Jurnal Penelitian
ISSN 1412-1948
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
Vol.15 No. 1, Januari 2016
DEWAN PENYUNTING
Penanggung Jawab : Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Redaktur : Kepala Pusat Peneltian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat
Penyunting : 1. Dr. Ir. Agustamar, M.P. 2. Dr. Ir. Naswir, M.Si. 3. Dr. Ir. Muzakir, M.P. Redaktur Pelaksana : 1. Auzia Asman, S.P., M.P. Staf Administrasi : Yenni, S.E.
Annita, S.P.
ALAMAT REDAKSI
Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Tanjung Pati-Kabupaten Lima Puluh Kota Telp. 0752-7754192 Fax. 0752-7750220
E-mail : p3m_polipyk@yahoo.com
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG diterbitkan pertama kali Januari 2002 oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Politeknik
Jurnal Penelitian
ISSN 1412-1948
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
Vol. 15. No.1, Januari 2016
DAFTAR ISI
Halaman 1. Identifikasi Dan Koleksi Klon Durian Unggul Lokal Kabupaten Lima Puluh
Kota Dan Sekitarnya (Sentot Wahono) …... 1 - 7 2. IbIKK Produksi Jagung Varietas Sukmaraga Dengan Pupuk Bioorganik Politani
Payakumbuh (Nelson Elita, Rinda Yanti, Siska Fitrianti dan Jakfar) ... 8 - 12 3. Penggunaan Pupuk Organik Cair (POC) Untuk meningkatkan Produksi Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.) (Nofriyeni) ... 13 - 18 4. Pengeringan Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Dengan Metode Oven Pada
Berbagai Suhu dan Waktu Pengeringan (Ritawati, Aswaldi Anwar, Raudha
Thaib) ………... 19 - 25
5. Isolasi Rhizobakteria Tanaman Karet (Havea brasiliensis Muell.Arg) Yang
Berpotensi Sebagai Pupuk Hayati (Musfitra) ... 26 - 32 6. Efektifitas Rhizobacteria Indigenus Untuk Meningkatkan Mutu Fisiologis dan
Patologis Benih Yang Terinfeksi Penyakit Bercak Coklat Oleh Jamur
Helminthosporium maydis (Yulensri, Agustamar, Misfit Putrina, dan
Adrialis) ………...………. 33 - 39
7. Penggunaan Trichompos Kotoran Ayam untuk Meningkatkan Pertumbuhan
dan Produksi Padi Varietas Sijunjung (Muflihayati dan Fri Maulina) ... 40 - 45 8. Pengolahan Otak-Otak Ikan Lele Kaya Serat Dengan Memanfaatkan Wortel
Out Off Grade (Lily Muliani, Bayu Riska Ramadhani, Irma Oktaviani, Nelva
Roza, Mia Sandria Rafles, dan Rahzarni) ...
46 - 51 9. Analisis Pengembangan Agroindustri Makanan Ringan Berbasis Ubi Kayu Di
Kota Payakumbuh (Hidayat Raflis, Nofialdi, dan Ira Wahyuni Syarfi) ……... 52 - 61 10 Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Pemeliharaan Broiler Di Kabupaten
Lima Puluh kota (Sri Nofianti, Asdi Agustar, dan Yonariza) ... 62 - 77 11. Usaha Meningkatkan Pendapatan Kelompok Wanita Tani Dengan
Pengembangan Peternakan Berorientasi Agribisnis Selama 20 Minggu
(Nilawati, Prima Silvia Noor, dan Yurni Sari Amir) ...
78 - 86 12. Gambaran Unvolusi Uterus Sapi Retensi Plasenta Diterapi Dulfidiazine 100 mg
dan Trimethoprim 200 mg Berbentuk Bolus (Reni Novia, Ligaya ITA
Tumbelaka, dan Amrozi) ...
87 - 92 13. Perencanaan Strategi Sistem Informasi Pada Politeknik Pertanian Negeri
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa telah terbit Jurnal Ilmiah LUMBUNG yang berisikan hasil penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kajian pustaka di bidang pertanian. Penerbitan Jurnal Ilmiah ini merupakan tuntutan seluruh staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh guna memudahkan penyebarluasan hasil penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kajian-kajian pustaka dalam usaha menjawab masalah- masalah pertanian secara nyata di lapangan.
Jurnal Ilmiah ini diterbitkan secara berkala sesuai dengan banyaknya naskah atau tulisan ilmiah yang masuk, minimal dua kali dalam setahun, namun sangat disayangkan artikel ilmiah yang masuk sangat ditentukan oleh periode kenaikan pangkat staf pengajar, sehingga kontinuitas penerbitan jadi agak terganggu. Disamping itu, kesibukan yang begitu tinggi akhir-akhir ini telah menyebabkan keterlambatan penerbitan. Redaksi sangat mengharapkan kiriman artikel ilmiah dan sumbangan fikiran dari pembaca demi kesempurnaan Jurnal Ilmiah ini.
Semoga Jurnal Ilmiah ini menjadi sarana yang baik dalam menghubungkan antara peneliti dengan pengguna dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak.
Tanjung Pati, Januari 2016
13
Penggunaan Pupuk Organik Cair (POC) Untuk meningkatkan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)
Nofriyeni 1]
ABSTRAK
Komoditi kacang hijau mempunyai arti yang startegis karena menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan sebagai bahan pangan serta sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan kacang hijau akan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Disisi lain produksi kacang hijau yang dihasilkan belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu tantangan pengembangan kacang hijau adalah kesiapan teknologi yang belum tersedia dengan baik. Teknologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penggunaan Pupuk Organik Cair Untuk Meningkatkan Produksi Kacang hijau (Phaseollus radiatus L. ). lRancangan yang digunakani adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 4 taraf dosis POC, yaitu : A= 0 cc/ 100 m2, B = 20 cc/ 100 m2, C = 40 cc/m2 dan D = 60 cc/ m2 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi kacang hijau. Pemberian POC dapat meningkatkan jumlah polong dan hasil kacang hijau. Produksi tertinggi terdapat pada dosis POC 40cc/100m ,yaitu 3,86 ton/ha dan terendah terdapat pada kontrol, yaitu 1,8 ton/ha.
Kata Kunci :
PENDAHULUAN
Kacang hijau merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting
di Indonesia, Tanaman ini memiliki peran
strategis dalam penyediaan pangan
nasional sehubungan dengan kandungan gizinya yang sangat baik. Menurut hasil analisis, biji kacang hijau mengandung protein sebesar 24 %, yang tersusun dari asam amino paling lengkap jika dibandingkan dengan kedelai dan kacang tanah, karbohidrat sekitar 58 % dan sedikit lemak..
Kebutuhan kacang hijau dalam negeri cukup besar sejalan dengan pertamabahan jumlah penduduk ( Rukmana, 2004)
Posisi kacang hijau dari tanaman leguminosae di Indonesia menduduki urutan ke 3 setelah kedelai dan kacang tanah. Laju peningkatan luas areal
tanamnya masih di bawah jagung dan kedelai. Luas pertanaman kacang hijau menempati urutan ke-4 setelah padi, jagung dan kedelai ( Marzuki dan Soeprapto, 2005).
Sentra produksi kacang hijau di Indonesia adalah Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Jawa Tengah.
Produksi kacang hijau di Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 320.963 ton yang terpusat pada Sulawesi Selatan sebanyak 28.941 ton, Jawa Timur 95.527 ton, NTB 35.412 ton, NTT 16.696 ton dan Jawa Tengah 85.192 ton, sedangkan Sumbar hanya mencapai 1.594 ton (Purnomo dan Purwanti, 2007).
Menurut data BPS (2013), lluas panen kacang hijau di Kabupaten Limapuluh Kota pada tahun 2012 hanya 1 ha dengan produktivitas masih rendah yaitu 1 ton/ha. Sedangkan potensi hasil kacang hijau varietas unggul mencapai 2,0 ton/ha
1) Teknisi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
14 Rendahnya hasil kacang hijau antara lain disebabkan karena belum adanya
program khusus seperti intensifikasi
maupun ekstensifikasi yang
direkomendasikan oleh pemerintah
(Mustakin, 2012). Masalah yang sering ditemui dalam peningkatan produksi kacang hijau adalah teknik budidaya yang tidak intensif tanpa penggunaan teknologi yang tepat serta penggunaan pupuk anorganik dengan dosis tidak sesuai anjuran. Pupuk anorganik yang diberikan terus menerus akan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah dan tidak mendukung pertanian berkelanjutan.
Menurut berbagai hasil penelitian, pemberian pupuk organik, selain dapat mempertahankan tingkat kesuburan tanah dan produktivitss tanaman juga dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk anorganik sebanyak 40 – 50 %. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kacang hijau adalah pelestarian kesuburan tanah yaitu pemberian pupuk organik yaitu dengan memanfaatkan limbah pertanian yang dapat menyumbangkan unsur tersebut, salah satunya adalah pemberian pupuk
organik cair (POC). Selain dapat
menyumbangkan hara, POC juga berperan untuk meningkatkan aktivitas mikroba serta memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil
kacang hijau serta merupakan suatu
alternatif pemupukan untuk menekan biaya produksi dan pengelolaan tanaman secara baik (Mawarti dan Musnamar, 2009).
Jika dibandingkan dengan pupuk organik padat seperti pupuk kandang dan kompos, POC lebih mudah diserab tanaman karena pemberiannya dilakukan dengan cara disemprotkan melalui daun
dan tanah. Pupuk organik cair
mengandung unsur hara lengkap baik makro (N, P dan K) maupun mikro (Fe, Na, Zn) dan mikroorganisme serta zat pengatur tumbuh Mawarti dan Musnamar, 2009).
Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa pemberian POC dapat meningkatkan nilai komponen hasil dan produksi tanaman kacang-kacangan. Salah
satu POC yang telah terbukti
meningkatkan produksi kacang hijau adalah POC Nasa Produk Natural (2013).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dosis POC yang paling tepat mntuk meningkatkan produksi kacang hijau dengan mengurangi dosis pupuk an organik
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, dimulai pada bulan September 2014
sampai Desember 2014 di Kebun
Percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Tanjung Pati Kabupaten 50 Kota Sumbar.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah : benih kacang hijau varietas lokal, Pupuk Organik Cair (merk dagang : Nasa), pupuk kandang, pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl), seng plat, tali rafia dan ajir sampel.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, garu, koret, timbangan, knapsack
sprayer, meteran, ember, kantong plastik,
pisau, dan alat tulis.
Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan 4 (empat) perlakuan dengan 3 (tiga) kali ulangan, yaitu :
A = 0 cc / 100 m2 B = 20 cc / 100 m2 C = 40 cc / 100 m2 D = 60 cc / 100 m2
15
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan benih
Benih yang digunakan adalah benih berasal dari varietas Lokal (tidak bersertifikat) yang sudah beradaptasi baik di lokasi penelitian. Benih dibeli dari toko pertanian di kota Payakumbuh
b. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan secara
intensif yang bertujuan untuk
mengendalikan gulma, memperbaiki
drraenase dan aerase tanah, memperoleh
struktur tanah yang gembur dan
menciptakan media pertumbuhan yang baik.
c. Penanaman
Benih kacang hijau ditanam 2 biji/per lobang dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm. Pupuk an organik yang digunakan adalah 1/2 dari dosis anjuran 50 kg/ha Urea, 100 kg SP36 dan 75 kg KCl, Pupuk diberikan seluruhnya pada saat tanam dengan cara larikan.
d. Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam sedangkan penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 15
hari dan 30 hari setelah tanam.
Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan dengan konsep pengendalian hama terpadu. Penggunaan pestisida dilakukan sebagai tindakan alternatif terakhir.
e. Pemberian popuk organik cair (POC) Pemberian POC Nasa dilakukan dengan frekuensi 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 3 mimggu dan 6 minggu. Dosis POC disesuaikan dengan perlakuan dengan melarutkan 2 cc POC per liter air. Cara pemberiannya adalah menyemprotkan POC ke seluruh tanaman kemudian disiramkan ke permukaan tanah.
f. Panen dan Pascapanen
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari setelah tanam dengan
kriteria : daun mulai menguning dan gugur, biji terisi penuh dan kulit polong berwarna coklat sampai hitam dan sebagian besar mudah pecah. Panen kacang hijau dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak 4 kali panen. Cara panen adalah dengan memetik polong satu persatu dengan menggunakan tangan..
Pascapanen meliputi pengumpulan hasil, pengeringan polong, dengan cara menjemur sampai kadar air biji 12 %, pembijian, dan sortasi. Setelah disortasi, biji disimpan di tempat atau wadah yang bersih dan kering untuk mempertahankan kadar air biji tetap rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian POC menunjukkan pengaruh yang baik dan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil pertumbuhan vegetatif tanaman antara perlakuan berbagai dosis POC disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun trifoliat) pada umur 5 minggu setelah tanam pada perlakuan beberapa dosis POC Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Cabang Jumlah Daun Tripoliat Tanpa POC 43.6 a 4.5 a 11.26 a 20 cc/100 m2 52.4 b 5.5 ab 13.3 ab 40 cc/100 m2 53.4 bc 6.7 b 16.1 bc 60 cc/100m 2 56.1 c 5,6 ab 14.8 c Keterangan :
Huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang sangat nyata dan huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata. (P 0,01)
Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair (Nasa) POC dengan mengurangi
16 pupuk anorganik ½ dosis anjuran dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman, terutama pada tinggi tanaman. Semakin tinggi POC Nasa yang diberikan, maka semakin tinggi tanaman. Menurut hasil analisis statistik, pemberian POC dengan dosis 20 cc/100 m2, sudah memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, berbeda tidak nyata dengan POC 40 cc/100 m2. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada pemberian POC 60 cc/100 m2 tetapi berbeda sangat nyata dengan pemberian POC 40 cc/100 m2. Sedangkan jumlah cabang dan daun tripoliat terjadi peningkatan sampai dosis 40 cc/100 m2,, namun pada dosis 60 cc terjadi penurunan. Berdasarkan hasil analisis statistik, pemberian POC 40 cc dan 60 cc/100 m2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau dengan pemberian POC dan pengurangan pupuk anorganik adalah karena ketersediaan unsur hara sudah memenuhi kebutuhan tanaman. Hal ini terjadi karena POC mengandung unsur hara lengkap, baik makro maupun mikro serta zat pengatur tumbuh. Menurut
analisis laboratorium, bahan yang
terkandung dalam POC Nasa adalah N 0,12%, P2O5 0,003%, K 0,3%, Ca 60,40 ppm, S 0,12%, Mg 16,88 ppm, Cl 0,29%,, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89 ppm, Cu 0,03 ppm, Zn 4,71 ppm, Na 0,15%, B 60,84 ppm, Si 0,01%, Co < 0,06 ppm Mo < 0,2 ppm, SO4 0,335 ppm, CN ratio 0,865%, pH 7,5, Lemak 0444%, Protein 0,722%.
Kandungan lain adalah asam-asam
organik (humat 0,01%, vulvat dan lain-lain), zat perangsang tumbuh Auksin, Giberelin dan Sitokinin (Produk natural, 2013). Ini, berarti POC Nasa, selain berperan menyumbangkan unsur hara juga berperan penting untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur hara di
dalam tanah. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi serapan hara bagi tanaman sehingga dosis POC yang optimal dapat meningkatan efisiensi pemupukan. Jumin
(1998) menjelaskan bahwa efisiensi
penyerapan hara berbanding lurus dengan kemampuan menyerap hara dari dalam tanah.
Jika dibandingkan dengan pupuk
organik padat, POC mempunyai
keunggulan lebih cepat diserab oleh tanaman karena bentuknya yang cair dan diberikan dengan cara disemprotkan. Menurut Effi dan Musnamar (2012), pupuk organik cair mudah larut dan tersedia bagi tanaman, pemberiannya lebih efektif karena disemprotkan melalui daun serta diserab melalui stomata seihngga langsung diserab oleh tanaman. Berbeda dengan pupuk organik padat yang pengaplikasiannya melalui tanah sehingga daya serabnya didukung oleh perakaran dan dipengaruhi oleh kondisi tanah. Pupuk organik cair mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan juga mampu menyediakan unsur hara secara cepat
Peningkatan serapan hara
menyebabkan perkembangan sel dan jaringan tanaman semakin aktif sehingga mendorong pertumbuhan akar selanjutnya memacu pertumbuhan bagian batang dan
daun sehingga meningkatkan tinggi
tanaman. Pertambahan tinggi tanaman diikuti semakin bertambahnya jumlah cabang dan daun. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah cabang dan daun trifoliet. Semakin bertambahnya jumlah daun, maka proses fotosintesis semakin lancar sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan generatif tanaman terlihat dari peningkatan nilai komponen hasil.
17 Hasil pengamatan komponen hasil
(jumlah polong/tanaman, jumlah
biji/polong serta berat 1000 biji dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Data nillai komponen hasil tanaman kacang hijau perlakuan beberapa dosis POC Perlakuan Jumlah polong/tanaman (g) Jumlah biji/polong (buah) Berat 1000 biji (gr) Berat biji / Tanaman (g) Produksi/ Hektar (Ton) Tanpa POC 9.8 a 11.3 a 49.2 a 3,45 a 1,80 a 20 cc/100 m2 12.5 b 12.7 a 56.2 a 8,92 b 2,97 b 40 cc/100 m2 14.5 c 13.6 a 58.8 a 11,59 c 3,86 c 60 cc/100m 2 13.7 c 13.1 a 58.5 a 10,50 c 3,50 c
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang sangat nyata dan
huruf yang sama menunjukan pengaruh yang tidak nyata. (P 0,01)
Berdasarkan Tabel 2 di atas,
terlihat bahwa pemberian POC
berpengaruh sangat nyata terhadap produksi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian POC
sampai dosis 40 cc/100 m2
memberikan peningkatan jumlah
polong yang sangat nyata Jumlah polong tertinggi terdapat pada POC 40 cc/100 m2, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan dosis 60 cc/m2.
Sedangkan pemberian POC
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji/polong dan berat 1000 biji. Peningkatan produksi yang diperoleh terutama diakibatkan oleh peningkatan jumlah polong.
Peningkatan jumlah
polong/tanaman sejalan dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman.
Tingginya jumlah polong pada
perlakuan POC 40 cc/100m2 dengan pengurangan dosis pupuk an organik ½ dosis, sejalan dengan meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah cabang.. Ini berarti bahwa pemberian POC pada dosis tersebut merupakan kemampuan optimum daun untuk menyerap hara dari POC yang diberikan. Kondisi ini
didukung oleh pengaruh baik dari zat pengatur tumbuh yang terkandung pada POC yang diberikan. Zat pengatur
btumbuh tersebut adalah auksin,
giberelin dan sitokinin yang berperan
untuk merangsang pertumbuhan
vegetatif dan mencegah keguguran bunga (Produk Natural, 2013).
Semakin bertambahnya tinggi
tanaman dan jumlah cabang
memungkinkan buku-buku subur
semakin banyak dan memberi
kesempatan untuk terbentuknya
polong. Kebutuhan hara terpenuhi berarti proses pembentukan polong semakin efektif. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya jumlah polong.
Pemberian POC 40 cc/100 m 2 dengan pengurangan pupuk anorganik ½ dosis memberikan produksi tertinggi namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan POC 60 cc/100 m2. Secara umum hasil tanaman kacang hijau
ditentukan langsung oleh nilai
komponen hasil. Hal ini merupakan suatu implikasi bahwa pemberian POC dengan dosis optimum meningkatkan hasil tanaman. Dengan meningkatnya
18 nilai komponen hasil, secara otomatis akan meningkatkan produksi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Penggunaan beberapa dosis
POC dengan pengurangan ½
dosis pupuk anorganik
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun trifoliet, jumlah polong dan produksi kacang hijau.
2. Produksi kacang hijau tertinggi terdapat pada perlakuan POC dosis 40 cc/100 m2, yaitu 3,86 ton/ha, diikuti oleh POC 60 cc/ 100 m2, selanjutnya POC 20 cc/100 m2 dan terendah pada kontrol, yaitu 1,80 ton/ha. Hasil statistik uji statistik,
antara perlakuan pemberian
POC 40 cc dan 60 cc menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.
Saran
Hasil penelitian dapat
diterapkan terutama pada kondisi lingkungan sesuai lokasi penelitian, sebaiknya menggunakan dosis 40 cc/100 m2
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kabupaten limapuluh kota dalam angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Limapuluh Kota.
Mawarti, E. I. dan Musnamar. 2009. Pupuk organik cair dan padat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jumin, H. B. 1998. Dasar-dasar agronomi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marzuki, M. dan Soeprapto. 2005. Bertanam kacang hijau. Penebar Swadaya Jakarta
Mustakin, M. 2012. Budidaya kacang hijau secara intensif. Pustaka Baru Press.
Pranata, A. S. 2004. Pupuk organik cair, aplikasi dan manfaatnya. Produk Natural. 2013. POC NASA.
http/www.produknatural.com/p roduk/pertanian/poc-nasa-pupuk-organik-cair/. Unduh 12 Desember 2014.
Purwono dan Purnamawati. 2007.
Budidaya 8 jenis tanaman pangan
unggul. Penebar Swadaya
Jakarta.
Rukmana, R. 2004. Kacang hijau,
budidaya dan pascapanen.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.