• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PEREKONOMIAN NON BANK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LEMBAGA PEREKONOMIAN NON BANK"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH : ONENG NURUL BARIYAH

LEMBAGA KEUANGAN

(PEREKONOMIAN) NON

(2)

Pengelolaan Zakat Pada Masa

Rasul (Awal Abad ke-7)

 Masa Nabi Muhammad

 Berbagai pendapat tentang kapan mulainya zakat

fitrah dan zakat mal: sebelum hijrah – tahun ke-9 hijrah. Pendapat mayoritas zakat fitrah dan mal dimulai pada tahun ke-2 hijrah.

 Masa awal, Nabi mengelola langsung.

 Masa kemudian, Nabi menunjuk amil zakat (untuk

zakat mal). Mis. mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman.

(3)

Pengelolaan Zakat Pada Masa

Khulafaur Rasyidin (Abad ke-7)

 Ijtihad Khalifah Abu Bakar (632-4) memerangi mereka yang

tidak membayar zakat (Perang Riddah).

 Konteks Perang Riddah menurut Al-Tabari adalah lebih banyak penolakan atas kekuaaan politik (dan pajak).

 Interpretasi mengenai mu´min vs sangsi bagi siapa yang menolak membayar zakat (Ibn Rushd- Bidayah Mujtahid)

 Ijtihad Khalifah Umar bin Khattab (634-44) membebaskan

mereka yang dipenjarakan akibat tidak membayar zakat dan mengembalikan harta mereka yang disita. (Bidayah

al-Mujtahid).

 Mulainya pembukuan, zakat/pajak atas barang (custom duties)

(4)

Pengelolaan Zakat Pada Masa Awal

Islam (Abad ke-7)

(3)

 Ijtihad Khalifah Uthman bin Affan (644-55) memberikan pilihan

kpd siapa membayar zakat amwal batiniyah & hanya

mewajibkan pembayaran zakat amwal zahirah kpd ulil amri.

 Pemberian zakat tidak kpd ulil amri mulai muncul setelah

Uthman. (Abu Ubayd – Kitab Amwal).

 Munculnya penyalahgunaan wewenang pada pajak/zakat

pungutan barang. (Muslim 2.5%, Ahl Zimmi 5%, non zimmi 10%) (Kitab Kharaj: Abu Yusuf )

 Birokrasi ¨pemerintah¨ tidak sanggup melakukan penghitungan

(5)

Pengelolaan Zakat Pada Masa Awal

Islam (Abad ke-7)

(3)

 Ijtihad Khalifah Uthman bin Affan (644-55) memberikan pilihan

kpd siapa membayar zakat amwal batiniyah & hanya

mewajibkan pembayaran zakat amwal zahirah kpd ulil amri.

 Pemberian zakat tidak kpd ulil amri mulai muncul setelah

Uthman. (Abu Ubayd – Kitab Amwal).

 Munculnya penyalahgunaan wewenang pada pajak/zakat

pungutan barang. (Muslim 2.5%, Ahl Zimmi 5%, non zimmi 10%) (Kitab Kharaj: Abu Yusuf )

 Birokrasi ¨pemerintah¨ tidak sanggup melakukan penghitungan

(6)

Pengelolaan Zakat pada Masa

Dinasti dan Kesultanan

(1)

 Menurut Abu Ubayd al-Qassim ibn Sallam (kitab

Amwal) pembayaran zakat langsung (bukan kepada

ulil amri) ada setelah wafatnya khalifah Uthman, dan semakin banyak akibat pertentangan politik. (mis.

Fiqh Sunnah: membayar zakat kepada penguasa terlepas ia adil atau tidak¨

 Ulama2 fiqih terkemuka (Hanafi, Maliki, Syafii &

Hambali) mulai masa Umayyah & Abbasiyah

mayoritas membolehkan membayar zakat langsung, walau yang terbaik kepada ulil amri jika mereka adil. Mis. sub-bab dalam al-Fiqh Al-Islami: ¨membayar

(7)

Pengelolaan Zakat pada Masa

Dinasti dan Kesultanan

(2)

 Pemasukan zakat kecil dibandingkan pajak.

Banyak penyelewengan dilakukan oleh pemungut pajak/zakat (Kitab Kharaj dan Kitab Amwal).

 Pemungut zakat pada abad ke 10-12 sudah jarang

ditemukan (Al-Ghazali – Ihya Ulum al-Din).

 Penghitungan pajak barang pada Dinasti Mughal

(abad ke-16) & emporium Ottoman menggunakan hitungan zakat (untuk Muslim).

 Pendudukan dan Kolonialisme merubah pola

pembayaran zakat perlahan langsung kepada

(8)

Praktek Zakat pada awal Islamisasi, Masa

Kerajaan Islam & Kolonial di Indonesia (1)

 Kemungkinan zakat dilaksanakan oleh Muslim

pendatang maupun pribumi.

 Muslim memberikan zakat kepada kaum tapa

(Tome Pires -Suma Oriental).

 Sultan Alauddin bin sultan Ahmad Perak (Aceh

abad 17) mewajibkan zakat, tapi tidak ditemukan adanya amil zakat pemerintah.

 Praktek zakat ada (mis. Serat Centini), tapi tdk

ditemukan pengelolaan zakat dlm teks-teks hukum di Nusantara.

 Kesultanan Banjar lebih menekankan pajak

(9)

Praktek Zakat pada awal Islamisasi,

Masa Kerajaan Islam, & Kolonial di

Indonesia (2)

 Adanya beberapa fatwa dari Mekkah yang

menyangkut penolakan masyarakat terhadap pemaksaan zakat & sedekah dilakukan oleh penguasa Muslim lokal. (Muhimmat Al-Nafais)

 Pemerintah Kolonial tidak campur tangan dan

melarang pegawai pribumi untuk ikut campur mengelola zakat. Pemerintah memberi

kebebasan org. Islam untuk mengelola zakat.

 zakat fitrah dibayarkan oleh hampir seluruh

(10)

Pengelolaan Zakat Masa Orde Baru &

Reformasi

 Adanya badan amil zakat di Aceh,dan

banyaknya panitia pengelolaan zakat masy.

 Upaya sentralisasi oleh Orde Baru, namun

gagal.

 Munculnya organisasi pengelola zakat non

pemerintah yang profesional (1990an).

 1999 muncul banyak LAZ yang mendapat

kepercayaan masy (akuntabel & transparan).

 UU pengelolaan zakat no 38 thn 1999.  LAZ dan BAZ

 Demo zakat di Lotim - penolakan

(11)

LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

1. Pengertian Zakat

Kata zakat disebut 30 kali dlm al-Quran, diantaranya 27 kali bersamaan dgn salat. Diantara ayat ttg zakat yaitu

QS.al-Baqarah/02 ayat 110 : َةوَكَّزل ااوُتآَو َةوَلّصل ااوُمْيِقَاَو

...

(12)

 Secara lughawi (bahasa), zakat berasal dari

kata dasar (masdar) “zaka” yang berarti suci,

berkembang (namaa), berkah, bersih dan

baik (khair).

 Secara syar’i, zakat adalah nama bagi

sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah

untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan

(13)

Perintah Memungut Zakat

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

mensucikanmereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha

(14)

Penerima (mustahiq) Zakat

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk:

1. orang-orang fakir( orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak

mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya)

2. orang-orang miskin, (orang yang tidak cukup penghidupannya dan

dalam Keadaan kekurangan.)

3. pengurus-pengurus zakat, (orang yang diberi tugas untuk

mengumpulkan dan membagikan zakat).

4. Para mu'allaf, (orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang

yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah)

5. untuk (memerdekakan) budak, (mencakup juga untuk melepaskan

(15)

Penerima Zakat

6. orang-orang yang berhutang,( orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya)

7. untuk yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabiilillah): (untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga

kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.)

8. untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, (mengalami kesulitan dalam perjalanan/safar)

(16)

Definisi Amil

Imam at-Thabari (w. 310 H), menyatakan:

اَهْيِّقِحَتْسُم يِف اَهِع ْضَوَو اَهِلْهَأَ ْنِم اَهِضْبَق يِف ُةاَعُّسلا ُمُهَو اَهْيَلَع َنْيِلِماَعْلاَو

ُءاَرَقُف ْوَأَ ا ْوُناَك ءاَيِنْغَأَ ِةَياَعِّسلِاب َكِلَذ َن ْوُطْعُي

Amil adalah para petugas yang diangkat

untuk mengambil zakat dari orang

berkewajiban membayarnya, dan

memberikannya kepada yang berhak

menerimanya. Mereka (‘amil) diberi (bagian

zakat) itu karena tugasnya, baik kaya

ataupun miskin.

(Ath-Thabari,

Tafsîr

(17)

Definisi Amil

Imam al-Mawardi (w. 450 H), dari mazhab as-Syafi’i, menyatakan:

ِرْوُجُأَ َرْدَق اَهْنِم ْمِهْيَلِإِ ُعَفْدُيَف اَهِقْيِرْفَتَو اَهَتَياَبِج َنْوَّلَوَتُمْلَا ْمُهَو اَهْيَلَع َنْيِلِماَعْلاَو ْمِهِلاَثْمَأَ

Amil adalah orang yang diangkat untuk

mengumpulkan zakat dan mendistribusikan-nya. Mereka dibayar dari zakat itu sesuai dengan kadar upah orang-orang yang

(18)

Definisi Amil

 Imam al-Qurthubi (w. 671 H), dari mazhab

Maliki, menyatakan:

ِةَاكَّزلا ِلْيِصْحَتِل ُماَملإا ْمُهُثَعْبَي َنْيِذَّلا ُةاَّبُجلاَو ُةاَعُّسلا ْيِنْعَي اَهْيَلَع َنْيِلِماَعْلاَو َكِلَذ ىَلَع ِلْيِك ْوَّتلاِب

Amil zakat adalah para petugas dan

pemungut zakat yang diutus oleh

Imam/Khalifah (kepala negara) untuk

mengumpulkan zakat dengan status wakalah.

(19)

Definisi Amil

Imam as-Syaukani (w. 1250 H), dari mazhab

Zaidiyah, menyatakan:

ِةاَكَّزلا ِلْيِص ْحَتِل ُماَملإا ُمُهُثَعْبَي َنْيِذَّلا ُةاَبُجْلاَو ُةاَعُّسلا ْيَأَ اَهْيَلَع َنْيِلِماَعْلاَو

اًطْسِق اَهْنِم َن ْوُّقِحَتْسَي ْمُهَّنِإَِف

Amil adalah orang yang diangkat menjadi

wali dan memunggut zakat, yang diutus

oleh Imam/Khalifah (kepala negara) untuk

mengumpulkan zakat. Mereka berhak

mendapatkan bagian dari zakat itu.(

Asy-Syaukani, Faydh al-Qadîr, Dar al-Fikr,

(20)

Definisi Amil

 Imam as-Sarakhsi, dari mazhab Hanafi,

menyatakan:

اَّمِم ْمِهْيِطْعُيَو ِتاَقَدَّصلا ِعْمَج ىَلَع ُماَملإا ُمُهُلِمْعَتْسَي َنْيِذَّلا ُمُهَو اَهْيَلَع َنْيِلِماَعْلاَو ِنَمَّثلاِب َكِلَذ ُرَّدَقُي َلاَو ْمِهِناَوْعَأَ َةَياَفِكَو ْمُهَتَياَفِك َن ْوُعَم ْجَي

Amil adalah orang yang diangkat oleh Imam/

Khalifah menjadi pekerja untuk

mengumpulkan sedekah (zakat). Mereka diberi dari apa yang mereka kumpulkan sekadar untuk kecukupan mereka dan

kecukupan para pembantu mereka. Besarnya tidak diukur dengan harga (upah).

(21)

KARAKTERISTIK AMIL

 Orang atau Lembaga yang Diangkat oleh

Pemerintah

 Diberikan otoritas untuk memungut dan

mendidtribusikan zakat

 Bertanggung jawab kepada Pemerintah dan

(22)

UPAH AMIL

 Imam Mujahid dan Imam asy-Syafi’i menyatakan, bahwa

mereka boleh mengambil bagian dari zakat dalam

bentuk nilai (ats-tsaman). Tidak lebih dari seperdelapan.

 Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya menyatakan,

bahwa besarannya disesuaikan dengan kadar upah pekerjaan mereka.

 Imam Malik menyatakan, bahwa mereka akan diberi

imbalan dari Baitulmal sesuai dengan kadar upah

(23)

Fungsi Amil (Pengelola)

Fungsi Penting Amil adalah untuk memungut, mengelola dan menyalurkan zakat. Dalam hal pemungutan bisa menjadi pembimbing bagi yang sadar zakat dan alat pemaksa bagi

yang enggan berzakat.

Imam Nawawi berkata “Wajib bagi seorang imam menugaskan seorang petugas untuk mengambil zakat sebab nabi dan para kholifah sesudah beliaupun selalu mengutus petugas zakat ini

hal tersebut dilakukan karena diantara manusia ada yang memiliki harta tetapi tidak tahu (tidak bisa menghitung) apa

yang wajib dikeluarkan baginya, selain itu adapula orang-orang yang kikir sehingga wajib bagi penguasa mengutus seseorang untuk mengambilnya”. ( Majmu’ syarah Muhadzab

(24)

PENGELOLAAN BERBASIS “GCG”

 Akuntabelitas (Al Baqarah: 282)

 Transparansi (Al Qashas: 26)

(25)

Penghitungan Zakat

1. Nishab padi yaitu 1481 kg gabah /815 kg

beras dikeluarkan 5% atau 10 % saat panen

2. Emas murni 91, 92 gr dikeluarkan 2,5%

tiap tahun (mnrt Yusuf al-Qardhaqi nishab emas 85 gr)

3. Perak 642 gr dikeluarkan 2,5% tiap tahun

4. Kambing 40-120 ekor , setiap 100 = 1

ekor domba umur 1 th / kacangan 2 th

5. Sapi/kerbau 30 ekor = 1 ekor umur 1 th,

(26)

ZAKAT PENGHASILAN

Contoh: jk Ahmad mendapat gaji 1 juta/bulan ditambah usaha dengan omzet 5 juta

dengan mempekerjakan 2 orang pegawai digaji masing2 Rp 250000/bulan.

Penghitungan zakat penghasilan :

a.Gaji 12 bln x 1 juta = Rp 12000000

b.Hasil Usaha = Rp 5000000

(27)

lanjutan

Pengeluaran

Gaji pegawai 12 x 2 x Rp 250000 = Rp 6000000

Bayar listirik = Rp

300000

Jumlah = Rp

6300000

Penghasilan Netto

Rp 17000000 – Rp 6300000 = Rp 10.700000 Zakat

(28)

Manfaat Lembaga Amil

 Membuat data base muzakki dan mustahik.

 Menyalurkan dana secara tepat dan berdaya

guna.

 Sebagai lembaga profesional dalam

(29)

LATAR BELAKANG PENDIRIAN

1. Kondisi nasional yang menuntut peran

serta umat Islam dalam pembangunan (ketersediaan dana)

2. Zakat Infaq Shadaqah (ZIS) telah lama

disyari’atkan, tetapi belum cukup mampu dalam mengatasi pembangunan ekonomi umat

3. Baytul mal tidak tampak dan tidak jelas

(30)

BENTUK LPZ

Ada dua bentuk lembaga pengelola zakat berdasarkan teknik pembentukannya.

1.Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu lembaga

pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah

2.Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu lembaga

(31)

ASAS PENGELOLAAN ZAKAT

Pengelolaan zakat berasaskan iman

dan takwa, keterbukaan, dan

kepastian hukum sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

(32)

Pengelolaan zakat bertujuan:

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat

dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama;

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata

keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;

3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna

zakat.

(33)

TUGAS DAN FUNGSI BAZ/LAZ

Mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. (BAB III Pasal 8)

 

Organisasi badan amil zakat terdiri atas: 1. Unsur pertimbangan

(34)

ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT

 

Pembentukan badan amil zakat:

1.Nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

2.Daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor

wilayah departemen agama propinsi;

3.Daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau

wali kota atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;

4.Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan

agama kecematan.

5.Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan

kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.

6.Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat

(35)

Aturan perundang-Undangan Zakat

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38

tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang ditetapkan pd tgl 23 September 1999 oleh Presiden BJ Habibie

 UU tsb memuat 10 BAB 25 Pasal

Badan Amil Zakat di Indonesia saat ini sudah ada di 33 provinsi. Hingga tahun 2007 terdapat 429 dari 445 kabupaten/kota dan 4771 dari 4860

(36)

(Badan Amil Zakat Daerah)BAZDA

Seluruh BAZDA (Badan Amil Daerah) berada di seluruh wilayah Indonesia, 33 Provinsi dengan urutan sebagai berikut: BAZDA Nanggro Aceh

Darussalam, BAZDA Sumut, BAZDA Sumbar, BAZDA Riau, BAZDA Sumsel, BAZDA Jambi, BAZDA

Bengkulu, BAZDA Bandar Lampung, BAZDA Bangka Belitung, BAZDA Banten, BAZDA DKI, BAZDA Jabar, BAZDA Jateng, BAZDA Yogyakarta, BAZDA Jatim,

BAZDA Kalbar, BAZDA Kalteng, BAZDA Kaltim, BAZDA Kalsel, BAZDA NTB, BAZDA NTT, BAZDA

(37)

Forum Organisasi Pengelola Zakat

(FOZ)

 Lahir pada tgl 7 Juli 1997 oleh 11 LPZ yaitu:

(38)

FOZ (Forum Organisasi Zakat)

Strategi FOZ, yaitu: Memperkuat eksistensi FOZNAS di dalam lingkup nasional dan internasional, membangun kemitraan strategis di tingkat nasional dan internasional, melakukan kerjasama dengan institusi yang 

concern di bidang pengembangan kapasitas organisasi pengelola zakat baik di Indonesia maupun di dunia., Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan BAZ dan LAZ  dalam rangka mewujudkan sinergi  program zakat di

Indonesia, Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan  DEPAG, BAZNAS dan DPR serta pihak lainnya dalam rangka mewujudkan cita ideal zakat Indonesia, Membentuk FOZWIL (Forum Zakat Wilayah) di seluruh

(39)

Tujuan FOZ

Berpartisipasi aktif agar  terwujud revisi UU Pengelola zakat yang lebih baik, Tersusun dan terimplementasikannya blue print dan arsitektur

zakat Indonesia, Tersusun dan terimplementasikannya standard manajemen mutu Organisasi Pengelola

Zakat, Tersusun dan terimplementasikan Sistem

Akuntansi dan Keuangan Organisasi Pengelola zakat, Meningkatnya kinerja manajemen organisasi

pengelola zakat Indonesia sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat, Terwujudnya sinergi dan kerjasama  zakat nasional dan internasional, dan Terwujudnya

(40)

BAZNAS

BAZNAS adalah Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. Landasan Syar'i Berdirinya

BAZNAS yaitu QS al-Taubah : 103 "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui." Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. " Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu sekalian (HR Baihaqi). QS al-Taubah : 60 "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan..

Tugas Pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu : 1) Meningkatkan

kesadaran umat untuk berzakat; 2) Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat; 3) Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan

pengembangan ekonomi masyarakat; 4) Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik; 5) Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat; 6)Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya; 7) Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat. Kegiatan

(41)

DANA YANG DITERIMA BAZ/LAZ

BAZ atau LAZ juga menerima dana selain zakat yaitu infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

  Infaq yaitu pemberian yang hukumnya

sunnah, tidak ada batasan ukuran (nishab).

(42)

WASIAT

Wasiat yaitu suatu ungkapan penyerahan

harta dari seseorang yang akan meninggal dunia kepada saudara yang masih hidup. Ukuran wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang dimiliki.

Alasan :

(43)

WAKAF

Wakaf mnrt bahas aberhenti. Menurut

istilah yaitu menyerahkan hak milik yang

tahan lama zatnya kepada seseorang (nazir)

, baik berupa perorangan atau badan

pengelola dengan ketentuan hasil atau

manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang

sesuia dengan syari’at Islam.

Dasa hukumnya al-Quran surat Ali Imran

ayat 92 :”Kamu sekali-kali tidak akan

(44)

lanjutan

 Hadis Nabi saw. : “Apabila manusia wafat,

maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh.

 Rukun Wakaf : wakif (orang yang berwakaf),

mawquf (benda yg diwakafkan),

al-mawquf ‘alaih (sasaran yg berhak menerima hasil atau manfaat wakaf), sighat

(45)

Tujuan Wakaf

1. Menggalang tabungan sosial dan

mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu mengebangkan pasar modal

2. Meningkatkan investasi sosial

3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya/berkecukupan kepad afakir

miskin dan anak-anak generasi berikutnya

4. Menciptakan kesadaran diantara orang-orang kaya/berkecukupan menggali tanggung jawab sosial terhadap masyarakat

5. Menciptakan integrasi antara keamanan sosial dan kedamaian sosial serta meningkatkan

(46)

Beda wakaf dan Shadaqah

Wakaf Shadaqah/Hibah

Menyerahkan kepemilikan barang kpd orang lain

Menyerahkan kepemilikan barang kpd orang lain

Hak milik atas barang dikembalikan kpd Allah

Hak milik atas barang bagi penerima shadaqah/hibah Objek wakaf tidak boleh

diberikan atau diperjualbelikan

Objek shadaqah dpt

diperjualbelikan atau diberikan Manfaat barang dinikmati untuk

kepentingan masyarakat

Manfaat barang dinikmati oleh penerima shadaqah/hibah

Objek wakaf kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak

harus kekal Pengelolaan diserhakna kepada

administrator /nazir

(47)

Referensi

Dokumen terkait

As inbred ZPPL4 in all combinations has a good value for popping volume could be concluded that this inbred may be used as parent in further crosses.. Analysis of

Instrumen evaluasi berupa Lembar Kerja Siswa Individu (dapat dilihat di lampiran).. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, yaitu

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terda- pat perbedaan yang signifikan pada usia, asupan energi dan kalsium, status gizi (IMT/U), dan persen lemak tubuh antara subjek

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Pelaksanaan kegiatan, setelah bahan dan peralatan disiapkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan kegiatan berupa pengoperasian/

para mujtahid, karena para mujtahid hanya terbatas pada memperjelas atau memunculkan hukum Allah serta menemukannya melalui jalan Istimbath (penetapan hukum yang berdasarkan

Dan semua jenis materi itu tergantung pada tingkat kepanasan suatu benda, dalam matahari tidak ada satupun benda padat / cair di dalam matahari (karena tentu saja hal2 itu