BAB
KERANGKA KELEMBAGAAN
DAN REGULASI KAKOTA
6.1
ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG
CIPTA KARYA
Landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan Kota Bandung:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah,sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
Gambar 5.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda).
Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
A. KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI
Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal yang menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala BAPPEDA, yaitu :
1. Pasal 10, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah”;
2. Pasal 11, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah“ ;
3. Pasal 12, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah“;
4. Pasal 14, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan arah kebijakan keuangan daerah“;
5. Pasal 15, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD”;
6. Pasal 16, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah“;
7. Pasal 18, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah”;
8. Pasal 20, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM Daerah”;
9. Pasal 21, ayat (4) : “Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA-SKPD”;
10. Pasal 22, ayat (4) : “Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKPD”;
11. Pasal 24, ayat (2) : “Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang” ;
12. Pasal 28, ayat (2) : “Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD”; 13. Pasal 29, ayat (3) : “Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan
Beberapa produk dan indikator capaian yang telah dihasilkan BAPPEDA Kota Bandung dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan, diantaranya:
1. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang RPJPD Kota Bandung 2005-2025, yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Bandung untuk periode 20 (dua puluh) tahun; 2. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 07 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Serta Musrenbang Daerah. Perda ini memberikan penguatan kewenangan secara kelembagaan bagi Bappeda dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan dan merupakan penjabaran dari PP 08 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
3. Penyusunan dan penetapan Perda Nomor 9 Tahun 2009 tentang RPJMD Kota Bandung 2009-2013, yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah jangka menengah daerah untuk periode 5 (lima) tahun ;
4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal, pelatihan, seminar dan diklat fungsional;
5. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan makro, meliputi : Master Plan Kawasan Gedebage, Master Plan Transportasi, Master Plan Pendidikan, dan kajian sektor lainnya sebagai pendukung perencanaan ;
6. Tersedianya hasil penelitian dan pengembangan sebagai bahan penyusunan dokumen perencanaan;
7. Fasilitasi berbagai forum multistakeholder di bidang perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan lainnya;
8. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis dan terpadu antar bidang-bidang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung;
9. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi; 10. Tersedianya database statistik kota;
11. Tersusunnya laporan triwulanan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dari SKPD;
dan 5 (lima) Tahunan;
13. Terbentuknya UPT Bandung Electronic Procurement yang berfungsi sebagai unit pengelola terpadu dalam pengadaan barang dan jasa.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibidang perencanaan pembangunan daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung memliki visi dan misi. Visi Bappeda yaitu “LEMBAGA PERENCANA PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS, ASPIRATIF DAN APLIKATIF GUNA MEWUJUDKAN KOTA BANDUNG, UNGGUL, NYAMAN & SEJAHTERA”. Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan yang Aspiratif dan Aplikatif 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem layanan perencanaan
pembangunan yang memadai
3. Meningkatkan iklim dan kerjasama dalam bidang penanaman modal 4. Mewujudkan aparatur perencana pembangunan daerah yang profesional
dan berdisiplin
5. Mewujudkan pertanggungjawaban keuangan yang wajar, akurat, akuntabel, dan pelaksanaan kinerja yang optimal
Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, Kepala Bappeda dibantu oleh seorang sekretaris dan 6 (enam) orang kepala bidang (Kabid) beserta satu Unit Pelaksana Teknis Badan dan Kelompok Jabatan Fungsional serta staf. Sekretaris membawahi 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian (Kasubag) yaitu Kasubag Umum dan Kepegawaian, Kasubag Keuangan dan Kasubag Program. Sedangkan masing-masing kepala bidang bertanggung jawab kepada Kepala Badan dan membawahi beberapa Kepala Sub Bidang (Kasubid) sebagai berikut:
1. Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Tata Ruang, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang:
Kepala Sub Bidang (Kasubid) Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Kepala Sub Bidang (Kasubid) Perencanaan Sarana dan Prasarana
2. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :
Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah. 3. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri atas 2
(dua) Sub Bidang :
Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya
Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat
4. Bidang Perencanaan Pemerintahan, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :
Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan
Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah
5. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan
Sub Bidang Statistik
6. Bidang Penanaman Modal, terdiri atas 2 (dua) Sub Bidang :
Sub Bidang Penanaman modal dan Promosi Daerah
Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Daerah
Adapun secara rinci Struktur organisasi Bappeda Kota Bandung berdasarkan jabatan struktural dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.3
Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung.
Tugas Pokok:
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan wajib pemerintahan di bidang penataan ruang, sebagian bidang pekerjaan umum dan sebagian bidang perumahan;
Fungsi:
Merumuskan kebijakan teknis tata ruang dan permukiman;
Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan;
Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan pemukiman meliputi survey dan pemetaan, perencanaan dan pengendalian, perumahan dan pemukiman dan dokumentasi dan pelayanan;
Pelaksanan pelayanan teknis ketatausahaan Dinas;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Visi Dinas Tata Kota adalah" Memantapkan Pemanfaatan Ruang Kota yang Bermartabat ". Visi ini ditetapkan sebagai upaya mendukung perwujudan visi Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat).
Misi yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Meningkatkan kualitas SDM Aparatur yang didukung dengan fasilitas kerja yang memadai
2. Meningkatkan Kualitas Ruang Kota
beserta staf. Sekretaris membawahi 3 orang Kepala Sub Bagian (Kasubag) yaitu Kasubag Umum dan Perlengkapan, Kasubag Kepegawaian dan Kasubag Keuangan dan Program. Sedangkan masing-masing kepala bidang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan membawahi beberapa Kepala Sub Bidang (Kasubid) sebagai berikut:
1. Kepala Bidang (Kabid) Survey dan Investigasi, terdiri atas 2 seksi: a. Kepala seksi Pengukuran dan Pemetaan
b. Kepala seksi Data dan Analisa
2. Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Tata Ruang, terdiri atas 3 seksi: a. Kepala seksi Tata Ruang Kota
b. Kepala seksi Rencana Teknis Prasarana Kota c. Kepala seksi
3. Kepala Bidang (Kabid) Dokumentasi dan Pelaporan, terdiri dari 2 seksi: a. Kepala seksi inftastruktur rencana kota
b. Kepala seksi dokumentasi
4. Kepala Bidang (Kabid) Tata Bangunan dan Arsitektur Kota, terdiri dari 3 seksi: a. Kepala seksi penataan bangunan
b. Kepala seksi bangunan gedung c. Kepala seksi arsitektur kota
5. Kepala Bidang (Kabid) Perumahan, terdiri dari 3 seksi: a. Kepala seksi pengembangan perumahan
b. Kepala seksi penyehatan lingkungan c. Kepala seksi sosial dan fasilitas umum
6. Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Tata Ruang dan Bangunan, terdiri dari 3 seksi:
a. Kepala seksi pengawasan tata ruang dan bangunan b. Kepala seksi penanganan pengaduan dan sengketa c. Kepala seksi penertiban
Gambar 5.4
Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya (Distarcip) Kota Bandung
B. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.
Tabel6.1
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya di Kota Bandung
No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK
Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan
Bidang CK
1. Bappeda 1. menyusun RPJP Daerah
berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang
Daerah;
2. menyusun RPJM Daerah
berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka
Menengah Daerah”;
3. menyusun RKPD berdasarkan
hasil Musrenbang;
Bidang Fisik dan Prasarana
2. Dinas Tata Ruang
dan Ciptakarya
1. Merumuskan kebijakan teknis
tata ruang dan permukiman;
2. Penyelenggaraan sebagian
urusan pemerintahan dan
pelayanan umum di bidang
Bidang Perencanaan Tata
Ruang
No Instansi Peran Instansi dalam
3. Pembinaan dan pelaksanaan
tugas di bidang tata ruang
dan pemukiman meliputi
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan tabel berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya di Kota Bandung.
Tabel6.2
Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
1 Pengembangan
Distarcip Perencanaan infrastruktur kawasan
permukiman kumuh
Distarcip Perencanaan infrastruktur RSH
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
infrastruktur Rusunawa
Perencanaan pembiayaan pembangunan Rusunawa
Pembangunan Rusunawa Pembentukan badan pengelola
Rusunawa
Bappeda:
Bersama dengan Distarcip dalam Pembentukan badan pengelola
Rusunawa
Perencanaan sumber pembiayaan
pembangunan Rusunawa dan
Distarcip Perencanaan aksesibilitas bangunan
gedung dan lingkungan
Pembangunan sarana penunjang aksesibilitas bangunan gedung dan
lingkungan
2) SOP PIP2B Distarcip Pembuatan desain bangunan
gedung percontohan
Pembuatan modul bangunan
gedung percontohan
Pembangunan bangunan gedung
percontohan
3) SOP Sarpras
penanggulanga
n bahaya
kebakaran
Distarcip Perencanaan jaringan air hidran
pendukung penanggulangan
bahaya kebakaran
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
revitalisasi
kawasan
Perencanaan Sarpras revitalisasi
kawasan
Pembangunan Sarpras revitalisasi
kawasan
Bappeda:
Perencanaan pendanaan Sarpras
revitalisasi kawasan
Koordinasi SKPD terkait terkait
program lainnya pada kawasan
perencanaan
Perencanaan Sarpras RTH Pembangunan Sarpras RTH
Bappeda:
Perencanaan pendanaan Sarpras
RTH
Koordinasi SKPD terkait terkait
program lainnya pada kawasan
perencanaan
Penyediaan sarana pendukung
SPAM IKK
Bappeda:
Penyediaan data MBR
2) SOP SPAM
Perencanaan SPAM IKK Penyediaan sarana SPAM IKK
Bappeda:
Penyeddiaan data MBR
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
Perencanaan teknis infrastruktur
limbah
Pembangunan infrastruktur air
limbah
Bappeda:
Berperan aktif dalam menyusun
AMDAL
Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder
Perencanaan teknis infrastruktur
limbah
Pembangunan infrastruktur air
limbah
Bappeda:
Berperan aktif dalam menyusun UKL/ UPL
Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder
Perencanaan teknis infrastruktur drainase
Pembangunan infrastruktur drainase
Bappeda:
No Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP
(masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum multistakeholder
Perencanaan teknis Infrastruktur stasiun antara dan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah Pembangunan infrastruktur
Infrastruktur stasiun antara dan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Bappeda:
Berperan aktif dalam menyusun AMDAL
Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum
multistakeholder
Perencanaan teknis Tempat
pengolahan sampah terpadu
Pembangunan Tempat pengolahan
sampah terpadu
Bappeda:
Berperan aktif dalam menyusun
AMDAL
Tersedianya hasil penelitian
(masterplan) dan pengembangan
Fasilitasi berbagai forum
C. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Pemerintah Kota Bandung didukung oleh Sumber Daya Manusia/ Aparatur yang Handal. Sebagian besar aparatur/pegawai di Pemerintah Kota Bandung yang menangani bidang Cipta Karya adalah lulusan SMA/Diploma/S1/S2/S3
6.2 ANALISIS KELEMBAGAAN
A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif keorganisasian bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi perangkat kerja daerah Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya di Kota Bandung sudah sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 yang tercantum dalam Pasal 25 ayat 1: “Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi”.
Struktur organisasi perangkat kerja daerah Bappeda di Kota Bandung sudah sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 Pasal 26 ayat 2: “Badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional”.
2. Tugas dan fungsi organisasi
Tugas dan fungsi organisasi Bappeda sudah sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 Pasal 13 ayat yaitu :
b. Badan perencanaan pembangunan daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.
c. Badan perencanaan pembangunan daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana, menyelenggarakan fungsi:
o perumusan kebijakan teknis perencanaan;
o pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
o pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah; dan
o pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d. Badan perencanaan pembangunan daerah dipimpin oleh kepala badan. e. Kepala badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
Tugas dan fungsi organisasi Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya sudah sesuai dengan PP No 41 tahun 2007 Pasal 14 ayat yaitu :
a. Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Dinas daerah dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;
pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas.
d. Kepala dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
3. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi
Perubahan peraturan dan perundangan terkait sistem pemerintahan daerah
Pergantian presiden dan atau menteri 4. Permasalahan dalam keorganisasian
Tumpang tindih pelaksana tugas bidang ke-ciptakarya-an
Tumpang tindih kegiatan-kegiatan terkait kegiatan ke-ciptakarya-an
B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif ketatalaksanaan bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Perda Penetapan Organisasi Pemerintah
Perda penetapan organisasi sudah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada
2. Mekanisme hubungan kerja di dalam dan antar instansi terkait
Hubungan kerja dalam instansi sudah sesuai dengan tupoksi
Hubungan kerja antar instansi juga sudah sesuai dengan tupoksi
3. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
Peraturan dan perundang-undangan yang berubah
Program-program pusat yang lintas sector terkait bidang Cipta Karya 4. Permasalahan dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
Kurangnya koordinasi untuk kegiatan yang sama dengan SKPD lainnya C. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif Sumber Daya Manusia bidang Cipta Karya di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah khususnya bidang Cipta Karya
Ketersediaan (kuantitas) SDM sudah melebihi kebutuhan dalam instansi 2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM
Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
Program bantuan teknis terkait bidang Cipta Karya 3. Permasalahan dalam manajemen SDM
Komunikasi yang kurang lancer antara SDM yang berpendidikan tinggi dengan SDM yang berpendidikan rendah
SDM yang berpendidikan rendah cenderung mengurus hal-hal yang bersifat administrasi dan kurang memahami hal-hal teknis terkait bidang Cipta Karya. D. Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.
Tabel6.3
Matriks Analisis SWOT Kelembagaan
FAKTOR
a. Pelaksanaan program bidang
Cipta Karya berjalan dengan baik
b. Tingkat pendidikan yang cukup
tinggi untuk yang menjabat
sebagai kepala seksi, kepala
bidang dan kepala dinas dan
badan
c. Orang yang tepat tingkatan
pendidikannya pada Jabatan
yang tepat
d. Kerjasama yang baik antara
Bappeda dan Dinas Tata Ruang
dan Ciptakarya
teknis dari pusat.
b. Menyiapkan tools
a. Kurangnya koordinasi untuk
kegiatan yang sama dengan
SKPD lainnya
b. Komunikasi yang kurang lancer
antara SDM yang berpendidikan
tinggi dengan SDM yang
berpendidikan rendah
c. SDM yang berpendidikan rendah
cenderung mengurus hal-hal
yang bersifat administrasi dan
kurang memahami hal-hal teknis
terkait bidang Cipta Karya
a. Ikut dalam
6.3 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
A. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan keorganisasian di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat koordinasi dan komunikasi antar instansi daerah, instansi pusat dan intra instansi
2. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor
B. Rencana Pengembangan Tata Laksana
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan tata laksana di Kota Bandung adalah sebagai berikut:
1. Program-program local yang sudah berjalan dengan baik perlu didampingi program bantuan teknis dari pusat
2. Siap mengantisipasi perubahan perundangan
3. Menyiapkan tools atau panduan siapa melakukan apa dalam pelaksanaan program yang lintas sektor
4. Aktif mengundang bantuan teknis dari pusat
C. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT, maka rencana pengembangan SDM di Kota Bandung adalah sebagai berikut: