• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) TANAMAN KEDELAI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

47

PETUNJUK LAPANGAN

(PETLAP)

PENGENDALIAN ORGANISME

PENGGANGGU TANAMAN (OPT)

TANAMAN KEDELAI

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

(2)

48

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP)

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) KEDELAI

A. DEFINISI

Petunjuk lapangan (PETLAP) ini berisikan beberapa kompetensi tentang Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

Beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya Pengendalian OPT pada tanaman sebagai berikut :

1. Lemahnya dalam identifikasi hama dan penyakit maupun gejala serangannya;

2. Tindakan pengendalian yang terlambat; 3. Aplikasi pestisida yang kurang tepat; 4. Belum cukup informasi bioekologi hama. B. TUJUAN

Setelah berlatih peserta diharapkan dapat melaksanakan pengendalian OPT yang diawali dengan melakukan pengamatan OPT (Identifikasi hama, penyakit serta musuh alami), menyiapkan bahan pengendalian, melakukan pengambilan keputusan dan pengendalian serta mampu membuat dan mengaplikasikan agensia hayati.

(3)

49 C. MANFAAT :

Peserta Diklat dapat melaksanakan kegiatan pengendalian OPT sehingga dalam praktek budidaya tanaman kedelai pada pertanaman berikutnya dapat dilakukan dengan baik dan benar

D. METODA 1. Ceramah 2. Diskusi

3. Ungkapan pengalaman 4. Penggalian

E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat: a. ATK b. Komputer c. Infokus 2. Bahan: a. Kertas HVS b. Kertas koran c. Whiteboard d. Spidol e. Blanko-blanko F. TEMPAT

Lokasi di Ruang Pembelajaran dan Lahan usahatani kedelai

G. WAKTU

(4)

50 H. LANGKAH KERJA

NO TAHAPAN URAIAN KEGIATAN ALAT BANTU

1. Pengamatan Agroekosistem

1. Peserta dalam kelompok kecil mengambil sampling untuk menentukan tanaman sampel.

2. Tanaman sampel yang diambil diberi tanda dengan menancapkan patok atau ajir.

3. Lakukan penghimpunan semua keragaan komponen agribisnis seperti keragaan OPT, keragaan Musuh Alami, Keragaan Komoditas, Keragaan Iklim mikro dan perlakuan petani yang ditemui di lahan kedelai. 4. Mengisi form isian (Tabel 1

dan Tabel 2) yang sudah disediakan berdasarkan temuan pada tanaman sampling. 2. Analisa Agroekosistem 1. Peserta menggambarkam kembali hasil pengamatannya di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada (Gambar 1).

2. Lakukan pengelompokan hasil pengamatan

berdasarkan keragaan yang ada.

3. Lakukan identifikasi jenis hama, penyakit, gulma dan musuh alami berdasarkan kriteria dan ciri-ciri yang dimiliki.

4. Lakukan penghitungan populasi hama, musuh alami dan intensitas serangan penyakit

5. Presentasikan hasil diskusi kelompok

(5)

51 3. Tindakan Pengendalian Tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan kesimpulan kegiatan sebelumnya.

1. Bilamana perlu fasilitator mendemonstrasikan salah satu pengendalian hama atau penyakit.

2. Peserta melakukan praktek pengendalian

hama/penyakit sesuai dengan yang

didemonstrasikan oleh fasilitator.

Tabel 1. Keragaan OPT

No Item Keragaan Jumlah Keterangan

1 Serangga/Organisme

(6)

52 3 Gulma

Tabel 2. Keragaan Iklim Mikro, Keragaan Komoditas, dan Keragaan Perlakuan Petani.

No Item Kondisi Lapangan

A Keragaan Iklim Mikro

1. Sinar Matahari Cerah/Mendung/Hujan

2. Tanah Kering/Macak-macak/Tergenang

3. Kecepatan angin, dan Arah angina

4. Kebersihan lahan Bersih/banyak gulma B. Keragaan Komoditas

1. Varietas yang ditanam 2. Umur Tanaman 3. Tinggi Tanaman

(7)

53 C. Keragaan Perlakuan Petani

1. Melakukan aplikasi Pestisida 2. Melakukan penyiangan 3. Melakukan Pemupukan

4. Tindakan Pengendalian yang dilakukan

(8)

54 Gambar 1. Analisa Agroekosistem

Varietas : Umur : Tinggi Tanaman : ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN : 1. MUSUH ALAMI : 1. : 2. 2. : 3. 3. 4. 4.

AGROEKOSISTEM KEDELAI

Kondisi : air ? Tanah ?

angin? Gulma ?

(9)

55

I. HASIL :

Bagaimana hasil kerja Saudara dalam mengiendalikan OPT tanaman kedelai ?. ……… ……… ……… ……… ……… ……… I. EVALUASI DIRI

Dalam proses mengendalikan OPT kedelai, apakah saudara mengalami kesulitan ?

Beri tanda pada gambar berikut !!!

……. …….. …….

bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai tanpa dibimbing

bisa mengendalikan OPT tanaman kedelai dengan bimbingan

(10)

56 K. INFORMASI

PENGENDALIAN OPT KEDELAI

I. Hama Utama Tanaman Kedelai

1. Lalat Kacang (Agromyza phaseoli/Ophiomya phaseoli/Melanagromyza phaseoli)

Gambar 1. Lalat kacang dewasa dan pupa

Tanda dan Gejala Serangan :

a. Gejala awal berupa tanda bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama atau daun kedua.

b. Bintik-bintik tersebut merupakan bekas tusukan alat peletak telur. Pada keping biji dan pasangan daun pertama terdapat alur atau garis berkelok- kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan belatung.

c. Selanjutnya belatung menggerek batang sampai ke pangkal batang dan ditempat itu juga kepompong terbentuk.

d. Akibat gerekan belatung, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan mati.

e. Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 – 30 hst. f. Alur gerekan larva dari keping biji ke pangkal akar berupa spiral.

Serangan larva lalat kacang menyebabkan tanaman kedelai layu, mengering, dan mati. Serangan pada tanaman yang berumur lebih dari sepuluh hari mengakibatkan tanaman kerdil dan daun berwarna kekuning-kuningan.

(11)

57

Gambar 2. Gejala serangan lalat kacang

2. Penggerek Batang (Agromyza sojae, Melanogromyza sojae)

Hama ini juga dikenal dengan nama Agromyza sojae,

Melanogromyza sojae, stem fly dan stem borer. Pada umumnya penggerek batang menyerang tanaman muda. Tanaman inang hama ini antara lain kacang hiris, kacang uci, dan kacang hijau.

Tanda dan Gejala serangan :

a. Serangan biasanya pada umur di bawah satu bulan.

b. Tusukan ovipositor menimbulkan bintik-bintik pada daun muda. c. Larva makan jaringan daun dan keping biji, terus menuju batang

melalui tangkai daun, kemudian masuk dan menggerek melalui empulur.

d. Pupa terbentuk di dalam batang.

e. Lubang gerekan larva dapat menyebabkan ranting patah, tanaman layu, mengering dan mati.

Gambar 3. Penggerek batang dan pupa dalam batang

4/15/2011

4/15/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll.

Gejala serangan

Gejala serangan

• Gejala awal: bintik-bintik putih pada

keping biji atau daun bekas tusukan alat peletak telur.

• Pada keping biji atau daun terdapat

alur berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan larva.

• Selanjutnya larva menggerek sampai

ke pangkal batang dan ditempat itu berkepompong .

• Akibat gerekan, jaringan pengangkut

terputus sehingga tanaman layu dan mati.

• Kematian tanaman dijumpai pada

tanaman berumur 14 – 30 hst. 4/15/2011

4/15/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll. Gejala serangan

Gejala serangan

• Gejala awal: bintik-bintik putih pada keping biji atau daun bekas tusukan alat peletak telur.

• Pada keping biji atau daun terdapat alur berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan larva.

• Selanjutnya larva menggerek sampai ke pangkal batang dan ditempat itu berkepompong .

• Akibat gerekan, jaringan pengangkut terputus sehingga tanaman layu dan mati.

• Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14 – 30 hst.

(12)

58

3. Penggerek Pucuk (Agromyza dolichostigma/ Melanogromyza

dolichostigma)

Penggerek pucuk juga dikenal dengan nama Agromyza

dolichostigma, Melanogromyza dolichostigma dan shoot borer.

Tanda dan Gejala serangan :

a. Terdapatnya bekas tusukan alat peletak telur pada permukaan daun bagian atas.

b. Selanjutnya, terdapat lubang gerekan larva pada daun, tulang daun, tangkai daun dan pucuk daun.

c. Daun pucuk menjadi layu, mengering, dan mati, kemudian terbentuk banyak cabang baru namun kurang produktif.

4. Kumbang Tanah Kuning (Longitarsus suturellinus)

Kumbang tanah kuning dikenal dengan nama Longitarsus

suturellinus, Insect Feeding, Flea Beetle, dan Kumbang Longitarsus. Hama ini juga merupakan hama penting pada pertanaman kedelai dan menyerang tanaman sejak benih hingga pembentukan daun terakhir. Tanaman inang hama ini antara lain kacang hijau, kacang panjang dan kacang tunggak.

Gejala kerusakan akibat serangan kumbang tanah kuning adalah terdapatnya lubang-lubang kecil bekas gigitan serangga pada keping biji, daun muda, pucuk, atau cabang tanaman.

5. Ulat Grayak (Spodoptera litura/ Prodenia litura )

Ulat grayak dikenal dengan nama Spodoptera litura, Prodenia litura

dan Army Worm. Hama ini dikenal polifag dan menyerang tanaman pada berbagai fase pertumbuhan. Tanaman inang hama ini antara lain tembakau, kacang tanah, ketela rambat, cabai, bawang merah, kacang hijau, jagung dan lain-lain.

(13)

59

Tanda dan Gejala Serangan

a. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak. Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.

b. Kerusakan pada umumnya oleh larva muda yang makan secara bergerombol, meninggalkan tulang-tuang daun dan epidermis daun bagian atas.

c. Dari jauh daun yang terserang tampak keputihputihan.

d. Larva dewasa dapat memakan tulang daun muda, sedang pada daun tua tulang-tulangnya tersisa.

e. Selain merusak daun, larva juga memakan polong muda.

Telur baru menetas

. Imago

. Larva instar 1

. Larva instar 2 . Larva instar

1 . Larva instar 1

Imago jantan dan betina

1 . Larva instar 1

Telur

(14)

60

6. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata)

Tanda dan Gejala Serangan

a. Ulat merusak tanaman kedelai ber-umur 3 – 4 minggu setelah tanam.

b. Ulat makan daun dari gulungan daun. Apabila gulungan tersebut dibuka, daun akan tampak tinggal tulang-tulangnya.

Gambar 5. Ulat penggulung daun kedelai

7. Ulat Jengkal (Plusia chalcites)

Tanda dan Gejala Serangan

a. Larva memakan daun tanaman kedelai. b. Ulat jengkal bersifat polifag.

Gambar 6. Ulat Jengkal pada kedelai

Larva Iimago Larva Imago Imago Larva

(15)

61

8. Kumbang Kedelai (Phaedonia inclusa)

Tanda dan Gejala Serangan :

a. Hama menyerang tanaman sejak tanaman muncul di atas permukaan tanah hingga panen.

b. Gejala kerusakan tanaman akani terlihat pada pucuk tanaman, daun, bunga dan polong.

c. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian. d. Serangann pada fase selanjutnya, mengakibatkan terganggunya

pembentukan bunga, pembentukan polong, dan pengisian biji sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas biji kedelai.

e. Serangan pada fase vegetatif akan tampak tanaman kedelai

terkulai layu dan akhirnya kering seperti terserang M.

dolichostigma.

f. Pada tanaman teserang tesebut dapat dijumpai imago, telur pada permukaan daun bagian bawah, dan larva pada batang pucuk atau daun.

Gambar 7. Imago kumbang daun kedelai

9. Kutu Hijau (Aphis glycines)

a. Kutu berwarna hijau.

b. Berkembang biak secara partenogenesis.

c. Bila makanan banyak serangga ini sebagian besar tidak bersayap dan sebaliknya.

d. Waktu dari nimfa-dewasa lebih kurang 1 minggu. e. Kutu ini menjadi vektor virus.

(16)

62

f. Serangan pada tanaman muda menyebabkan tanaman kerdil, daun menguning, akhirnya gugur.

g. Serangan pada bunga akan menyebabkan bunga gugur.

Gambar 8. Kutu Aphis (imago & nimfa)

10. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

a. Kutu kebul juga dikenal dengan nama Bemisia tabacci dan

Whitefly.

b. Tanaman inang ini antara lain tanaman jenis Leguminosae,

semak-semak (Desmodium), tanaman pakan ternak, dan tanaman

kacang-kacangan.

c. Kutu kebul juga berperan sebagai pengantar virus mosaik kuning (Yellow Mosaic Virus) yang merusak tanaman kedelai.

d. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan kutu kebul adalah terdapatnya kutu-kutu berwarna pucat sampai kuning kehijauan pada bagian bawah daun atau daun pucuk. Kadang-kadang juga terdapat cendawan jelaga yang hidup dari ekskreta kutu yang berupa embun madu.

e. Serangan berat menyebabkan daun tanaman tampak terhambat pertumbuhannya, mengerupuk, dan lebih kaku.

(17)

63

11. Kutu Putih (Aleurodicus dispersus)

Sebagaimana jenis kutu-kutuan yang lain, hama kutu putih

berkembang pesat pada musim kemarau. Hama ini menyerang daun-daun yang relatif sudah tua. Hidup dan menyerang daun-daun bagian bawah.

Ciri khasnya adalah telur diletakkan secara teratur di balek daun dengan bentuk lingkaran. Setelah menetas kutu muda akan menyerang daun secara berkoloni.

Gambar 10. Imago hama kutu putih

12. Kepik Polong (Riptortus linearis)

Tanda dan Gejala Serangan :

a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan gugur.

b. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji busuk dan menghitam.

c. Serangan terhadap polong tua menyebabkan bintik hitam pada biji.

Telur Telur Telur Telur r 4/16/2011

4/16/2011 sumber : w. sunada & dll.sumber : w. sunada & dll.

Gejala serangan : Gejala serangan :

• Nimfa dan kepik dewasa

menghisap cairan polong dan biji, dengan cara menusukkan alat mulutnya (stilet) pada kulit polong dan terus ke biji.

• Menyebabkan biji tidak bernas,

polong gugur, polong hampa dan mengering, biji menjadi busuk dan hitam, bintik-bintik pada biji.

Imago Telur

(18)

64

Gambar 11. Kepik polong

13. Kepik Hijau (Nezara viridula)

Tanda dan Gejala Serangan :

a. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.

b. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur.

c. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.

Gambar 12. Kepik hijau

14. Ulat Buah (Heliothis armigera/ Helicoverpa armigera)

Tanda dan Gejala Serangan :

a. Larva muda memakan jaringan daun, setelah memasuki instar 3

akan menuju bagian polong untuk memakan biji.

b. Larva merusak polong dengan cara menggigit kulit polong lalu

memakan biji. nimfa a Telur r nimfa a Telur r Imago a Telur r telur Telur r

(19)

65

c. Pada waktu makan, biasanya kepala dan sebagian badannya

masuk ke dalam polong.

d. Bentuk lubang bekas makannya tidak beraturan, tidak dijumpai

larva dan kotoran didalam polong yang bijinya terserang

15. Penggerek Polong (Etiella zinckenella Hobsoni )

Penggerek polong dikenal dengan nama Etiella zinckenella, E.

Hobsoni, Pod Borer, atau Lima Bean Borer. Hama ini merupakan hama utama pada kedelai, selain kumbang kedelai. Tanaman inang

hama ini antara lain Crotalaria strata, orok-orok, kacang tunggak,

kacang krotok, dan Teprosia candida.

Tanda dan Gejala Serangan

a. Larva menggerek kulit polong kemudian masuk dan menggerek biji.

b. Sebelum larva menggerek kulit polong, larva menutupi dirinya dengan benang pintal berwarna putih, dengan demikian lubang gerekan dan selubung putih tersebut merupakan ciri khas polong yang terserang penggerek ini.

c. Tanda serangan pada biji berupa gerekan dan adanya butiran kotoran berwarna coklat yang terikat oleh benang pintal

Gambar 13. Penggerek polong kedelai

Ulat pd polong

Ulat pada batang Ulat pada daun

Imago

(20)

66

17. Kepik Penghisap (Anoplocnemis phasiana)

Bioekologi :

a. Hama ini hidup pada banyak jenis tanaman terutama

kacang-kacangan

b. Hama ini menyerang pucuk dengan cara menghisap

c. Kadang-kadang dapat membuat tanaman mati

II. Jenis-jenis Penyakit Penting dan Gejala Serangannya No PENYAK

IT

PATOGEN GEJALA SERANGAN

1. Karat

daun

Phakopsora pachyrhizi

Terdapat bintik-bintik kecil kemudian menjadi bercak-bercak berwarna coklat pada bagian bawah daun. Serangan berat menyebabkan daun gugur dan polong hampa.

2. Antrakno

se

Colletotrichum dematium

Terlihat pada batang, tangkai daun dan polong ada bercak coklat-hitam tak teratur. Daun nekrosis pada tulang daun dan menggulung atau kanker pada tangkai daun. Biji terinfeksi

berbercak coklat. Kotiledon kecambah bercak coklat-i hitam.

(21)

67 3. Mata Kodok/ Bercak Daun Cercospora sojina

Pada permukaan bawah daun mengalami klrorosis, bercak ukuran 1-2 cm. Berkembang dari warna coklat muda menjadi coklat keabu-abuan di bagian tepi. Dalam keadaaan lembab daun yang kholoris akan berubah warna. Bagian dalam bercak berwarna abu-abu muda, bagian tepi dikelilingi warna ungu keabu-abuan.

4. Busuk Pangkal Batang

Sclerotium rolfsii Pada umur 1-2 minggu tanaman tampak layu dan daun menjadi cokklat. Pangkal batang terdapat massa miselia putih dan butir-butir coklat muda sampai coklat

(22)

68

5. Busuk

Polong

Rhizoctonia Solani

Terjadi pembusukan pada polong, dengan miselia berwarna putih kecoklatan. Kadang-kadang ditemukan sklerotia yang hampir sama warnanya dengan miselianya.

6. Embun

Tepung

Peronospora mashurica

Permukaan bawah daun timbul bercak warna putih kekuningan atau bulat dengan batas jelas berukuran 1-2 mm. Bercak menyatu

membentuk bercak lebih lebar.

7. Kerdil

kedelai

Soybean stunt virus (SSV)

Tanaman kerdil. Helai daun tampak adanya mosaik, daun agak

menggulung dan keriput, tulang

daun terang (vein clearing).

Terdapat belang coklat konsentris pada kulit biji.

(23)

69

8. Mosaik

kedelai

Soybean mosaic virus (SMV)

Daun melilit, melengkung, tulang

daun jernih (vein clearing), mosaik,

berwarna lebih tua dibandingkan dengan daun sehat, dan rapuh. Bentuk polong tidak normal. Kulit biji yang terdapat belang coklat yang radial. 9. Mosaik Kuning kedelai Soybean yellow mosaic virus (SYMV)

Adanya perubahan warna daun menjadi belang hijau kuning secara tidak merata pada seluruh

permukaan daun..

10. Katai

kedelai

Soybean dwarf virus (SDV)

Terjadi perubahan warna daun menjadi belang hijau kuning secara

(24)

70

tidak merata pada seluruh

permukaan daun.

11. Bakteri

hawar

Pseudomonas syringe

Pada daun, batang, tangkai polong dan polong terdapat titik kecil kebasahan seperti terpecik air panas, dan berkembang menjadi

lebih besar, tembus cahaya,

kebasahan dan berwarna kuning atau coklat muda.

12. Bakteri

pustul

Xanthomonas campestris

Terdapat titik kecil, hijau kebasahan seperti terpercik air panas dengan bagian tengah agak menojol ke permukaan daun. Titik ini

berkembang menjadi bercak kecil dengan bagian tengah nya terdapat tonjolan (pustul) yang berwarna

(25)

71

pucat. Tidak memberi gejala adanya kebasahan.

13. Sapu setan

Mikoplasma Tanaman terserang berbentuk seperti sapu lidi. Terjadi filodi yakni bentuk bunga menjadi daun. Tunas ketiak yang abnormal.

III. Cara-Cara Pengendalian HPT

1. Cara-Cara Budidaya Tanaman Atau Penggunaan Praktek Agronomi.

a. Penggunaan Varietas resisten b. Rotasi tanaman.

c. Penghancuran tanaman yang tidak berguna d. Pembajakan /pengolahan tanah dengan baik e. Keseragaman waktu tanam atau waktu panen

f. Pemupukan

g. Sanitasi dan Pengelolaan air

2. Cara-Cara Mekanik

a. Penghancuran dengan tangan

b. Pencegahan dengan tirai atau pembatas c. Perangkap, alat penghisap.

(26)

72

3. Cara-Cara Fisik

a. Temperatur panas atau dingin b. Kelembaban

c. Energi, perangkap lampu . d. Suara

4. Cara-Cara Biologi

a. Perlindungan dan pemantapan musuh alami b. Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator.

c. Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi dan protozoa).

5. Cara-Cara Kimiawi

a. Bahan penarik (attractants)

b. Bahan penolak (repellents)

c. Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida,dll).

d. Bahan penghambat pertumbuhan (growt regulator)

6. Cara-Cara Genetik

Perbanyak dan pelepasan HPT steril atau yang secara genetic tidak kompatibel

7. Cara-Cara Pengaturan

Cara ini dapat dilakukan melaui Karantina tumbuhan dan hewan IV. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Pengendalian Hama terpadu adalah tindakan pengendalian dengan berbagai cara untuk mengatasi masalah hama dengan cara pengamatan agroekosistem,, analisis, pengambilan keputusan dan melaksanakan tindakan pengendalian.

Perlu tindakan pengendalian OPT dengan PHT karena : 1. Terjadi kerusakan lingkungan

2. Terjadi eksplosi (ledakan) hama

(27)

73

4. Terjadi residu pestisida yang tinggi

5. Terjadi gangguan kesehatan bagi manusia Prinsip PHT adalah sebagai berikut

1. Pengamatan agroekosistem (mingguan) 2. Lestarikan musuh alami

3. Penggunaan pestisida kimia hanya sebagai upaya terakhir 4. Petani menjadi ahli pht

V Potensi dan Peluang biopestisida

Biopestisida adalah bahan organik yang terbuat dari virus, jamur, fungi, dan bahan nabati yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau mengendalikani organisme pengganggu tanaman.

Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah: 1. Hama menjadi kebal (resisten).

2. Peledakan hama baru (resurjensi).

3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen. 4. Terbunuhnya musuh alami.

5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia. 6. Kecelakaan bagi pengguna.

Pestisida organik memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat.

2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.

3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 4. Menghambat reproduksi serangga betina. 5. Racun syaraf.

(28)

74

7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.

8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.

Bioinsektisida

Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku,

perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat

makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas

lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida

sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida

Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara

komersial diberbagai negara adalah Chrysanthenum cenerariaefolium

(piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon)

1. Tercatat ada dua genus Nematoda Patogen Serangga (NPS), yaitu

Seinernema dan Heterorhabditis yang menjadi andalan kita untuk dimanfaatkan. Karena mereka ini, mempunyai keunggulan sebagai agensia pengendali biologis serangga hama, dibandingkan dengan musuh alami kita.

2. Keunggulannya adalah memiliki daya bunuh yang cepat, kisaran efektif untuk pengendalian serangga jaringan. Sementara itu makhluk hidup mikro ini tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.

(29)

75

3. NPS dapat dengan mudah diisolasi dari sampel tanah berpasir yang porositasnya tinggi. Sampel tanah ditempatkan dalam botol. Kemudian

diinfestasi dengan ulat lilin, ulat hongkong (Tenebrio Molitor) atau ulat

bambu.

4. Setelah diinkubasi selama lima hari, ulat akan mati terinfeksi oleh

nemathoda. Ulat yang mati terinfeksi Steinernema tubuhnya tampak

berwarna coklat muda. Sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis

akan berwarna coklat tua agak kemerah-merahan.

5. Perbanyakan NPS secara invitro dilakukan dengan menggunakan ulat

hongkong (T. molitor). Ulat Hongkong dimasukan ke dalam plastik atau

tampan yang dialasi dengan kertas saring atau kertas koran. Suspensi JI diinokulasi secara merata pada kertas tersebut.

6. Dalam waktu 7 hari, 80-90 persen ulat sudah terinfeksi oleh NPS. Ulat yang terinfeksi dipindahkan ke rak perangkap yang dialasi kain. Kemudian ditempatkan dalam bak plastik yang berisi air.

7. Setelah diinkubasi selama 3-5 hari, JI NPS akan keluar dari serangga dan masuk ke dalam air. Satu gram ulat Hongkong bias menghasilkan 65.000 JI.

Bioinsektisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan penggerak

padi, hama lanas (Cylas formicarius) Lyriomza, ulat grayak

(Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnakalis), ulat

kantong dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella), dan lain

sebagainya.

Cara Pembuatan Biopestisida

1. Serbuk Daun Pacar Cina

a. Bahan aktif : minyak asiri, alkoloid, saponin, flaponoid dan tanin. b. Cara kerja : Racun perut, kontak, menghambat proses makan. c. Cara pembuatannya :

(30)

76

2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air dan 1 gram deterjen. 3) Larutan disaring dan siap disemprotkan.

d. Efektif untuk :

1) Nezara viridula 2) Ripthortus liniaris 3) Spodophtera litura 4) Helicoverpa armigera

e. Mortalitas hama mencapai > 80%.

2. Serbuk Biji Mimba

a. Bahan aktif : Azadirachtin b. Cara kerja :

1) Menghambat perkembangan hama 2) Menghambat pergantian kulit

3) Penolakan makanan atau mengurangi napsu makan c. Cara pembuatannya :

1) 200-300 gram biji diserbuk sampai halus

2) Serbuk direndam 24 jam dalam 10 liter air ditambah 1 gram deterjen

3) Larutan disaring dan siap disemprotkan d. Efektif terhadap :

1) Spodoptera litura 2) Helicoverpa armigera

e. Mortalitas hama > 80%

3. Serbuk Biji Srikaya

a. Bahan aktif : Annonain dan resin

b. Cara kerja : Racun kontak, perut, repellent dan antifeedan

c. Cara pembuatannya :

(31)

77

2) Serbuk direndam 24 jam dalam 1 liter air ditambah 1 gram deterjen

3) Larutan disaring dan siap disemprotkan

d. Efektif untuk : Nezara viridula dan Ripthortus linearis

e. Mortalitas hama dapat > 80%

4. Umbi Gadung (Dioscorea hispida)

a. Bahan aktif : Diosgenin, Steroid saponin, Alkoloid, Fenol

b. Cara pembuatannya :

1) 500 gram umbi gadung ditumbuk dan diperas dengan kain halus

2) Tambahkan 10 liter air ke dalam larutan

3) Aduk sampai rata, larutan disaring siap disemprotkan. c. Efektif untuk : Ulat dan hama pengisap

5. Rendaman Daun Tembakau

a. Bahan aktif : Nikotin

b. Cara pembuatannya :

1) 250 gram daun tembakau dirajang, rendam semalam dalam 8 liter air

2) Ambil daunnya dan tambahkan 2 sendok teh deterjen

3) Aduk sampai rata, larutan disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.

a. Efektif : hama pengisap

6. Biji Jarak

a. Bahan aktif : Alkaloid dan Rosinin

b. Cara pembuatannya : 1) 0,75 kg biji diserbuk

(32)

78

2) Panaskan selama 10 menit dalam 2 liter air ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gram deterjen 3) Larutan disaring ditambahkan 10 liter air, siap

disemprotkan.

c. Efektif untuk : Ulat dan penghisap polong.

7. Serbuk Bunga Piretrum (Chrysanthenum cinerariaefolium Trev.)

a. Bahan aktif : Piretrin

b. Cara pembuatannya :

1) Bagian bunga diserbuk halus

2) Serbuk bunga 25 gram ditambah 10 liter air dan 10 gram deterjen diaduk merata direndam semalam.

c. Efektif :

1) Membunuh ulat

2) Serbuk bunga efektif untuk hama gudang.

8. Daun Pepaya

a. Bahan aktif : Papain

b. Cara pembuatannya :

1) 1 kilogram daun segar dirajang

2) Rendam semalam dalam 10 liter air ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gram deterjen

3) Larutan disaring, hasil saringan siap disemprotkan c. Efektif : Ulat dan hama pengisap.

9. Sebuk Biji Bengkuang

a. Bahan aktif : Pachyrhizid

b. Cara pembuatannya :

1) Biji diserbuk halus

2) Serbuk biji 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram

deterjen diaduk merata direndam semalam.

(33)

79

10. Serbuk Batang Serai

a. Bahan aktif : Minyak atsiri (sitral, sitronella, geraniol, mirsena,

nerol, farnisol, methyl heptanon dipentana) b. Cara pembuatannya :

1) Batang serai diserbuk halus

2) Serbuk batng 50 gram ditambah 10 liter air dan 1 gram deterjen diaduk merata direndam semalam

c. Efektif : mengendalikan hama tungau dan thrip.

11. Daun Sirsak (Annona muricata L.) a. Bahan aktif : Annonain

b. Cara kerja : kontak, perut, repellent, antifeedant. c. Cara pembuatannya :

1) Daun sirsak 50-100 lembar ditumbuk halus ditambah 5

liter air dan 15 gram deterjen diaduk rata direndam semalam

2) Satu liter larutan diencerkan dengan 10-15 liter air, siap

disemprotkan. d. Efektif : Ulat dan thrips

12. Pemanfaatan Nuclear Polyhedrosis Virus (Npv)

a. Untuk mengendalikan hama ulat SpodophTera litura dan Helicoverpa armigera pada tanaman pangan.

b. Nuclear Polyhedrosis Virus :

1) Patogen serangga yang mematikan 2) Efektif sebagai agens pengendali hayati

3) Tidak berbahaya bagi organisme hidup lainnya c. Cara pembuatannya :

1) Kumpulkan ulat S. litura atau H. armigera sebanyak 1.500

ekor.

(34)

80

3) Ulat yang terinfeksi NPV. lumatkan dengan air 400 liter untuk 1 ha.

4) Saring larutan dan siap disemprotkan. d. Teknik aplikasi :

1) Bahan NPV tidak tahan sinar matahari. 2) Aplikasi siang, efektivitasnya berkurang. 3) Aplikasikan pada pagi hari.

Gambar

Tabel 1. Keragaan OPT
Tabel 2. Keragaan Iklim Mikro, Keragaan Komoditas, dan Keragaan Perlakuan  Petani.
Gambar 1. Lalat kacang dewasa dan pupa  Tanda dan Gejala Serangan :
Gambar 2. Gejala serangan lalat kacang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum pembelajaran mata kuliah chokai III yaitu agar mahasiswa mampu dalam mendengarkan informasi dalam bahasa Jepang dan mampu menjawab pertanyaan-

Terkait dengan tekanan populasi penduduk dan penurunan luas lahan untuk produksi pertanian, banyak negara menerapkan pertanian intensif dan diversifikasi untuk meningkatkan

Teknologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Meningkatkan Produksi Kacang hijau (Phaseollus radiatus L.. lRancangan yang

Telah berhasil dilakukan modifikasi permukaan elektrode karbon aktif monolit untuk sel superkapasitor dari kayu karet dengan metode aktivasi fisika dan kimia.. Penggunaan

Sistem informasi fungsional (Functional Information System) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan pada masing-masing area fungsional yang

Peningkatan ketahanan pangan di Indonesia harus dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan Sistem pembangunan berkelanjutan dalam bidang

Saya berharap pihak Lembaga Penafisan Filem Negara dan pihak berkuasa yang berkenaan dengan lagu-lagu kaset, tape, video-tape, dan filem-filem akan lebih lagi berwaspada

Jika peralatan ini tidak menyebabkan gangguan berbahaya pada penerimaan radio atau televisi, yang bisa diketahui dengan menyalakan dan mematikan peralatan, pengguna didorong