sasaran studi ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi yang berkaitan dengan penerapan IMB baik yang berupa obyek maupun subyek yaitu masyarakat.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap IMB.

3. Mengkaji hubungan antara tingkat peran serta masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Menyusun rekomendasi dalam upaya – upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat terhadap peraturan IMB.

1.3.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran tentang efektifitas penerapan IMB dalam rangka mewujudkan tertib penataan ruang, khususnya dilihat dari aspek peran serta masyarakat.

(8)

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Spasial

Ruang lingkup spasial yang akan dikaji adalah Kota Payakumbuh. Pemilihan Kota Payakumbuh sebagai wilayah studi antara lain didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan:

a. Merupakan pintu gerbang utama masuk Proinsi Sumatera dari Propinsi Riau. b. Bergesernya aktivitas pertanian menjadi aktivitas sosial ekonomi sebagai kegiatan perkotaan di Kota Payakumbuh sehingga memiliki dampak terhadap pemanfaatan ruang kota cukup tinggi.

c. Wilayah yang berkembang dengan cepat sejalan dengan bertambah dan berkembangnya jumlah penduduk.

d. Luas Kota Payakumbuh yang relatif kecil dihadapkan pada masalah pengendalian pemanfaatan ruang kota sebagai akibat pesatnya pembangunan.

e. Pemerintah Kota Payakumbuh memiliki instrumen pengendalian pemamnfaatan ruang, salah satunya adalah melalui IMB. IMB di Kota Payakumbuh pelaksanaannya dimulai sejak Tahun 1996, di dalam perjalanan IMB saat ini masih banyak mengalami kendala di lapangan. Peta wilayah studi Kota Payakumbuh dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.

1.4.2 Ruang Lingkup Substansional

Ruang lingkup subtansial/materi yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi:

1. Membahas pengertian dan hubungan IMB dengan pelaksanaan tertib penataan ruang

2. Membahas tentang tingkat pemahaman dan peran serta para aktor dalam penerapan IMB yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. 3. Membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat peran serta

masyarakat pemilik bangunan terhadap peraturan IMB.

(9)

untuk menciptakan tertib penataan ruang dan meningkatkan pendapatan daerah.

1.5 Kerangka Pemikiran

Urbanisasi sebagai suatu proses yang logis dari peradapan manusia untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri, membawa konsekuensi makin meningkatnya penggunaan ruang/lahan dalam memenuhi kebutuhannya. Di lain pihak ruang/lahan untuk aktifitas tersebut karena sifatnya ada keterbatasan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Maka dalam hal inilah perlu adanya batasan-batasan / peraturan tentang penataan ruang, sehingga dapat memadukan antara kepentingan masyarakat/individu untuk beraktifitas dan terjaganya kualitas ruang/lahan sebagai lingkungan yang dapat mendukung aktifitas masyarakat tersebut secara berkelanjutan.

Implementasi lebih lanjut dari penataan ruang adalah diberikannya izin pemanfaatan ruang sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian. Dalam hal inilah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di berlakukan, sebagai salah satu alat pengendali dalam penataan ruang.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sebagai salah satu alat Peraturan Daerah (Perda) di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota di dalam pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah, adalah merupakan salah satu alat kontrol/pengendali di dalam penataan ruang wilayah/kota.

Implementasi IMB di Kota Payakumbuh yang diberlakukan berdasarkan Perda No 9 Tahun 1996 pada saat ini belum seperti yang diharapkan / belum optimal. Hal ini di tunjukan antara lain :

1. Masih banyaknya penduduk yang belum terlayani

2. Banyak kegiatan mendirikan bangunan masyarakat yang tidak terpantau 3. Terdapatnya bangunan yang melanggar garis sempadan bangunan dan

sempadan jalan..

(10)

tentang seberapa jauh tingkat peran serta masyarakat terhadap peraturan tersebut di Kota Payakumbuh.

(11)

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Alur Pikir :

Konflik antara pembangunan penataan kota dengan realitas masyarakat dalam kegiatan mendirikan bangunan

Perlunya tertib peraturan dalam pemanfaatan ruangan

IMB sebagai perangkat pengendali

pemanfaatan ruang belum sepenuhnya dipatuhi masyarakat Payakumbuh

Mengapa IMB Belum sepenuhnya Dipatuhi oleh Masyarakat ?

Identifikasi dan analisis korelasi antara tingkat peran serta masyarakat dengan factor-faktor yang mempengaruhi Potensi Wilayah Kota Payakumbuh

berdampak makin tingginya intensitas penggunaaan tanah

Kesimpulan dan Rekomendasi

Pembangunan yang berbasis pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

Identifikasi dan analisis scoring terhadap tingkat peran serta masyarakat dan

pelanggaran masyarakat/pemilik bangunan

Kajian Teori

(12)

1.6. Metode Penelitian 1.6.1 Tahap Persiapan

Untuk penyusunan laporan ini, pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan antara lain :

1. Perumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat studi. Dimana permasalahan diangkat dari fenomena/isue-isue yang berkembang berkaitan dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang IMB sebagai alat pengendali penataan ruang di wilayah studi, sedangkan tujuan dan sasaran diarahkan untuk menjawab permasalahan yang terangkat tersebut.

2. Penentuan lokasi studi, yaitu Kota Payakumbuh, yang memiliki peluang untuk terjadinya penyimpangan terhadap kebijakan pengendalian tata ruang yang tertuang dalam RTRW Kota Payakumbuh dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan melalui Izin Mendirikan Bangunan. Sehingga akan berdampak terjadinya intensitas penggunaan yang tinggi berikut dengan permasalahannya, khususnya dalam penataan ruang.

3. Studi Literatur dan identifikasi terhadap kebutuhan data baik data primer maupun sekunder.

1.6.2 Teknik Sampling

Populasi yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah bangunan dan seluruh warga masyarakat pemilik bangunan non perumahan di Kota Payakumbuh yang berjumlah 104.969, terdiri dari bangunan permanen dan semi permanen.

Sampel dalam penelitian yang diambil dari populasi sebesar tersebut di atas ditentukan dengan menggunakan rumus (Zainudin dalam Sugiyono,2009)

Keterangan: n= Perkiraan jumlah sampel

N= Perkiraan besar populasi

z= nilai standar normal untuk α: 0,1 yaitu 1,645

p= perkiraan populasi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q= 1-p (100%-p)

d= maksimal error/tingkat kesalahan yang dipilih (d: 10%)

(13)

Nilai error maksimal (d) yang dipilih 10% atau ketelitian sebesar 90% dengan nilai standar normal (z) yaitu 1,645. Jumlah populasi yang diambil adalah 104.969. Dari hasil perhitungan rumus diatas diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

Dengan demikian dari populasi sebesar 104.969, maka ditetapkan 68 orang pemilik bangunan sebagai sampel penelitian atau responden.

Sampling ditentukan dengan cara porposive proportional Cluster Sampling. Claster sampling, dengan menentukan populasi di tingkat kecamatan sebagai blok/bagian wilayah yang akan dijadikan sampel. Dimana dari seluruh populasi se Kota Payakumbuh di bagi menjadi 3 kecamatan. Selanjutnya dari masing-masing kecamatan berdasarkan tingkat kepadatan bangunan ditentukan bangunan sejumlah 32 untuk Kecamatan Payakumbuh Barat; 22 responden untuk wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dan 14 responden untuk Kecamatan Payakumbuh Timur.

1.6.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menyusun hasil penelitian ini akan dilaksanakan dengan cara/metode survei primer dan metode survei sekunder, yaitu meliputi :

1. Penggunaan daftar pertanyaan/quesioner yang diajukan kepada responden dengan pertanyaan yang sifatnya tertutup. Artinya jawaban telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternatif yang telah disediakan. 2. Wawancara, baik terhadap masyarakat maupun terhadap aparatur yang

(14)

3. Observasi/pengamatan di lapangan, yaitu tindakan peneliti untuk mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang ada dan terjadi secara nyata/obyektif khususnya di lokasi penelitian, kaitannya dengan pelaksanaan IMB dalam rangka penataan ruang kota.

4. Studi Literatur, pengumpulan data dari buku-buku, landasan teori, peraturan perundangan, dan sumber informasi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan, berkaitan dengan IMB dan Penataan Ruang. Macam dan jenis data seperti terdapat dalam tabel kebutuhan data berikut :

Tabel II.1

Kebutuhan Data Sekunder dan Data Primer

No Kebutuhan

Data Sumber Jenis/Bentuk Data Sasaran

1 2 3 4 5

A. Data Sekunder

1. Peta Wilayah Kantor Bappeda, Kantor PU, Kantor

Kecamatan Kota Payakumbuh

1. Peta RTRW Kota Payakumbuh 2. Peta RUTRK Kota Payakumbuh 3. Peta Penggunaan Lahan

Penduduk menurut tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kepadatan.

3. Jumlah Bangunan

Dinas Tata Kota 1. Jumlah Total Bangunan 2. Bangunan Ber Imb

Survey Primer Pendapat masyarakat dan aparat pelaksana

Identifikasi Faktor yang berpengaruh

5. Efektifitas IMB Survey Primer Kuesioner/pendapat masyarakat/responden.

Hasil kuesioner dan wasancara Identifikasi pola pelayanan.

Sumber : Hasil Analisis 2009.

1.6.4 Pengolahan Data

(15)

1. Verifikasi, yaitu pemeriksaan data secara umum dengan mengacu pada daftar tilikan yang sudah ditentukan.

2. Klasifikasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan kepentingan/tujuan yang ingin dicapai atau berdasarkan kesamaan dalam aspek tertentu. 3. Validasi, yaitu penilaian apakah data yang sudah ada cukup valid dan

representatif untuk mewakili kondisi yang diamati.

4. Tabulasi, yaitu proses akhir dalam penyusunan data agar mudah dibaca dan dimengerti sesuai dengan tujuan penelitian.

1.6.5 Analisis Data

Dalam pengolahan data, untuk menghasilkan output sebagaimana yang diharapkan sebagai laporan studi/penelitian dilakukan secara analisis. Adapun analisis data yang dilakukan adalah analisis kunatitaitf dan kualitatif.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif diperlukan untuk mengukur besaran angka/nilai dan prosentase gejala hubungan antar variabel berdasarkan pada parameter yang sudah ditentukan, dari data yang diperoleh.

Terhadap data yang diperoleh secara terukur dari lapangan, untuk mengetahui tingkat pemahanan masyarakat terhadap ketentuan IMB sebagai pengendali penataan ruang dilakukan dengan teknik analisis sebagai berikut : A. Analisis Skoring

(16)

terkecil/minimal dengan yang maksimal dibagi tiga sebagai tingkatan tinggi, sedang dan rendah.

Penggunaan dalam studi ini, penskalaan dilakukan untuk memberikan nilai/skor secara bertingkat dari masing-masing faktor/variabel pengaruhnya terhadap kepatuhan serta responden. Dengan kata lain tingkat kepatuhan responden sangat dipengaruhi oleh jumlah total nilai yang didapat dari masing-masing variabel yang dibobotkan. Indikator yang menjadi variabel tingkat kepatuhan tersebut, seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 1I.2

Aspek, Variabel dan Indikator Yang Dibobotkan

Aspek Variabel Indikator

Tingkat Kepatuhan Masyarakat

1. Tingkat Pengetahuan Terhadap IMB

1. Pengetahuan Berlakunya Peraturan IMB

2. Pengetahuan Sumber Peraturan IMB

3. Sejak Kapan Mengetahui

4. Pengetahuan tentang sosialisasi IMB dari Pemerintah

5. Kepemilikan IMB

6. Pengetahuan tentang tujuan peraturan IMB

7. Pengetahuan tentang manfaat IMB 8. Pengetahuan tentang kewajiban

dan larangan dalam IMB

9. Pengetahuan tentang prosedur pengejuan permohonan IMB 10.Pengetahuan tentang sanksi

2. Tingkat Ketaatan Terhadap Peraturan IMB

1. Bangunan Telah Memiliki IMB 2. Latar Belakang Mengurus IMB 3. Mengurus Sendiri IMB

4. Mengetahui Manfaat IMB

5. Mengetahui prosedur dan tujuan mengurus IMB

6. bangunan tidak melanggar

ketentuan IMB

3. Tingkat Penghayatan / Sikap terhadap IMB

1. Mengetahui berlakunya peraturan IMB

2. Mentaati peraturan IMB 3. Mengetahui tujuan IMB 4. Setuju dengan berlakunya IMB 5. Responsif terhadap bangunan di

sekitarnya

6. Mengatahui manfaat IMB

7. Setuju dengan sanksi terhadap pelanggar IMB.

(17)

B. Metode Analisis Tabulasi Silang

Tujuan dari penggunaan analisis tabulasi silang ini adalah untuk mentabulasikan dan mengolah data hasil penyebaran kuisioner dari para responden. Penerapan metoda analisis ini diharapkan dapat menentukan keterkaitan masing-masing variabel yang ada yang dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan kuisioner, selanjutnya disebarkan kepada responden. Beberapa pertanyaan yang disusun tersebut berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan dari tema studi ini. Adapun data-data yang akan dicari di lapangan melalui penyebaran kuisioner bagi responden terpilih, antara lain berupa :

1. Karakteristik masyarakat pemilik bangunan, yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, jumlah tanggungan keluarga dan kelompok umur.

2. Karakteristik bangunan, yang meliputi jenis dan fungsi, luas dan banyaknya lantai bangunan serta jarak bangunan dari tepi jalan.

3. Tingkat kepatuhan masyarakat yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan motivasi serta sikap dan perilaku terhadap peraturan IMB.

4. Karakteristik hubungan antara tingkat kesadaran/kepatuhan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.

5. Tingkat pelanggaran dan penegakan hukum terhadap peraturan IMB, yang meliputi jenis dan tingkat pelanggaran, pelayan yang ada dan upaya penegakan hukum terhadap peraturan tersebut.

Pengujian hasil analisa tabulasi silang ini dengan Uji Chi Sguare. Menurut Moh. Nasir, Ph.D. 1983, dalam bukunya Metode Penelitian, disebutkan bahwa Analisa Tabulasi Silang adalah analisa dengan menggunakan tabel silang. Tabel silang ini dapat berbentuk frekuensi atau persentasi. Dalam analisa Tabulasi Silang, variabel-variabel dipaparkan dalam suatu tabel, yang mana tabel tersebut berguna untuk :

1. Menganalisa hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi; 2. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan; 3. Mengatur data untuk keperluan analisa statistik;

(18)

5. Untuk mencek apakah terdapat kesalahan-kesalahan dalam kode ataupun jawaban dari daftar pertanyaan.

Dalam membuat tabel untuk analisa tabulasi silang, maka syarat katagorasi harus dipenuhi.

Dalam analisa Tabulasi Silang, selain dari frekuensi terjadinya fenomena, juga dimasukan persentasi terjadinya hal yang ingin dipecahkan. Maka dari itu dalam membaca sebuah tabel silang, selain jumlah, seseorang juga dapat dengan membaca prosentase dari munculnya suatu fenomena dengan jelas. Analisa tabulasi silang, yang paling mudah adalah dengan menggunakan tabel 2 x 2, sebagai berikut :

A1 A2

B1 B1A1 B1A2

B2 B2A1 B2A2

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa variabel A dibagi atas A1 dan A2, dan variabel B dibagi atas B1 dan B2. Sel dari tabel berisi sub sel dari A dan B. Jika analisa Tabulasi Silang menyangkut tiga buah variabel : A, B, dan C, maka tabel tersebut bebrbentuk seperti di bawah ini :

C1 C2 C1 C2

B1 B1C1A1 B1C2A1 B1C1A2 B1C2A2

B2 B2C1A1 B2C2A1 B2C1A2 B2C2A2

(19)

Analisis Tabulasi silang, terhadap tabel frekuensi yang tersaji digunakan untuk menggambarkan hubungan antara satu variabel dengan faktor atau variabel lain, berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, adapun variabel-variabel yang akan di analisis tabulasi silang adalah :

Tabel II.3

Matrik Uji Signifikansi Antar Variabel

(20)

Analisis Kualitatif

Sedangkan analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang tidak terukur dengan angka khususnya terhadap data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan di lapangan maupun hasil analisis kuantitatif perlu atau dapat dikualitatifkan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis sebagai penelitian ini tersusun sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka pikir, metode dan pendekatan penelitian, kerangka analisis serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Terhadap IMB Dalam Penataan Ruang

Membahas kajian teori tentang implementasi IMB dan peran serta masyarakat sebagai obyek dan subyek penelitian

Bab III Deskripsi Wilayah Penelitian

Membahas tentang kondisi lokal sebagai laporan deskripsi wilayah penelitian Kota Payakumbuh.

Bab IV Analisis Terhadap Pelaksanaan Peraturan IMB

Membahas /mengolah dan menganalisis data yang diperoleh di lapangan sebagai laporan hasil penelitian. Terdiri dari analisis terehadap tingkat partisipasi masyarakat yang meliputi tingkat pengetahuan, tingkat ketaatan dan tingkat penghayatan/sikap; tingkat pelanggaran dan penegakan hukum.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

(21)
(22)

INSERT

L E G E N D A

J a l a n Batas Kota Batas Kecamatan Sungai

0 100 200 Met er s

N

Gambar 1.2

Gambar

Gambar 1.1
Tabel II.1
Tabel 1I.2
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa variabel A dibagi atas A1 dan A2,
+3

Referensi

Dokumen terkait

Semua titik sudut suatu persegi dengan panjang sisi s terletak pada batas dari ju- ring lingkaran berjari-jari r yang sudut pusatnya 60 ◦.. Jika persegi

[r]

Kurikulum Program Studi S-I Manajemen STIE Rahmaniyah Sekayu untuk mahasiswa tahun akademik 2012/2013 dan seterusnya telah disesuaikan dengan Keputusan

Recommendations: One single integrated budget information and reporting system should apply to all budget documentation from initial government and ministry/ agency work plans,

pengaruh dari peramalan laba manajemen yang merupakan variabel voluntary disclosure dan reaksi pasar modal sebagai variabel-variabel independen yang mempengaruhi

Sudah menjadi kehendak-Mu, Ya ilahi Rabbi, "Bahwa tidak ada seseorang pun yang pintar, mahir dan pandai kecuali pernah dididik oleh seorang guru" namun kami yakin dan

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh variabel profitabilitas, free cash flow , ukuran perusahaan ( size ), earning volatility, dan assets tangibility

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode logika fuzzy tsukamoto ini dapat digunakan untuk membuat suatu sistem pendukung keputusan yang