• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioekologi OPT_Pengenalan Bioekologi Tungau dan Gejala Krusakannya_ E _6A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bioekologi OPT_Pengenalan Bioekologi Tungau dan Gejala Krusakannya_ E _6A"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA

SERANGANNYA

Oleh :

Golongan E/Kelompok 6a

1. Maghfirotus Sibyan (161510501221) 2. Feri Dwi Putra S. (161510501251) 3. Noval Wahyu W. (161510501237)

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tungau merupakan organisme dari kelompok Arachnida yang dapat hidup atau memiliki habitat pada tanah, air tawar, air laut dan pada tanaman maupun hewan. Tungau yang hidup pada tanaman maupun hewan bertindak sebagai parasit dan juga ada yang bertindak sebagai predator hama tanaman. Tungau dapat dibedakan dengan kelompok Arachnida yang lain dilihat pada bagian suatu gnathosoma. Pada tungau memiliki kapitulum anterior mulut, karena tidak ada pembagian antara kepala, toraks, dan abdoment sedangkan pada kelompok Arachnida dapat dibedakan antara kepala, toraks, dan abdoment.

Tungau merupakan hewan mikroskopis yang berukuran 250-300 mikron berbentuk oval, pipih dorso, memiliki bentuk punggung yang cembung dan bagian perut rata. Pada umumnya tungau memiliki 4 pasang kaki pada tungau yang sudah dewas, namun juga terdapat beberapa tungau yanghanya memiliki satu atau tiga pasang kaki pada tungau dewasa. Tungau yang memiliki jumlah kaki kurang dari 4 pasang dinamakan larvivorm. Alat pernafasan pada tungau memiliki alat pernafasan menggunakan trakea, stigma, usus, dan kulit.

Siklus hidup tungau memiliki 4 fase untuk mencapai tahap imagonya. Daur hidup tungau dimulai pada vase telur, larva, nimfa, dan tungau dewasa. Untuk mencapai tahap dewasa tungau hanya memerlukan waktu selama delapan sampai dua belas hari. Pada fase telur untuk dapat menetas membutuhkan waktu selama, 3-4 hari, setelah telur menetas akan menjdi larva. Pada vase ini larva yang memilkiinang tumbuhan memakan daun selama 4 hari, san terjadi pergantian kulit atau molting dan membentuk tungau dewasa yang memiliki 4 pasang kaki.

(3)

serangan tungau yang bertindak sebagai hama daun pada tanaman yang terserang tungau menjadi bercak-bercak. Hal ini dikarenakan tungau menghisap cairan yang ada pada daun tanaman.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengenali morfologi tungau secara umum

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan suatu organisme yang dapat merugikan produsen karena dapat menurunkan kualitas dari tanaman dan juga dapat membuat tanaman menjadi mati. Organisme ini hidup sebagai parasit bagi tanaman budidaya dengan menyerap dan memakan cadangan makanan pada tanaman tersebut. Organisme pengganggu tanaman terdiri atas serangga, cendawan, bakteri, dan virus. Namun, hama yang paling berpengaruh terhadap tanaman budidaya salah satunya yaitu Tungau. Tungau merupakan serangga dengan ordo Arachnida (kaki berbuku-buku) yang berukuran kecil. Tubuh dari tungau sendiri tidak memiliki segmen pada abdomennya. Selain itu, kepala tungau menyatu langsung dengan badannya. Tungau memiliki tipe mulut menusuk, menghisap, menggergaji, dan menggigit pada saat memakan bagian tanaman (Pracaya, 2008).

Tungau hidup dibawah permukaan daun pada saat stadia dewasa dan berkoloni. Menurut Kalie (2008) Sifat dari tungau sendiri suka bergerombol dan memakan bagian tanaman secara bersamaan. Hal tersebut yang menjadikan penyebaran serangan dari tungau cukup luas dan meninggalkan bekas. Pada penyerangan daun, tipe mulut yang sering digunakan yaitu menggigit dan menggergaji, sedangkan pada buah atau batang tanaman menggunakan tipe mulut menusuk dan menghisap cairan. Penyerangan tungau pada buah menyebabkan buah menjadi cacat dan tidak laku untuk diperjualkan. Buah yang mengalami cacat biasanya memiliki ciri-ciri buah berwarna kecoklatan sampai menjadi hitam (membusuk). Oleh sebab itu, gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau berbeda pada bagian tanaman tertentu serta jenis tungau yang menyerangnya (Zriki et al., 2015).

(5)

merah sangatlah sulit dikarenakan apabila tingkat populasi tungau merah meningkat dalam jumlah besar maka tungau akan resisten terhadap pestisida (Pramudianto dan Sari, 2016). Gejala yang disebabkan oleh tungau merah yaitu daun mulai terlihat bercak-bercak kuning, lalu penyebaran bercak kuning meluas ke daerah tubuh tanaman dan berubah warna menjadi kemerahan. jika tingkat populasi serangan tungau merah meningkat, maka daun akan mulai layu dan rontok. Tungau merah ini lebih sering berada di permukaan bawah daun yang masih segar dan agak tua (Santosa dkk., 2014).

Tungau kuning (Polyphagustarsonemus latus) merupakan jenis tungau dengan family Tarsonematidae. Tungau ini suka terhadap tanaman yang masih muda dan langsung menjadi sasaran makanannya. Menurut Hasan (2016) tungau kuning tumbuh dilingkungan yang memiliki suhu dan jenis tanaman yang sesuai untuk dijadikan sebagai tempat beradaptasi. Setelah melakukan adaptasi maka tungau kuning mulai berkembang biak dan menyebar di sekitar permukaan daun. Telur dari tungau kuning memiliki ciri-ciri yaitu berwarna putih, transparan, bentuk oval, dan biasanya ditaruh dibawah permukaan daun (Tukimin, 2012). Pada saat tungau mulai menyerang maka akan timbul gejala yang terjadi pada bagian tanaman. Gejala yang timbul yaitu daun mulai terhambat pertumbuhannya dan menyebabkan tepi daun melengkung ke dalam.

(6)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Bioekologi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Acara “Pengenalan Bioekologi Tungau dan Gejala Kerusakannya” dilaksanakan pada hari Kamis, 2 November 2017 pukul 06.30 – 08.10 WIB. Bertempat di

1. Daun tanaman terong yang terdapat gejala serangan tungau 2. Tungau tanaman terong

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Menggambar bentuk tungau serta menyebutkan bagian tubuhnya secara umum 2. Memfoto dan mengamati contoh tungau serta gejala yang ditimbulkan pada

tanaman terong

3.4 Variabel Pengamatan 1. Morfologi tungau.

2. Gejala serangan tungau pada tanaman.

3.5 Analisis Data

(7)
(8)

Gejala Daun cabai melintir dan

Gejala Menyebabkan bercak merah

karat pada daun.

(9)

4

Tanaman Singkong

Tungau Tungau merah.

Tubuh berwarna merah.

Menyerang daun.

Panjang tubuh 0,3-0,5 cm.

Gejala

Menyebabkan bercak merah karat pada daun.

(10)

KELOMPOK

(11)

1. Tidak berambut

Gejala Bagian yang terserang : daun

Ciri-ciri : daun berkarat merah

(12)

kuning pada tanaman cabai, sementara itu tungau bercak dua memiliki morfologi yaitu memiliki alat mulut penusuk penghisap, memiliki kaki 4 pasang, memiliki kutikulu, memiliki dorsal, tidak berambut, berbentuk oval dengan panjang 0,3-0,4 cm, berwarna kuning pucat dengan bercak hitam.

4.1.2 Gejala Kerusakan Akibat Tungau

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada tanaman cabai terdapat tungau kuning yang menyerang tanaman cabai pada bagian daun tanaman dengan gejala kerusakan yaitu daun melintir dan menguning, daun berlubang, tanaman layu dan mengkerut, daun menebal dengan adanya benang halus. Pada tanaman singkong terdapat tungau merah yang menyerang daun tanaman singkong dengan gejala bercak merah karat pada daun sehingga apabila terjadi serangan yang hebat akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Pada tanaman terong terdapat 2 jenis tungau yang menyerang yaitu tungau kuning dan tungau bercak dua. Tungau kuning menyerang bagian daun tanaman terong dengan gejala kerusakan yaitu muncul bintik kuning di permukaan daun kemudian menyebar ke seluruh bagian daun dan berwarna coklat serta menghitam, daun keriting dan menggulung ke arah bawah membentuk sendok terbalik. Tungau bercak dua menyerang daun tanaman terong dengan gejala daun berkarat merah kecoklatan dan menggulung.

4.2 Pembahasan

Tungau berasal dari kelompok Arachnida dengan ordo Acarina. Tungau merupakan hama utama pada beberapa tanaman pertanian. Tungau terdiri dari beberapa jenis, yaitu tungau kuning, tungau merah, bercak dua, dan karat buah. Berdasarkan pengamatan dan identifikasi yang telah dilakukan pada berbagai tanaman yaitu tanaman cabai, singkong, dan terong maka didapatkan berbagai jenis tungau pada masing-masing tanaman.

(13)

menggulung dan akhirnya kering, buah dan bunga pada tanaman pun tidak dapat terbentuk. Apabila daun sudah menggulung, maka tungau kuning akan berpindah inang sikarenakan kandungan nutrisi untuk berkembang biak sudah habis dan tidak cocok lagi (Suryawitono, 2012).

Tungau kuning memiliki ukuran tubuh 0,8 mm dengan perkembangbiakan secara kawin atau tidak kawin. Telur yang dihasilkan oleh betina tungau kuning berjumlah 5-8 butir per hari. Siklus hidup dari tungau kuning adalah metamorfosis tidak sempurna, yaitu telur selama 1-2 hari, larva, nimfa selama 3-4 hari dan imago 10-18 hari. Bioekologi tungau kuning tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nutrisi pada tanaman inang, suhu sebesar 30oC, dan

kelembaban 73-79 % (Suyawitono, 2012).

Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh serangan tungau kuning yaitu mencapai 75% dengan kerusakan pada daun, buah sehingga dapat menurunkan produksi. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan cara kimia maupun secara alami. Pengendalian yang paling efektif yaitu menggunakan pengendalian secara alami dengan pestisida nabati dan insektisida alami polisulfida (Suryawitono, 2012).

Pada tanaman singkong didapatkan jenis tungau merah. Populasi tungau merah akan meningkat pada musim kemarau dan menurun pada musim hujan dan pada tahap ini tungu berwarna orange. Nimfa jantan dan betina tungau merah memiliki bentuk oval dan berwarna kuning kehijauan, memiliki bintik-bintik gelap pada setiap sisi tubuhnya dan yang bebas dari bintik pada bagian atas perut. Tungau merah dewasa berukuran 0,25 mm- 0,5 mm (Pramudianto dan Sari, 2016).

(14)

Tungau merah menyerang tanaman singkong pada bagian daunnya. Tungau merah akan menghisap jaringan-jaringan dalam daun. Gejala kerusakan yang disebabkan oleh tungau merah adalah klorosis dan kehilangan area fotosintesis pada daun sebesar 90%, defolisasi, dan dapat menurunkan hasil tanaman ubikayu (singkong) sebesar 60 – 90 %. Serangan tungau merah yang parah dapat menyebabkan tanaman singkong mati bergantung pada intensitas dan lama serangan tersebut terjadi (Pramudianto dan Sari, 2016).

Pengendalian tungau merah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara kimia, biologi (alami), dan kultur teknis. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Pengendalian tungau merah secara biologis dapat menggunakan predator pada hama tersebut, seperti Amblyseius, Metaseiulus, Phytoseiulus, Stethorus, dan Orius. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan, pemupukan, dan pengairan (Pramudianti dan Sari, 2016).

Pada tanaman terong didapatkan dua tungau, yaitu tungau kuning dan bercak dua. Secara bioekologi tungau kuning yang menyerang tanaman cabai dan tanaman terong memiliki morfologi yang sama dengan gejala kerusakan yang sama. Tungau kedua pada tanaman terong yaitu tungau bercak dua. Penyebaran tungau dapat terjadi melalui udara, yaitu ketika tanaman inang mulai mengalami kekringan maka imago betina akan berpindah dengan terbawa angin. Tungau betina dewasa memiliki 8 kaki, tubuh berbentuk lonjong dengan dua bintik mata berwarna merah pada bagian kepala. Tungau betina menghasilkan telur untuk bereproduksi dengan telur berbentuk bulat dan bening kemudian akan berubah warna menjadi kecoklatan saat akan menetas (Hamidah, 2016).

(15)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tungau merupakan kelompok Arachnida yang menjadi hama pada berbagai tanaman dan pada umumnya merusak bagian daun tanaman.

2. Tungau terdiri dari berbagai jenis, yaitu tungau merah, kuning, dan bercak dua yang memiliki gejala serangan masing-masing pada tanaman, sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 95%.

3. Pengendalian tungau dapat dilakukan secara kimiawi dan secara biologis.

5.2 Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hamidah, E. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum L.) (Studi Kasus di Dusun Teguhan Desa Mendogo Kecamatan Ngimbang). Saintis, 8 (2) : 19-32

Hassan, A. E. N. T. 2016. Population Dynamics of Polyphagotarsonemus latus

(Banks) (Acari: Tarsonemidae) on Common Potato Cultivars in Egypt.

Biological Sciences Entomology, 9 (4): 173-180.

Kalie, M. B. 2008. Bertanam Pepaya: Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramudianto dan K. P. Sari. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch) pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14 (1): 36-48.

Santosa, S., A. Rauf, N. M. Gultom, E. Karmawati, dan W. Rumini. 2014. Biologi dan Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae) pada Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Entomologi Indonesia, 11 (1): 34-42.

Sarwar, M. 2015. Mites (Acarina) as Vectors of Plant Pathogens and Relation of These Pests to Plant Diseases. Agricultural and Biological Sciences, 1 (4): 150-156.

Suryawitono, T. 2012. Bioekologi dan Pengendalian Tungau Kuning

Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada Tanaman Wijen. Perspektif, 11 (1) : 69-78

Tukimin, S. W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian Tungau Kuning

Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada Tanaman Wijen. Perspektif, 11 (1): 69-78.

(17)

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Gejala serangan tungau kuning pada tanaman cabai

Gambar 2. Gejala serangan tungau merah pada tanaman singkong

Gambar 3. Gejala serangan tungau bercak dua dan kuning pada tanaman

terong

Gambar 4. Tungau Kuning pada tanaman cabai dan terong

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

LITERATUR

(25)

Hassan, A. E. N. T. 2016. Population Dynamics of Polyphagotarsonemus latus

(Banks) (Acari: Tarsonemidae) on Common Potato Cultivars in Egypt.

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Tukimin, S. W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian Tungau Kuning

(37)

Gambar

Gambar 1. Gejala serangan tungau kuning pada tanaman cabai

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria, semangka, tomat, terung, dll.. Trips pada bungau cabai