RESPONS LINIER INELASTIK PADA LAPIS – LAPISAN TANAH LEMPUNG AKIBAT GEMPA BUMI MENURUT HISTERETIK Q-HYST
Damar Nandi Wardhana1, Widodo2
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang km. 14,5 Yogyakarta Email: eldamar30@gmail.com
2Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang km. 14,5 Yogyakarta Email: -
Abstract
Various studies on soil response analysis and amplification when there is an earthquake, has been done by many academics. Given the increasing earthquakes and magnitude vary. Dynamic response analysis of soil were analyzed inelastic. One way to determine the linear response of inelastic clays layer by the earthquake is the analysis by Q-hyst Hysteretic Model.
This study aims to determine the magnitude of the acceleration amplification that occurs on the surface of the soil. Profil located in Eminence Dharmawangsa, South Jakarta and Tower One Sentra Kelapa Gading, North Jakarta. The content of the earthquake frequency is used ie, low frequency, medium frequency, and high. Earthquake loads used are, earthquake Bucharest, Pakfield, Elcentro, Kobe, Koyna, and Manjil. The earthquake data has been normalized by 231.28 cm / s2. Time history analysis using direct numerical integration method and the Newmark β-use software to help Visual Basic for Application (VBA).
The results showed that amplification greatest acceleration occurs in the soil profile II that the soil layer that has the greatest plasticity index, whereby the amplification acceleration at the surface reaches 136.71% for the linear response of inelastic Q-Hyst and 139.19% for the linear response of inelastic M- Takeda. Meanwhile, the spectrum shows the acceleration of the vibrating period PGA (Peak Ground Acceleration) on the soil surface will tend to be higher than in the base rock.
Keywords : soil dynamic, response linier inelastik, Q-Hyst Hysteretic Model
1.
PENDAHULUANIndonesia merupakan daerah rawan
bencana alam yang tidak dapat
dihindari. Secara geologi, wilayah
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng
Indo-Australia di bagian selatan,
Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dan menimbulkan
gempa bumi, jalur gunungapi, dan sesar atau patahan. Penunjaman (subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke utara dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian
gunungapi aktif sepanjang Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara sejajar dengan jalur
penunjaman kedua lempeng.
Secara umum, respons struktur akibat beban dapat dikategorikan linier dan non-linier, sedangkan intensitas beban dapat mengakibatkan respon elastik
maupun inelastik. Sifat linier dan
non-linier elastik pada hakekatnya
dipengaruhi oleh sifat bahan dengan intensitas beban yang masih kecil. Sedangkan intensitas beban yang besar maka respon menjadi inelastik. Pada respon non-linier inelastik, kekakuan
lapisan tanah akan berubah-ubah
menurut waktu dan saat beban berbalik, respon tidak lagi kembali mengikuti jalur semula tetapi membuat jalur baru. Pada beban bolak-balik maka jalur respon, yaitu hubungan antara tegangan geser dan regangan geser tanah akan membentuk garis lengkungan tertutup yang disebut hysteretic loops. Perilaku non-linier inelastik yang relatif rumit ini
seringkali disederhanakan/dimodel
sebagai linier inelastik salah satunya
adalah model elastoplastis yang
biasanya dipakai kekakuan linier dengan menghubungkan antara puncak-puncak histerisis.
Pemodelan perilaku non-linier inelastik yang modern juga dikembangkan oleh Saiidi dan Sozen (1979) yang dikenal dengan Q-Hyst model. Pemodelan ini sudah mencakup penurunan/degradasi kekakuan selama pembebanan dan juga karakteristik linier strain-hardening
seperti halnya dengan Takeda Model. Q-hyst Hysteretic Models relatif langsing
sehingga cocok untuk memodelkan struktur tanah lempung.
Berdasarkan alasan diats maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan penerapan Q-Hyst
Hysteretic Model pada respon linier inelastik lapis-lapisan tanah lempung akibat gempa bumi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi input percepatan tanah untuk menentukan gaya gempa yang akan bekerja pada bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah.
2. STUDI PUSTAKA
Studi pustaka merupakan bagian awal dalam proses penelitian untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai literatur
sehingga mendapatkan gambaran
tentang topik atau permasalahan yang akan diteliti, sekaligus untuk menjawab berbagai kesulitan yang muncul ketika akan memulai suatu penelitian. Oleh karena itu studi pustaka sangatlah
penting, agar dapat memberikan
gambaran tentang suatu penelitian yang
pernah dilakukan dan penelitian
sekarang.
Rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Penelitian Terdahulu
(1 – 2)
No Peneliti - Topik Hasil Penelitian
1. Arif Setiawan dan
Yulismar.
(1999) - Respon Lapis-Lapisan Tanah Akibat Gempa
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Yuslimar bertujuan untuk mengetahui respon tanah akibat beban gempa dengan respon tanah dianggap linier elastik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa besarnya amplifikasi percepatan yang terjadi pada permukaan tanah (free field) linier elastik mencapai 150% dibandingkan dengan tanah dasar (base rock).
2. Arif Nur Rokhman dan
Fakhrun Widodo, (2000) - Pengaruh Massa
Bangunan Terhadap Respons Sesimik Lapisan Tanah
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Nur Rokhman dan Fakhrun Widodo mengenai pengaruh massa bangunan terhadap respons seismik tanah dengan respon tanah dianggap linier elastik.
Penelitian ini menggunakan tiga data profil tanah yang berlokasi di Jalan Pemuda Semarang, di daerah Dalangan, dan Tawangsari. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dari ketiga daerah yang ditinjau, amplifikasi percepatan terbesar diakibatkan oleh gempa Miyaki yaitu gempa berfrekuensi rendah sebesar 166,22% - 495,06%.
3. Pujianto (2003) - Respon Seismik Lapisan Tanah Linier Elastik dan Non Linier Elastik Akibat Beban Gempa
Penelitian ini menggunakan tiga data profil tanah yang berbeda. Ketiga profil tanah berlokasi di Dermaga Pelabuhan Pangkal Balam, Bangka. Untuk analisis perhitungan menggunakan program komputer Quick Basic. Sementara itu, untuk data analisis riwayat waktu menggunakan percepatan tanah gempa Bucharest, Kobe, El Centro, dan Koyna. Percepatan gempa dinormalisasikan, sehingga mempunyai percepatan maksimum yang sama sebesar 156,8 cm/dt2.
Berdasarkan hasil penelitian, telah disimpulkan bahwa amplifikasi percepatan terbesar adalah pada permukaan tanah profil tanah kedua dengan indeks platisitas terbesar. Besarnya amplifikasi percepatan untuk respon tanah linier elastik adalah 49,59% - 216,54%. Untuk respon tanah non linier elastik sebesar 39,42% - 239%.
4. (Ferdi Fadlan Hamdani dan
Gigih Hambawan, 2004) - Efek Variasi Massa Bangunan Terhadap Respon Seismik Lapisan Tanah Non Linier Elastik Akibat Gempa.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferdi Fadlan Hamdani dan Gigih Hambawan yaitu pada tanah dengan respon dianggap berperilaku non-linier elastik, dan dengan efek berbagai variasi dari massa bangunan diatasnya.
Analisis perhitungan dibantu dengan program komputer Borland Delphi. Data analisis riwayat waktu menggunakan percepatan tanah gempa Kobe, Miyaki El Centro, dan Koyna.
Berdasarkan hasil penelitian telah disimpulkan bahwa amplifikasi percepatan pada respon tanah linier elastik sebesar 104,11% - 328,81% dan pada respon tanah non-linier elastik sebesar 194,36% - 216,95%.
5. Adhi Andika (2006) - Respon
Non-Linier Inelastik Lapisan Tanah Berdasarkan Ramberg-Osgood Hysteretic Model
Analisis perhitungan menggunakan program komputer
Microsoft Visual Basic 6.0. Data analisis riwayat waktu menggunakan percepatan tanah gempa Bucharest, Parkfield, El Centro, Kobe , dan Koyna, yang dinormalisasikan. Sehingga percepatan maksimum sama, yaitu sebesar 220, cm/dt2. Berdasarkan hasil penelitian telah disimpulkan bahwa perbedaan antara respon percepatan tanah non-linier elastik dan non-linier inelastik adalah sebesar 0,35% - 70,26%. Sementara itu, perbedaan regangan yang terjadi pada tanah non-linier elastik cenderung lebih kecil daripada tanah non-linier inelastik, yaitu antara 0,14% - 63,62%.
6. M. Zaldy Yudha (2015) -
Respon Linier Inelastik
Lapis-lapisan Tanah Akibat
Gempa Menurut Takeda
Hysteretic Model
Analisis perhitungan menggunakan program komputer
Microsoft Visual Basic 6.0. Data analisis riwayat waktu menggunakan percepatan tanah gempa Bucharest El Centro, Koyna, Corinth, Parkfield, dan Manjil.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa respon linier inelastik cenderung lebih kecil daripada respon ekuivalen linier dengan rasio berkisar 64% - 97% akibat gempa dengan frekuensi rendah dan menengah. Sedangkan akibat gempa dengan frekuensi tinggi respon inelastik cenderung lebih besar respon ekuivalen linier, dengan rasio berkisar 102% - 129%. Sementara regangan yang terjadi bahwa respon linier inelastik cenderung lebih kecil daripada respon ekuivalen linier dengan rasio berkisar 61% - 89% akibat gempa dengan frekuensi rendah. Sedangkan akibat gempa dengan frekuensi sedang dan tinggi respon inelastik cenderung lebih besar respon ekuivalen linier, dengan rasio berkisar 100% - 253%.
3. LANDASAN TEORI
Persamaan differensial struktur MDOF
pada hakekatnya merupakan suatu
persamaan simultan yang saling
bergantung satu sama lain (dependen). Pada persamaan seperti itu, maka setiap
step integrasi pada penyelesaian
persamaan harus dilakukan secara
simultan. Metode Superposisi (Modal Analysis Method) merupakan salah satu alternatif untuk mentransfer persamaan simultan dependen (coupling) menjadi
persamaan simultan independen
(uncoupling). Namun demikian pada kondisi-kondisi tertentu misalnya pada
analisis inelastik, maka Metode
Superposisi tidak dapat lagi digunakan.
Metode Integrasi Langsung (Direct
Integration Method) adalah alternatif lain untuk menyelesaikan persamaan simultan dependen. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan integrasi langsung adalah
Metode β-Newmark. Metode
β-Newmark yang dimaksud disini adalah metode yang berdasarkan pias-pias (incremental method). Seperti yang dijelaskan sebelumnya untuk struktur
inelastik,maka perlu dikembangkan
model integrasi yang dapat
mensimulasikan perubahan kekakuan menurut fungsi dari waktu.
Persamaan differensial yang berlaku saat intercal yang ditinjau pada metode β-Newmark adalah,
M·Δÿi + C·Δẏi + K·Δyi = ΔPi (1)
Pada metode β-Newmark memakai
perjanjian notasi untuk perubahan
simpangan (Δy), perubahan kecepatan (Δẏ) dan perubahan percepatan (Δӱ). Untuk memulai poses integrasi numerik tersebut maka digunakan persamaan-persamaan perubahan sebagi berikut, Δyi = K Pi ˆ ˆ (2) Δẏi = i i i y t y y t 2 1 (3) Δÿi = i yi yi t y t 2 1 1 1 2 (4) dimana, Pˆ = [M]·(Δÿb,i+1 – Δÿb,i) + ɑ·Δẏ + b·Δÿ (5) Kˆ=
C t M t K 2 1 (6)Ḱ merupakan kekakuan efektif, ΔṔi
adalah pertambahan pembebanan,
sedangkan nilai konstanta a dan b dapat ditentukan sebagaimana yang ditunjukan pada Persamaan 7 dan Persamaan 8.
ɑ =
t
M
C
1
(7) b =
M t
C 1 2 2 1 (8)Pada metode β-Newmark terdapat perbedaan nilai koefisien berdasarkan metode yang digunakan yaitu,
1. Metode percepatan rata-rata dengan nilai koefisien γ = ½ dan β = ¼
2. Metode percepatan linier dengan
nilai koefisien γ = ½ dan β = 1
/6
Selanjutnya besarnya nilai simpangan, kecepatan, dan percepatan pada akhir interval adalah,
yi+1 = yi + Δyi (9)
ẏi+1 = ẏi + Δẏi (10)
ÿi+1 = ÿi + Δÿi (11)
dengan:
Δyi = Pertambahan simpangan (cm)
Δẏi = Pertambahan kecepatan (cm/det)
Δÿi = Pertambahan percepatan (cm/det2)
yi+1 = Simpangan akhir interval (cm)
ẏi+1 = Kecepatan akhir interval (cm/det)
ÿi+1 = Percepatan akhir interval (cm/det 2
) Pada metode integrasi langsung β-Newmark ini matriks massa [M], matriks kekakuan [K] dan matriks redaman [C] harus tersedia dan dipakai secara langsung. Pada struktur inelastik,
kekakuan struktur akan berubah-ubah
(riwayat kekakuan) sesuai dengan
tingkat simpangannya yang kesemuanya dikendalikan oleh model histeretik yang dipakai.
Q-hyst’s Hysteretic Models pada respon tanah merupakan salah satu pendekatan terhadap perilaku non-linier (real behavior) inelastik struktur tanah akibat beban gempa bumi. Pada pemodelan tersebut dapat dilihat perilaku non-linier inelastik tanah (real behavior) yang relatif rumit dapat dilakukan pendekatan linier sedemikian rupa sehingga model histeretiknya hampir mendekati.
Salah satu parameter yang sangat menentukan dalam pemodelan ini adalah nilai kekakuan. Dimana nilai kekakuan akan tergantung dengan besarnya gaya pemulihan (R) dan perpindahan yang
terjadi (y). Untuk memudahkan
pengaturan nilai kekakuan maka
diekspresikan melalui route hubungan antara R dan y, sebagimana yang ditunjukan oleh Gambar 1.
Gambar 1Q-Hyst Hyteretic Model
Pengaturan nilai kekakuan (K) sesuai kondisi berikut,
1. Route 1 – 2, berlaku sampai mencapai Rt
Kp = k1=
K
ˆ
i(12) 2. Route 2 – 3, berlaku sampai Rmax
dan ẏ = 0 (membalik)
Kp = k2 =
k
1 (13) 3. Route 3 – 4, berlaku sampai R = 0Kp = k3 = max 1 y y k t (14)
4. Route 4 – 5, berlaku sampai mencapai Rc Kp = k4 =
y xt
R o t max (15) 5. Route 5 – 6, berlaku sampai R = 0Kp = k3 = min 1 y y k c (16) 6. Route 7’– 8’, berlaku sampai Rmax
dan ẏ = 0 (membalik) Kp = k5 =
y xc
R o min (17)4. METODE PENELITIAN
Profil tanah yang ditinjau merupakan
data tanah yang berlokasi di
Darmawangsa Eminence, Jakarta
Selatan dan Menara Satu Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kandungan frekuensi gempa yang digunakan yaitu, frekuensi rendah, frekuensi sedang, dan tinggi. Beban gempa yang digunakan yaitu, Gempa Bucharest, Pakfield, Elcentro, Kobe, Koyna, dan Manjil.
Data gempa diperoleh dari
http://peer.berkeley.edu.
Data gempa berupa riwayat waktu gempa sebagai input data percepatan tanah. berdasarkan analisis seismic hazard untuk batuan dasar di wilayah
Jakarta (Muntafi, 2012). Dengan
demikian semua data percepatan gempa yang dipakai mempunyai percepatan tanah maksimum yang sama yaitu 231,28 cm/dt2. Hal ini dimaksudkan karena data profil tanah berlokasi di Jakarta. Adapaun bagan alir penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Bagan Alir (Flowchart) Pelaksanaan Penelitian
5. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini amplifikasi
percepatan tanah yang diperoleh dengan cara analisis dengan beban gempa Bucharest (1977), Parkfield (1966), Kobe (1995), El Centro (1940), Koyna (1967), dan gempa Manjil (1990) yang
kesemuanya dinormalisasikan dengan percepatan maksimum 231,28 cm/dt2. Salah satu hasilnya adalah seperti yang disajikan pada Gambar 3 untuk profil tanah I dan Gambar 4 untuk profil tanah II. Gambar tersebut adalah respons tanah lapis teratas (permukaan tanah) dan lapis
dasar akibat gempa El Centro (1940) yang termasuk gempa dengan frekuensi sedang.
Berdasarkan analisis percepatan di tanah dasar M-Takeda sebesar 224,61 cm/dt2 dan Q-Hyst sebesar 227,89 cm/dt2 pada profil tanah I. Untuk profil tanah II M-Takeda sebesar 199,81 cm/dt2 dan Q-Hyst sebesar 194,80 cm/dt2. Sedangkan percepatan di permukaan tanah
M-Takeda sebesar 288,93 cm/dt2 dan Q-Hyst sebesar 265,81 cm/dt2 pada profil tanah I. Untuk profil tanah II percepatan M-Takeda sebesar 321,92 cm/dt2 dan Q-Hyst sebesar 280,47 cm/dt2. Dengan
demikian telah terjadi amplifikasi
sebesar 1,16 untuk profil tanah I dan 1,44 untuk profil tanah II.
Gambar 3 Amplifikasi Akibat Gempa El Centro Profil Tanah I
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.01 0.1 1 P S A, c m /d t² T, dt Base Sur… -300 -200 -100 0 100 200 300 400 0 5 10 15 20 P erc ep at an (c m /d t² ) M-Takeda Q-Hyst -200 -100 0 100 200 300 0 5 10 15 20 P e rc e p at an (c m /d t² ) M-Takeda Q-Hyst
Gambar 4 Amplifikasi Akibat Gempa El Centro Profil Tanah II
Selain terjadi amplifikasi percepatan tanah, maka pada Gambar 3 dan Gambar 4 juga tampak jelas bahwa telah terjadi
modifikasi kandungan frekuensi.
Frekuensi getaran di permukaan tanah tampak jelas lebih kecil dibandingkan pada lapisan tanah dasar. Kandungan frekuensi yang lebih kecil/rendah sangat
berbahaya untuk bangunan tinggi
diatasnya.
Apabila terjadi gempa maka kekakuan tanah akan berubah, sehingga perilaku tanahnya juga akan berubah yang
semula bersifat linier elastik (kekakuan tetap) maka akan berubah menjadi linier
inelastik (kekakuan berubah-ubah).
Parameter respons linier inelastik yang sangat penting adalah hysteretic loops
berupa hubungan antar
beban-simpangan atau regangan-tegangan.
Seperti yang disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6. -400 -200 0 200 400 0 5 10 15 20 P erc ep at an (c m /d t² ) M-Takeda -200 -100 0 100 200 300 0 5 10 15 20 P e rc e p at an (c m /d t² ) M-Takeda Q-Hyst 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.01 0.1 1 P S A, c m /d t² T, dt Base Surface
Gambar 5 Hysteretic Loops Regangan vs Tegangan Linier Inelastik Profil Tanah I Akibat Gempa Elcentro
Gambar 5 Hysteretic Loops Regangan vs Tegangan Linier Inelastik Profil Tanah II
Akibat Gempa Elcentro
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 -1 0 1 2 3 4
Hysteretic Loops Titik F
M-Takeda Q-Hyst 0 0 0 0 0 0 0 0 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
Hystretic Loops Titik A
M-Takeda Q-Hyst -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 -1 0 1 2 3 4
Hysteretic Loops Titik F
M-Takeda Q-Hyst -0.2 -0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
Hystretic Loops Titik A
M-Takeda
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan Q-Hyst Hysteretic Model
pada tanah lempung menunjukkan bahwa respons tanah akibat gempa bumi dapat dimodelkan menjadi linier inelastik, dengan metode step-by-step integration, kekakuan tanah
ditentukan berdasarkan riwayat
kekakuan yang merupakan fungsi dari gaya pemulihan dan simpangan yang terjadi.
2. Pengaruh respons simpangan linier inelastik Q-Hyst cenderung lebih
besar dibandingkan respons
simpangan linier inelastik
M-Takeda. Pengaruh respons linier inelastik tanah sangat signifikan pada simpangan. Sedangkan pada kecepatan dan percepatan, pengaruh respon semakin mengecil.
3. Amplifikasi percepatan terbesar
terjadi pada profil tanah II yaitu lapisan tanah yang mempunyai indeks plastisitas terbesar, dimana besarnya amplifikasi percepatan di
permukaan mencapai 136,71%
untuk respons linier inelastik Q-Hyst dan 139,19% untuk respons linier inelastik M-Takeda.
7. DAFTAR PUSTAKA
Andika, A. (2006). “Responss Non-linier Inelastik Lapis-lapisan Tanah
Berdasarkan Ramberg-Osgood
Model”. Tugas Akhir. (Tidak
Diterbitkan). Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Brooker E. W. dan Ireland H. O. (1965). “Earth Pressure at Rest Related to
Stress History”, Canadian
Geothecnical Journal. Canada. Das B. M. (1993). Principles of Soil
Dynamics. PWS-KENT Publishing Company. Boston.
Dewobroto W. (2005). Aplikasi
Rekayasa Konstruksi dengan Visual Basic. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Hardin B. dan Black W. L. (1969). “Vibration Modulus of Normally Consolidated Clay”, Journal of The Soil Mechanics and Foundation Division. ASCE.
Ishihara K. (1992). “Evaluation of Soil Properties for Use in Earthquake Responsse Analysis”. International Symposium on Numerical Models in Geomechanic. Zurichs.
Hamdani, F. F. dan Hambawan, G. (2004). “Efek Variasi Massa
Bangunan Terhadap Respons
Seismik Lapisan Tanah Non-linier
Elastik Akibat Gempa”. Tugas
Akhir. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Muntafi, Y. (2012). “Analisis Resiko dan Mikrozonasi Hazard Gempa
Jakarta Metode Probabilitas
Dengan Pemodelan Sumber Gempa
Tiga Dimensi”. Tesis. (Tidak
Diterbitkan). Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Otani S. (1980). “Nonlinear Dynamic Analysis of Reinforced Concrete Building Structures”, Journal of Department of Civil Engineering, University of Toronto. Toronto. Paz M. (1987). Structural Dynamics.
Van Nostrand Reinhold Company. New York.
Press F. dan Siever R. (1978). Earth. WH Freeman and Company. San Fransisco.
Pujianto, A. (2003). “Responss Seismik Lapisan Tanah Linier Elastik dan Non-linier Elastik Akibat Beban Gempa”. Tesis. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Rokhman, A. N. dan Widodo, F. (2000).
“Pengaruh Massa Bangunan
Terhadap Respons Seismik Lapisan
Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Semblat etc. (1970). Seismic Site Effect in a Deep Alluvial Basin: Numerical Analysis by Boundary Element Methods. Computer and Geothecnics.
Setiawan, A. dan Yulismar (1999). “Responss Lapis-lapisan Tanah
Akibat Gempa”. Tugas Akhir.
(Tidak Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Vucetic M. dan Dobry R. (1991).
“Effect of Soil Plasticity on Cyclic
Responsse”, Journal of
Geothecnical Engineering. ASCE.
Werner S. D. (1976). Engineering
Characteristics of Earthquake
Ground Motions, Nuclear
Engineering and Design. North
Holland Publishing Company.
Netherland.
Widodo (2001). Respons Dinamik
Struktur Elastik. UII Press. Yogyakarta.
Widodo (2012). Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Zaldy, M. Yudha (2015) “Respons
Linier Inelastik Lapis-Lapisan Tanah Akibat Gempa Menurut M-Takeda Hysteretic Model” Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Islam Indonesia.